bab i

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan akan berhasil secara optimal bila ditunjang oleh suatu sistem pelayanan kesehatan di mana didalamnya mencakup berbagai upaya-upaya kesehatan. Penyakit tulang merupakan masalah dari kesehatan, penyakit ini menyerang pada bagian tulang. Penyakit tulang menginfeksi penduduk di dunia. Penyakit tulang ini sering dijumpai pada orang usia lanjut, anak-anak, pada ibu hamil dan pada masa muda biasanya dikarenakan tumor pada tulang, kegagalan perkembangan yang sempurna pada tulang dan karena banyak hal lainnya. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting untuk mengenali dan mengerti cara kerja organ–organ tubuh manusia sebagai satu kesatuan individu. Termasuk di dalamnya sistem rangka (skelet) dan otot (muskulus) yang disebut dengan sistem muskuloskeletal. Manusia dapat melakukan pergerakan tubuh karena adanya rangka dan otot. Rangka tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak bila tidak digerakkan oleh otot. 1

Upload: yogiananta

Post on 23-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SGD

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan akan berhasil secara optimal bila ditunjang oleh

suatu sistem pelayanan kesehatan di mana didalamnya mencakup berbagai upaya-

upaya kesehatan. Penyakit tulang merupakan masalah dari kesehatan, penyakit ini

menyerang pada bagian tulang. Penyakit tulang menginfeksi penduduk di dunia.

Penyakit tulang ini sering dijumpai pada orang usia lanjut, anak-anak, pada ibu

hamil dan pada masa muda biasanya dikarenakan tumor pada tulang, kegagalan

perkembangan yang sempurna pada tulang dan karena banyak hal lainnya.

Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan dasar

yang penting untuk mengenali dan mengerti cara kerja organ–organ tubuh manusia

sebagai satu kesatuan individu. Termasuk di dalamnya sistem rangka (skelet) dan

otot (muskulus) yang disebut dengan sistem muskuloskeletal.

Manusia dapat melakukan pergerakan tubuh karena adanya rangka dan

otot. Rangka tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak bila tidak digerakkan oleh

otot. Otot dapat menggerakkan tulang karena dapat berkontraksi. Sehingga, otot

disebut alat gerak aktif sedangkan tulang disebut alat gerak pasif.

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan

bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem

muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot

rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang

menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem

muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa

gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang

berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem

muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan

1

rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai

yang sangat berat.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

NYERI TULANG DAN SENDI

Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik rumah saksit dengan

keluhan nyeri tungkai bawah kanan, pireksia, kemerahan, sinus di kulit yang hilang

timbul. Dua tahun yang lalu pasien pernah mengalami fraktur terbuka namun hanya

dilakukan pengobatan ke sangkal putung.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan deformitas, scar tissue dengan diameter 10 cm

pada region anterior tibia kanan, sinus dengan discharge seropurulen melekat pada

tulang dibawahnya dan ekskoriasi kulit di sekitar sinus. Pada pemeriksaan rotgen

didapatkan angulasi tibia dan fibula (varus).

2.2 TERMINOLOGI

1. Pireksia adalah istilah lain untuk demam. Demam adalah peningkatan titik

patokan suhu (set point) di hipotalamus (36,5-37 derajat celcius)

2. Kemerahan adalah peningkatan aliran darah kearea tubuh yang mengalami

infeksi atau peradangan sehingga menibulkan warna kemerahan (rubor).

3. Sinus dikulit adalah terdapatnya ruang kosong dibawah kulit yang

menimbulkan cekungan yang terlihat dari luar. Hal ini kemungkinan terjadi

pada saat pasien mengalami kecelakaan 2 tahun yang lalu dimana terdapat

potongan tulang yang belum dibersihkan saat pasien berobat ke sangkal

putung. Potongan tulang ini merupakan tulang yang sudah mati karena sudah

tidak mendapatkan pasokan darah.

4. Scrar tissue adalah jaringan parut akibat luka yang mengalami penyembuhan

namun tidak sempurna sehingga menimbulkan bekas.

3

5. Discharge seropurulent adalah cairana berwarnah jernih yang dihasilkan

darisistem imun tubuh. Cairan yang seropurulen ini disebabkan oleh bakterio

pyogenik .

6. Eksoriasi adalah pengelupasan kulit akibat luka atau garukan.

7. Sekuester adalah potongan tulang mati disekitar tulang yang masih hidup.

Meskipun sudah mati sekuester ini seperti tulang yang lain yang memiliki

periosteum dimana periosteum ini akan memeproduksi tulang baru.

8. Involukrum adalah jaringan tulang baru yang dihasilkan dari periosteum

sekuester.

9. Sklerosis adalah terjadinya pengerasan pada daerah tubuh akibat hambatan

aliran darah.

10. Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien

berada

2.3 PERMASALAHAN

1. Apakah penyebab sinus di kulit hilang timbul ?

2. Apakah penyebab deformitas pada pasien ?

3. Apakah penyebab keluarnya discharge seropurulent pada sinus, sekuester,

involukrum ?

4. Apakah penyebab pireksia ?

5. Apakah penyebab penebalan periosteum bone resorpsion ?

6. Apakah penyebab angulasi sehingga terjadi varus ?

7. Apa saja diferensial diagnosis pada kasus diatas ?

8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?

9. Apakah terapi yang diberikan pada pasien diskenario ?

4

2.4 PEMBAHASAN PERMASALAHAN

2.4.1 Penyebab sinus di kulit hilang timbul ?

Sinus dibawah kulit disebabkan karena adanya ruang kosong dibawah kulit.

Penyebab hilang timbulnya sinus ini karena adanya produksi pus, namun pus

ini tidak diproduksi secara terus menerus. Ketika system imun tubuh pasien

melemah atau kurang baik tubuh tidak mampu melawan bakteri, sehingga

bakteri memproduksi pus yang dikeluarkan melalui cloaca ( lubang pada

jaringan tulang baru atau involukrum) akibatnya sinus tidak terlihat. Ketika

system imun tubuh baik maka pertumbuhan bakteri dapat ditahan olh tubuh

sehingga pus tidak diproduksi dan pus tidak dikeluarkan akibatnya sinus

terlihat.

2.4.2 Penyebab deformitas pada pasien ?

Deformitas terjadi akibat dari proses reduksi tulang yang tidak baik. Pada saat

terjadinya fraktur terutama pada tulang panjang maka wajib untuk

mengembalikan posisi tulang kedalam posisi anatomis sebaik mungkin agar

tidak terjadi deformitas ataupun angulasi

2.4.3 Penyebab keluarnya discharge seropurulent pada sinus, sekuester,

involukrum ?

Keluarnya discharge seropurulen pada kaki pasien karena dicurigai telah

terjadinya infeksi pada pasien, discharge seropurulen ini menunjukan bakteri

yang menginfeksi adalah bakteri pyogenik. Proses infeksi pada tulang dimulai

pada daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat

dan banyak mengandung sinusoid. Kemudian infeksi menjalar kedaerah

korteks dari tulang, memebentuk abses subperiosteal dan selulitis pada

jaringan sekitar. Penyebaran menembus periosteum membentuk abses

jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan

memebentuk fistel. Abses ini dapat menyumbat aliran darah dan terjadi

kematian jaringan tulang dan munculnya sekuster. Namun tidak semua

pembuluh darah mengalami hambatan aliran akibatnya terdapat jaringan

5

tulang baru dari aktifitas osteogenensis yang masih berlangsung, jaringan ini

disebut involukrum.

2.4.4 Penyebab pireksia ?

Penyebab terjadinya pireksia adalah adanya infeksi yang ditadnai dari adanya

tanda-tanda inlfamasi pada pasien berupa kemeran, produksi discharge

seroputulen yang ditimbulkan oleh bakteri pyogenik.

2.4.5 Penyebab penebalan periosteum bone resorpsion ?

Penebalan bone resorpsion terjadi karena aktivitas berlebihan dari osteoklas.

Oleh karena adanya proses inflamasi system imun tubuh melepaskan

makrofag, kemudiaan mediator-mediator pengaktif osteoklas juga akan ikut

terlepas. Osteoklas yang terlepas kemudain akan meresorpsi tulang, sehingga

kalsium pada tulang berpindah ke darah.

2.4.6 Penyebab angulasi sehingga terjadi varus?

Penyebab terjadinya varus adalah akibat proses penyembuhan yang tidak

sempurna sehingga terjadi deformitas (angulasi).

2.4.7 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?

Pemeriksaan darah lengkap

Foto rotgen

Histopatologi

Biopsi

2.4.8 Apakah terapi yang diberikan pada pasien diskenario ?

Debridement dan drainase untuk pengeluaran jaringan nekrotik dan pus

Antibiotik

a. Sesuai hasil kultur dan sensitivity test

b. Staphylococus, misalnya diberikan Cephalosporin

6

c. Aureus S. diberikan Vancomycin

d. Streptococus A dan B dapat diberikan Clindamycin, Eritromycin

e. Pada pasien gawat darurat dapat diberikan antibiotika spectrum luas

langsung tanpa menunggu biakan darah

Gips mencegah patah tulang kronik

Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang yang hancur

Analgetic Antipiretic jika ada demam dan nyeri

Ex : Paracetamol

Operatif contohnya squestrektomi yaitu pengangkatan sekuester.

Menunggu sampai involukrum menjadi kuat

2.4.9 Diferensial diagnosis ?

2.4.9.1 OSTEOMYELITIS

a. Definisi

Osteomyelitis merupakan suatu infeksi yang mengenai tulang dan medula

tulang. Osteomyelitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu osteomyelitis hematogen

akut dan osteomyelitis kronik.

1. Osteomielitis akut

Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang biasanya

terjadi pada tulang yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut sebagai

osteomielitis primer karena penyebab infeksi masuk ke tubuh secara

langsung dari daerah infeksi lokal di daerah orofaring, telinga, gigi, atau

kulit secara hematogen.

2. Osteomielitis kronik

Berbeda dengan osteomielitis primer, infeksi osteomielitis skunder

berasal dari infeksi kronik jaringan yang lebih superfisial seperti ulkus

diabetikum, ulkus morbus hansen, ulkus tropikum, akibat fraktur terbuka

7

yang mengalami infeksi berkepanjangan atau dari infeksi akibat

pemasangan prostesis sendi.

b. Etiologi

Etiologi terseringnya adalah kuman gram positif yaitu Staphylococus aureus

c. Patofisiologi

Pada awalnya terjadi fokus infelamasi kecil di daerah metafisi tulang

panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan

menyebabkan peningkatan tekanan tekanan intraoseus yang menghalangi aliran

darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut mengalami iskemia dan

nekrosis. Bila terapi tidak memadai, osteolisis akan terus berlangsung sehingga

kuman dapat menyebar keluar ke sendi dan sirkulasi sistemik dan menyebabkan

sepsis. Penyebaran ke arah dalam akan menyebabkan infeksi medula dan dapat

terjadi abses yang akan mencari jalan keluar sehingga terbentuk fistel. Bagian

tulang yang mati akan terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai

sekuester. Sekuester meninggalkan rongga yang secara perlahan membentuk

dinding tulang baru yang terus menguat untuk mempertahankan biomekanika

tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut involukrum.

d. Tanda dan gejala

Lokasi infeksi tersering adalah daerah metefisis tulang panjang femur, tibia,

humerus, radius, ulna dan fibula. Daerah metafisis mejadi daerah sasaran infeksi

karena (1) daerah metafisis merupakan daerah pertumbuhan sehingga sel-sel

mudanya rawan terjangkit infeksi; (2) metafisis kaya akan rongga darah

sehingga risiko penyebaran infeksi secara hematogen meningkat; (3) pembuluh

darah di metefisis memiliki struktur yang unik dan aliran darah di daerah ini

melambat sehingga kuman akan berhenti di sini dan berproliferasi.

Gejala klinis osteomielitis akut sangat cepat, diawali dengan nyeri lokal

hebat yang terasa berdenyut. Pada anamnesis sering dikatikan dengan riwayat

jatuh sebelumnya disertai gangguan gerak yang disebut pseudoparalisis. Dalam

24 jam akan muncul gejala sistemik berupa seperti demam, malaise, cengeng,

8

dan anoreksia. Nyeri terus menghebat dan disertai pembengkakan. Setelah

beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan akan

menimbulkan selulitis dan kemerahan

Osteomielitis kronik umumnya merupakan kelanjutan dari osteomielitis akut

yang tidak terdiagnosis atau tidak diterapi secara adekuat. Penderita osteomielitis

kronik mengeluh nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam dan adanya

cairan yang keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas patahan tulang. Pada

pemeriksaan dapat ditemukan fistel kronikk yang mengeluarkan nanah dan

kadang sekuester kecil.

e. Komplikasi

- Komplikasi dini :

Kekakuan permanen

Abses

Atritis septik

- Komplikasi lanjut

Fraktur patologis

Gangguan pertumbuhan

2.4.9.2 OSTEOSARCOMA

a. Definisi

Osteosarkoma adalah tumor tulangganas yang berasal dari sel primitif pada regio

metafisis tulang panjang orang berusia muda. (Sarkoma Osteogenik) adalah

tumor tulang.

b. Etiologi

Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam

faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi

yang dapat menyebabkan osteosarcoma antaralain :

1. Trauma

9

Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah

terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai

penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun

parah jarang menyebabkan osteosarcoma.

2. Ekstrinsik karsinogenik

Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis

juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcomaini. Salah satu

contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti

kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat

mengakibatkan osteosarcoma.

3. Karsinogenik kimia

Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis

mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.

4. Virus

Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru

dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan

oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun

beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel

osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor

trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat juga

menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini

menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana

hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.

c. Patofisiologi

Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari

jaringan sel tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodullimfe,

hati dan ginjal sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktifitas

hematopeotik sumsum tulang yang cepat pada tulang sehingga sel-sel plasma

10

yang belum matang / tidak matang akan terus membelah terjadi penambahan

jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.

d. Manifestasi Klinik

Nyeri bengkak, dan terbatasnya pergerakan, menurunnya berat badan.

Gejala nyeri pada punggung bawah merupakan gejala yang khas. Hal ini

disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang

patologik.

Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma pada

sum-sum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya hiperkalsemia,

hiperkalsiuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel

plasma ganas akan membentuk sejumlah immunoglobulin/bencejone

protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi melalui serum urin dengan

teknik immuno elektrophoresis.

Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi imunoglobulin dalam

tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat,

infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeolomaginjal) dan trombosis pada vena

ginjal.

Pembengkakan

Keterbatasan gerak

Menurunnya berat badan

Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas

massa serta distensi pembuluh darah.

2.4.9.3 PENYAKIT PSORIASIS ATAU INFLAMASI ARTHRITIS

a. Definisi

Psoriasis arthritis yaitu bentuk inflamasi radang sendi systemik serta

kronis yang berkenaan dengan autoimun, yang berlangsung dengan penambahan

kecenderungan pada mereka yang mempunyai penyakit kulit psoriasis. Menurut

11

National Psoriasis Foundation, pada 10% hingga 30% orang dengan psoriasis

mempunyai kemungkinan menanggung derita psoriasis arthritis. Pasien dengan

psoriasis arthritis bakal alami pembengkakan yang menyakitkan di jari tangan

serta kaki. Serta beberapa besar pasien dengan psoriasis arthritis juga alami

inflamasi pada mata.

Psoriasis yaitu penyakit kulit yang berkenaan dengan permasalahan autoimun

serta ditandai dengan iritasi kulit atau ruam yang kasar serta bersisik yang

dibarengi dengan rasa gatal atau perih lantaran penebalan kemerahan. Umumnya

tampak pertama kali di ruang siku, lutut, serta kulit kepala dan dapat meluas ke

semua badan termasuk juga jari kaki, kuku, serta mata. Bila seorang mempunyai

penyakit kulit psoriasis, kemungkinan dapat juga menanggung derita psoriasis

arthritis. Jadi psoriasis yaitu penyakit kulit yang dapat jadi indikator pertama kali

keadaan radang sendi yang dihadapi sebagian orang yang dimaksud Psoriasis

Arthritis.

b. Penyebab Psoriasis arthritis

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.

Biasanya penderita psoriasis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

menderita artritis. Psoriasis arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mulai

menyerang sel-sel sehat dan jaringan. Respon imun abnormal menyebabkan

peradangan pada sendi serta kelebihan produksi sel kulit. Belum sepenuhnya jelas

apa yang menyebabkan sistem imun berbalik menyerang jaringan sehat, tetapi

tampaknya karena faktor genetik dan lingkungan. Banyak orang dengan psoriasis

arthritis memiliki riwayat keluarga yang menderita psoriasis maupun psoriasis

arthritis. Para peneliti telah menemukan penanda genetik tertentu yang tampaknya

terkait dengan psoriasis arthritis. Trauma fisik atau sesuatu di lingkungan seperti

infeksi virus atau bakteri dapat memicu psoriasis arthritis pada orang dengan

kecenderungan yang diwariskan.

12

Kemungkinan penyebabnya kombinasi faktor genetik, kekebalan, dan

lingkungan yang terlibat. Pasien dengan Psoriatic arthritis yang memiliki arthritis

di tulang belakang, penanda gen bernama HLA-B27 ditemukan sekitar 50%.

Pengujian darah digunakan untuk menguji gen HLA-B27. Beberapa gen lain juga

telah ditemukan lebih umum pada pasien dengan Psoriatic arthritis. Perubahan

tertentu dalam sistem kekebalan tubuh juga mungkin penting dalam

pengembangan Psoriatic arthritis. Sebagai contoh, penurunan jumlah sel

kekebalan yang disebut sel T helper pada orang dengan AIDS mungkin

memainkan peran dalam pengembangan dan perkembangan psoriasis pada pasien

ini. Pentingnya dari agen yang menular dan faktor lingkungan lain yang

menyebabkan Psoriatic arthritis sedang diselidiki oleh para peneliti.

c. Gejala Psoriasis arthritis

Pada kebanyakan pasien, psoriasis mendahului arthritis dalam bulan hingga

tahun. Arthritis sering melibatkan lutut, pergelangan kaki, dan sendi di kaki.

Biasanya, hanya beberapa sendi yang meradang pada suatu waktu. Sendi yang

meradang menjadi menyakitkan, bengkak, panas, dan merah. Kadang-kadang,

peradangan sendi di jari tangan atau kaki dapat menyebabkan pembengkakan

sendi secara keseluruhan, membuat mereka kelihatan seperti “sosis.” Kekakuan

sendi adalah umum dan biasanya memburuk di pagi hari.

Pasien dengan Psoriatic arthritis juga dapat mengembangkan peradangan pada

tendon (tendinitis), radang tendon dibelakang tumit yang menyebabkan Achilles

tendonitis. Peradangan dari dinding dada dan tulang rawan yang menghubungkan

tulang iga dengan tulang dada (sternum) bisa menyebabkan nyeri dada, seperti

yang terlihat di costochondritis.

Psoriasis arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel-

sel sehat dan jaringan. Respon imun abnormal menyebabkan peradangan pada

sendi serta kelebihan produksi sel kulit. Belum sepenuhnya jelas apa yang

13

menyebabkan sistem imun berbalik menyerang jaringan sehat, tetapi tampaknya

karena faktor genetik dan lingkungan. Banyak orang dengan psoriasis arthritis

memiliki riwayat keluarga yang menderita psoriasis maupun psoriasis arthritis.

Para peneliti telah menemukan penanda genetik tertentu yang tampaknya terkait

dengan psoriasis arthritis. Trauma fisik atau sesuatu di lingkungan seperti infeksi

virus atau bakteri dapat memicu psoriasis arthritis pada orang dengan

kecenderungan yang diwariskan. Ternyata belum diketahui penyebabnya secara

pasti, namun kebanyakan penderita penyakit ini didapat dari faktor keturunan

(ginetik).

Gejalanya berupa:

kelainan kuku atau lesi kulit karena psoriasis (kulit menjadi bersisik-sisik

kemerahan dan terjadi penebalan, bisa disertai kuku yang berlubang)

pembengkakan dan nyeri persendian (artritis), biasanya pada persendian

jari tangan dan jari kaki, tetapi bisa juga pada persendian lainnya

nyeri pergelangan tangan, nyeri lutut, nyeri pinggul, nyeri sikut, nyeri

pergelangan kaki

nyeri dan pembengkakan pada tempat persambungan tendo dengan tulang

mungkin melibatkan tendo Achilles

Nyeri lutut, nyeri pinggul, nyeri siku

Nyeri pergelangan tangan

Penderita psoriasis pada kulit atau kuku biasanya yang akan sering mengalami

Radang Sendi Psoriasis / Artritis Psoriatik (Psoriatic Arthritis) ini, radang yang

menyerang persendian pada tangan dan kaki.

2.4.9.4 SARCOMA EWING

a. Definisi

Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat

neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap

14

pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Sarkoma Ewing adalah

neoplasma ganas yang tumbuh cepat dan berasal dari sel-sel primitif sumsum

tulang pada dewasa muda. Penampilan secara kasarnya adalah berupa tumor abu-

abu lunak yang tumbuh ke retikulum sumsum tulang dan merusak korteks tulang

dari sebelah dalam. Di bawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang

baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran

serupa kulit bawang. Sarkoma Ewing merupakan tumor maligna yang tersusun

atas sel bulat, kecil yang paling banyak terjadi pada tiga dekade pertama

kehidupan, yang paling sering mengenai tulang panjang.

b. Etiologi

Tumor mungkin timbul di mana saja di tubuh, biasanya pada tulang panjang

pada lengan dan kaki, panggul, atau dada. Hal ini juga dapat berkembang di

tengkorak atau tulang pipih batang. Tumor sering menyebar (metastasis) ke paru-

paru dan tulang lainnya.

Sebenarnya, penyebab Ewing’s sarcoma masih belum dapat dipastikan.

Namun, beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena

perubahan sel kromoson pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya

penyakit ini. Ewing’s sarcoma termasuk penyakit dengan kelainan genetik akibat

kesalahan rekombinasi kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah

menjadi sel ganas. Ewing’s sarcoma terjadi akibat translokasi kromosom 11 dan

22, dimana gen EWS pada kromoson 22 berpindah ke gen FLI1 pada kromoson

11 dan menyatu. Perpindahan ini dinamakan translokasi 11; 22 [t(11; 22)].

Translokasi ini menghasilkan potongan baru pada DNA. Walaupun terjadi

translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan dari orang tua kepada

anaknya. Pasien yang menderita Ewing’s sarcoma tidak mendapatkan penyakit

15

tersebut dari orang tuanya dan tidak akan menurunkan resiko menderita kanker ini

kepada anaknya.

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis sarkoma Ewing dapat berupa manifestasi lokal maupun

sistemik. Manifestasi lokal meliputi : nyeri dan bengkak pada daerah femur atau

pelvis, meskipun tulang lain dapat juga terlibat. Masa tulang dan jaringan lunak

di daerah sekitar tumor sering dan bisa teraba fluktuasi dan terlihat eritema yang

berasal dari perdarahan dalam tumor. Manifestasi sistemik biasanya meliputi:

lesu, lemah serta berat badan menurun dan demam kadang terjadi serta dapat

ditemukan adanya masa paru yang merupakan metastase. Durasi dari munculnya

gejala bisa diukur dalam minggu atau bulan dan seringkali memanjang pada

pasien yang mempunyai lesi primer pada aksis tulang. Tanda dan gejala yang

khas adalah: nyeri, benjolan nyeri tekan,demam (38-40 OC), dan leukositosis

(20.000 sampai 40.000 leukosit/mm3).

d. Patofisiologi

Dengan mikroskop cahaya, sarcoma Ewing tampak sebagai massa difus dari

sel tumor yang homogen. Seringkali terdapat populasi bifasik dengan sel yang

besar, terang dan kecil, gelap. Tanda vaskularisasi dan nekrosis koagulasi yang

luas merupakan gambaran yang khas. Tumor akan menginfiltrasi tulang dan

membuat destruksi kecil. Tepi tumor biasanya infiltratif dengan pola fili dan

prosesus seperti jari yang kompak disertai adanya sel basofil yang biasanya

berhubungan erat dengan survival penderita yang buruk.

Sarcoma Ewing merupakan tumor maligna dengan gambaran histologis agak

uniform terdiri atas sel kecil padat, kaya akan glikogen dengan nukleus bulat

tanpa nukleoli yang prominen atau outline sitoplasma yang jelas. Jaringan tumor

secara tipikal terbagi atas pita-pita ireguler atau lobulus oleh septum fibrosa, tapi

16

tanpa hubungan interseluler serabut retikulin yang merupakan gambaran limfoma

maligna. Mitosis jarang didapatkan, namun perdarahan dan area nekrosis sering

terjadi.

e. Diagnosis

Riwayat panyakit dan pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada semua

pasien yang dicurigai sebagai sarkoma Ewing. Perhatian khusus harus

ditempatkan pada hal-hal berikut ini: Keadaan umum dan status gizi penderita.

Pemeriksaan Nodus limfatikus, meliputi: jumlah, konsistensi, nyeri tekan dan

distribusinya baik pada daerah servikal, supraklavikula, axilla serta inguinal harus

dicatat. Pada pemeriksaan dada, mungkin didapatkan bukti adanya efusi pleura

dan metastase paru, misal penurunan atau hilangnya suara napas, adanya bising

gesek pleura pada pemeriksaan paru-paru. Pemeriksaan perut, adanya hepato-

splenomegali, asites dan semua massa abdomen harus digambarkan dengan jelas.

Pemeriksaan daerah pelvis, bisa dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya

massa, atau daerah yang nyeri bila ditekan. Pemeriksaan ekstremitas, meliputi

pemeriksaan skeletal termasuk test ruang gerak sangat diperlukan. Pemeriksaan

sistem saraf menyeluruh harus dicatat dengan baik.

17

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan

ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan

jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya

jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam

gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan

gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada

sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah

nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling

ringan sampai yang sangat berat.

18

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta.

Mansjoer S., (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius.

Jakarta.

Price, Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.

EGC. Jakarta.

Sjamsuhidajat R., Jong W.D., (1998). Buku-Ajar Ilmu Bedah. edisi revisi. EGC.

Jakarta.

19