bab i

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh terhadap baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan, kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik, warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16- 7063-2004 yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik Di Tempat Kerja. Hasil penelitian sebelumnya bertujuan untuk menggali keinginan pekerja dalam menyusun suatu nilai ambang batas kebisingan. Penelitian tersebut menghasilkan penurunan NAB kebisingan sebesar 4,09 dB, yaitu 85dB (KEP-51/MEN/1999) dan 80,3dB (Widiastuti, 2008). Pengaturan fisik lingkungan kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan tingkat produktivitas kerja yang rendah. Produktivitas tenaga kerja yang rendah akan mengakibatkan pemborosan dana dan penggunaan waktu yang berlebihan. Pemborosan dana terjadi akibat proses produksi yang tidak efisien sehingga menyebabkan output standar tidak sesuai dengan target yang 1

Upload: angga-satria-utama

Post on 16-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

comunication

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangFaktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh terhadap baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan, kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik, warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16- 7063-2004 yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik Di Tempat Kerja. Hasil penelitian sebelumnya bertujuan untuk menggali keinginan pekerja dalam menyusun suatu nilai ambang batas kebisingan. Penelitian tersebut menghasilkan penurunan NAB kebisingan sebesar 4,09 dB, yaitu 85dB (KEP-51/MEN/1999) dan 80,3dB (Widiastuti, 2008). Pengaturan fisik lingkungan kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan tingkat produktivitas kerja yang rendah. Produktivitas tenaga kerja yang rendah akan mengakibatkan pemborosan dana dan penggunaan waktu yang berlebihan. Pemborosan dana terjadi akibat proses produksi yang tidak efisien sehingga menyebabkan output standar tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang produktivitas kerja berkaitan dengan perubahan NAB kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan produktivitas pada aktivitas kerja pada NAB 85dB dan 80,3dB. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai prinsip ergonomic kebisingan akan dibahas pada bab selanjutnya.1.2 TujuanTujuan dari penulisan Student Project ini adalah untuk memberikan gambaran nyata tentang:

1. Definisi bising dalam kesehatan kerja;2. Efek kebisingan pada daya kerja;3. Penanganan dan pengendalian kebisingan.BAB II

PEMBAHASAN2.1 Definisi Bising dalam kesehatan kerjaBising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat Tahun 1999).

2.2 Efek kebisingan pada daya kerjaKebisingan sangat mempengaruhi daya kerja seseorang dan efek tersebut merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun dari hasil kerja. Pengaruh negatif demikian adalah sebagai berikut:1) Gangguan secara umumKebisingan dapat menyebabkan gangguan bagi siapa saja yang berada pada lingkungan bising yang bersangkutan. Terhadap kegiatan hidup sehari-hari kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan menyebabkan pengalihan perhatian sehingga tidak focus kepada masalah yang sedang di hadapi. Kebisingan dapat mempengaruhi motivasi dalam berfikir dan bekerja, ketelitian seseorang bertindak dan berbuat menjadi lemah, tidak dapat tenang beristirahat sehingga tidak dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis. Mungkin juga kebisingan mempengaruhi system pencernaan, system kardiovaskuler atau system faal tubuh lainnya, serta dapat pula mempengaruhi keseimbangan bekerjanya syaraf simpatis dan para simpatis. Pada umumnya kebisingan yang bernada tinggi sangat mengganggu. Pengaruh kebisingan sangat terasa apabila tidak diketahui apa dan dimana tempat sumbernya. 2) Gangguan komunikasi dengan pembicaraan

Sebagai pegangan gangguan komunikasi oleh kebisingan dapat terjadi, apabila komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus dijalankan dengan suara yang kekuatannya tinggi dan lebih nyata lagi apa bila di lakukan dengan cara berteriak. Gangguan komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan mungkin mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada penggunaan tenaga kerja baru oleh karena timbulnnya salah paham dan salah pengertian.

3) Efek pada pekerjaanKebisingan menganggu perhatian yang perlu terus menerus dicurahkan kepada pelaksanaan pekerjaan dan juga pencapaian hasil kerja yang optimal. Maka dari itu tenaga kerja melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasilnya dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian.

2.3 Penanganan dan pengendalian kebisinganKebisingan dapat dikendalikan dengan menggunakan berbagai penerapan dan pendekatan dari prinsip-prinsip ergonomi:1) Pengurangan kebisingan pada sumbernyaPengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan misalnya; dengan menempatkan peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan dengan melakukan riset dan perencanaan mesin atau peralatan kerja yang baru. Bukan saja tingkat bahaya kebisingan yang menjadi perhatian, melainkan juga intensitas dari kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin baru yang tidak mengganggu tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya serta merasa nyaman dalam bekerja. Mesin baru demikian mendukung upaya memelihara efisiensi dan produktivitas kerja. Untuk setiap suku cadang mesin sebaiknya direncanakan kekuatan suara yang ditimbulkannya. Selain upaya menurunkan kebisingan pada mesin atau peralatan kerja juga instalasi mesin atau peralatan yang menempatan mesin atau peralatan kerja pada kedudukan yang meredam getaran ke lantai atau dinding sangat membantu menurunkan tingkat kebisingan di tempat kerja.2) Penempatan penghalang pada jalan transmisiIsolasi tenaga kerja atau mesin atau unit operasi adalah upaya segera dan baik dalam upaya mengurangi kebisingan untuk itu perencanaan yang dilakukan harus matang dan material yang dipakai untuk isolasi harus mampu menyerap suara. Penutup atau pintu ke dalam ruangan isolasi harus mempunyai bobot yang cukup berat, menutup tepat lubang yang ditutupnya dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan yang menyerap suara agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat dari suara kebisingan.

3) Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga

Tutup telinga (ear muff) biasanya lebih efektif dari pada sumbatan telinga (ear plug) dan dapat lebih besar menurunkan intensitas kebisingan yang sampai ke saraf pendengaran. Alat perlindungan diri tutup atau sumbat telinga harus diselesaikan, sehingga dipilih yang tepat ukurannya bagi pemakainya. Alat-alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 10-25dB. Namun masalah utama pemakaian alat proteksi pelindung telinga adalah dalam mendidik tenaga kerja agar konsisten dan patuh menggunakannya.

Setiap sumbat telinga menyebabkan pemakaianya merasakan adanya suatu benda asing dalam telinganya dan terasa agak sakit. Perasaan adanya benda asing atau rasa sakit akan selalu ada, walaupun saat ini telah tersedia sumbat telinga yang kualitasnya sangatlah baik. Sehubungan dengan adanya kendala pada penggunaanya, sumbat telinga biasanya dipakai apabila:

a) Sumbat telinga benar-benar diperlukan yaitu kebisingan yang lebih dari 100 dB;

b) Tenaga kerja dapat membiasakan diri untuk memakainya, karena sumbatan pas dengan ukuran telinganya.4) Pelaksanaan waktu paparan bagi intensitas di atas NAB (Nilai Ambang Batas)Pentingnya pengetahuan dari suatu perusahaan dan segala aspek yang ada, dalam mengetahui waktu paparan menurut intensitas dari kebisingan yang nantinya bertujuan untuk menghindarkan tenaga kerja sehingga tidak terjadinya gangguan kesehatan akibat kebisingan. Untuk kebisingan yang melebihi NAB telah ada standar waktu paparan yang diperkenankan.Tabel 1. Intensitas Kebisingan Dan Waktu Paparan Per Hari

Intensitas (dB)Waktu paparan per hari

85889194971001031061091121151181211241271301331361391408 jam4 jam2 jam1 jam30 menit15 menit7,5 menit3,75 menit1,88 menit0,94 menit28,12 detik14,06 detik7,03 detik3,52 detik1,76 detik0,88 detik0,44 detik0,22 detik0,11 detik0 detik

BAB III

PENUTUP3.1 Simpulan1. Kebisingan merupakan gangguan akibat suara yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

2. Kebisingan sangat mempengaruhi daya kerja seseorang dan efek tersebut merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun dari hasil kerja, seperti dapat mempengaruhi motivasi dalam berfikir dan bekerja, ketelitian seseorang menjadi lemah, tidak dapat tenang beristirahat sehingga tidak dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis dalam bekerja, serta memungkinkan terjadinya kesalahan dan kecelakaan kerja.

3. Kebisingan dapat dikendalikan dengan menggunakan berbagai penerapan dan pendekatan dari prinsip-prinsip ergonomi seperti: pengurangan kebisingan pada sumbernya, penempatan penghalang pada jalan transmisi, proteksi dengan sumbat atau tutup telinga, pelaksanaan waktu paparan bagi intensitas di atas NAB (Nilai Ambang Batas)

3.2 Saran Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan sedikit saran yang nantinya mungkin akan sangat membantu dalam mengurangi angka kesakitan serta terjadinya kesalahan dan kecelakaan akibat kerja, diantaranya :1) Perlunya suatu kebijakan dari perusahaan besar yang menimbulkan suara kebisingan diatas NAB (Nilai Ambang Batas) agar lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan dari pekerjanya.

2) Jika suatu kegiatan menimbulkan kebisingan diatas NAB akibat penggunaan alat, maka wajib kegiatan tersebut untuk menggunakan alat pelindung diri bagi para pekerja berupa tutup telinga (ear muff).

3) Jika kebisingan mengganggu lingkungn luas dalam hal ini masyarakat, maka wajib bagi perusahaan untuk menggunakan alat peredam agar kebisingan dapat di kurangi.DAFTAR PUSTAKAHarrington J. M; Gill F. S.. KESEHATAN KERJA in Indonesia. Med J Indones 1995.Human Factors Engineering Human Centered Design accessed on available from http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/03/noise-kebisingan.html 25 Juli 2012Sumamur P.K., MSc. Chapter 7, FAKTOR FISIS. HIGIENE PERUSAHAAN dan KESEHATAN KERJA (HIPERKES) in Jakarta office. Med J Indones 2009: 116-132.

7