bab i

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah sebuah kota tidak hanya bisa ditelusuri dari perjuangan masyarakatnya. Selain melalui kondisi geologi, masih banyak saksi bisu lainnya yang bisa menceritakan perjalanan masa lalu sebuah kota, terutama ketika kota tersebut memasuki masa jaya. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam termasuk salah satu wilayah di Indonesia yang paling beruntung karena masih memiliki saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua dengan berbagai langgam arsitekturnya. Sejarah memang penting bagi kehidupan manusia. Dari sejarahlah kita dapat mengerti masa lalu yang berguna bagi masa yang akan datang. Kita akan memperoleh kesempatan untuk belajar dari peninggalan masa lampau, dari kegagalan dan keberhasilannya, dari baik dan buruknya modernitas kita saat ini dan masa yang akan datang. Demikian pula sebaliknya, tanpa sejarah masa lampau berarti kita kehilangan barang berharga yang sangat penting bagi masa depan kehidupan kita. Sebagaimana dalam istilah Arab: “Man laa tarikha lahuu laa waqi` walaa mustaqbal lahu” artinya “Barangsiapa 1

Upload: ahmadirungkhom

Post on 24-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SEJARAH KAWASAN

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah sebuah kota tidak hanya bisa ditelusuri dari perjuangan

masyarakatnya. Selain melalui kondisi geologi, masih banyak saksi bisu lainnya

yang bisa menceritakan perjalanan masa lalu sebuah kota, terutama ketika kota

tersebut memasuki masa jaya. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam termasuk

salah satu wilayah di Indonesia yang paling beruntung karena masih memiliki

saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua dengan

berbagai langgam arsitekturnya.

Sejarah memang penting bagi kehidupan manusia. Dari sejarahlah kita

dapat mengerti masa lalu yang berguna bagi masa yang akan datang. Kita akan

memperoleh kesempatan untuk belajar dari peninggalan masa lampau, dari

kegagalan dan keberhasilannya, dari baik dan buruknya modernitas kita saat ini

dan masa yang akan datang. Demikian pula sebaliknya, tanpa sejarah masa

lampau berarti kita kehilangan barang berharga yang sangat penting bagi masa

depan kehidupan kita. Sebagaimana dalam istilah Arab: “Man laa tarikha lahuu

laa waqi` walaa mustaqbal lahu” artinya “Barangsiapa tidak punya sejarah maka

dia tidak memiliki masa kini dan masa depan”.

Bangunan bersejarah adalah bangunan atau benda yang telah berusia lebih

dari 50 tahun dan mengandung nilai sejarah atau benda dan bangunan yang

mewakili gaya yang khas serta dianggap memiliki nilai sejarah. Namun sering

terjadi, pertimbangan ekonomis dan berdalih pada 'kebutuhan' masyarakat

perkotaan, bangunan-bangunan kuno tersebut musnah mengenaskan (Budihardjo,

1989). Selama dua dasawarsa terakhir ini, pandangan dan pengertian masyarakat

tentang sejarah dan warisan budaya lama telah banyak berubah. Dari konsep lama

yang hanya memandang dan memusatkan perhatian kepada benda sejarah dan

cagar alam ukuran besar dan tergolong skala dunia (The world heritage sites),

serta memiliki nilai tinggi dipandang dari segi keindahan estetika, segi arsitektur,

usia lama (kekunoan), langka dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Kemudian

1

orang mulai menyadari, betapapun kecil dan sederhananya benda warisan sejarah,

pada hakekatnya merupakan karya (produk) sejarah yang penting mewakili

jamannya, terlepas apakah tempat kedudukan cagar budaya tersebut terletak di

jalan desa atau kota yang terpencil.

Seiring perjalanan waktu, sejarah pun turut bergulir meniggalkan jejak-

jejaknya dalam berbagai perubahan yang memang tidak bisa dielakkan.

Berkenaan dengan hasil sejarah, manusia sebagai makhluk yang menyejarah

dihadapkan pada suatu tantangan menyelamatkan peninggalan sejarah atau

membiarkan saja sesuai dengan perubahan zaman.

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki warisan budaya bangsa seperti

bangunan peninggalan sejarah dan purbakala berupa rumah adat, masjid kuno,

makam-makam kuno, benteng dan lain-lain. Kabupaten Aceh Besar merupakan

salah satu kota tua di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang kaya akan sejarah

dan situs-situs peninggalan masa lalu yang merupakan aset sangat berharga dan

sekaligus menjadi potensi dalam mempertahankan memori dan kenangan akan

kejayaan Aceh masa lalu. Dewasa ini berbagai peninggalan sejarah yang ada di

Aceh mengalami kerusakan bahkan kehancuran. Cukup banyak masjid kuno yang

dibangun pada abad ke-16 dihancurkan lalu diganti atau dibangun masjid yang

baru. Makam kuno dengan berbagai jenis bentuk dan tipe nisan yang berasal dari

abad ke-13 hingga akhir kerajaan Aceh banyak terbengkalai, sebagian dijadikan

batu pengasah oleh masyarakat setempat. Demikian juga Aceh yang dikenal

sebagai gudang naskah di Nusantara, kini sangat sulit untuk mendapatkannya,

apalagi ketika tsunami melanda Aceh tanggal 26 Desember 2004 kebanyakan

naskah kuno di Aceh telah lenyap. Masih banyak hal lain yang telah punah dan

berubah seperti bangunan bersejarah Balai Teuku Umar, rumah tempat tinggal C.

Snouck Hurgronje, Hotel Aceh dan lain sebagainya yang banyak tersebar di

berbagai daerah Aceh.

Harus menjadi kesadaran bahwa peninggalan sejarah di Aceh bukan hanya

berasal dari masa kejayaan Islam saja, namun peninggalan masa kolonialpun

banyak dijumpai. Bahkan sisa-sisa peninggalan Hindu, Budha dan prasejarahpun

ada di Aceh, namun sebagian besar telah mengalami kerusakan dan kehancuran

yang terjadi baik disengaja ataupun tidak.

2

Salah satu peninggalan sejarah purbakala yang masih dapat kita jumpai di

Kabupaten Aceh Besar adalah Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri yang

terletak di Desa Indrapuri, sekitar 24 kilometer ke sebelah timur dari Kota Banda

Aceh. Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri merupakan kawasan bersejarah

yang dilindungi Undang-undang Cagar Budaya dan dalam pengawasan Dinas

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi NAD dan Sumatra Utara.

Benteng Indrapuri merupakan sebuah bekas bangunan pertahanan pada

masa lampau yang terletak tepat di bawah sebuah Masjid, yaitu Masjid Indrapuri

yang didirikan pada tahun 1635. Masjid Indrapuri ini selain sebagai tempat tinggal

Sultan Alaidddin Muhammad Daud Syah juga merupakan tempat penyimpanan

berbagai dokumen dan undang-undang Kerajaan Aceh pada zaman pemerintahan

Sultan Iskandar Muda (Lombard, 2006).

Mantan Kepala Desa Indrapuri, menuturkan bahwa Benteng dan Masjid

Indrapuri pada masa lalu merupakan pusat kegiatan yang berlatar belakang agama

Hindu. Dengan kata lain bahwa di masa lampau, masyarakat daerah Indrapuri

pernah tersentuh oleh budaya Hindu yang datang dari luar. Peninggalan Hindu ini

terlihat dari sisa-sisa bangunan dan dinding tembok keliling bujur sangkar yang

dibuat berundak serta bentuk oyif dan tumpal yang menonjol.

Berbicara mengenai Benteng dan Masjid Indrapuri tidak terlepas dari

sejarah masuknya pengaruh budaya Hindu sebagai pendirinya. Jauh sebelum

Kerajaan Aceh muncul, telah ada tempat-tempat dan kerajaan Hindu di daerah ini

dari Kerajaan Lamuri. Secara tipologis, bangunan ini kurang memperlihatkan

bentuk yang mendekati gaya-gaya arsitektur yang banyak mewarnai keadaan

suatu benteng pertahanan di Indonesia sebagaimana dengan benteng-benteng

pertahanan lain yang terdapat di daerah-daerah Ujung Pandang yang terkenal

dengan Benteng Ujung Pandang atau Fort Roterdam, Bengkulu (Benteng

Marlborough), Maluku (Benteng Duustede) dan lain-lain. Selain itu, biasanya

sebuah bangunan benteng pertahanan lazim disetiap sudutnya dibangun bastion

atau suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengintai dan pada sisi-

sisinya terdapat belahan-belahan yang sengaja dibuat untuk meletakkan senjata

(misalnya meriam), serta lantai bagian dalam lebih rendah dari pada dinding.

3

Hasil kegiatan ekskavasi yang telah dilakukan baik di dalam maupun di

luar atau sekitar bangunan tersebut telah ditemukan beberapa data yang bersifat

artefaktual dalam bentuk fragmentalis. Temuan-temuan yang dimaksudkan adalah

fragmen-fragmen keramik asing Cina dan Eropa, fragmen botol tanah liat

(Stoneware) serta pecahan-pecahan botol kaca. Selain itu, bentuk bangunan yang

dibuat berundak serta pola hias oyif dan tumpul turut memberikan gambaran

tentang latar belakang pengadaannya, yakni bahwa bangunan dinding tembok

tersebut merupakan bekas bangunan peribadatan umat Hindu atau Candi. Hiasan

dan tumpal merupakan hiasan yang lazim mewarnai suatu bangunan candi sebagai

lambang kesuburan dan bangunan candi dibuat berundak adalah survival

kepercayaan dari Meru sebagai tempat bersemayamnya para Dewa, sehingga

Meru atau gunung merupakan tempat yang dianggap suci yang dilebur dalam

bentuk pembuatan candi.

Pada periode selanjutnya, lokasi di atas bekas bangunan Hindu tersebut

dialih fungsikan dengan mendirikan sebuah Masjid (Masjid indrapuri) yang

sampai sekarang masih berdiri utuh dan tetap difungsikan. Secara tipologis,

Masjid ini masih mengikuti pola bangunan yang berasal dari tradisi sebelumnya,

sebagaimana lazimnya dengan masjid-masjid kuno umumnya di Indonesia.

Benteng dan Masjid Indrapuri yang berdiri megah di Desa Indrapuri,

Kecamatan Indrapuri merupakan salah satu bangunan yang telah menjadi artefak

sejarah yang penting di belahan wilayah Aceh Besar, atau tepatnya menjadi bukti

penting bagi perkembangan Kabupaten Aceh Besar. Kondisi bangunan masjid

kini perlu mendapat perhatian lebih besar dari seluruh lapisan masyarakat agar

lebih terawat dan terjaga keasliannya.

Selain bersejarah, masjid ini juga memiliki gaya atau langgam arsitektur

yang menarik pada masanya. Secara fungsional, masjid hingga kini masih terus

dipakai dan dimanfaatkan untuk fasilitas ibadah umat Islam. Maka, sudah

selayaknya masjid ini dipelihara, dilindungi dan dilestarikan untuk pengetahuan,

pendidikan, kebudayaan dan kemaslahatan umat di masa kini dan yang akan

datang.

Memang disadari bahwa satu hal yang membedakan masjid dengan

bangunan cagar budaya lainnya seperti Candi atau Keraton adalah karakternya

4

yang menjadi `living monument`, yakni ‘monumen yang hidup’ artinya terus

dipakai oleh masyarakat/umat sehingga terkadang perlu menyesuaikan dengan

dinamika dan perkembangannya. Persoalan yang terjadi adalah kadang kala

pergantian generasi yang memanfaatkan masjid memiliki perbedaaan wawasan,

sikap dan cara pandang dalam memberlakukan bangunan cagar budaya.

Beberapa hal yang telah dikemukakan tersebut, timbul pertanyaan;

mengapa banyak peninggalan sejarah di Aceh mengalami kerusakan bahkan

kehancuran. Apakah ini suatu pertanda bahwa kesadaran sejarah rakyat Aceh

sangat tipis atau ada faktor lain yang memungkinkan hal ini terjadi, seperti

kurangnya komitmen pemerintah terhadap peninggalan sejarah di Aceh atau

pengetahuan masyarakat tentang peninggalan sejarah amat dangkal. Mungkinkah

juga faktor sanksi hukum yang tidak pernah diperlakukan bagi orang-orang yang

merusak benda cagar budaya atau alasan lain seperti konflik Aceh yang berlarut-

larut sehingga penanganan masalah peninggalan sejarah di Aceh terabaikan?

Bentuk bangunan rumah tinggal mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Bangunan-bangunan kuno makin lama makin kurang diminati kecuali oleh

beberapa orang yang memiliki apresiasi seni. Bangunan-bangunan kuno secara

fungsional dianggap kurang mendukung perkembangan aktivitas penghuninya.

Semakin lama bangun kuno semakin dianggap barang antik yang tinggi nilai

ekonomisnya tapi rendah nilai praktisnya. Apresiasi pemilik seperti ini akan

mendorong mereka untuk melepas kepemilikan rumah mereka (Mohammad,

1997:52).

Begitu pula dengan kondisi di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid

Indrapuri. Seiring dengan perkembangan waktu, adanya bangunan-bangunan baru

yang semakin bertambah di kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri dapat

mengurangi nilai dari bangunan-bangunan kuno di kawasan tersebut akibat

semakin tingginya nilai ekonomis dan semakin rendahnya nilai praktis, sehingga

dapat mengurangi apresiasi terhadap Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri yang

pada akhirnya dapat mencemari kelestarian dan bentuk asli bangunan dan

lingkungan. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan semua kepentingan di atas,

antara mempertahankan nilai ekonomis atau praktis, maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap perubahan lingkungan dan bangunan kuno di Kawasan

5

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri yang menyebabkan beberapa kerusakan

pada Benteng dan Masjid Indrapuri maupun bangunan rumah tradisional Aceh.

Pada akhirnya keberadaan bangunan-bangunan kuno tersebut perlu dilindungi dan

dilestarikan baik aspek bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Kepada seluruh

lapisan masyarakat, sudah semestinya masjid dipelihara dan dijaga kelestariannya

baik menyangkut lokasi/tata letak, keaslian bentuk, arsitektur, ragam hiasan, dan

lingkungannya. Karena masjid merupakan aset berharga yang bukan hanya untuk

kepentingan aktifitas ibadah umat, namun juga sejarah khususnya perkembangan

Kabupaten Aceh Besar, serta bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan kebudayaan

di masa kini maupun masa yang akan datang.

Setiap wujud bangunan yang berasal dari masa lampau dapat memberikan

indikasi tentang periodisasi dan fungsinya melalui pendekatan bentuk (tipologis).

Dalam upaya mempertahankan bangunan bersejarah di Kabupaten Aceh Besar ini

sangat diperlukan kepedulian Pemerintah Kabupaten terhadap bangunan

bersejarah yang masih ada, di samping kurangnya kesadaran penduduk

masyarakat di sekitar bangunan akan pentingnya menjaga kelestarian bangunan

bersejarah di Desa Indrapuri tersebut.

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1.2.1. Identifikasi masalah

Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri merupakan suatu kawasan historis

memiliki bangunan peninggalan sejarah dan purbakala. Salah satu peninggalan

sejarah purbakala yang masih dapat kita jumpai di Desa Indrapuri adalah Benteng

dan Masjid Indrapuri yang berlatar belakang Hindu serta sisa-sisa permukiman

tradisional.

Adapun masalah yang terdapat pada Kawasan Bersejarah Benteng dan

Masjid Indrapuri adalah sebagai berikut :

Semakin berkurangnya rumah-rumah tradisional berbentuk rumah panggung

(rumoh Aceh).

Perubahan beberapa bangunan tradisional, dalam hal bentuk maupun bahan

bangunan yang digunakan serta perubahan fungsi dan timbulnya beberapa

6

bangunan baru sebagai dampak aktivitas perekonomian yang mempengaruhi

karakteristiknya sebagai kawasan bersejarah.

Perubahan lingkungan yang terjadi seiring dengan perubahan waktu

menyebabkan rendahnya nilai apresiasi masyarakat terhadap Kawasan

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

Beberapa bangunan tradisional terlihat kurang terawat karena biaya

pemeliharaan bangunan sangat tergantung pada tingkat ekonomi masing-

masing pemilik bangunan.

Secara fisik terjadi pengabaian bangunan kuno di Kawasan Bersejarah

Benteng dan Masjid Indrapuri yang menyebabkan bangunan-bangunan

tersebut tidak terawat.

1.2.2. Batasan area penelitian

Batas wilayah dalam studi penelitian Perubahan Kawasan Bersejarah

Benteng dan Masjid Indrapuri ini lebih berdasarkan pada batas fisik. Terletak di

Desa Indrapuri, Kecamatan Indrapuri. Kabupaten Aceh Besar. Batas-batas fisik

wilayah penelitian adalah sebagai berikut :

Utara : Desa Lamlubok;

Selatan : Sungai Krueng Aceh;

Barat : Sungai Krueng Aceh; dan

Timur : Desa Lheu Jeumpa.

Batasan area studi tersebut dipilih berdasarkan batas administrasi Desa

Indrapuri, agar mempermudah peneliti dalam mengambil data dan keterbatasan

waktu dan tenaga. Untuk lebih jelas lokasi wilayah studi, dapat dilihat pada

Gambar 1.1, 1.2, dan 1.3.

7

8

Gambar 1. 1Peta Kedudukan Kabupaten Aceh Besar Terhadap Propinsi Aceh

9

Gambar 1. 2 Peta Kedudukan Kecamatan Indrapuri Terhadap Kabupaten Aceh Besar

10

Gambar 1.3 Peta Wilayah Studi Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri

11

1.3. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan pada

Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab perubahan bangunan kuno

dan lingkungan di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan

1. Mengidentifikasi dan menganalisis tingkat perubahan bangunan kuno dan

lingkungan pada Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

2. Mengevaluasi faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno dan

lingkungan di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

1.4.2. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai kawasan bersejarah, sehingga diharapkan dapat

bermanfaat bagi peneliti ketika terjun ke masyarakat. Studi ini dapat pula

menjadi bahan masukan bagi peneliti lain.

2. Manfaat bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan bagi faktor-faktor mengenai penyebab perubahan

kawasan bersejarah.

3. Bagi kalangan Pemerintah Kota khususnya Dinas Tata Kota dan Dinas

Pariwisata dan Cagar Budaya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menyusun atau menetapkan suatu kebijakan, khususnya yang terkait dengan

kawasan bersejarah

4. Bagi pelaku pembanguanan dalam hal ini pihak pengembang, diharapakan

dapat menajdi bahan pertimbangan atau masukan mengenai alternatif

penanganan suatu kawasan lingkungan, yang menunjukkan bahwa

pembanguanan tidak selalu diikuti dengan perubahan, penghancuran, atau

bahkan penggusuran.

12

5. Bagi kalangan umum baik masyarakat kawasan di wilayah penelitian

maupun warga masyarakat yang lain diharapkan studi ini dapat memberikan

gambaran mengenai kawasan bersejarah. Diharapkan pula dapat memberikan

masukan kepada masyarakat kawasan atau lingkungan terutama yang

memiliki atau memanfaatkan kawasan tersebut untuk melakukan kegiatannya.

1.5. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk menyamakan persepsi mengenai

substansi yang akan dibahas pada studi ini. Lingkup pembahasan dalam studi ini

terdiri dari :

1. Tinjauan historis wilayah studi

Tinjauan historis dilakukan karena penelitian Perubahan Kawasan

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri membahas mengenai upaya perubahan-

perubahan yang terjadi pada kawasan bersejarah, maka tinjauan lebih diutamakan

pada penelusuran sejarah perkembangan kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri

serta sejarah bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Aspek tinjauan

historis wilayah studi dimasukkan dalam pembatasan materi karena sejarah

perkembangan kawasan, bangunan, serta lingkungan merupakan elemen yang

dapat secara langsung menunjukkan kesan bersejarah dari suatu kawasan.

Tinjauan historis wilayah studi menjadi salah satu dasar dalam mengidentifikasi

karakteristik wilayah studi karena potensial ditinjau dari aspek sejarah bangunan

serta mudah dalam menentukan faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno

dan lingkungan di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

2. Karakteristik kawasan bersejarah

Penelitian Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri akan

membahas mengenai karakteristik kawasan bersejarah dan dapat menjadi kawasan

cagar budaya dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa pada kawasan tersebut

memiliki karakter kawasan yang unik, memiliki nilai historis tertentu serta

memiliki nilai kebudayaan tertentu yang layak untuk dilestarikan, sehingga

menjadi dasar dalam mengidentifikasi karakteristik kawasan bersejarah yang ada

13

pada kawasan penelitian. Dalam hal ini karakteristik kawasan terdiri dari karakter

fisik dan non-fisik.

3. Pola penggunaan Lahan (Land Use)

Kajian pola penggunaan lahan (land use) dilakukan karena pola

penggunaan lahan merupakan unsur yang berpengaruh pada penyebab perubahan

lingkungan kawasan terutama dari segi bentuk fisik bangunan dan lingkungan

bersejarah. Tinjauan pola penggunaan lahan bertujuan mengetahui jenis kegiatan

yang ada diwilayah studi saat ini, sehingga dapat diketahui karakteristik wilayah

studi.

4. Analisis intensitas bangunan

Analisis intensitas bangunan dipergunakan untuk mengidentifikasi

kesesuaian intensitas bangunan yang ada di lokasi penelitian dengan kebijakan

RTRW Aceh Besar Tahun 2006-2016. Metode yang dipergunakan adalah

evaluatif, yaitu mengidentifikasi kondisi eksisting intensitas bangunan sehingga

diperoleh prosentase intensitas masing-masing bangunan di lokasi penelitian.

Berdasarkan kondisi eksisting tersebut, kemudian dibandingkan dengan rencana

sesuai kebijakan yang ada.

5. Analisis Sosial Budaya

Dalam analisis sosial budaya dilakukan terhadap sistem kepercayaan dan

religi yang dianut masyarakat di kawasan studi, unsur-unsur simbolik, serta

karakteristik kawasan yang khas yang timbul karenanya. Analisis sosial budaya

perlu dilakukan karena aspek sosial budaya merupakan faktor yang cukup penting

dalam mengetahui penyebab perubahan lingkungan dan bangunan pada kawasan

studi.

6. Analisis tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan

Dalam analisis tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan

membahas seberapa besar tingkat perubahan baik bangunan kuno maupun

lingkungan pada kawasan studi dengan menggunakan beberapa kriteria yang telah

ditetapkan.

14

7. Analisis elemen dasar citra kawasan

Analisis ini akan membahas elemen pembentuk citra kawasan yang

menurut Lynch (1969) dibagi dalam lima elemen dasar, yaitu elemen district

(kawasan), node (simpul), landmark (tengeran), path (jalur), dan elemen edge

(batas). Pembahasan mengenai elemen dasar citra kawasan dilakukan untuk

mengetahui apa saja potensi elemen citra Kawasan Bersejarah Benteng dan

Masjid Indrapuri, yang meliputi district, node, path, edge, serta landmark. Dalam

analisis elemen dasar citra kawasan ini menggunakan analisis before-after dimana

perubahan dan perkembangan citra kawasan pada kawasan studi dibagi dalam

empat zaman, yaitu masa Kerajaan Lamuri (1200-1513), masa Kerajaan Aceh

(1513-1636), masa Kerajaan Aceh (1636-1942), dan masa pasca Kerajaan Aceh

(1942-2007).

8. Faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan

Pada tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi penyebab perubahan

bangunan kuno dan lingkungan terutama bangunan-bangunan kuno pada wilayah

studi. Beberapa variabel yang digunakan antara lain; Faktor fisik, yang terdiri

dari: (1) Usia bangunan, (2) Kurangnya perawatan, (3) Perubahan fungsi

bangunan. Faktor non fisik terdiri dari: (1) Ekonomi, (2) Politik, (3) Sosial

Budaya, (4) Status kepemilikan; dan (5) Selera pemilik.

9. Analisis Sinkronik-Diakronik kawasan

Metode ini digunakan untuk mengetahui sejarah kawasan, yaitu metode

analisis yang menitikberatkan pada data-data masa lampau, sehingga

perkembangan baik buruknya lingkungan pada kawasan akan terlihat seiring

dalam perkembangannya. Adapun data yang diperlukan berupa dokumen, peta,

buku-buku, informasi dengan teknik wawancara atau menggunakan fasilitas

internet. Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah bangunan dan

lingkungan sekitarnya yang ada di Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri.

15

1.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat dibuat

sebuah diagram kerangka pemikiran yang berisi mengenai latar belakang

pemikiran dalam studi Perubahan Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid

Indrapuri. Lebih jelas mengenai diagram kerangka pemikiran dapat dilihat pada

gambar 1.4:

16

Sumber: Hasil Pemikiran, 2007

Gambar 1.4 Kerangka pemikiran

Kawasan Masjid dan Benteng Indrapuri merupakan kawasan bersejarah dengan

latar belakang budaya Hindu

Kawasan Masjid dan Benteng Indrapuri merupakan kawasan bersejarah dengan

latar belakang budaya Hindu

Perkembangan Kawasan Masjid dan Benteng Indrapuri

Perkembangan Kawasan Masjid dan Benteng Indrapuri

Terjadi perubahan lingkungan dan bangunan kuno, antara lain:Bentuk bangunanFungsi bangunanJumlah bangunanPola guna lahan

Terjadi perubahan lingkungan dan bangunan kuno, antara lain:Bentuk bangunanFungsi bangunanJumlah bangunanPola guna lahan

Rusak dan kurang terawatnya lingkungan dan bangunan kuno/tradisional, karena:Bangunan kuno yang termakan

usiaTerjadi pengabaian bangunan

kuno

Rusak dan kurang terawatnya lingkungan dan bangunan kuno/tradisional, karena:Bangunan kuno yang termakan

usiaTerjadi pengabaian bangunan

kuno

Rendahnya nilai apresiasi masyarakat terhadap kawasan bersejarah, karena:Pertimbangan ekonomiPola pikir dan pandangan

masyarakatPerkembangan zaman

Rendahnya nilai apresiasi masyarakat terhadap kawasan bersejarah, karena:Pertimbangan ekonomiPola pikir dan pandangan

masyarakatPerkembangan zaman

Penurunan citra kawasanPenurunan citra kawasan

Tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri

Tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri

Faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan di Kawasan

Benteng dan Masjid Indrapuri

Faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan di Kawasan

Benteng dan Masjid Indrapuri

Diperlukan kajian lebih lanjutDiperlukan kajian lebih lanjut

17

1.7. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan penelitian Perubahan Kawasan

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang Perubahan Kawasan Bersejarah

Benteng dan Masjid Indrapuri Aceh Besar, menjelaskan identifikasi masalah yang

berisi isu-isu pokok berkaitan dengan penyebab perubahan Kawasan Bersejarah

Benteng dan Masjid Indrapuri Aceh Besar, pembatasan masalah yang terdiri dari

batasan materi dan batasan wilayah, perumusan masalah yang akan dijawab

melalui langkah-langkah yang telah ditetapkan, tujuan dan manfaat, kerangka

pemikiran yang berisi mengenai langkah untuk menemukan faktor-faktor

penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Bersejarah

Benteng dan Masjid Indrapuri Aceh Besar, serta sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang pengertian dan tinjauan tentang Kawasan

bersejarah, elemen citra kawasan, penyebab perubahan bangunan kuno dan

lingkungan, studi yang pernah dilakukan serta landasan-landasan teori lainnya

yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan laporan

ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang uraian mengenai metode pencarian data (primer

dan sekunder), analisis data yang akan digunakan, variabel penelitian serta cara

pengambilan sempel. Komponen-komponen penyusun pada bab ini digunakan

untuk memperoleh data guna penyusunan studi ini.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang analisis deskriptif karakteristik kawasan yang

meliputi karakteristik bangunan, lingkungan serta kondisi sosial budaya

masyarakat di wilayah studi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap selanjutnya

adalah melakukan analisis karakteristik kawasan, analisis tingkat perubahan

bangunan dan lingkugan, analisis citra kawasan, analisis faktor penyebab

18

perubahan bangunan dan lingkungan serta analisis perkembangan kawasan

dengan menggunakan pendekatan sinkronik-diakronik.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan mengenai kondisi,

perkembangan, hasil analisis dan rekomendasi dari keseluruhan proses penelitian

yang dilakukan di Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri.

Daftar Pustaka

19

BAB I...........................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah..........................................................6

1.2.1. Identifikasi masalah.........................................................................6

1.2.2. Batasan area penelitian.....................................................................7

1.3. Rumusan Masalah......................................................................................11

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................11

1.4.1. Tujuan............................................................................................11

1.4.2. Manfaat penelitian..........................................................................11

1.5. Pembatasan masalah..................................................................................12

1.6. Kerangka Pemikiran..................................................................................15

1.7. Sistematika Pembahasan............................................................................17

20