bab i
DESCRIPTION
BAB I stomatognathiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy
adalah penyakit autoimun sistemik yang terutama mengenai kelenjar eksokrin
dan biasanya memberikan gejala kekeringan persisten pada mulut dan mata
akibat gangguan fungsional kelenjar saliva dan lakrimalis. Sindrom Sjogren di
klasifikasikan sebagai Sindrom Sjogren Sekunder bila berkaitan dengan
penyakit autoimun sistemik lain dan yang paling sering adalah Artritis
Reumatoid, SLE dan Sklerosis Sistemik. Sindrom Sjogren Primer paling
banyak ditemukan sedangkan Sindrom Sjogren Sekunder hanya 30%
kejadiannya (Sumariyono, 2008).
Penyakit autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri
yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk
mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya (Baratawidjaya,
2006).
Penyakit autoimun misalnya mengenai sistemik yang terutama mengenai
kelenjer eksokrin dan biasanya mengenai glandula salivarius, cavum oris, dan
glandula lakrimal yang disebut dengan sindrom sjogren. Kelenjar ludah
(glandula salivaris) adalah suatu kelenjar yang dapat menghasilkan atau
memproduksi cairan ludah. Cavum oris, bagian-bagianya terdiri dari bagian
depan ada labium oris (bibir), bagian samping ada buccae (pipi), bagian lantai
ada palatum dan bagian atap ada diaphragma oris. Isi dari cavum oris yaitu
gigi-geligi, lidah dan berisi kelenjar (Amino, 1988).
Sindrom sjogren dinamakan dari seorang ahli penyakit mata Henrik
Sjogren (1899-1986) dari Swedia, yang pertama kali memaparkan penyakit
ini. Sindrom Sjogren adalah sebuah kelainan autoimun di mana sel imun
menyerang dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang memproduksi air
mata dan liur. Gejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut
dan mata. Lainnya, sindrom Sjogren juga dapat menyebabkan kekeringan
1
2
pada kulit, hidung, dan vagina. Sindrom ini juga dapat mempengaruhi organ
lainnya seperti ginjal, pembuluh darah, paru-paru, hati, pankreas, dan otak.
Sembilan dari sepuluh pasien Sjogren adalah wanita dan usia rata-rata pada
akhir 40-an. Selebihnya penyakit ini dapat timbul pada pria dan wanita segala
umur (Scofield,2005).
Etiologi Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui.
Terdapat faktor genetik dan non genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren.
Gejala kliniknya tidak terbatas hanya pada gangguan sekresi kelenjar tetapi
disertai juga dengan gejala sistemik atau ekstraglandular. Gejala awal
biasanya ditandai dengan gejala mulut dan mata kering dan terkadang disertai
pembesaran kelenjar parotis. Secara histopatologi kelenjar eksokrin penuh
dengan infiltrasi limfosit yang mengantikan epitel yang berfungsi untuk
sekresi kelenjar (exocrinopathy). Diagnosa Sindrom Sjogren sebenarnya
relatif mudah, tetapi untuk Sindrom Sjogren Primer biasanya lebih sulit karena
pasien menunjukkan 3 gejala utama yaitu mata kering, mulut kering, dan
keluhan muskuloskletal dan biasanya pasien berobat kespesialis yang berbeda-
bada (Yuliasih, 2006).
1.2 RumusanMasalah
Apakah sindrom sjorgen berpengarh terhadap produksi kelenjar saliva dan
kelenjar lakrimalis.
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa fakultas kedokteran gigi
Institut ilmu kesehatan Bhakti Wiyata Kediri memahami dan mengetahui
tentang hubungan sindrome sjorgen mengetahui gejala dan cara pengobatan
dari penyakit tersebut.
2