bab i

23
BAB I LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien Nama : Sdr. J Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 16 tahun Pekerjaan : Pelajar Alamat : Lemabang No RM : 307xxx II. Anamnesa Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah, sejak 6 jam SMRS Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RS. Dr. A.K. Gani dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 6 jam SMRS. Pasien menyatakan keluhan nyeri perut pertama kali dirasakan 2 hari SMRS. Nyeri perut awalnya dirasakan di daerah ulu hati kemudian berpindah . Nyeri dirasakan terus enerus dan tidak menjalar, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat perut ditekan dan pasien bergerak, sehingga mengganggu aktifitas. Nyeri makin hebat pagi hari SMRS maka pasien dibawa ke IGD. Pasien mengeluh penurunan nafsu makan sejak 2 hari SMRS, mual, muntah 2x isi makanan, perut terasa kembung. Pasien mengeluhkan demam ringan sekitar 3 hari SMRS demam terus menerus sepanjang hari dan pagi hari SMRS dirasakan memberat hingga menggigil. Pasien menyangkal adanya keluhan BAB dan BAK. Riwayat penyakit dahulu :

Upload: sdamn

Post on 14-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apendisitis

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Sdr. J

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 16 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Lemabang

No RM : 307xxx

II. Anamnesa

Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah, sejak 6 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RS. Dr. A.K. Gani dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak

6 jam SMRS. Pasien menyatakan keluhan nyeri perut pertama kali dirasakan 2 hari

SMRS. Nyeri perut awalnya dirasakan di daerah ulu hati kemudian berpindah . Nyeri

dirasakan terus enerus dan tidak menjalar, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan

makin lama makin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat perut ditekan dan pasien

bergerak, sehingga mengganggu aktifitas. Nyeri makin hebat pagi hari SMRS maka

pasien dibawa ke IGD.

Pasien mengeluh penurunan nafsu makan sejak 2 hari SMRS, mual, muntah 2x isi

makanan, perut terasa kembung. Pasien mengeluhkan demam ringan sekitar 3 hari SMRS

demam terus menerus sepanjang hari dan pagi hari SMRS dirasakan memberat hingga

menggigil. Pasien menyangkal adanya keluhan BAB dan BAK.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa

Riwayat asma, penyakit paru, maag, penyakit ginjal, kencing manis, darah tinggi

disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.

Riwayat pengobatan :

Pasien belum pernah berobat untuk mengatasi keluhannya

PemeriksaanFisik

Vital sign

Page 2: BAB I

Nadi : 90 x/menit, teratur, kuatSuhu : 38,1oCRespiratory rate : 20x/menitTekanan Darah : 110/80 mmHg

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang, tampak lemah

Kesadaran : compos mentis

Pemeriksan Fisik Umum :

a. Kulit : warna coklat, sama seperti warna sekitar

b. Kepala : mesosephal, rambut warna hitam, lurus

c. Wajah : normal

d. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikteri (-/-)

e. Telinga : sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-),

nyeri tekan tragus (-)

f. Hidung : sekret(-),napas cuping hidung (-),epistaksis(-)

g. Mulut

h. Tenggorokan

: sianosis(-),bibir kering (-)

: faring hiperemis (-)

i. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), trakea

ditengah, JVP meningkat (-)

j. Thorax : normochest, simetris

1. Paru

Dextra Sinistra

Depan1. Inspeksi

Bentuk dada Hemithorak

2. Palpasi Stem fremitusNyeri tekanPelebaran ICS

3. Perkusi 4. Auskultasi

Suara dasarSuara tambahan

AP < LateralSimetris

Melemah(-)(-)Sonor seluruh lapangan paru

Vesikuler-

AP < LateralSimetris

Melemah(-)(-)Sonor seluruh lapangan paru

Vesikuler-

Kesan: paru dalam batas normal

2. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V Mid-Clavicula sinistra dan tidak kuat

angkat (-), thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-),

sternal lift (-)1

Page 3: BAB I

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler. Suara jantung

tambahan gallop S3 (-)

k. Abdomen

Inspeksi : perut terlihat cembung, ikterik (-), sikatrik (-), caput medusa (-)

Auskultasi : bising usus (+) menurun

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di titik McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+),Blumberg (+), rovsing (+), Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (+),

Perkusi : timpani (+), nyeri ketok diseluruh lapang abdomen

l. Ekstremitas

Atas: luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak

(-/-), lemah (-/-)

Bawah : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-),

bengkak (-/-), lemah (-/-)

Rectal toucher : Tidak Dilakukan

III. Pemeriksaaan penunjang

Laboratorium : (7-6-2015)

Parameter Nilai Nilai normal

HB 13.2 12 – 16 g/dL

Leukosit 16300 5-10 ribu/ml

Trombosit 293000 150-450 ribu

Hitung jenis :

Eosinofil (1-3%)

Basofil (0-1%)

Batang (2-6%)

Segmen (50-60%)

Limfosit(20-40%)

Monosit (2-8%)

1

0

3

75

16

5

1-3%

0-1%

2-6%

50-60%

20-40%

2-8%

Ht 38% 37-48%

IV. Diagnosa kerja : Apendisitis akut suspek perforasi

V. Temuan Intraoperatif

- Lapisan dinding abdomen meradang

- Terdapat pus berwarna kuning ± 10 cc di rongga peritoneum, tidak berbau

- Ditemukan apendiks lokasi di retrocaecal, tidak ada tanda-tanda inflamasi akut

seperti kalor, rubor dan tumor, ukuran apendiks 1 x 6 cm, Dilakukan Apendektomi

2

Page 4: BAB I

- Kesan : peritonitis e.c apendisitis perforasi

VI. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

VII. Follow Up

Tanggal S O A P

8-6-2015

TD : 120890N : 80X S : 36OCRR: 18X

Demam (-)mual (-) muntah (-) nyeri pda luka bekas operasi (+)Flatus (+) BAB belum, BAK dbn

KU : tampak sakit sedang, CMKepala : CA -/- , SI -/-Thorax : SDV +/+, ronki -/, Wheezing -/- BJ I-II reguler Abdomen : perut datar, BU (+) N. NT (+) daerah luka operasiEkstremitas : dbn

Post laparotomi eksplorasi H1

Inf RL 20 Tpm

Inj. Ceftriaxon 2 x 1

Inj Metronidazol 3 x 1

Inj. Ranitidin 2x1 amp

Inj. Keterolak 2 x 1

9-6-2015

TD : 120890N : 80X S : 36OCRR: 18X

Demam (-)mual (-) muntah (-) nyeri pda luka bekas operasi (+)Flatus (+) BAB belum, BAK dbn

KU : tampak sakit sedang, CMKepala : CA -/- , SI -/-Thorax : SDV +/+, ronki -/, Wheezing -/- BJ I-II reguler Abdomen : perut datar, BU (+) N. NT (+) daerah luka operasiEkstremitas : dbn

Post laparotomi eksplorasi H2

Inf RL 20 Tpm

Inj. Ceftriaxon 2 x 1

Inj Metronidazol 3 x 1

Inj. Ranitidin 2x1 amp

Inj. Keterolak 2 x 1

10-6-2015

TD : 120/90N : 84X S : 36.5OCRR: 18X

Demam (-)mual (-) muntah (-) nyeri pda luka bekas operasi (+)Flatus (+) BAB belum, BAK dbn

KU : tampak sakit sedang, CMKepala : CA -/- , SI -/-Thorax : SDV +/+, ronki -/, Wheezing -/- BJ I-II reguler Abdomen : perut datar, BU (+) N. NT (+) daerah luka operasiEkstremitas : dbn

Post laparotomi eksplorasi H3

Pasien diizinkan pulang

3

Page 5: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm

dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian proximal dan

melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar dipersambungan

dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya berotasi ke dalam retrocaecal

tapi masih dalam intraperitoneal.

Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan

berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak

adalah retrocaecal (74%), pelvic (21%), patileal (5%), paracaecal (2%), subcaecal (1,5%)

dan preleal (1%). Apendiks mendapat vaskularisasi oleh arteri apendicular yang

merupakan cabang dari arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks

memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe

ileocaeca.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika

superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.

Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula disekitar umbilikus.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan ke caecum. Jika

terjadi hambatan, maka akan terjadi apendisitis akut. GALT ( Gut Assoiated

Lymphoid Tisuue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A. Namun jika

apendiks diangkat, tidak ada mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya

yang sedikit sekali.

4

Page 6: BAB I

B. Etiologi Apendisitis Akut

Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh

beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang

apendiks, diantaranya :

Faktor Obstruksi

Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid sub

mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya

1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.

Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.

Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus,

Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.

Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter

dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan

letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis.

Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan

sehari-hari.

C. Patofisiologi Apendisitis Akut

Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan

oleh bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Obstruksi pada lumen

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama

mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam sekum

akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di seikum dan peningkatan flora kuman di

kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks.

Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit yang meliputi semua

lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang

menghambat pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal apendiks.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami

hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi

menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena

terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi

5

Page 7: BAB I

apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas

dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien

karena ditentukan banyak faktor.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut

akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus

dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga

menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis

supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks

yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.

Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah.

Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami

eksaserbasi akut.

6

Page 8: BAB I

Mekanisme terjadinya apendisitis dapat diliat pada bagan di bawah ini.

D. Penegakan Diagnosa Apendisitis Akut

Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :

Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan anorexia.

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu lebih tinggi,

mungkin sudah terjadi perforasi.

Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum

lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya defans muskuler.

7

Fekalit

Obstruksi lumen appendiks

Edema >>

Obstruksi arteri (a. terminalis appendikularis)

Peningkatan tekanan

intraluminal

Gangguan aliran mucus dari Appendik - sekum

Obstruksi vena

Gangguan aliran limfe

Appendisitis Supuratif akut

edema, diapedesis bakteri, dan

ulserasi mukosa

apendisitis akut

Nyeri daerah epigastrium

Penyumbatan secret mukus

Mukus >>

bakteri akan menembus dinding apendiks.

Bendungan mukus

Nyeri perut kanan bawah

Peradangan peritoneum

gangren

infark dinding apendiks

apendisitis ganggrenosa

Page 9: BAB I

Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan kiri

(Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan

(Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

- Tidak ditemukan gambaran spesifik.

- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.

-Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses

periapendikuler.

-Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan

Palpasi

- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas.

- defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.

- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk

menentukan adanya rasa nyeri.

Perkusi

- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.

Auskultasi

- biasanya normal

- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat

apendisitis perforata

Rectal Toucher

- tonus musculus sfingter ani baik

- ampula kolaps

- nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12

- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).

Uji Psoas

Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan

atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks

yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan

nyeri.

8

Page 10: BAB I

Uji Obturator

Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.

obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan

endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada

apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan

pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.

Alvarado Score

Characteristic Score

M = Migration of pain to the RLQ

1

A = Anorexia 1

N = Nausea and vomiting 1

T = Tenderness in RLQ 2

R = Rebound pain 1

E = Elevated temperature 1

L = Leukocytosis 2

S = Shift of WBC to the left 1

Total 10

Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin

Pemeriksaan Penunjang

1.Laboratorium

a. Pemeriksaan darah9

Page 11: BAB I

- leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada

kasus dengan komplikasi.

-pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.

b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam

urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis

banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala

klinis yang hampir sama dengan appendicitis.

2. Radiologis

a. Foto polos abdomen

Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi

(misalnya peritonitis) tampak :

- scoliosis ke kanan

- psoas shadow tak tampak

- bayangan gas usus kanan bawah tak tampak

- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak

- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak

b. USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan

USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan

USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti

kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.

c.Barium enema

Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon

melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-

komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk

menyingkirkan diagnosis banding.

d. CT-Scan

Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat

menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.

e. Laparoscopi

Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang

dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara

langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum.

Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada

10

Page 12: BAB I

appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan

pengangkatan appendix (appendectomy).

E. Penatalaksanaan Apendisitis Akut

Perawatan Kegawatdaruratan

Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi atau

septicemia.

Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut.

Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.

Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan lakukan

pengukuran kadar hCG

Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia dan pasien

yang akan dilanjutkan ke laparotomi.

Antibiotik Pre-Operatif

Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam

menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.

Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob

diindikasikan.

Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.

Tindakan Operasi

Apendiktomi, pemotongan apendiks.

Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam

fisiologis dan antibiotika.

Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika IV,

massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam

jangka waktu beberapa hari

11

Page 13: BAB I

BAB III

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki berumur 16 tahun berinisial Tn. J datang ke IGD dengan keluhan nyeri

perut kanan bawah.

Dari anamnesis didapatkan riwayat perjalanan penyakit yaitu 6 jam SMRS pasien

mengeluh nyeri perut kanan bawah. Nyeri berawal 2 hari SMRS di ulu hati kemudian berpindah

ke perut kanan bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak menjalar, nyeri seperti ditusuk-

tusuk dan dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat perut ditekan

dan pasien bergerak, sehingga mengganggu aktifitas. Nyeri makin hebat pagi hari SMRS maka

pasien dibawa ke IGD. Pasien mengeluh penurunan nafsu makan sejak 2 hari SMRS, mual,

muntah 2x isi makanan, perut terasa kembung. Pasien mengeluhkan demam ringan sekitar 3 hari

SMRS demam terus menerus sepanjang hari dan pagi hari SMRS dirasakan memberat hingga

menggigil. Pasien menyangkal adanya keluhan BAB dan BAK.

Berdasarkan pemeriksaan fisik status generalis didapatkan penderita tampak sakit sedang,

vital sign didapatkan temperatur 38,1 C sedangkan lainnya masih dalam batas normal, pupil

isokor dengan refleks cahaya semuanya positif. Leher, KGB, paru-paru, jantung, thorax dan

ekstremitas tidak ditemukan kelaian.

Pada pemeriksaan fisik di daerah abdomen didapatkan nyeri tekan titik Mc Burney (+)

yang menunjukkan karena adanya peningkatan tekanan intraluminal, terjadi gangguan aliran

limf, terjadi oedem yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi

vena, yang mengarah pada iskemik jaringan, infark, dan gangrene. Setelah itu, terjadi invasi

bakteri ke dinding appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat kensekuensi

pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi dari dinding

appendiks berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan

nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s. Rovsing Sign

(+) hal ini menunjukkan adanya tekanan yang diberikan pada LLQ abdomen menghasilkan sakit

di sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi peritoneum.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah dan didapatkan

leukosit meningkat sebesar 16.300/mm3. Demam disebabkan akibat konsekuensi pelepasa

mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat dilakukan penilaian Alvarado score:

Migration of pain : 1

Anorexia : 1

Nausea/vomiting : 1

12

Page 14: BAB I

RLQ tenderness : 2

Rebound : 1

Elevated temperatur : 1

Leukocytosis : 2

Left shift : -

Total points : 9

Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini menderita

Appendisitis akut dan perlu tindakan segera.

Diagnosis banding pasien ini adalah gastroenteritis, dan batu ureter. Pada pasien dengan

gastroenteritis akut, ditandai diare, mual, muntah dan tidak ada nyeri perut yang terlokalisir.

Pada pasien ini, tidak terdapat diare dan nyeri yang timbul terlokalisir. Sedangkan pada pasien

dengan batu ureter, ditandai dengan keluhan BAK dengan nyeri saat BAK jika batu terletak di

distal ureter , dan nyeri yang terdapat pada batu ureter adalah nyeri kolik. Pada pasien ini, nyeri

yang dirasakan adalalah nyeri yang terus menerus.

Tatalaksana pada kasus ini adalah dengan appendektomi cito, karena appendisitis

termasuk kasus kedaruratan bedah dan harus segera ditangani dalam waktu kurang dari 48 jam.

Pada kasus ini direncanakan dilakukan ureterolithotomy. Prognosis pada kasus ini Quo

ad vitam dan quo ad functionam nya bonam.

13

Page 15: BAB I

BAB IV

KESIMPULAN

Lebih dari 10% kasus dengan keluhan nyeri abdomen merupakan kasus

kegawatdaruratan. Apendisitis akut merupakan salah satu penyakit dengan gejala nyeri abdomen

yang paling sering dijumpai dan merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan. Apendiks

merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal pada

seikum Apendiks mendapat vaskularisasi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari

arteri ileocolica. Apendiks mendapat persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus dan

persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari.

GALT (Gut Assoiated Lymphoid Tisuue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A.

Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan oleh

bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Faktor-faktor pencetus terjadinya

apendisitis adalah obstruksi, bakteri, kecenderungan familiar dan faktor ras serta diet. Proses

penegakan diagnose pada kasus apendicitis yaitu meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan pada kasus apendisitis akut sebenarnya lebih mengarah

pada penanganan operatif yaitu dengan appendectomy.

14

Page 16: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Revisi PDT Sub Komite Farmasi dan Terapi RSU DR.Soetomo . Pedoman

Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.2008

2. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004

3. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical

Practice. Edisi 16.USA: W.B Saunders companies.2002

4. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hill

companies.2005

5. R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.1995

15