bab i

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja (selanjutnya ditulis K3) merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia ; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 1

Upload: andy-shariff

Post on 15-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun

2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja (selanjutnya ditulis K3)

merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh

Negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut

serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia ; telah ditetapkan

Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan,

yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilaku sehat, memperoleh

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

yang berisi upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup

sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerjaan. Selain itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan

segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,

pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 1

Page 2: BAB I

1.2 Rumusan masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan laporan Tugas Pengenalan

Profesi ini adalah mengenai hal-hal berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang

berlaku di PT Pusri ?

2. Apakah manfaat dari pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

terhadap perlindungan dan produktifitas pekerja?

3. Faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3)?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin didapatkan dalam penulisan proposal Tugas

Pengenala Profesi kali ini pada blok ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana organisasi K3 di PT. Pusri

2. Untuk mengetahui angka kecelakaan kerja mulai dari angka kejadian

kecelakaan tertinggi dan terendah yang terjadi di PT. Pusri .

3. Untuk mengetahui peralatan dan perlengkapan yang digunakan para

karyawan dalam upaya peningkatan keselamatan kerja di PT. Pusri.

4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keselamatan kesehatan kerja

(K3) di PT Pusri.

5. Untuk mengetahui manfaat apa saja yang didapat dan dirasakan oleh

pekerja dari pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)di PT.

Pusri.

6. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. Pusri.

7. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang sering timbul akibat kerja di PT

Pusri

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 2

Page 3: BAB I

8. Untuk mengetahui bahan-bahan berbahaya yang menimbulkan penyakit

akibat kerja di PT Pusri

9. Untuk mengetahui manajemen sistem keselamatan kerja yang telah

dilaksanakan di PT Pusri

10. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh PT

Pusri dalam melaksanakan K3 sehingga karyawan aman dan terbebas dari

penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan di PT. Pusri.

1.4 Manfaat

Observasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang berbagai

macam peraturan perundangan keselamatan kesehatan kerja (K3) di Indonesia.

Bagaimana pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan kesehatan kerja (K3)

sehingga dapat memberikan perlindungan pekerja.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 3

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang

terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan

mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta

gangguan lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang

mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja

(termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja

(OHSAS, 2007).

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian

secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri (Mangkunegara, 2002).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan

yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal

tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 4

Page 5: BAB I

dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan

secara aman dan efisien (Suma’mur, 2006).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat

kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi

oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko

kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap

sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai

bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada

masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan

mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka

menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja

adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 5

Page 6: BAB I

Sedangkan menurut Suma’mur (2006) tujuan dari keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu:

1. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

dan seefektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi

pekerja.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Satria

(2008 ) adalah sebagai berikut:

1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan

efisien

3. Menjamin proses produksi berjalan lancar

2.2 Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya

selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka

(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan

sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis

mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 6

Page 7: BAB I

berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil

resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

Keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko

kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu

Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,

kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-

aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran

listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,

penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan

perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang

membutuhkan pemeliharaan dan latihan (Leon C Meggison yang dikutip oleh

Prabu Mangkunegara(2000:161).

Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil

budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (Purnama, 2010).

Kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan

dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja

secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan

yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup

tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi

pekerja (Simanjuntak, 1994).

Keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang

berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna

menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 7

Page 8: BAB I

kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan

Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang

manusiawi (Mangkunegara, 2002)

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya

selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan

salah satu faktor yang harus dilakukanm selama bekerja, karena tidak yang

menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat

bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan

(Slamet, 2012).

Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja

b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c. Teliti dalam bekerja

d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan

kesehatan kerja.

Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan

kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin

tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja (Jackson, 1999)

Pasal 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

menentukan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja yang harus diperhatikan oleh

pengusaha akan diatur lebih lanjut. Namun, peraturan perundangan yang

dimaksudkan sampai sekarang belum ada. Peraturan perundangan warisan Hindia

Belanda masih dapat dijadikan pedoman syarat-syarat keselamatan kerja, yaitu :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

Untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan ini banyak sekali upaya

yang dapat dilakukan oleh pengusaha. Dalam Veiligheidregelement (Peraturan

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 8

Page 9: BAB I

Keamanan Kerja), antara lain dinyatakan bahwa agar peralatan pabrik tidak atau

kurang menimbulkan bahaya, maka :

1. Ban penggerak, rantai, dan tali yang berat harus diberikan alat

penadah, jika putus tidak akan menimbulkan bahaya.

2. Mesin-mesin harus terpelihara dengan baik, mesin yang berputar harus

diberikan penutup agar jangan saampai beterbangan jika kurang tahan

dalam putaran yang keras.

3. Ban penggerak, rantai, atau tali yang dilepaskan harus tergantung,

maka gantungan itu harus dibuat sedemikian rupa agar tidak

menyentuh ban penggerak.

4. Harus tersedia alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, yang dapat dilakukan

dengan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran, memberikan kesempatan

atau jalan menyelamatkan diri bagi pekerja/buruh jika terjadi kebakaran, dan

memberikan alat perlindungan lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya kebakaran.

c. Mencegah atau mengurangi bahaya peledakan. Peledakan biasanya sering

terjadi pada perusahaan-perusahaan yang mengerjakan bahan-bahan yang

mudah meledak. Perusahaan-perusahaan yang demikian pada setiap ruangan

kerja haruslah disediakan sekurang-kurangnya satu pintu yang cepat terbuka

untuk keluar. Bahan-bahan yang akan dikerjakan di ruang kerja tidak boleh

melebihi jumlah yang seharusnya dikerjakan. Harus pula dipasang alat-alat

kerja yang menjamin pemakaiannya akan aman dari bahaya peledakan.

d. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan suhu

udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan, mengamankan dan

memelihara bangunan.

e. Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Bagian alat listrik yang mempunyai tegangan minimal 250 volt

haruslah tertutup.

2. Sambungan-sambungan kabel listrik harus diberikan pengaman.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 9

Page 10: BAB I

3. Bangunan-bangunan yang diatasnya terbentang kawat listrik harus

diperiksa sewaktu-waktu dan jika perlu diberikan pembungkus

(isolasi) agar terhindar dari tegangan.

Tujuan Keselamatan dan kesehatan

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan

kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,

selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai/tenaga kerja.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam

bekerja.

2.3 Kesehatan Kerja

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak

hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat

mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan

demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-

being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis

juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia

menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 10

Page 11: BAB I

pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi

lebih sehat (Mily, 2009).

Kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan

hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan

pribadi, serta kemampuan fisik ((WHO, 1986).

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain (UU No.29,

2004):

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit

atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua

organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan

spiritual.

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan

sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa

syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam

fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat

dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat

spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua

aturan-aturan agama yang dianutnya.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan

orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama

atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling

toleran dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam

arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong

terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 11

Page 12: BAB I

belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan

sendirinya batasan ini tidak berlaku.

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja maupun penyakit umum.(UU Pokok Kesehatan RI No. 9, Bab 1

pasal 2, 1960)

Kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan

meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-

tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan

diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja

dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,

penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang

diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan

sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya

(WHO, 1995)

Kesehatan kerja disamping mempelajari faktor-faktor pada pekerjaan yang

dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational

disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related

disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan

untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan

(health promotion) pada manusia pekerja tersebut (Mia, 2011).

Tujuan kesehatan kerja:

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh konisi lingkungan kerja.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 12

Page 13: BAB I

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan

tenaga kerja.

4. Meningkatkan produktivitas pekerja. (WHO, 1995)

2.4 Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi:

a. Faktor manusia/pribadi (personal factor): Faktor manusia disini meliputi,

antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya

pengetahuan dan keterampilan/keahlian, dan stress serta motivasi yang

tidak cukup.

b. Faktor kerja/lingkungan: Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan

pengawasan, rekayasa, pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-

standar kerja dan penyalahgunaan. (Budiono dkk, 2003)

2.5 Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Anoraga (2005) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) meliputi:

a. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan

dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut

kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh

perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-

alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam

melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-

bahan utama yang akan dijadikan barang.

c. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan

yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya

dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan,

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 13

Page 14: BAB I

misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri

secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan

memahami cara mengoperasionalkan mesin.

Menurut Budiono dkk (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:

a) Beban kerja

Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya

penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

b) Kapasitas kerja

Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,

kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

c) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik,

maupun psikososial.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor

yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain

lingkungan kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja,

kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.

2.6 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan

eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik

dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi.

Manajemen seharusnya menyadari (Silalahi, 1995):

1. Adanya biaya pencegahan

2. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan

3. Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat kecelakaan terdapat selisih

yang sukar ditetapkan

4. Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan, dan proses.

5. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam

setiap masalah operasional, baik di sektor tradisional maupun sektor modern.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 14

Page 15: BAB I

Masalah yang terjadi khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu

kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya

menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat

dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Permasalahan yang dapat

menimbulkan kecelakaan kerja memerlukan manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja komprehensif antara lain dengan (Simajuntak, 1994):

a. Menghimpun informasi dan data kasus kecelakaan secara periodik

b. Mengidentifikasi sebab-sebab kasus kecelakaan kerja

c. Menganalisa dampak kecelakaan kerja bagi pekerja sendiri, bagi

pengusaha dan bagi masyarakat pada umumnya.

d. Merumuskan saran-saran bagi pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk

menghindari kecelakaan kerja.

e. Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau santunan bagi

mereka yang menderita kecelakaan kerja.

f. Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengaman lingkungan kerja,

pengukuran tingkat bahaya, serta kampanye menumbuhkan kesadaran dan

penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pemerintah mengajak pengusaha dan serikat pekerja untuk menyusun

kebijaksanaan dan program yang melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan

dari kecelakaan kerja. Pengusaha diwajibkan menyusun sistem pencegahan

kecelakaan kerja termasuk identifikasi dan analisis sumber kecelakaan, cara

mengurangi akibat kecelakaan, perencanaan dan pemasangan instalasi pengaman,

penugasan tenaga khusus dan ahli di bidang keselamatan kerja, melaksanakan

inspeksi secara regular, serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi

bencana atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05/MEN/1996,

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan

yang kemudian akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu:

a. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat

resiko rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 15

Page 16: BAB I

b. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat

resiko menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria

c. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat

resiko tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria.

2.7 Kecelakaan Kerja

Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud

dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga

semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Peraturan

Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998) .

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang

melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak

direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau

suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya. (Sheddy Nagara, 2008:177-

180)

Kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara

ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang menyebabkan

kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali (Foressman, 1973).

Terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja.

Kecelakaan dan penyakit kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan

alat kerja atau produksi, antara lain karena (Foressman, 1973) :

1. Pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara

mengoperasikan alat-alat tersebut.

2. Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit.

3. Tidak tersedia alat-alat pengaman.

4. Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau

tidak layak pakai lagi.

Kecelakaan kerja dapat dikategorikan dalam beberapa akibat yang

ditimbulkannya seperti (Simajuntak, 1994):

a. Meninggal dunia, termasuk kecelakaan yang paling fatal yang

menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan

pertolongan dan perawatan sebelumnya.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 16

Page 17: BAB I

b. Cacat permanen total adalah cacat yang mengakibatkan penderita secara

permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena

kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti:

kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua

bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

c. Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian

tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

d. Tidak mampu bekerja sementara, dimaksudkan baik ketika dalam masa

pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan,

sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak

melakukan kerja produktif.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah

sebagai berikut (Silalahi, 1995):

1. Faktor biologis

2. Faktor kimia termasuk debu dan uap logam

3. Faktor fisik termasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan, suhu, dan

kelembaban.

4. Faktor fisiologis

5. Faktor tekanan mental/stress.

2.8 Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja

WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja yaitu sebagai

berikut (Depkes RI, 2006):

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya

pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya

karsinoma bronkhogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara

faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronchitis kronis.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 17

Page 18: BAB I

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada

sebelumnya, misalnya asma.

Terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja, antara lain

(kep. Presiden RI No.22, 1993):

1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan

parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberculosis yang

silikosisnya merupakan factor utama penyebab cacat atau kematian.

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan

oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan

oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun.

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaan yang

beracun.

8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan yang beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun.

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun.

12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun.

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 18

Page 19: BAB I

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau

keracunan seperti karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau

derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan

otot-otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan

lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang

mengion.

26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi,

atau biologik.

27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen,

minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat

tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang

didapatkan dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi

khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi

atau kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat.

2.9 Faktor penyebab penyakit akibat kerja

Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang

menjadi sebab penyakit akibat kerja, antara lain (Notoatmodjo, 2007):

1. Golongan fisik, seperti:

a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak/tuli.

b. Radiasi sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah

dan kelainan kulit.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 19

Page 20: BAB I

c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps,

atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan

frostbite, trenchfoot, dan hypothermia.

d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.

e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan

kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan

terjadinya kecelakaan.

2. Golongan kimia (chemis), yaitu:

a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis,

asbestosis, dan lainnya.

b. Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau

keracunan.

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO dan H2S.

d. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.

e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lainnya yang

dapat menimbulkan keracunan.

3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan

lainnya.

4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh keselahan-kesalahan konstruksi

mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan

lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun

dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.

5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang

tidak baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 20

Page 21: BAB I

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan

PT Pusri Palembang

3.2 Waktu Pelaksanaan

3.2.1. Waktu

Adapun waktu pelaksanaan kegiatan tugas pengenalan profesi ini adalah :

Hari, tanggal : Selasa, 13 Mei 2014

Waktu : 09.00 – 12.00 Wib

3.3 Subjek Tugas Mandiri

1. Mendengarkan pengarahan tentang pelaksanaan sistem K3 di PT Pusri

2. Melihat sistem pelaksanaan K3 di PT Pusri

3.4 Langkah Kerja

1. Membuat proposal

2. Melakukan konsultasi kepada pembimbing Tugas Pengenalan Profesi

3. Meminta izin kepada karyawan PT Pusri untuk melakukan Tugas

Pengenalan Profesi

4. Melihat pelaksanaan sistem K3 di PT Pusri

5. Membuat laporan Tugas Pengenalan Profesi dari data yang sudah

didapatkan.

3.5 Pengumpulan data

Melakukan observasi langsung terhadap sistem pelaksanaan K3 di PT.

Pusri Palembang.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 21

Page 22: BAB I

3.6 Pengolahan data

Analisis deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara

membandingkan teori dan data di lapangan

Palembang, Mei 2014

Kelompok Tutorial 1

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Kelompok Tutorial 1

dr. Putri Zalika

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 22

Page 23: BAB I

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berikut adalah hasil yang didapatkan dari Tugas Pengenalan Profesi yang

kami lakukan yaitu :

a. Organisasi K3 PT. Pusri

Organisasi K3 PT. Pusri yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 23

Sie Material & Plkp

Staf TKK

Superintenden Pengendalian LH

Superintenden Hyperkes

Superintenden Pengendalian Pencemaran

Shift Supervisor PK&KK

Superintenden PK&KK

MANAJER K3LH

DIREKTUR PRODUKSI

Page 24: BAB I

b. Angka kecelakaan kerja yang terjadi di PT.Pusri

Angka kecelakaan yang terjadi di PT.Pusri selama 3 tahun terakhir ini

adalah 0 sehingga untuk tahun ini PT.Pusri akan dianugrahi

perusahaan dengan zero accident.

c. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan para pekerja dalam upaya

peningkatan keselamatan kerja di PT. Pusri

Berikut adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh para

pekerja dalam meningkatkan keselamatan kerja di PT.Pusri :

1. Safety Helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai

kepala secara langsung.

2. Sepatu Karet (sepatu boot)

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek

ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk

melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan

kimia, dsb.

3. Sepatu pelindung (safety shoes)

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol

dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan

fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat,

benda panas, cairan kimia, dsb.

4. Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di

tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi

masing-masing pekerjaan.

5. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 24

Page 25: BAB I

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat

yang bising.

6. Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di

tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

Sedangkan untuk kenyamanan masyarakat yang tinggal di sekitar

Pabrik

d. Pelaksanaan keselamatan kerja yang dilakukan PT. Pusri

Pelakasanaan keselamatan kerja yang telah dilakukan oleh PT.Pusri

adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi bahaya serta membuat Saran saran

Keselamatan

2. Memberikan Pelatihan K3 untuk karyawan.

3. Melakukan pengamanan pada pekerjaan berbahaya dengan

menerapkan work permit system.

4. Memberikan Pengarahan K3 untuk Karyawan & Kontraktor

5. Melakukan Inspeksi serta Razia K3 di area pabrik

6. Melaksanakan penanggulangan kebakaran di Pabrik, maupun

komplek perumahan PT. Pusri.

7. Melaksanakan pengaturan kendaraan luar non milik yang akan

masuk ke area Pabrik dgn menerbitkan Izin Masuk Pabrik (IMP).

8. Memberikan izin mengemudikan kendaraan Dinas Perusahaan

diarea pabrik dgn menerbitkan SIM Pabrik, SIM Forklift.

9. Melakukan monitoring kondisi lingkungan kerja ( bising, debu, gas

beracun, penerangan, cuaca kerja) serta pengendalian vektor

penyakit (fogging, anjing liar, vaksinasi anti rabies).

10. Melakukan pembinaan kesehatan karyawan dengan melaksanakan

program Pemeriksaan kesehatan berkala, senam kesegaran

jasmani / fitness dll.

11. Pengawasan menu gizi kerja, higiene dan sanitasi kantin, kualitas

air minum, kolam renang)

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 25

Page 26: BAB I

12. Melaksanakan Latihan PKD Kecil & Besar

13. Melaksanakan Rapat P2K3 setiap Triwulan

14. Melakukan Audit K3 Internal & Eksternal

e. Manfaat yang dapat dirasakan oleh para karyawan mengenai

pelaksanaan K3 di PT. Pusri

Manfaat yang dapat dirasakan oleh para karyawan mengenai

pelaksanaan K3 di PT.Pusri adalah sebagai berikut :

1. Karyawan merasa aman dan nyaman saat bekerja di sekitar

lingkungan PT.Pusri

2. Karyawan siap dan tanggap dalam menangani kecelakaan

kerja yang terjadi di PT.Pusri

3. Karyawan dapat bekerja sesuai dengan standar keamanan yang

ditetapkan oleh PT.Pusri.

f. faktor yang mempengaruhi pelaksanaan K3 di PT. Pusri

Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) di PT. Pusri antara lain :

1. Lingkungan kerja (Lingkungan kerja dalam hal ini lingkungan

kerja yang kondusif menyangkut kondisi kerja, seperti suhu dan

penerangan)

2. Alat kerja dan bahan (Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja

vital yang digunakan oleh para pekerja haruslah aman untuk

melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah

bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang juga aman bagi

kesehatan)

3. Cara melakukan pekerjaan (misalnya menggunakan peralatan

yang sudah tersedia dan alat pelindung diri secara tepat dan

mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan

memahami cara mengoperasionalkan mesin), beban kerja

(lamanya waktu bekerja karyawan)

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 26

Page 27: BAB I

4. Kondisi pekerja (dimana kondisi pekerja merupakan hal penting

karena menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja).

g. Bahan-Bahan berbahaya yang terdapat di lingkungan PT. Pusri

Bahan-bahan berbahaya yang terdapat didalam lingkungan kerja di

PT.Pusri antara lain adalah zat kimia berupa Amonia, Asam sulfat,

Karbondioksida, Nitrogen, dimana semua zat berbahaya tersebut

diolah untuk dijadikan pupuk dan semua bahan berbahaya tersebut

selalu dikontrol setiap harinya guna meningkatkan keselamatan dan

kesehatan di sekitar lingkungan kerja PT.Pusri.

h. Penyakit yang terjadi di lingkuhan kerja PT Pusri pada tahun 2013

Berdasarkan data bagian Hiperkes PT Pusri penyakit yang terjadi

pada karyawan pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a. Kolesterol meningkat (30%)

b. Overweight (27 %)

c. Trigliserida meningkat (21 %)

d. Asam Urat meningkat (13%)

e. Silinder/kristal urin (9 %)

f. Obesitas (8 %)

g. SGPT/SGOT meningkat (7 %)

h. Gula darah meningkat (7 %)

i. Karies (6 %)

j. Underweight (5 %)

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 27

Page 28: BAB I

0

100

200

300

400

500

600

Laki-laki

Grafik 1

Grafik kelainan kesehatan pada karyawan PT Pusri tahun 2013

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Shift

Grafik 2

Grafik kesehatan karyawan PT.Pusri berdasarkan pola kerja tahun 2013

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 28

Page 29: BAB I

0

50

100

150

200

250

21-3031-4041-50> 50

Grafik 3

Grafik kelainan keshatan karyawan PT.Pusri berdasarkan umur pada tahun 2013

i. Manajemen sistem keselamatan kerja yang dilaksanakan di PT. Pusri

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 29

Page 30: BAB I

j. Upaya yang telah dilakukan oleh PT. Pusri untuk meningkatkan

pelaksanaan K3.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 30

70 orang

111050

Bid. Kes Industri

Direktur Produksi

GM. Pemeliharaan

Bid. Kes Kerja

Bid. Kes Lingkungan

Si Material’s

Bid. Audit & SMK3

Bid. Pengelolaan LK

Bid. Pelatihan K3 Si Shift PK & KK

Kelompok TKK Bagian HyperkesBagian PK & KK

Keselamatan & Kesehatan Kerja

DepartemenK3 & LH

Page 31: BAB I

1. Bertanggung jawab atas upaya pengendalian keselamatan

karyawan dan keselamatan pabrik dan lingkungannya dari

bahaya.

2. Bertanggung jawab atas upaya pengendalian hygiene

Perusahaan dan Kesehatan karyawan dari penyakit akibat

kerja.

3. Menetapkan prosedur Keselamatan Kerja dalam Sistem

Manajemen K3 (SMK3) untuk mencegah dan mengurangi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga tercipta tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif.

4. Melakukan perencanaan pengembangan dan peningkatan

kemampuan keterampilan karyawan dalam menunjang

produktifitas kerja yang aman di seluruh lingkungan

perusahaan.

5. Melakukan investigasi kecelakaan dan mencari faktor-faktor

penyebabnya.

6. Melakukan identifikasi bahaya dan pengendalian resikonya

4.2 Pembahasan

Tugas pengenalan profesi yang kami lakukan pada hari selasa

tanggal 13 Mei 2014 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di

PT.Pusri dimana pada saat itu kami diberikan pengarahan oleh perwakilan

dari pihak PT.Pusri.

Kami diberikan informasi berupa bagaimana pelaksanaan K3

dilingkukan kerja PT.Pusri dan informasi yang disampaikan adalah

sebagai berikut.

PT. Pusri mempunyai 4 (empat) unit pabrik urea dengan masing-

masing pabrik terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu sebagai berikut :

a. Pabrik Amoniak

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 31

Page 32: BAB I

Pabrik Amoniak ialah pabrik yang menghasilkan amoniak sebagai

hasil utama dan carbon dioxide sebagai hasil samping yang

keduanya merupakan bahan baku pabrik urea.

b. Pabrik Urea

Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan

liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amoniak.

c. Pabrik Offsite/Utilitas

Pabrik utilitas adalah pabrik yang menghasilkan bahan-bahan pembantu

maupun energi yang dibutuhkan oleh pabrik amoniak dan urea. Produk

yang dihasilkan dan diolah dari pabrik utilitas ini antara lain sebagai

berikut :

1. Air bersih

2. Air pendingin

3. Air demin

4. Udara pabrik

5. Udara instrument

6. Tenaga listrik

7. Uap air

Sedangkan kapasitas masing-masing pabrik adalah

Pabrik Amoniak Urea

- Pusri - IB 1.350 Ton/hari 1.725 Ton/hari

- Pusri - II 660 Ton/hari 1.725 Ton/hari

- Pusri - III 1.000 Ton/hari 1.725 Ton/hari

- Pusri - IV 1.000 Ton/hari 1.725 Ton/hari

-------------------------------------------

- Total 4.010 Ton/hari 6.900 Ton/hari

Total Jumlah Karyawan Pusat Produksi PT Pusri per September 2010

sebanyak 2.064 orang.

Oleh karena itu, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja maka

PT Pusri menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK 3) yang dilandasi falsafah “sehat sebelum selama dan setelah bekerja” dan

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 32

Page 33: BAB I

memiliki struktur organisasi yang telah disampaikan di hasil dan berkut adalah

pembagian dari struktur organisasi dari sistem kesehatan dan keselamatan kerja di

PT. Pusri.

Pada sistem kesehatan dan keselamatan kerja ini terdapat beberapa bagian

yaitu :

Bagian PK&KK : 50 orang Bagian Hyperkes : 11 orang

Superintenden : 1 orang Superintenden : 1 orang.

Shift Supervisor : 5 orang Staf Hygiene Persh : 9 orang

Foreman senior : 4 orang Teknisi Senior : 1 orang

Foreman Shift : 16 orang

Inspektur Senior : 16 orang

Fireman : 8 orang

Seksi Perlengkapan & Matl Kelompok TKK.

Foreman Senior : 1 orang Staf Tek Kes Kerja : 10 orang

Staf Pelkpan & Mat : 3 orang

Insp Sr Plkp & Mat : 3 orang

Jumlah Total : 78 orang ( Aktual 69 orang ).

Selain itu kami juga diberikan informasi berupa visi dan misi dai

pelaksanaan sistem kesehatan dan keseamatan kerja di PT. Pusri yaitu

sebagai berikut :

Visi dan Misi K3 PT. Pusri

VISI

Terciptanya kondisi tempat kerja yang memenuhi standar

keselamatan dan kesehatan sesuai ketentuan peraturan dan

perundangan.

MISI

Mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan peledakan

serta sakit akibat kerja dengan menerapkan Sistim Manajemen K3

serta selalu melakukan upaya perbaikan berkelanjutan.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 33

Page 34: BAB I

Tugas pokok sistem kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Pusri adalah

sebagai berikut :

Tugas Pokok K3 di PT. Pusri:

Program Kerja Hiperkes PT. Pusri

1. Evaluasi pemeriksaan kesehatan tahunan

2. Pembinaan olahraga (Senam kesegaran, sarana olahraga di

pabrik)

3. Pengawasan menu gizi kerja

4. Pengendalian vektor penyakit (penyemprotan nyamuk,

vaksinasi rabies, pemberantasan anjing liar)

5. Pengawasan kualitas kolam renang

6. Penyediaan obat P3K di unit kerja

7. Pengawasan higiene dan sanitasi kantin

8. Housekeeping

9. Pengukuran faktor risiko lingkungan kerja yang dapat

berdampak pada karyawan yaitu kebisingan, debu, gas

beracun, penerangan dan cuaca kerja.

10. Flushing line drinking water

11. Donor darah

12. Evaluasi kualitas air minum

Aktifitas dan Kegiatan K3 di PT. Pusri

PT. Pusri juga menerapkan sistem kerja shift yaitu pada pagi hari jam

07.00 – 15.00, sore jam 15.00 – 23.00, dan malam jam 23.00 – 07.00. Pada

saat bekerja pihak PT. Pusri juga mewajibkan setiap pegawainya

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa :

PT. Pusri maka PT. Pusri telah melakukan pengolahan terhadap

amoniak sesuai batas yang ditentukan sehingga bau amoniak yang

dikeluarkan tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan juga disekitar

pabrik dibebaskan dari tanaman-tanaman untuk mengurangi angin di sekitar

pabrik sehingga bau hasil amoniak tidak mengganggu masyarakat.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 34

Page 35: BAB I

Untuk manfaat dari penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di PT. Pusri yaitu terciptanya kondisi tempat kerja yang

memenuhi standar keselamatan kesehatan sesuai ketentuan peraturan dan

perundangan, mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan

peledakan serta sakit akibat kerja.

Selain itu dibagian sistem kesehatan dan keselamatan kerja PT. Pusri

terdapat bagian hiperkes atau higiene perusahaan dan kesehatan kerja.

Hiperkes bertujuan untuk sebagai berikut :

1. Untuk melindungi karyawan dari gangguan kesehatan karena

faktor pekerjan dan lingkungan kerjanya.

2. Meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan karyawan &

karyawati agar tetap sehat

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dikemukan diatas, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Pusri yaitu

dengan cara melakukan evaluasi pemeriksaan kesehatan tahunan,

pembinaan olahraga (Senam kesegaran, sarana olahraga di pabrik),

pengawasan menu gizi kerja, pengendalian vektor penyakit

(penyemprotan nyamuk, vaksinasi rabies, pemberantasan anjing liar),

pengawasan kualitas kolam renang, penyediaan obat P3K di unit

kerja, pengawasan higiene dan sanitasi kantin, housekeeping,

pengukuran faktor risiko lingkungan kerja yang dapat berdampak pada

karyawan yaitu kebisingan, debu, gas beracun, penerangan dan cuaca

kerja, flushing line drinking water, donor darah dan evaluasi kualitas

air minum

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 35

Page 36: BAB I

2. Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

PT. Pusri antara lain lingkungan kerja, alat kerja dan bahan, cara

melakukan pekerjaan, beban kerja, dan kondisi pekerja.

3. Manfaat penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

PT. Pusri yaitu terciptanya kondisi tempat kerja yang memenuhi

standar keselamatan kesehatan sesuai ketentuan peraturan dan

perundangan, mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan

peledakan serta sakit akibat kerja.

4. Bahan-bahan berbahaya yang terdapat didalam lingkungan kerja di

PT.Pusri antara lain adalah zat kimia berupa Amonia, Asam sulfat,

Karbondioksida, Nitrogen, dimana semua zat berbahaya tersebut

diolah untuk dijadikan pupuk dan semua bahan berbahaya tersebut

selalu dikontrol setiap harinya guna meningkatkan keselamatan dan

kesehatan di sekitar lingkungan kerja PT.Pusri.

5.2 Saran

1. Bagi PT. Pusri

Untuk lebih meningkatkan kembali sistem Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) sehingga bisa menjaga dan meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan yang ada di PT. Pusri

serta mengoptimalkan penggunaan alat pelindung diri (APD) sehingga

tercapai tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja dari PT. Pusri itu

sendiri serta mengurangi kecelakaan akibat kerja.

2. Bagi Karyawan PT. Pusri

Hendaknya para karyawan dapat memberikan dukungan yang positif

serta mematuhi segala peraturan dan kebijakan yang terkait dengan

sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Pusri sehingga

bisa terciptanya kondisi tempat kerja yang memenuhi standar

keselamatan kesehatan sesuai ketentuan peraturan dan perundangan,

mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan peledakan serta

sakit akibat kerja.

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 36

Page 37: BAB I

3. Bagi Mahasiswa

a. Harus memaksimalkan sarana dan alat dalam memperoleh

pengetahuan dan pengalaman khususnya segala hal yang

berkaitan tentang sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3).

b. Harus datang tepat waktu sehingga pengarahan dan pemberian

informasi mengenai sistem pelaksanaan K3 di PT Pusri dapat

disampaikan seluruhnya sehingga informasi yang diinginkan

bisa terpenuhi semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit

PPM, Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Mangkunegara, A.A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT

Remaja Rosda Karya, Bandung

Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

http://www.depkes.go.id/ diakses pada tanggal 24 April 2013

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi

Pustaka, Jakarta.

Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori

ke Praktik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugeng, A.M., dkk. 2005. Kesehatan dan keselamatan Kerja Edisi Kedua. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 37

Page 38: BAB I

Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

Artikel ‘Health and safety as a Return on Investment’, oleh Syamsul Arifin,SKM

Budiono, S. Jusuf. Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai HIPERKES&KK. Cetakan

I. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Departemen Tenaga Kerja, Pembinaan Operasional P2K3 Modul Dasar-Dasar

Keselamtan dan Kesehatan Kerja, 1998/1999

Dr. Suma’mur P.K., M.Sc. (1989). Keselamatan Kerja & Pencegahan

Kecelakaan. Penerbit CV. Haji Masagung. Jakarta.

Dr.Gempur Santoso,Drs.,M.Kes, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

(Jakarta : Prestasi Pustaka), 2004.

Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta :

EGC, 1998.

Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja

Permenaker No. PER.05/MEN/1996 : Tentang Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara

Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

Pusat Kesehatan kerja dalam www.depkes.go.id

Rachman, Abdul, et al, 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan

Tenaga Sanitasi, Jakarta : Depkes RI, Pusdiknakes.

Setyaningsih, Yuliani, 2002. Pengantar ergonomi dalam Kumpulan Materi Kuliah

Program Matrikulasi. Semarang : FKM UNDIP

Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang, 1985. Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Sumakmur, 1988, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Haji

Masagung.

Sumakmur, 1993. Keselamatan dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Haji

Masagung.

Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok

Kesehatan

www.kompas.co.id, diakses tanggal 24 Apil 2013

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 38

Page 39: BAB I

www.pusri.co.id, diakses tanggal 24 April 2013

LAMPIRAN

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 39

Page 40: BAB I

Gambar 1

Anggota tutorial 3

Gambar 2

Dokumentasi pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja PT.Pusri

Tugas Pengenalan Profesi BLOK XVIII 40