bab i
DESCRIPTION
SGDTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan akan berhasil secara optimal bila ditunjang oleh
suatu sistem pelayanan kesehatan di mana didalamnya mencakup berbagai upaya-
upaya kesehatan. Penyakit tulang merupakan masalah dari kesehatan, penyakit ini
menyerang pada bagian tulang. Penyakit tulang menginfeksi penduduk di dunia.
Penyakit tulang ini sering dijumpai pada orang usia lanjut, anak-anak, pada ibu
hamil dan pada masa muda biasanya dikarenakan tumor pada tulang, kegagalan
perkembangan yang sempurna pada tulang dan karena banyak hal lainnya.
Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan dasar
yang penting untuk mengenali dan mengerti cara kerja organ–organ tubuh manusia
sebagai satu kesatuan individu. Termasuk di dalamnya sistem rangka (skelet) dan
otot (muskulus) yang disebut dengan sistem muskuloskeletal.
Manusia dapat melakukan pergerakan tubuh karena adanya rangka dan
otot. Rangka tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak bila tidak digerakkan oleh
otot. Otot dapat menggerakkan tulang karena dapat berkontraksi. Sehingga, otot
disebut alat gerak aktif sedangkan tulang disebut alat gerak pasif.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan
1
rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai
yang sangat berat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
NYERI TULANG DAN SENDI
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik rumah saksit dengan
keluhan nyeri tungkai bawah kanan, pireksia, kemerahan, sinus di kulit yang hilang
timbul. Dua tahun yang lalu pasien pernah mengalami fraktur terbuka namun hanya
dilakukan pengobatan ke sangkal putung.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan deformitas, scar tissue dengan diameter 10 cm
pada region anterior tibia kanan, sinus dengan discharge seropurulen melekat pada
tulang dibawahnya dan ekskoriasi kulit di sekitar sinus. Pada pemeriksaan rotgen
didapatkan angulasi tibia dan fibula (varus).
2.2 TERMINOLOGI
1. Pireksia adalah istilah lain untuk demam. Demam adalah peningkatan titik
patokan suhu (set point) di hipotalamus (36,5-37 derajat celcius)
2. Kemerahan adalah peningkatan aliran darah kearea tubuh yang mengalami
infeksi atau peradangan sehingga menibulkan warna kemerahan (rubor).
3. Sinus dikulit adalah terdapatnya ruang kosong dibawah kulit yang
menimbulkan cekungan yang terlihat dari luar. Hal ini kemungkinan terjadi
pada saat pasien mengalami kecelakaan 2 tahun yang lalu dimana terdapat
potongan tulang yang belum dibersihkan saat pasien berobat ke sangkal
putung. Potongan tulang ini merupakan tulang yang sudah mati karena sudah
tidak mendapatkan pasokan darah.
4. Scrar tissue adalah jaringan parut akibat luka yang mengalami penyembuhan
namun tidak sempurna sehingga menimbulkan bekas.
3
5. Discharge seropurulent adalah cairana berwarnah jernih yang dihasilkan
darisistem imun tubuh. Cairan yang seropurulen ini disebabkan oleh bakterio
pyogenik .
6. Eksoriasi adalah pengelupasan kulit akibat luka atau garukan.
7. Sekuester adalah potongan tulang mati disekitar tulang yang masih hidup.
Meskipun sudah mati sekuester ini seperti tulang yang lain yang memiliki
periosteum dimana periosteum ini akan memeproduksi tulang baru.
8. Involukrum adalah jaringan tulang baru yang dihasilkan dari periosteum
sekuester.
9. Sklerosis adalah terjadinya pengerasan pada daerah tubuh akibat hambatan
aliran darah.
10. Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien
berada
2.3 PERMASALAHAN
1. Apakah penyebab sinus di kulit hilang timbul ?
2. Apakah penyebab deformitas pada pasien ?
3. Apakah penyebab keluarnya discharge seropurulent pada sinus, sekuester,
involukrum ?
4. Apakah penyebab pireksia ?
5. Apakah penyebab penebalan periosteum bone resorpsion ?
6. Apakah penyebab angulasi sehingga terjadi varus ?
7. Apa saja diferensial diagnosis pada kasus diatas ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
9. Apakah terapi yang diberikan pada pasien diskenario ?
4
2.4 PEMBAHASAN PERMASALAHAN
2.4.1 Penyebab sinus di kulit hilang timbul ?
Sinus dibawah kulit disebabkan karena adanya ruang kosong dibawah kulit.
Penyebab hilang timbulnya sinus ini karena adanya produksi pus, namun pus
ini tidak diproduksi secara terus menerus. Ketika system imun tubuh pasien
melemah atau kurang baik tubuh tidak mampu melawan bakteri, sehingga
bakteri memproduksi pus yang dikeluarkan melalui cloaca ( lubang pada
jaringan tulang baru atau involukrum) akibatnya sinus tidak terlihat. Ketika
system imun tubuh baik maka pertumbuhan bakteri dapat ditahan olh tubuh
sehingga pus tidak diproduksi dan pus tidak dikeluarkan akibatnya sinus
terlihat.
2.4.2 Penyebab deformitas pada pasien ?
Deformitas terjadi akibat dari proses reduksi tulang yang tidak baik. Pada saat
terjadinya fraktur terutama pada tulang panjang maka wajib untuk
mengembalikan posisi tulang kedalam posisi anatomis sebaik mungkin agar
tidak terjadi deformitas ataupun angulasi
2.4.3 Penyebab keluarnya discharge seropurulent pada sinus, sekuester,
involukrum ?
Keluarnya discharge seropurulen pada kaki pasien karena dicurigai telah
terjadinya infeksi pada pasien, discharge seropurulen ini menunjukan bakteri
yang menginfeksi adalah bakteri pyogenik. Proses infeksi pada tulang dimulai
pada daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat
dan banyak mengandung sinusoid. Kemudian infeksi menjalar kedaerah
korteks dari tulang, memebentuk abses subperiosteal dan selulitis pada
jaringan sekitar. Penyebaran menembus periosteum membentuk abses
jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan
memebentuk fistel. Abses ini dapat menyumbat aliran darah dan terjadi
kematian jaringan tulang dan munculnya sekuster. Namun tidak semua
pembuluh darah mengalami hambatan aliran akibatnya terdapat jaringan
5
tulang baru dari aktifitas osteogenensis yang masih berlangsung, jaringan ini
disebut involukrum.
2.4.4 Penyebab pireksia ?
Penyebab terjadinya pireksia adalah adanya infeksi yang ditadnai dari adanya
tanda-tanda inlfamasi pada pasien berupa kemeran, produksi discharge
seroputulen yang ditimbulkan oleh bakteri pyogenik.
2.4.5 Penyebab penebalan periosteum bone resorpsion ?
Penebalan bone resorpsion terjadi karena aktivitas berlebihan dari osteoklas.
Oleh karena adanya proses inflamasi system imun tubuh melepaskan
makrofag, kemudiaan mediator-mediator pengaktif osteoklas juga akan ikut
terlepas. Osteoklas yang terlepas kemudain akan meresorpsi tulang, sehingga
kalsium pada tulang berpindah ke darah.
2.4.6 Penyebab angulasi sehingga terjadi varus?
Penyebab terjadinya varus adalah akibat proses penyembuhan yang tidak
sempurna sehingga terjadi deformitas (angulasi).
2.4.7 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
Pemeriksaan darah lengkap
Foto rotgen
Histopatologi
Biopsi
2.4.8 Apakah terapi yang diberikan pada pasien diskenario ?
Debridement dan drainase untuk pengeluaran jaringan nekrotik dan pus
Antibiotik
a. Sesuai hasil kultur dan sensitivity test
b. Staphylococus, misalnya diberikan Cephalosporin
6
c. Aureus S. diberikan Vancomycin
d. Streptococus A dan B dapat diberikan Clindamycin, Eritromycin
e. Pada pasien gawat darurat dapat diberikan antibiotika spectrum luas
langsung tanpa menunggu biakan darah
Gips mencegah patah tulang kronik
Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang yang hancur
Analgetic Antipiretic jika ada demam dan nyeri
Ex : Paracetamol
Operatif contohnya squestrektomi yaitu pengangkatan sekuester.
Menunggu sampai involukrum menjadi kuat
2.4.9 Diferensial diagnosis ?
2.4.9.1 OSTEOMYELITIS
a. Definisi
Osteomyelitis merupakan suatu infeksi yang mengenai tulang dan medula
tulang. Osteomyelitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu osteomyelitis hematogen
akut dan osteomyelitis kronik.
1. Osteomielitis akut
Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang biasanya
terjadi pada tulang yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut sebagai
osteomielitis primer karena penyebab infeksi masuk ke tubuh secara
langsung dari daerah infeksi lokal di daerah orofaring, telinga, gigi, atau
kulit secara hematogen.
2. Osteomielitis kronik
Berbeda dengan osteomielitis primer, infeksi osteomielitis skunder
berasal dari infeksi kronik jaringan yang lebih superfisial seperti ulkus
diabetikum, ulkus morbus hansen, ulkus tropikum, akibat fraktur terbuka
7
yang mengalami infeksi berkepanjangan atau dari infeksi akibat
pemasangan prostesis sendi.
b. Etiologi
Etiologi terseringnya adalah kuman gram positif yaitu Staphylococus aureus
c. Patofisiologi
Pada awalnya terjadi fokus infelamasi kecil di daerah metafisi tulang
panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan
menyebabkan peningkatan tekanan tekanan intraoseus yang menghalangi aliran
darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut mengalami iskemia dan
nekrosis. Bila terapi tidak memadai, osteolisis akan terus berlangsung sehingga
kuman dapat menyebar keluar ke sendi dan sirkulasi sistemik dan menyebabkan
sepsis. Penyebaran ke arah dalam akan menyebabkan infeksi medula dan dapat
terjadi abses yang akan mencari jalan keluar sehingga terbentuk fistel. Bagian
tulang yang mati akan terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai
sekuester. Sekuester meninggalkan rongga yang secara perlahan membentuk
dinding tulang baru yang terus menguat untuk mempertahankan biomekanika
tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut involukrum.
d. Tanda dan gejala
Lokasi infeksi tersering adalah daerah metefisis tulang panjang femur, tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Daerah metafisis mejadi daerah sasaran infeksi
karena (1) daerah metafisis merupakan daerah pertumbuhan sehingga sel-sel
mudanya rawan terjangkit infeksi; (2) metafisis kaya akan rongga darah
sehingga risiko penyebaran infeksi secara hematogen meningkat; (3) pembuluh
darah di metefisis memiliki struktur yang unik dan aliran darah di daerah ini
melambat sehingga kuman akan berhenti di sini dan berproliferasi.
Gejala klinis osteomielitis akut sangat cepat, diawali dengan nyeri lokal
hebat yang terasa berdenyut. Pada anamnesis sering dikatikan dengan riwayat
jatuh sebelumnya disertai gangguan gerak yang disebut pseudoparalisis. Dalam
24 jam akan muncul gejala sistemik berupa seperti demam, malaise, cengeng,
8
dan anoreksia. Nyeri terus menghebat dan disertai pembengkakan. Setelah
beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan akan
menimbulkan selulitis dan kemerahan
Osteomielitis kronik umumnya merupakan kelanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diterapi secara adekuat. Penderita osteomielitis
kronik mengeluh nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam dan adanya
cairan yang keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas patahan tulang. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan fistel kronikk yang mengeluarkan nanah dan
kadang sekuester kecil.
e. Komplikasi
- Komplikasi dini :
Kekakuan permanen
Abses
Atritis septik
- Komplikasi lanjut
Fraktur patologis
Gangguan pertumbuhan
2.4.9.2 OSTEOSARCOMA
a. Definisi
Osteosarkoma adalah tumor tulangganas yang berasal dari sel primitif pada regio
metafisis tulang panjang orang berusia muda. (Sarkoma Osteogenik) adalah
tumor tulang.
b. Etiologi
Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam
faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi
yang dapat menyebabkan osteosarcoma antaralain :
1. Trauma
9
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai
penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun
parah jarang menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis
juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcomaini. Salah satu
contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti
kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat
mengakibatkan osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru
dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun
beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor
trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat juga
menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini
menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana
hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
c. Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodullimfe,
hati dan ginjal sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktifitas
hematopeotik sumsum tulang yang cepat pada tulang sehingga sel-sel plasma
10
yang belum matang / tidak matang akan terus membelah terjadi penambahan
jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
d. Manifestasi Klinik
Nyeri bengkak, dan terbatasnya pergerakan, menurunnya berat badan.
Gejala nyeri pada punggung bawah merupakan gejala yang khas. Hal ini
disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang
patologik.
Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma pada
sum-sum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya hiperkalsemia,
hiperkalsiuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel
plasma ganas akan membentuk sejumlah immunoglobulin/bencejone
protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi melalui serum urin dengan
teknik immuno elektrophoresis.
Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi imunoglobulin dalam
tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat,
infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeolomaginjal) dan trombosis pada vena
ginjal.
Pembengkakan
Keterbatasan gerak
Menurunnya berat badan
Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas
massa serta distensi pembuluh darah.
2.4.9.3 PENYAKIT PSORIASIS ATAU INFLAMASI ARTHRITIS
a. Definisi
Psoriasis arthritis yaitu bentuk inflamasi radang sendi systemik serta
kronis yang berkenaan dengan autoimun, yang berlangsung dengan penambahan
kecenderungan pada mereka yang mempunyai penyakit kulit psoriasis. Menurut
11
National Psoriasis Foundation, pada 10% hingga 30% orang dengan psoriasis
mempunyai kemungkinan menanggung derita psoriasis arthritis. Pasien dengan
psoriasis arthritis bakal alami pembengkakan yang menyakitkan di jari tangan
serta kaki. Serta beberapa besar pasien dengan psoriasis arthritis juga alami
inflamasi pada mata.
Psoriasis yaitu penyakit kulit yang berkenaan dengan permasalahan autoimun
serta ditandai dengan iritasi kulit atau ruam yang kasar serta bersisik yang
dibarengi dengan rasa gatal atau perih lantaran penebalan kemerahan. Umumnya
tampak pertama kali di ruang siku, lutut, serta kulit kepala dan dapat meluas ke
semua badan termasuk juga jari kaki, kuku, serta mata. Bila seorang mempunyai
penyakit kulit psoriasis, kemungkinan dapat juga menanggung derita psoriasis
arthritis. Jadi psoriasis yaitu penyakit kulit yang dapat jadi indikator pertama kali
keadaan radang sendi yang dihadapi sebagian orang yang dimaksud Psoriasis
Arthritis.
b. Penyebab Psoriasis arthritis
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Biasanya penderita psoriasis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
menderita artritis. Psoriasis arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mulai
menyerang sel-sel sehat dan jaringan. Respon imun abnormal menyebabkan
peradangan pada sendi serta kelebihan produksi sel kulit. Belum sepenuhnya jelas
apa yang menyebabkan sistem imun berbalik menyerang jaringan sehat, tetapi
tampaknya karena faktor genetik dan lingkungan. Banyak orang dengan psoriasis
arthritis memiliki riwayat keluarga yang menderita psoriasis maupun psoriasis
arthritis. Para peneliti telah menemukan penanda genetik tertentu yang tampaknya
terkait dengan psoriasis arthritis. Trauma fisik atau sesuatu di lingkungan seperti
infeksi virus atau bakteri dapat memicu psoriasis arthritis pada orang dengan
kecenderungan yang diwariskan.
12
Kemungkinan penyebabnya kombinasi faktor genetik, kekebalan, dan
lingkungan yang terlibat. Pasien dengan Psoriatic arthritis yang memiliki arthritis
di tulang belakang, penanda gen bernama HLA-B27 ditemukan sekitar 50%.
Pengujian darah digunakan untuk menguji gen HLA-B27. Beberapa gen lain juga
telah ditemukan lebih umum pada pasien dengan Psoriatic arthritis. Perubahan
tertentu dalam sistem kekebalan tubuh juga mungkin penting dalam
pengembangan Psoriatic arthritis. Sebagai contoh, penurunan jumlah sel
kekebalan yang disebut sel T helper pada orang dengan AIDS mungkin
memainkan peran dalam pengembangan dan perkembangan psoriasis pada pasien
ini. Pentingnya dari agen yang menular dan faktor lingkungan lain yang
menyebabkan Psoriatic arthritis sedang diselidiki oleh para peneliti.
c. Gejala Psoriasis arthritis
Pada kebanyakan pasien, psoriasis mendahului arthritis dalam bulan hingga
tahun. Arthritis sering melibatkan lutut, pergelangan kaki, dan sendi di kaki.
Biasanya, hanya beberapa sendi yang meradang pada suatu waktu. Sendi yang
meradang menjadi menyakitkan, bengkak, panas, dan merah. Kadang-kadang,
peradangan sendi di jari tangan atau kaki dapat menyebabkan pembengkakan
sendi secara keseluruhan, membuat mereka kelihatan seperti “sosis.” Kekakuan
sendi adalah umum dan biasanya memburuk di pagi hari.
Pasien dengan Psoriatic arthritis juga dapat mengembangkan peradangan pada
tendon (tendinitis), radang tendon dibelakang tumit yang menyebabkan Achilles
tendonitis. Peradangan dari dinding dada dan tulang rawan yang menghubungkan
tulang iga dengan tulang dada (sternum) bisa menyebabkan nyeri dada, seperti
yang terlihat di costochondritis.
Psoriasis arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel-
sel sehat dan jaringan. Respon imun abnormal menyebabkan peradangan pada
sendi serta kelebihan produksi sel kulit. Belum sepenuhnya jelas apa yang
13
menyebabkan sistem imun berbalik menyerang jaringan sehat, tetapi tampaknya
karena faktor genetik dan lingkungan. Banyak orang dengan psoriasis arthritis
memiliki riwayat keluarga yang menderita psoriasis maupun psoriasis arthritis.
Para peneliti telah menemukan penanda genetik tertentu yang tampaknya terkait
dengan psoriasis arthritis. Trauma fisik atau sesuatu di lingkungan seperti infeksi
virus atau bakteri dapat memicu psoriasis arthritis pada orang dengan
kecenderungan yang diwariskan. Ternyata belum diketahui penyebabnya secara
pasti, namun kebanyakan penderita penyakit ini didapat dari faktor keturunan
(ginetik).
Gejalanya berupa:
kelainan kuku atau lesi kulit karena psoriasis (kulit menjadi bersisik-sisik
kemerahan dan terjadi penebalan, bisa disertai kuku yang berlubang)
pembengkakan dan nyeri persendian (artritis), biasanya pada persendian
jari tangan dan jari kaki, tetapi bisa juga pada persendian lainnya
nyeri pergelangan tangan, nyeri lutut, nyeri pinggul, nyeri sikut, nyeri
pergelangan kaki
nyeri dan pembengkakan pada tempat persambungan tendo dengan tulang
mungkin melibatkan tendo Achilles
Nyeri lutut, nyeri pinggul, nyeri siku
Nyeri pergelangan tangan
Penderita psoriasis pada kulit atau kuku biasanya yang akan sering mengalami
Radang Sendi Psoriasis / Artritis Psoriatik (Psoriatic Arthritis) ini, radang yang
menyerang persendian pada tangan dan kaki.
2.4.9.4 SARCOMA EWING
a. Definisi
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat
neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap
14
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Sarkoma Ewing adalah
neoplasma ganas yang tumbuh cepat dan berasal dari sel-sel primitif sumsum
tulang pada dewasa muda. Penampilan secara kasarnya adalah berupa tumor abu-
abu lunak yang tumbuh ke retikulum sumsum tulang dan merusak korteks tulang
dari sebelah dalam. Di bawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang
baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran
serupa kulit bawang. Sarkoma Ewing merupakan tumor maligna yang tersusun
atas sel bulat, kecil yang paling banyak terjadi pada tiga dekade pertama
kehidupan, yang paling sering mengenai tulang panjang.
b. Etiologi
Tumor mungkin timbul di mana saja di tubuh, biasanya pada tulang panjang
pada lengan dan kaki, panggul, atau dada. Hal ini juga dapat berkembang di
tengkorak atau tulang pipih batang. Tumor sering menyebar (metastasis) ke paru-
paru dan tulang lainnya.
Sebenarnya, penyebab Ewing’s sarcoma masih belum dapat dipastikan.
Namun, beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena
perubahan sel kromoson pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya
penyakit ini. Ewing’s sarcoma termasuk penyakit dengan kelainan genetik akibat
kesalahan rekombinasi kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah
menjadi sel ganas. Ewing’s sarcoma terjadi akibat translokasi kromosom 11 dan
22, dimana gen EWS pada kromoson 22 berpindah ke gen FLI1 pada kromoson
11 dan menyatu. Perpindahan ini dinamakan translokasi 11; 22 [t(11; 22)].
Translokasi ini menghasilkan potongan baru pada DNA. Walaupun terjadi
translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Pasien yang menderita Ewing’s sarcoma tidak mendapatkan penyakit
15
tersebut dari orang tuanya dan tidak akan menurunkan resiko menderita kanker ini
kepada anaknya.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis sarkoma Ewing dapat berupa manifestasi lokal maupun
sistemik. Manifestasi lokal meliputi : nyeri dan bengkak pada daerah femur atau
pelvis, meskipun tulang lain dapat juga terlibat. Masa tulang dan jaringan lunak
di daerah sekitar tumor sering dan bisa teraba fluktuasi dan terlihat eritema yang
berasal dari perdarahan dalam tumor. Manifestasi sistemik biasanya meliputi:
lesu, lemah serta berat badan menurun dan demam kadang terjadi serta dapat
ditemukan adanya masa paru yang merupakan metastase. Durasi dari munculnya
gejala bisa diukur dalam minggu atau bulan dan seringkali memanjang pada
pasien yang mempunyai lesi primer pada aksis tulang. Tanda dan gejala yang
khas adalah: nyeri, benjolan nyeri tekan,demam (38-40 OC), dan leukositosis
(20.000 sampai 40.000 leukosit/mm3).
d. Patofisiologi
Dengan mikroskop cahaya, sarcoma Ewing tampak sebagai massa difus dari
sel tumor yang homogen. Seringkali terdapat populasi bifasik dengan sel yang
besar, terang dan kecil, gelap. Tanda vaskularisasi dan nekrosis koagulasi yang
luas merupakan gambaran yang khas. Tumor akan menginfiltrasi tulang dan
membuat destruksi kecil. Tepi tumor biasanya infiltratif dengan pola fili dan
prosesus seperti jari yang kompak disertai adanya sel basofil yang biasanya
berhubungan erat dengan survival penderita yang buruk.
Sarcoma Ewing merupakan tumor maligna dengan gambaran histologis agak
uniform terdiri atas sel kecil padat, kaya akan glikogen dengan nukleus bulat
tanpa nukleoli yang prominen atau outline sitoplasma yang jelas. Jaringan tumor
secara tipikal terbagi atas pita-pita ireguler atau lobulus oleh septum fibrosa, tapi
16
tanpa hubungan interseluler serabut retikulin yang merupakan gambaran limfoma
maligna. Mitosis jarang didapatkan, namun perdarahan dan area nekrosis sering
terjadi.
e. Diagnosis
Riwayat panyakit dan pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada semua
pasien yang dicurigai sebagai sarkoma Ewing. Perhatian khusus harus
ditempatkan pada hal-hal berikut ini: Keadaan umum dan status gizi penderita.
Pemeriksaan Nodus limfatikus, meliputi: jumlah, konsistensi, nyeri tekan dan
distribusinya baik pada daerah servikal, supraklavikula, axilla serta inguinal harus
dicatat. Pada pemeriksaan dada, mungkin didapatkan bukti adanya efusi pleura
dan metastase paru, misal penurunan atau hilangnya suara napas, adanya bising
gesek pleura pada pemeriksaan paru-paru. Pemeriksaan perut, adanya hepato-
splenomegali, asites dan semua massa abdomen harus digambarkan dengan jelas.
Pemeriksaan daerah pelvis, bisa dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya
massa, atau daerah yang nyeri bila ditekan. Pemeriksaan ekstremitas, meliputi
pemeriksaan skeletal termasuk test ruang gerak sangat diperlukan. Pemeriksaan
sistem saraf menyeluruh harus dicatat dengan baik.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan
ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya
jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam
gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan
gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada
sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah
nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling
ringan sampai yang sangat berat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta.
Mansjoer S., (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius.
Jakarta.
Price, Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat R., Jong W.D., (1998). Buku-Ajar Ilmu Bedah. edisi revisi. EGC.
Jakarta.
19