bab i
DESCRIPTION
Minyak sawitTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil Perusahaan
1. Bentuk Perusahaan
PT Salim Ivomas Pratama Tbk atau biasa disingkat dengan PT SIMP Tbk
merupakan industri yang bergerak di bidang pangan. Produk yang dihasilkan PT
Salim Ivomas Pratama Tbk adalah minyak goreng serta margarin. PT SIMP Tbk
merupakan salah satu anak perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk dalam
bidang agribisnis yang sering disebut pula kelompok Indofood Agri Resource Ltd.
2. Lokasi Perusahaan
PT SIMP Tbk terletak di jalan Tanjung Tembaga No 2-6 Surabaya,
Tanjung Perak, Jawa Timur dengan luas sekitar 6,5 hektar dengan gudang barang
jadi seluas 1,6 hektar. Pemilihan lokasi pabrik di wilayah Tanjung Perak ini cukup
strategis dan didasarkan pada :
a. Sarana transportasi yang memadahi.
b. Ketersediaan tenaga kerja.
c. Kemudahan dalam penanganan persediaan bahan baku yaitu CPO dan
pemisahan produk.
3. Sejarah Perusahaan
PT Salim Ivomas Pratama di bangun tahun 1991 dan pabrik mulai berjalan
tahun 1993 dengan dilakukan trial terlebih dahulu. Kemudian, pada 28 Januari
1994 perusahaan tersebut diresmikan oleh Menteri Perindustrian. Pada awal
berdiri PT Salim Ivomas Pratama memiliki nama PT Inti Boga Sejahtera. Pada
waktu itu diresmikan oleh Menteri Perindustrian yaitu Bapak Tungki Ari Wibowo
dengan nama PT Inti Boga Sejahtera. PT Inti Boga Sejahtera merupakan pabrik
minyak goreng dan margarin yang dibangun sebagai upaya ekspansi dari
2 perusahaan terdahulu yaitu PT Sajang Heulang yang didirikan tahun 1979 di
Jakarta dan PT Margi Ufocrine Jaya yang didirikan tahun 1990 di Jakarta.
1
Pada tahun 2006, PT Inti Boga Sejahtera berubah nama menjadi PT Salim
Ivomas Pratama. Selanjutnya, tahun 2007 PT Salim Ivomas Pratama diakuisisi
oleh Indofood. Produk yang dihasilkan oleh PT Salim Ivomas Pratama ada
2 macam yaitu minyak goreng dan margarin. Minyak goreng yang diproduksi
antara lain Bimoli Klasik, Bimoli Spesial, Delima dan Mahakam. Produk
margarin yang dihasilkan yaitu Simas, Palmia dan Grup Amanda.
Sebagai salah satu industri besar di Indonesia, PT Salim Ivomas Pratama
telah mengantongi beberapa sertifikat diantaranya sertifikat ISO : 9001 dari SGS
tahun 1997. Pada 31 Juli 2013 PT Salim Ivomas Pratama Tbk mendapat sertifikat
sistem jaminan halal dari MUI dan pada tahun 2014 mendapatkan sertifikat
bendera biru untuk proper dari BLH.
2
4. Struktur Organisasi
Gambar.1.1 Struktur Organisasi PT Salim Ivomas Pratama Tbk
3
5. Kepegawaian dan Jaminan Kesejahteraan Karyawan
Tenaga kerja pada PT SIMP, Tbk bervariasi dari lulusan SMP hingga
tingkat sarjana. Jumlah tenaga kerja di PT SIMP, Tbk adalah 1088 orang per
Januari 2015.
Pengaturan jam kerja karyawan di PT SIMP, Tbk dibagi menjadi 2, yaitu
jam kerja tenaga kerja tidak langsung (non-shift) dan langsung (shift). Tenaga
kerja shift bekerja secara bergantian yaitu pagi, siang, dan malam sedangkan
tenaga kerja non-shift bekerja di pagi hari. Hari kerja non-shift adalah hari Senin
sampai Jumat kecuali hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah. Adapun
perincian jam kerja non-shift yang telah ditetapkan PT SIMP, Tbk Surabaya
adalah sebagai berikut:
a. Senin sampai jumat : 08.00 – 17.00 WIB
b. Istirahat Senin sampai Kamis : 12:00 – 13.00
c. Istirahat hari Jumat : 11.45 – 12.45
Jam kerja untuk karyawan operator produksi (shift) sebagai berikut:
a. Shift 1 : 07.00 – 15.00
b. Shift 2 : 15.00 – 23.00
c. Shift 3 : 23.00 – 07.00
Penentuan upah/gaji dilakukan berdasarkan prestasi, keahlian, dan
pengalaman kerja karyawan, UMK, dan jabatan. Penilaian prestasi karyawan
dilakukan oleh atasan minimal dua penilai sampai dengan manager dengan
mengisi formulir untuk menentukan nilai D, C, B, atau A dan akan berpengaruh
pada kenaikan upah dan bonus tiap-tiap karywan. Kenaikan upah dilakukan pada
setiap awal tahun sesuai dengan kondisi perusahaan.
PT SIMP, Tbk menyediakan kesejahteraan bagi tenaga kerjanya sehingga
para pekerja dapat bekerja dengan tenang, aman, dan nyaman. Adapun sarana dan
prasarana yang disediakan oleh perusahaan antara lain:
a. JAMSOSTEK ( Jaminan Sosial Tenaga Kerja )
b. Asuransi Kesehatan
c. SPSI ( Serikat Pekerja Seluruh Indonesia )
d. Poliklinik
4
e. Koperasi
f. Makan (kantin) dan uang transport
g. Rekreasi dan olahraga
h. Sarana Ibadah
i. Seragam/pakaian kerja
Adapun program yang dijalankan oleh PT SIMP, Tbk yaitu program K3
dan 5S. Kebijakan K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja ) sebagai berikut:
a. Memenuhi peraturan perundang-undangan serta persyaratan lainnya yang
beerkaitan dengan K3 dan lingkungan.
b. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan.
c. Menggunakan sumber daya alam dan energi secara efektif dan efisien.
d. Mengupayakan konservasi air dan perlindungan keanekaragam hayati
termasuk upaya mengurangi limbah dengan prinsip reuse, recycle, dan
recovery (3R).
e. Mencapai peningkatan kesadaran dan kompetensi seluruh pekerja di
bidang K3 dan lingkungan.
Program 5S sebagai berikut:
a. Seiri (ringkas)
Menyingkirkan semua barang yang tidak diperlukan.
b. Seiton ( rapi )
Menyusun dan menempatkan semua barang di tempatnya agar mudah
dijangkau.
c. Seiso ( bersih )
Membersihkan semua benda dan lokasi kerja agar tidak berdebu.
d. Seiketsu ( standar )
Mempertahankan standar kebersihan dan kerapian yang tinggi
e. Shitsuke ( disiplin )
Melatih dan mendisiplinkan semua orang tentang tata graha yang baik.
5
6. Utilitas
PT Salim Ivomas Pratama Tbk, merupakan perusahaan yang memproduksi
minyak goreng, dalam proses produksi tentu saja membutuhkan aspek utilitas
yang dapat menunjang segala aspek kebutuhan energi untuk memperoleh
kapasitas produksi yang maksimal dan produk minyak goring yang berkualitas
baik. Utilitas PT Salim Ivomas Pratama Tbk antara lain Unit Penyediaan Listrik,
Unit Penyediaan Air Umpan, Unit Penyediaan Steam, Unit Penyediaan Udara
Tekan dan Pengolahan Air Limbah.
a. Unit Penyediaan Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan listrik PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk
menggunakan dua sumber listrik yang berbeda, yaitu berasal dari PLN
(Perusahaan Listrik Negara) dan Genset (Generator Set) untuk memperlancar
proses produksi. Dari hasil dua sumber energi listrik tersebut, akan didistribusikan
ke masing-masing plant yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan listrik
PT Salim Ivomas Pratama Tbk ada 2 yaitu aliran 1 phase dengan tegangan 220 V
dan aliran 3 phase untuk tegangan 380 V.
1) PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Konsumsi listrik dari PLN disesuaikan dengan kebutuhan dari pabrik.
Tegangan yang masuk dari PLN sebesar 20 kV, tegangan sebesar ini kemudian di
step downkan pada trafomer hingga diperoleh tegangan 220 Volt / 380 Volt.
Kekurangan penggunaan sumber listrik dari PLN yaitu terjadinya pemadaman
listrik sewaktu-waktu baik dengan pemberitahuan maupun tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, maka sumber listrik akan di supply oleh genset yang tersedia atau
stand by dan tentunya beban genset disesuaikan dengan kapasitas genset yang ada.
2) Genset (Generator Set)
Generator merupakan mesin yang dapat mengubah tenaga mekanik
menjadi energi listrik yang melalui proses induksi elektromagnetik. Genset
(Generator Set) yang digunakan di PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk terdiri dari
tiga unit, yang menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar. Genset ini
memiliki tegangan 3,3 kV dan setelah dilewatkan trafo step down dan tegangan
sudah turun 380 Volt, baru didistribusikan ke masing-masing plant.
6
Operational genset dibutuhkan pendingin yang digunakan untuk
mendinginkan sistem. Pendinginan genset terdiri dari dua macam cara yaitu close
dan open. Pendinginan dengan cara close menggunakan bantuan fresh water untuk
mendinginkan mesin, sedangkan pendingan dengan cara open menggunakan
bantuan cooling tower yang digunakan untuk mendinginkan oil cooler, water
cooler dan aircooler. Pada panel genset terdapat beberapa parameter yang
berfungsi untuk memonitor kondisi beban genset, frekuensi, COS, ampere dan
apabila beban genset melebihi kapasitas, genset akan ditambahkan 1 unit lagi
untuk mencukupi kebutuhan dayanya dan seterusnya sampai ke 3 genset.
Suplai daya yang akan didistribusikan menggunakan MVDB, COS, SSB
(Medium Voltage Distribution Board, Change Over Switch, Sub Section Board).
Terdapat 6 SSB dengan distribusi sebagai berikut :
a) SSB 1: Boiler 1-3, Penerangan Jalan Umum & Timbangan, Hydrogenation
Plant, Tank Farm B&C, Waste Water Treatment, MDP Lighting, Boiler Batu
Bara, Office.
b) SSB 2: Refinery Plant 1 & 2, Compressor , Batch Refinery, EDP, Office and
Lab.
c) SSB 3: Tank Farm A, Fractionation Plant 1A, Workshop
d) SSB 4: Margarint Plant 1-3, Tinning Plant, MDP Lighting
e) SSB 5: Tank Farm D & E, MDP Rommelag, Fractionation Plant 2, MDP
Bottling, MDP Lighting
f) SSB 6: Fractionation Plant 1B
a. Unit Pengolahan Air
Kebutuhan air PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk menggunakan sumber air
dari PDAM. Peran air dalam proses produksi minyak goreng dari CPO (Crude
Palm Oil) ialah untuk bahan baku penghasil steam pada boiler dan hydrant pump
(pompa pemadam kebakaran). Untuk kualitas air umpan boiler perlu diperhatikan
dan dijaga dengan seksama melalui uji di laboratorium (Quality Control).
Parameter air yang dianalisis di QC untuk analisa umpan boiler antara
lain:pH, P. P. Alkalinity as CaCO3 (ppm), Total Alkalinity as CaCO3 (ppm),
Chloride as NaCl (ppm), Total Hardness as CaCO3 (ppm), Sodium Sulphite
7
(ppm), Conductivity (ms), T.D.S (ppm), Iron (ppm), Silicat (ppm), Trisodium
Phospate (ppm), O Alkalinity (ppm)
Pada bahan baku air yang digunakan sebagai umpan boiler harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu, karena untuk menghilangkan unsur-unsur
atau padatan yang masih terkandung di dalam air baik yang tersuspensi, terlarut,
ataupun koloid yang dapat menyebabkan terjadinya korosi dan pembusaan dalam
boiler. Dalam air juga terdapat kandungan mineral yang tinggi sehingga
menyebabkan timbulnya kerak pada pipa-pipa dan dapat menurunkan efektifitas
penyaluran panas. Berikut flow diagram pengolahan air PDAM menjadi Air
Umpan Steam:
Gambar.1.2 Proses Pembentukan Air Umpan Boiler
Kebutuhan air di supply oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).Air
PDAM ini ditampung dalam storage dan kemudian dialirkan ke tower. Air dalam
tower sebagian digunakan untuk hydrant sebagian lagi untuk proses selanjutnya.
Air dari tower terlebih dahulu disaring dengan menggunakan carbon filter dengan
tujuan menyerap kotoran yang terikut sehingga air tersebut menjadi lebih jernih.
Air PDAM yang akan masuk ke dalam boiler harus dihilangkan kesadahannya
(ion Ca2+ dan ion Mg2+) dengan menggunakan resin ion exchanger (water softener
unit). Tujuan dihilangkan kesadahannya agar tidak terbentuk kerak pada boiler.
Resin digunakan sebagai penangkap ion-ion tersebut. Soft water yang dihasilkan
8
ditampung dalam soft water tank dan dilakukan pengujian terhadap beberapa
parameter. Air umpan boiler yang diharapkan mempunyai total kesadahan
(hardness) maksimal 5 ppm.
Apabila resin ion exchanger yang digunakan sudah terlalu jenuh, maka
dilakukan proses regenerasi dengan cara back wash dengan menggunakan air
garam sehingga kandungan garam kembali normal. Air garam yang digunakan
berfungsi untuk mengikat ion Ca2+ dan ion Mg2+ yang terikat pada resin. Air yang
telah dihilangkan kesadahannya kemudian masuk ke dalam feed tank dimana
terdapat deaerator yang berfungsi untuk meminimalkan kandungan oksigen dalam
air sehingga tidak menyebabkan korosi dan kerak. Air ditampung dalam Feed
Water Tank, didalam tangki ini air umpan dipanaskan hingga 80-90oC, apabila
telah siap air umpan dapat dialirkan ke dalam boiler.
b. Unit Pengadaan Steam
PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk memiliki alat penghasil steam yaitu
Boiler. Boiler merupakan alat untuk memanaskan air pada suhu dan tekanan
tertentu pada bejana tertutup sampai terbentuk steam (uap air panas) yang
menghasilkan energi kerja. Steam kemudian disalurkan ke proses plant. Plant
yang membutuhkan suplai steam diantaranya : Hidrogenasi Plant, Tank Farm,
Refinery Plant 1-2, Batch Refinery, Fraksinasi Plant 1-2, Margarin Plant 1-3,
Tinning Plant, Tank Farm D dan E.
Boiler yang digunakan pada PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk terdiri dari 2
jenis yaitu boiler minyak dan boiler batu bara.
1) Boiler minyak
Boiler minyak menggunakan bahan bakar solar. Boiler jenis ini digunakan
untuk cadangan apabila terjadi trouble pada boiler batu bara. Boiler minyak
memiliki kapasitas yang lebih rendah dibandingkan boiler batu bara, yaitu A ton.
2) Boiler batu bara
Bahan bakar yang digunakan boiler batu bara ialah batu bara. Batu bara
yang digunakan harus memiliki kalori yang tinggi sehingga dapat menghasilkan
panas dan tekanan yang telah ditetapkan. Prinsip kerja pada boiler ini hampir
9
sama seperti boiler minyak, hanya yang membedakan ialah bahan bakar dan
beberapa alat yang digunakan.
Batu bara yang kurang lembut di screening terlebih dahulu untuk
menghindari problem pemadatan di mesin crusher. Jika batu bara yang digunakan
memiliki ukuran tidak sesuai dengan standar, maka akan dihancurkan
menggunakan crusher. Kemudian batu bara yang sudah memenuhi standar akan
dibawa ke single bucket untuk dimasukkan ke hopper batu bara dan diteruskan ke
swing chute untuk pemerata jumlah batu bara antara boiler 1 dan 2.
Selanjutnya batu bara masuk ke dalam giolotine yang berfungsi sebagai
pengatur ketebalan batu bara, kemudian diteruskan ke stroker (chain grate).
Pembakaran di dalam boiler batu bara terjadi karena adanya FD Fan (Force
Draught) yang berfungsi sebagai pendorong oksigen, dan ID Fan (Induce
Draught) yang berfungsi sebagai penghisap gas panas dari ruang pembakaran.
Dalam proses pembakaran pada boiler batu bara akan menghasilkan produk
samping yaitu bottom ash, dan fly ash.
Berikut flow diagram pembentukan steam pada boiler :
Gambar.1.3 Proses Pembentukan Steam
Prinsip kerja boiler yaitu memanfaatkan air umpan yang telah melalui
proses pretreatment, lalu dipompakan ke dalam boiler untuk dipanaskan oleh
10
panas dari hasil pembakaran bahan bakar sehingga akanterjadi perpindahan panas
yang mengakibatkan air tersebut akan mengalami peningkatan temperatur dan
akhirnya berubah menjadi uap.
Boiler didalamnya terjadi perubahan berat jenis terlebih dahulu, air yang
lebih panas memiliki berat jenis yang lebih rendah dibandingkan air yang belum
panas. Air yang memiliki berat jenis rendah akan naik, sedangkan berat jenis lebih
berat berada di dasar. Air umpan yang mengalami pemanasan terus menerus
berubah fase menjadi steam, selanjutnya dari steam dialirkan menuju header dan
siap didistribusikan. Header adalah pembagi aliran steam untuk setiap titik-titik
pabrik yang membutuhkan.
c. Unit Pengadaan Udara Tekan
Proses untuk mengolah dari udara bebas menjadi udara tekanan adalah
sebagai berikut: pertama, udara di atmosfer dihisap masuk ke dalam air
compressor melalui penyaring udara kemudian masuk dan dimampatkan, dari air
compressor udara keluar dengan tekanan Y bar, udara tersebut dialirkan menuju
header, kemudian udara akan dialirkan menuju receiver I, II, III (wet air tank ).
Wet air tank berisi udara basah, udara basah dialirkan menuju ke header,
kemudian udara yang keluar dari header menuju ke air dryer. Udara basah ini
didinginkan sehingga terjadi kondensasi dan air kondensasinya dibuang kedalam
limbah, maka keluar dari air dryer telah didapatkan udara kering dengan
tekanan tinggi.
Air dryer yang berisi udara kering dialirkan menuju header kemudian
udara dialirkan ke receiver tank IV dan V (dry air tank ). Udara kering tersebut
didistribusikan ke dalam unit produksi diantaranya adalah refenery plant I dan II,
fraksinasi plant I dan II, batch refenery, Hydrogenation plant, Tank farm B dan C,
Margarine Plant, Tank farm A, Tinning plant, Tank farm D dan E, Feed Water
Tank Margarine plant, Bottling PP dan PET plant.
d. Waste Water Treatment (WWT)
Waste Water Treatment ( WWT ) adalah salah satu unit pendukung yang
berfungsi untuk mengolah limbah pabrik hingga air limbah tersebut layak buang
11
dan tidak mencemari lingkungan sekitarnya sesuai dengan peraturan baku mutu
air limbah pemerintah.
Gambar 1.4 Diagram Alir Waste Water Treatment
Keterangan :
Wast Water Flow
Solid
Clean Liquid
Pada tahap awal, semua limbah lain yang berasal dari Refinery Plant,
Fractination Plant, PET Bottling Plant, Office, Power Plant, Quality Control, dan
kamar mandi dikumpulkan ke tempat equalisation tank yang berfungsi untuk
homogenisasi. Limbah cair dari ET dilanjutkan ke Disperssed Air Floating (DAF)
jika pada saat emergency seperti flow rate limbah air berlebih, limbah cair bisa
dialirkan ke tangki emergency untuk penampungan sementara yang selanjutnya
dialirkan kembali ke ET.
DAF tank merupakan tempat pemisahan limbah cair dari padatan dan fat,
dimana limbah cair dilanjutkanke tempat OD (Oxidation Ditch) sedangkan limbah
fat ditampung di drying belt. OD (Oxidation Ditch) adalah tempat pengolahan
limbah cair secara biologis ,dimana bakteri yang berada di dalam limbah diberi
nutrien untuk berkembang biak dan memakan senyawa logam yang terdapat pada
limbah tersebut.
12
Oxidation Ditch terdiri dari tiga tahap yaitu aeration, internal clarifier, dan
over flow. Aerator berfungsi untuk suplai oksigen, dimana bakteri membutuhkan
oksigen untuk berkembang biak dan menjadi lumpur aktif. Internal clarifier
merupakan tempat pemisahan air dengan lumpur dari proses aerasi. Lumpur
dialirkan ke tempat tickener tank, sedangkan limbah cair dan sebagian lumpur
yang terikut dialirkan ke over flow.
Over flow merupakan tempat penampungan sementara hasil proses
biologi. Limbah cair yang terdapat di over flow kemudian dialirkan menuju water
pond. Water pond merupakan tempat penampungan sementara limbah cair layak
buang. Dalam water pond, sebagian lumpur aktif masih terikut dialirkan ke
tickener tank sedangkan limbah cair layak buang diteruskan ke flow meter
effluent.
Tickener tank merupakan tempat penampungan lumpur sementara sebelum
diproses ke belt press untuk memproses pengepresan lumpur. Setelah lumpur
dipress, padatan lumpur dikeringkan dengan bantuan cahaya sinar matahari
sebelum dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS) sedangkan lumpur cair
dikembalikan ke equalisation tank.
Flow meter effluent merupakan alat untuk mengukur jumlah limbah cair
yang dibuang ke drainase. Kemudian dialirkan ke titik penataan untuk
pengambilan limbah cair yang akan diuji seperti menganalisa BOD, COD, PH,
Kadar logam. Setelah memenuhi standar, limbah cair tersebut dibuang ke selokan.
B. Proses Produksi
1. Metode Proses
PT SIMP, Tbk dalam mengolah CPO menjadi RBD Olein atau minyak
goreng memiliki dua proses inti yaitu Refinery Process dan Fractionation
Process. Refinery Process terdiri dari beberapa proses yaitu Degumming,
Bleaching dan Deodorizing CPO ( Crude Palm Oil ) menjadi RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil) dan hasil samping berupa PFAD (Palm Fatty
Acid Deodorized). Fractionation Process di PT SIMP, Tbk merupakan proses
13
pemisahan Olein dan Stearin dengan cara kristalisasi kemudian di filtrasi sehingga
diperoleh RBD Olein dan RBD Stearin.
a. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng di
PT SIMP, Tbk adalah CPO ( Crude Palm Oil ). CPO adalah minyak sawit yang
berasal dari serabut kelapa sawit. Secara alami warna dari CPO adalah merah
karena adanya kandungan beta-karoten yang tinggi di dalamnya. Bau khas minyak
sawit ditimbulkan oleh senyawa beta-ionone yang terdapat secara alami. CPO
mengandung zat-zat pengotor seperti Free Fatty Acid (FFA), gums, dan senyawa
yang mudah teroksidasi. Komposisi asam lemak dari CPO ditunjukkan pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1. Komposisi Asam Lemak dari CPO
Asam Lemak Rumus MolekulJumlah
Range Rerata
Asam Lemak Jenuh
Laurat C12:0 0,1 - 1,0 0,2
Miristat C14:0 0,9 - 1,5 1,1
Palmitat C16:0 41,8 - 46,8 44
Stearat C18:0 4,2 - 5,1 4,5
Arakhidonat C20:0 0,2 - 0,7 0,4
Asam Lemak Tidak Jenuh
Palmitoleat C16:1 0,1 - 0,3 0,1
Oleat C18:1 37,3 - 40,8 39,2
Linoleat C18:2 9,1 - 11,0 10,1
Linolenat C18:3 0 - 0,6 0,4
Sumber : Hamilton (1995) dalam Manik (2008)
14
Sifat fisikokimia CPO dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Sifat Fisikokimia CPO
Sifat Nilai
Titik Cair 25-50OC
Bobot Jenis pada suhu kamar 0,9 kg/m3
Indeks bias D 40OC 1,4565 - 1,4585
Bilangan Iod 48-56
Bilangan Penyabunan 196-205
Sumber: Krischenbauer ( 1960 ) dalam Ketaren 2008
b. Bahan Pembantu
1) Phosporic Acid
Senyawa ini adalah mineral organik yang memiliki rumus H 3PO4.
Pada minyak terdapat unsur fosfor pada phospholipid yang akan mengendap jika
terhidrasi, ketika CPO diberi tambahan PA, PA membuat phospholipid kehilangan
struktur lipophilic-nya sehingga hanya mempunyai bagian lipophobic. Akibatnya,
phospholipid tidak dapat menyatu lagi dengan minyak dan terjadinya
penggumpalan gum yang mudah dipisahkan nantinya.
2) Bleaching Earth
Bleaching Earth berbentuk serbuk putih keabuan yang bertekstur halus
seperti tepung, yang berfungsi untuk menjernihkan atau memucatkan warna pada
CPO yaitu dengan cara mengadsorpsi zat-zat warna dalam CPO. Dalam CPO
sendiri zat warna yang biasa ditemukan adalah antosianin, klorofil, xantholil dan
beta karoten.
15
HE
HE
BLEACHING TANK
SLURRYY
DEGUMMING TANK
NIAGARA FILTER
BAG FILTER
STORAGE TANK
CPO
HE
ECONOMIZER
PA
BE
FINAL HEATER
DEODORIZATION TRAY TOWER COOLER
PFADHE
BAG FILTER
RBDPO
STORAGE TANK / FRAKSINASI
2. Langkah – Langkah Proses
a. Refinary Proses
Gambar 1.5. Flowdiagram Proses Refinery CPO di Refinery Plant
16
1) Storage Tank
CPO dari perkebunan kelapa sawit diluar pulau jawa dibawa dengan
menggunakan kapal, kemudian setelah sampai disalurkan menggunakan truk
tangki. CPO dari tangki truk selanjutnya baru dialirkan ke storage. Terdapat 4
storage tank pada PT. Salim Ivomas Pratama Tbk, Surabaya, yaitu tangki A, B, D,
dan E dengan kapasitas ±21750 ton.
2) Heat Exchanger (HE)
Pada awal proses CPO dianalisa di laboratorium, parameter yang sangat
penting untuk proses adalah nilai FFA dan kandungan Phospat pada CPO. CPO
dari storage tank dialirkan ke HE dimana CPO akan dipanaskan menggunakan
steam. Laju alir CPO masuk sebesar ± 30 ton/jam, namun setelah proses sudah
berjalan, CPO dalam HE dipanaskan dengan aliran RBDPO panas yang berasal
dari Deodorizer. Kedua proses tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
meningkatkan suhu CPO awal.
CPO yang sudah panas dipanaskan lagi di HE dengan steam, proses ini
menghasilkan uap dan uapnya dihisap oleh pompa vakum Langkah ini bertujuan
untuk menurunkan kadar air (moisture)dalam CPO. Selain itu, pemanasan dengan
kondisi vakum bertujuan untuk mencegah terjadinya hidrolisis trigliserida oleh
udara yang akan menyebabkan terbentuknya free fatty acid (FFA).
3) Degumming (Degumming Tank)
Selanjutnya CPO dihisap menggunakan pompa dan ditambahkan PA,
kemudian dialirkan ke tangki degumming berkapasitas 11 ton yang dilengkapi
agitator dengan kecepatan sedang. Proses degumming bertujuan untuk
menghilangkan zat yang terlarut atau zat yang bersifat koloidal, seperti resin,
gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah.
Pada prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan dan
pengikatan flok-flok dari zat terlarut dan zat yang bersifat koloidal dalam minyak
mentah sehingga flok-flok yang terbentuk saling mengikat dan menghasilkan
partikel yang cukup besar dan berat untuk bisa dipisahkan dari minyak. Bahan
degumming yang digunakan yaitu H3PO4. Melalui proses ini maka getah pada
minyak (CPO) akan menggumpal dan tidak menempel pada dinding tangki
17
Jumlah H3PO4 yang ditambahkan harus disesuaikan karena jika terlalu
sedikit maka masih banyak zat-zat koloidal yang belum terikat dan akibatnya akan
menghambat proses filtrasi di tahap-tahap selanjutnya. H3PO4yang digunakan
berbentuk liquid dan dimasukkan secara manual ke tangki penampung (storage)
lalu dialirkan ke tangki degumming.
4) Bleaching (Slurry Tank)
CPO beserta H3PO4 dialirkan ke tangki slurry yang berkapasitas 40 ton
untuk proses bleaching. Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam minyak mentah,
baik yang terlarut ataupun yang terdispersi. Warna minyak mentah dapat
berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses
pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di
dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang berwarna merah atau
kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau.
Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan
absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki
aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat dalam
minyak mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap
zat yang memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang
digunakan yaitu bleaching earth (BE).
Jumlah BE biasanya disesuaikan terhadap jenis atau kualitas CPO yang
akan dipucatkan serta jenis atau kualitas produk yang diinginkan. Semakin baik
kualitas CPO maka BE yang diperlukan akan semakin sedikit. Sebaliknya,
semakin tinggi kualitas produk yang ingin dihasilkan maka semakin banyak pula
BE yang harus ditambahkan.
Pada tangki slurry, steam di sparging ke dalam tangki melalui 5 pipa
yang langsung tersambung ke dalam tangki. Sparging steam berguna untuk
pengadukan antara Bleaching Earth dengan CPO. Hal ini dilakukan agar BE
semakin merata dan semakin efektif dalam pemucatan warna CPO. Pada
tangki bleacher ini dipasang pipa over flow yang nantinya apabila tangki terlalu
penuh, CPO akan mengalir otomatis ke tangki selanjutnya.
18
5) Tangki Penampung (Bleaching Tank)
Untuk semakin membuat homogen antara BE dan CPO, unit
selanjutnya juga merupakan proses yang sama tetapi ditangki yang berbeda.
Tangki ini berkapasitas 11 ton dan juga dilengkapi dengan sparging steam. Pada
tangki ini campuran BE dan CPO berwarna kehitaman, meskipun pada awalnya
BE sendiri berwarna putih seperti bedak/tepung.
Permulaan warna kehitaman inilah yang membuat minyak semakin pucat.
Selanjutnya, pada tangki ini juga mempunyai pipayang berhubungan dengan
pompa vakum seperti pada tangki lainnya yang berguna menjaga agar tidak ada
udara yang masuk pada tangki tersebut.
6) Filtrasi (Niagara Filter)
Unit selanjutnya berupa filtrasi dengan sebuah alat bernama Niagara Filter
dengan kapasitas ± 6,2 ton. Niagara filter ini berbentuk mengecil pada bagian
bawahnya. Konsep filter yang ada pada Niagara ini berupa filter dengan screen
yang mempunyai pori-pori dengan besar tertentu.
Di dalam Niagara, 19 screen disusun berjajar untuk melakukan
penyaringan campuran PA, BE dan CPO. Proses pertama dari Niagara filter ini
adalah memasukkan minyak ke dalam tangki sampai penuh, kemudian
mensirkulasi campuran di dalam niagara dalam beberapa waktu tertentu sampai
minyak menjadi jernih.
Cake yang tertinggal pada screening adalah campuran BE, PA, serta
getah dan pengotor-pengotor lainnya, yang disebut juga blotong. Setelah minyak
jernih keluar dari niagara, cake yang tertinggal akan dikeringkan melalui steam
yang diinjeksi ke dalam niagara. Setelah cake cukup kering, screen akan
digetarkan menggunakan vibrator sehingga cake jatuh ke bawah dan lepas dari
screen niagara.
Niagara filter berjumlah 3 buah yang bekerja secara bergantian sehingga
akan mengefektifkan proses produksi. Parameter tekanan yang digunakan tidak
boleh terlalu tinggi karena tekanan tinggi dapat merusak screen yang membuat
pori-pori di screen melebar serta mudah terjadinya penyumbatan pada screen.
19
Hal ini juga yang menjadi indikator pada Niagara filter, yaitu jika
tekanan yang terlihat pada control panel besar maka kemungkinan screen pada
Niagara telah penuh dengan pengotor (tersumbat). Selanjutnya, pada niagara
filter juga mempunyai pipa yang berhubungan dengan sistem vakum seperti pada
tangki-tangki lainnya, yang berguna untuk menjaga agar tidak ada udara yang
masuk pada tangki tersebut.
7) Bag Filter
Selanjutnya minyak hasil penyaringan dengan Niagara filter, diarahkan ke
bag filter untuk difiltrasi kembali. Bag filter disusun parallel sebanyak 4 buah.
Bag filter ini merupakan metode penyaringan dengan menggunakan sebuah
kantong kain yang cukup tebal dan pori-pori lebih kecil dibanding screen filter
pada Niagara.
8) Tangki Penampung BPO (Bleached Palm Oil)
Hasil penyaringan bag filter dimasukkan ke dalam tangki penampungan
berkapasitas 21 ton. Kegiatan ditangki ini cukup kompleks meskipun hanya
sebuah tangki penampungan. Valve pada keluaran tangki harus diatur agar tidak
terlalu besar maupun terlalu kecil. Jika tangki ini sudah terlalu penuh, maka
minyak jernih atau disebut juga Bleached Palm Oil (BPO) diresirkulasi ke tangki
slurry yang akan bergabung lagi dengan CPO yang masih mengandung BE dan
PA.
9) Deodorizer
Perlakuan selanjutnya adalah deodorizing, proses deodorizing
membutuhkan suhu yang sangat tinggi sehingga sebelum memasukkan minyak ke
dalam tangki deodorizing suhu minyak harus dinaikkan terlebih dahulu untuk
mencapai suhu T3oC. Pertama, saat keluar dari tangki penampungan suhu minyak
hanya mencapai T1oC kemudian minyak dilewatkan HE dengan media steam dan
Economizer dengan RBDPO panas keluaran dari Deodorizer suhu naik mencapai
T2oC.
Suhu sebesar T2OC belum cukup untuk dimasukkan kedalam tangki
deodorizing, maka BPO di lewatkan lagi pada Shell and Tube Heat Exchanger
dengan steam suhu tinggi dari HPB (High Pressure Boiler). Sehingga suhu BPO
20
naik kembali menjadi T3oC, dari sini minyak baru bisa masuk ke dalam tangki
deodorizing.
Tangki deodorizing berupa tangki yang didalamnya terdapat 17 tray
dengan sistem over flow. Setiap tray mempunyai kapasitas ±2,5 ton minyak.
Setiap tray juga diberi sparging steam untuk mendidihkan free fatty acid dalam
minyak BPO. Free fatty acid dalam bentuk uap ditangkap dan dikumpulkan
dalam suatu tangki untuk proses lebih lanjut. Sedangkan minyak yang sudah tidak
mengandung free fatty acid semakin lama akan jatuh ke bawah (sistem over flow)
dan keluar dari tangki deodorizing.
Percikan dari tekanan sparging steam tray 1 sampai tray 17 (deodorizing)
ditampung kedalam tank splash oil, didalam tanki splash oil dilengkapi dengan
indikator level tinggi cairan, fungsinya jika tangki splash oil penuh minyak akan
dipompa secara auto masuk ke tangki penampung DBPO, saat tangki splash oil
low pompa akan otomatis mati sendiri.
Minyak yang sudah tidak mengandung FFA disebut RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil). RDBPO ini memiliki suhu T3oC dan butuh untuk
didinginkan sehingga RDBPO di silangkan dengan BPO pada Economizer, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Setelah sedikit agak turun, RBDPO disilangkan kembali dengan CPO yang
baru masuk yang butuh dipanaskan sehingga panas RBDPO mengalir ke
CPO .Proses ini telah dijelaskan pula pada awal proses. RBDPO masih kurang
rendah suhunya sehingga disilangkan lagi dengan air pada Plate Heat Exchanger.
Proses pendinginan ini dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas produk karena
jika suhu minyak masih tinggi maka minyak akan mudah berbau serta tidak tahan
lama. Minyak RBDPO dingin dengan suhu T oC dialirkan ke storage tank atau
langsung ke Fractionation Plant.
RBDPO yang dihasilkan pada Refinery Plant memiliki jenis yang berbeda,
urutan kualitas dari yang paling bagus yaitu RBDPO untuk KFC, Bimoli Spesial,
Bimoli Klasik, Industri dan Tinning. Perbedaannya terletak pada jumlah BE yang
ditambahkan pada proses bleaching. Paramater yang diukur adalah nilai FFA dan
21
warna, makin bagus RBDPO berarti makin kecil nilai FFA nya dan makin jernih
warnanya.
10) Proses Samping
Uap FFA yang berasal dari RBDPO ditampung kedalam tangki
berkapasitas 1,15 ton, kemudian uap tersebut dikondensasikan menjadi cair
(liquid). Proses kondensasi tersebut membutuhkan tambahan PFAD yang sudah
melalui tahap pendinginan di PHE untuk membuatnya menjadi cair. Hasil
kondensasi FFA ini adalah Palm Fatty Acid Distilated (PFAD) yang dapat
dimanfaatkan di Industri lain.
b. Fractionation Procces
Fractionation Plant di PT SIMP, Tbk merupakan tempat untuk
memisahkan antara olein dengan stearin yang masih bercampur pada RBDPO
yang berasal dari proses refineri CPO di Refinery Plant PT SIMP, Tbk. RBDPO
yang akan diolah di Fractionation Plant dilihat dari kualitas warna, FFA dan
Iodine Value (I.V) yang sesuai dengan rencana produksi, seperti Bimoli Spesial,
Bimoli Klasik, Tinning maupun Industri.
Proses pemisahan ini prinsipnya sederhana yaitu berdasarkan perbedaan
titik beku antara olein dan stearin, stearin memiliki titik beku yang lebih besar
daripada olein sehingga stearin akan memadat terlebih dahulu pada suhu tertentu
daripada olein. Berikut penjelasan proses pemisahan olein dan stearin dari
RBDPO di Fractionation Plant.
22
RBDPO
CHILLER
FILTER
CRYSTALIZER
BUFFER
COOLING TANK
STORAGE TANK
STEARIN TANK
OLEIN TANK
CIRCULATING UNIT
STEAM
STORAGE TANK
CHILLED WATER TANK
Gambar 1.6. Flow Diagram Fraksinasi
1) Pengisian Buffer Tank
Fractionation Plant memiliki 2 buah buffer tank. Buffer tank merupakan
tangki penyimpanan sementara dengan kapasitas ± 70 ton, di mana RBDPO dari
storage tank RBDPO maupun dari Refinery Plant dikumpulkan untuk kemudian
memasuki proses fraksinasi,. Kapasitas RBDPO yang masuk buffer tank
tergantung jumlah kualitas minyak yang akan dihasilkan.
2) Proses Kristalisasi
Fraksinasi plant terdapat total 12 buah crystallizer tank. Setiap tangki
memiliki agitator dan coil. Agitator berfungsi agar pendinginan di dalam tangki
lebih homogen sehingga pemisahan olein dan stearin akan lebih mudah.
Pengadukan yang dilakukan sepanjang proses kristalisasi menggunakan agitator
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Kecepatan pengadukan tersebut disesuaikan dengan step pendinginan dan
kekentalan minyak. Semakin lama maka kecepatan agitator akan semakin
23
berkurang (melambat) seiring dengan peningkatan kekentalan minyak akibat
terbentuknya kristal-kristal stearin, jika kecepatan agitator tidak dikurangi maka
dapat merusak kristal stearin sehingga stearin tercampur kembali dengan olein dan
proses kristalisasi harus diulangi dari awal. Coil berfungsi pada proses pemanasan
dan pendinginan dimana coil berupa pipa yang akan dialirkan air panas, air dari
cooling tower atau chiller, yang disesuaikan dengan kebutuhan proses.
Agitator (pengaduk) yang digunakan dalam tangki CR memiliki desain
impeller yang menyerupai baling-baling / pisau panjang. Desain impeller ini akan
membentuk aliran rata dan sama dari atas sampai bawah, jenis impeller ini sangat
efisien untuk proses agitasi fluida yang sangat kental dan intensitas pencampuran
sangat sesuai untuk proses kristalisasi. Tahapan proses kristalisasi di crystallizer
yaitu:
a) Filling
Filling merupakan proses pengisian tangki crystallizer (CR) dengan
minyak RBDPO dari buffer tank. Proses pengisian antara satu tangki CR dengan
tangki lainnya diberi jarak waktu dengan tujuan agar penggunaan air panas dan
air dari cooling tower maupun chiller pada proses pemanasan dan pendinginan
nanti tidak melebihi kapasitas.
Selisih waktu ini juga untuk memastikan waktu akhir dari proses kristalisasi ini
tidak terjadi secara bersamaan sehingga penggunaan filter press untuk proses
filtrasi nanti dapat dilakukan secara bergantian. Hal ini juga untuk mencegah
kerusakan minyak akibat waktu tunggu yang terlalu lama dan pendinginan yang
lebih panjang dari seharusnya.
b) Heating
RBDPO yang sudah masuk tangki CR ditingkatkan suhunya menggunakan
air panas pada coil hingga mencapai suhu ±T1oC untuk memperoleh cairan
homogen. Hal ini dikarenakan RBDPO dapat berasal dari sumber yang berbeda,
seperti beberapa storage tank atau refinery plant (1 dan 2). Oleh karena itu suhu
dan kondisi RBDPO juga tidak sama dan perlu dipanaskan untuk homogenisasi.
c) Homogenisasi
24
RBDPO yang sudah masuk tangki CR ditingkatkan suhunya menggunakan
air panas pada coil hingga mencapai suhu ±T1oC untuk memperoleh cairan
homogen. Hal ini dikarenakan RBDPO dapat berasal dari sumber yang berbeda,
seperti beberapa storage tank atau refinery plant (1 dan 2). Oleh karena itu suhu
dan kondisi RBDPO juga tidak sama dan perlu dipanaskan untuk homogenisasi.
d) Fast Cooling (Delta T1)
Merupakan step awal pendinginan RBDPO panas, awalnya didinginkan
dengan dari air cooling water hingga suhu air dari cooling water mencapai T2oC,
seketika aliran air dari cooling water setelah tercapai suhu tersebut digantikan
dengan air dari chiller, air dari chiller ini memiliki suhu T3oC, proses Delta 1 ini
terjadi selama t menit.
e) Water Temperatur (W1)
Proses ini mulai pembentukan bibit kristal, aliran air dari chiller diatur agar
perbedaan suhu (T) antara air dan minyak mencapai T4oC.
f) Delta T2(Kristalisasi)
Delta T2 merupakan proses kristalisasi dengan waktu yang lama sesuai
dengan jenis minyak yang akan dihasilkan, makin bagus kualitas minyak, maka
makin lama proses kristalisasi. Proses ini perbedaan suhu (T) antara minyak
dengan air chiller dirubah lagi menjadi lebih kecil sebesar T2oC. Aliran air dari
chiller juga diatur tidak penuh agar tercapai perbedaan suhu (T2) tersebut.
g) Delta T3(Pengerasan Kristal)
Tahap ini kecepatan pengadukan dikurangi menjadi x2 rpm karena sudah
banyak terbentuk fase stearin. Suhu campuran juga makin diturunkan hingga
perbedaan suhu antara air chiller dengan campuran menjadi lebih besar sebesar
T3oC. Waktu proses juga sesuai kualitas minyak yang dihasilkan.
h) Water Temperatur (W2)
Water temperature (W2) merupakan proses pendinginan dengan temperatur
tertentu sampai tercapai temperatur holding.
i) Holding
Waktu tunggu filter dan juga waktu yang digunakan untuk memperbaiki kualitas
minyak. Tahap ini dilakukan analisa IV hingga tercapai IV yang diinginkan.
25
3) Filter Press
Setelah RBDPO kristal terbentuk pada proses kristalisasi, tahapan
selanjutnya adalah pemisahan antara RBD-Olein dan RBD-Stearin. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, kristal stearin telah terbentuk akibat perlakuan
suhu. Dengan perbedaan fasa tersebut, memudahkan dalam hal pemisahan.
Pemisahan ini dilakukan menggunakan sebuah mesin yang berupa plat-plat
dengan susunan plat karet dan plat membran secara bergantian.
Waktu total untuk proses filtrasi adalah sekitar t4-t5 menit, karena itu
proses loading/filling pada tangki CR diberi selisih waktu agar proses
kristalisasi pada satu tangki dengan tangki lainnya dapat selesai bergantian sesuai
dengan selesainya proses fitrasi pada filter press.
Setelah keluar dari tangki CR, RBDPO dialirkan ke alat filter press,
pada alat tersebut ada beberapa langkah yang harus dilewati untuk
memisahkan olein dan stearin. Filter press memilki kapasitas M1-M2 liter
dengan plat sebanyak n plat. Proses ini memakan waktu t6-t7 jam untuk
keseluruhan stepnya.
a) Ready dan Filter Closing
Alat siap untuk digunakan setelah pengosongan dan pemasangan
kembali dari proses filtrasi sebelumnya.
b) Load
RBDPO dari CR dialirkan kedalam filter press melalui lubang tengah. Dari
bagian tengah tersebut minyak terus didesak untuk memenuhi filter press
sampai ke semua penjuru bagian filter press yang berbentuk segi empat
tersebut sehingga tidak ada lagi bagian filter press yang tidak terisi dengan
minyak RBDPO.
Filter press terdiri dari plat yang mempunyai jalan untuk minyak RBDPO
mengalir. Selain itu, ada membran yang pori-porinya sangat kecil yang hanya bisa
dilalui oleh liquid. Plat-plat tersebut disusun berjajar dengan sangat rapat agar
olein tidak jatuh ke tangki sterain yang berada di bawah filter press.
c) Squeezing
26
Bahasa lain dari squeezing adalah memberikan udara pada plat-plat
sehingga minyak RBDPO yang memenuhinya seperti diperas. Tekanan ini
diberikan melalui udara bertekanan yang ditiupkan di antara membran berpori
agar membran tersebut menggelembung dan memberi udara pada plat dan rubber
yang ada di hadapannya serta membuat minyak mengalir lolos dari filter press.
Stearin tertahan di filter cloth, sehingga stearin dan olein dapat dipisahkan.
d) Blowing
Selain untuk menggelembungkan membran, udara kering bertekanan juga
dialirkan pada pipa aliran olein pada ujung-ujung dari frame filter. Peniupan ini
dilakukan untuk meniriskan sisa olein pada pipa tersebut dan mengantarkan sisa
tersebut ke tangki penyimpanan olein.
Blowing disini terbagi menjadi dua yaitu Filtrate Blowing dan Core
Blowing. Filtrate Blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa olein yang
masih menempel pada filter cloth, sedangkan Core Blowing bertujuan untuk
peniupan jalur inler RBDPO yang kemudian akan dialirkan ke Cyclone Tank.
e) Release
Tahap ini merupakan tahap penjatuhan stearin yang menempel pada filter
cloth, stearin akan jatuh dibawah tangki penampungan stearin. Tangki dilengkapi
dengan koil pemanas sehingga stearin akan mencair dan dialirkan ke proses
storage tank atau pengolahan stearin ( Margarin Plant ).
f) Washing
Tahap pembersihan atau pencucian filter press agar filter cloth yang sudah
kotor oleh partikel stearin yang dipakai sekian batch, sehingga mengurangi
kemampuan filtrasi. Prinsip kerja pencucian ini adalah dengan media olein panas
yang ketika melewati filter press akan melarutkan stearin yang tertinggal (stearin
akan larut dalam suhu lelehnya).
4) Proses Pendukung
a) Penyaringan dengan Bag Filter
Olein hasil filtrasi disaring kembali menggunakan bag filter dengan
ukuran x mikron. Suhu olein tetap dijaga rendah agar tidak melarutkan partikel
27
stearin yang lolos filtrasi awal dan tidak mudah teroksidasi, setelah melewati bag
filter olein baru disimpan dalam olein storage tank.
b) Proses Circulating Unit ( Air Chiller, Air Panas )
Circulating unit merupakan unit yang mengatur sirkulasi air untuk
memenuhi kebutuhan tiap tahapan proses pada fraksinasi. Media yang
digunakan pada fraksinasi hanya air panas serta air dingin dari cooling tower dan
chiller. Air panas yang digunakan untuk proses heating merupakan air dari
cooling tower yang dialirkan melalui heat exchanger untuk dicross dengan
steam sehingga terjadi peningkatan suhu.
Air dingin digunakan sebagai media untuk mendinginkan RBDPO dalam
tangki CR. Air dingin tersebut berasal dari chiller. Komponen utama dalam
sistem air dingin ini adalah Gas Freon, Chiller, Air Cooling Tower, Kompresor,
Evaporator, Kondensor.
Proses pembentukan air dingin ini adalah chill water warm dari eks proses
kristalisasi di tangki CR dipompa dimasukkan ke evaporator. Di dalam evaporator
ada transfer panas antara chill water warm dengan gas freon, panas dari chill
water warm diikat oleh gas freon sehingga chill water warm berubah menjadi
chill water cool dan gas freon menjadi panas. Chill water cool ini akan digunakan
lagi untuk proses pendinginan di tangki CR.
Gas freon panas hasil mengikat panas dengan chill water warm dipompa
menuju ke kondensor untuk diikat panasnya oleh air cooling tower. Dari proses
ini air cooling tower menjadi panas dan dialirkan lagi ke unit cooling tower untuk
didinginkan menjadi air cooling tower.
Gas freon yang sudah dingin ini dialirkan lagi menuju evaporator untuk
mendinginkan chill water warm eks proses kristalisasi. Proses perpindahan gas
Freon dari kondensor ke evaporator atau sebaliknya menggunakan compressor
dengan prinsip perbedaan tekanan, dan begitu seterusnya.
5) Hasil Fractionation Plant
Hasil dari proses fraksinasi adalah olein dan stearin. Olein sendiri dibedakan
jenisnya sesuai nilai warna, free Fatty Acid (FFA), Iodine Value (I.V) dan
Peroxide Value (P.V). Jenis olein yang dihasilkan adalah jenis spesial, klasik,
28
tinning dan industri. Jenis spesial merupakan jenis olein yang nilai warna, I.V,
FFA dan P.V paling rendah dibandingkan jenis olein lain, sedangkan jenis
Industri memiliki nilai warna, I.V, FFA dan P.V yang paling besar daripada jenis
olein lainnya.
Olein hasil fraksinasi ditampung di tangki seri A, B dan C sebelum
disalurkan di bagian pengemasan. Stearin ditampung di tangki seri B* dan C*
sebelum disalurkan ke margarine plant, apabila kebutuhan margarine plant sudah
terpenuhi.
29