bab i
DESCRIPTION
bab1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pengendalian mutu laboratorium terdiri dari tiga tahapan penting, yaitu tahap
pra-analitik, analitik dan paska analitik. Dengan berjalannya waktu, rangkaian
penelitian menunjukkan bahwa 32%-75% dari seluruh kesalahan pemeriksaan, ada
pada tahap pra-analitik, dan kemajuan teknologi serta prosedur penjaminan
mutu telah secara nyata mengurangi angka kesalahan yang diakibatkan proses
analitik. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar
61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan
kesalahan paska analitik 14%. Hal ini menunjukkan tahapan pra-analitik sebagai
penyebab utama kesalahan dan / atau variabel yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.1,2
Faktor pra-analitik meliputi variabel terkait pasien (diet, usia, jenis kelamin,
dan lain-lain), pengumpulan spesimen dan teknik pemberian label, pengawet dan
antikoagulan spesimen, transport spesimen, serta proses dan penyimpanan. Hal yang
berpotensi salah atau kegagalan dalam tahapan tersebut meliputi permintaan
pemeriksaan yang tidak terpat, kesalahan identifikasi sampel, ketidaktepatan waktu,
ketidaktepatan puasa, ketidaktepatan antikoagulan / rasio darah, ketidaktepatan
pencampuran, kesalahan urutan pengambilan, serta hemolisis atau spesimen yang
lipemik. Kesalahan pra-analitik yang sering terjadi ialah ketidaktepatan pengisian
sampel ke dalam tabung, kesalahan dalam memasukkan spesimen ke dalam wadah
penampungan atau pengawet, serta pemilihan jenis pemeriksaan yang tidak tepat.1,2
Phlebotomy telah dipraktekan selama berabad-abad dan termasuk salah satu
tindakan invasif terhadap pasien. Setiap langkah proses pengambilan darah
1
mempengaruhi kualitas specimen. Dengan demikian penting untuk mencegah
kesalahan pemeriksaan laboratorium, cedera terhadap pasien bahkan kematian pasien,
misalnya sentuhan jari untuk memeriksa lokasi vena sebelum penusukan setelah
dilakukan antiseptic akan meningkatkan resiko kontaminasi. Hal ini akan
menyebabkan hasil positif palsu pada hasil kultur darah. Dampak yang merugikan
lainnya bagi pasien adalah memar pada lokasi tusukan, kerusakan saraf ataupun
pingsan.3
Oleh karena itu dalam hal ini akan dibahas langkah-langkah sederhana,
persyaratan minimal yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan darah yang
baik,dan benar sehingga meningkatkan mutu specimen darah, dan mewujudkan
tindakan phlebotomy yang aman untuk pasien dan bagi petugas.
2
BAB II
ASPEK PHLEBOTOMY
2.1 Definisi dan Persiapan Lokasi Phlebotomy
Flebotomi adalah proses pengambilan darah melalui insisi vena dengan teknik yang
benar sehingga komposisi analitnya bisa dipertahankan. Tujuan flebotomi ialah memperoleh
sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan
memperhatikan pencegahan interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang
benar, memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sesedikit mungkin menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien.4,5
Darah yang akan dianalisa bisa diperoleh dari vena, arteri, atau kapiler. Darah vena
biasanya menjadi spesimen pilihan dan pungsi vena merupakan metode untuk mendapatkan
spesimen tersebut. Lokasi vena yang digunakan biasanya dilengan (v. Mediana cubiti),
ditangan/pergelangan tangan (v. Basilica/ v. Cephalica), pilihan terakhir apabila gagal pada
dua lokasi tersebut, maka pengambilan darah dari vena di kaki bisa menjadi alternatif. 6
Saat darah diaspirasi, pembekuan akan terjadi. Cairan yang dapat dipisah dalam
wujud tersendiri, yang berasal dari darah yang membeku disebut serum. Istilah plasma kerap
saling ditukarkan dengan istilah serum. Namun, plasma berisikan protein fibrinogen,
komponen yang dikonversikan menjadi substansi yang terdiri atas bekuan, dikenal dengan
fibrin.7,8,9
Gambar 1. Pengambilan darah vena6
3
Pada anak-anak usia muda dan untuk point of care test, pungsi kulit sering digunakan
untuk memperoleh darah kapiler; pungsi arteri umumnya digunakan untuk analisa gas darah.
Proses untuk mendapatkan sampel darah dikenal dengan sebutan flebotomi dan harus
dilakukan oleh seorang flebotomis terlatih. 7,8
2.2. Persiapan Pengambilan Sampel Darah
Peran phlebotomist mensyaratkan secara profesional, sopan, dan pemahaman dalam
semua kontak dengan pasien. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri sendiri dan
menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Komunikasi yang efektif - baik verbal dan
nonverbal - sangat penting. Identifikasi pasien secara lengkap dan tepat merupakan prosedur
utama. BD Pada pasien rawat inap yang mampu merespon, meminta nama lengkap dan selalu
memeriksa gelang pasien untuk. Pengambilan darah tidak dapat lakukan jika gelang hilang
dan identifikasi tidak lengkap. Pada pasien rawat inap, bantuan tenaga perawat diperlukan
untuk membantu identifikasi sebelum. 3,6
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan
laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan
persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar
tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang
kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi
yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis
sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan
akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat
terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.1
4
Sebelum suatu spesimen diambil, seorang flebotomis harus mengkonfirmasi identitas
dari pasien tersebut. Setidaknya dua atau tiga identifikasi berikut harus dipastikan: (1) nama,
(2) nomor rekam medis, (3) tanggal lahir, (4) alamat pasien jika pasien tersebut merupakan
pasien rawat jalan. Apabila pasien dirawat inap, maka seorang flebotomis dapat memastikan
identitas pasien dengan mencocokkannya dengan gelang identitas pasien. Bagi pasien
pediatri, orangtua / pendamping pasien harus hadir dan secara aktif memastikan identitas
pasien. Memastikan adanya alergi terhadap bahan sarung tangan maupun turniket juga perlu
dilakukan selain adanya informed consent terhadap jenis tindakan yang akan dilakukan. 2,5,8
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang sangat penting.
Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan
pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini
setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal
pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko
tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan
laboratorium.1,3,6
Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas
pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis) disertai
diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai
dengan pasien yang akan diambil spesimen. Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh
pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum
alkohol, merokok, dan lain sebagainya. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan
tertentu, merokok, minum alkohol, paska transfusi, dan lain sebagainya. Catatan ini nantinya
harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.1,3,6
5
Gambar 2. Label Identitas Permintaan sampel Pasien ditempel pada spesimen 3,10
Seorang flebotomis perlu mencuci tangan sebelum mengenakan alat pelindung diri
(APD) seperti gaun / apron, sarung tangan, masker, ataupun kacamata pelindung sebelum
bersinggungan dengan pasien. Hal ini bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya paparan
terhadap bahan infeksius dan membatasi penularan penyakit infeksi seorang terhadap yang
lain..5,8,11
Gambar 3. Alat pelindung diri
6
Pada umumnya waktu pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama
untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi, karena umumnya nilai normal
ditetapkan dalam keadaan basal. Untuk pemeriksaan yang memerlukan puasa, pengambilan
spesimen dilakukan untuk 12 jam setelah makan terakhir dan tidak melakukan aktivitas
olahraga.5,12
pemeriksaan yang memerlukan puasa
Glukosa Puasa 10-12 jam
Tes Toleransi Glukosa (TTG) Puasa 10-12 jam
Glukosa kurva harian Puasa 10-12 jam
Trigliserida Puasa 12 jam
Asam urat Puasa 10-12 jam
VMA Puasa 10-12 jam
Renin (PMA) Puasa 10-12 jam
Insulin Puasa 8 jam
C-peptide Puasa 8 jam
Gastrin Puasa 12 jam
Aldosteron Puasa 12 jam
Homosistein Puasa 12 jam
Lp(a) Puasa 12 jam
PTH intact Puasa 12 jam
Apo A1 Dianjurkan puasa 12 jam
Apo B Dianjurkan puasa 12 jam
Gambar 4. Tabel Pemeriksaan yang memerlukan puasa12
7
Jika pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan untuk tujuan pemantauan
pengobatan atau therapeutic drug monitoring (TDM), pengambilan sampel dipertimbangkan
saat telah tercapai kadar puncak setelah minum obat dan fase steady state sebelum pemberian
dosis berikutnya. Ada beberapa jenis pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimennya
harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, antara lain :
Demam tifoid
Untuk biakan darah dilakukan pada minggu ke-1 atau ke-2 sakit, dan untuk Widal,
diperiksa saat fase akut dan konvalesen.
Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman
Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika.
Pemeriksaan mikrofilaria
Dilakukan pada waktu senja dan menjelang tengah malam.
Pemeriksaan malaria
Diambil pada akhir periode demam.
Pemeriksaan tuberkulosis
Dahak diambil pada pagi hari, segera setelah pasien bangun tidur.
Pemeriksaan profil besi
Spesimen diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam 1,7,21 Terkadang
sampel harus diambil pada saat tertentu. Kegagalan dalam melaksanakan sesuai waktu yang
telah ditetapkan dapat menyebabkan hasil yang salah dan kesalahan dalam menilai kondisi
pasien. Idealnya, seorang pasien tetap diam pada posisi yang sama selama 30 menit sebelum
dilakukannya pengambilan spesimen, demikian juga untuk pengambilan spesimen
selanjutnya. Turniket digunakan untuk membantu agar lokasi vena pada pungsi vena dapat
terlihat, tetapi pemasangan turniket selama lebih dari 1 menit akan merangsang terjadinya
hemokonsentrasri.2,8 Posisi lengan yang benar akan:membuat gaya gravitasi membantu
8
memperbesar vena dan membantu menjamin agar tabung pengambilan specimen terisi dari
bawah ke atas untuk mencegah aliran balik dan terbawanya penambah ke tabung yang
berikutnya. 6
2.3 Peralatan pengambilan darah vena
Agar dapat diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka
prosedur pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan
peralatan, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai
dengan pelabelan.13
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
bersih, kering;
tidak mengandung deterjen atau bahan kimia;
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen;
sekali pakai buang (disposable);
steril (terutama untuk kultur kuman);
tidak retak / pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen.1
Gambar 5. Phlebotomy tray6
9
2.3.1 Spuit/ syringe
Gambar 6. Spuit4
Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk
mengukur jumlah darah yang akan diambil. Volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml
bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau
syringe pump.4 Volume spuit yang dipakai tergantung pada volume darah yang akan diambil;
makin besar volume spuit makin kecil nomor jarum yang dipakai. Makin banyak volume
darah yang diambil makin besar volume spuit yang digunakan.14
2.3.2 needle/ jarum suntik
Gambar 7. Jarum suntik4
Jarum suntik ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan
secara vakum. Jarum ini bersifat non-fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuit
serta tabung pengumpul vakum. Penggantian jarum dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan besarnya vena yang akan diambil atau untuk kenyamanan pasien yang menghendaki
10
pengambilan dengan jarum kecil.4 Jarum Nomor 19 atau 20G sesuai bagi orang dewasa pada
umumnya. Jika vena cenderung untuk kolaps, digunakan ukuran 21G. The International
Organization for Standardization telah menetapkan suatu standar (ISO 7864) yang berkaitan
dengan diameter berbagai jenis ukuran lubang jarum: 19G = 1,1mm; 21G = 0,8mm; 23G =
0,6mm. Ukuran 23G baik untuk anak-anak dan idealnya memiliki ukuran panjang yang lebih
pendek (sekitar 15mm). 3,6
Untuk menampung darah 30-50ml, diperlukan jarum ukuran 18G agar dapat
dipastikan darah mengalir dengan adekuat. Jarum umumnya berukuran panjang 1,5 inci
(3,7cm), tetapi juga terdapat jarum 1 inci (2,5cm), yang biasanya terhubungkan dengan
winged atau pasangan kupu-kupu. Semua jarum harus steril, tajam, dan tidak bengkok. Agar
darah yang mengalir bebas dari unsur-unsur dalam jumlah kecil, jarum tersebut harus terbuat
dari bahan stainless steel dan bebas dari kontaminasi.3,7,14
2.3.3 Penampung darah
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara, biasa
digunakan untuk pemeriksaan manual, dan dengan keperluan tertentu misalnya
pembuatan tampungan sendiri untuk efisiensi biaya.3,4,6
Vacuum tube
Gambar 8. Tabung vakum4
Akhir-akhir ini pengambilan darah dilakukan menggunakan jarum khusus
dengan tabung vakum sebagai penampung darah. Tabung vakum pertama kali dipasarkan
11
dengan nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa
udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu
telah tercapai. Penggunaan tabung vakum yang sudah kadaluarsa dapat menimbulkan :
Daya isap darah ke dalam tabung vakum berkurang sehingga rasio darah
terhadap antikoagulan menurun dengan akibat darah tersebut mengandung
antikoagulan yang berlebihan;
Aktivitas antikoagulan berkurang, dapat menimbulkan mikrotrombi dan
menyumbat alat pemeriksaan;
Antikoagulan yang ada di dalam tabung vakum dapat menguap sehingga
mengganggu rasio antara jumlah darah terhadap antikoagulan.4,6,14
2.3.4 Torniquet
Gambar 9. Tourniquet4,6
Merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari karet sintetis yang
bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada organ
yang akan dilakukan penusukan flebotomi. Adapun tujuan pembendungan ini adalah untuk
fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang
akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah ke dalam spuit.4
12
2.3.5 Kapas Alkohol
Gambar 10. Kapas alkohol6
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan
antiseptik berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol ialah untuk menghilangkan
kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.6
2.3.6 Plester / adhesive bandage
Gambar 11. Plester6
13
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas flebotomi, sehingga membantu
proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.6
2.3.7 Disposal Container
Buang jarum yang telah tercemar ke dalam wadah peruntukan yang disebut sebagai
"sharp container“.Container harus kaku, tahan tusukan, tahan bocor, sekali pakai, mudah
disegel kalau penuh, dan ada tutup pengunci yang tidak memungkinkan jalan masuk ke dalam
wadah.6
Ada berbagai container yang aman untuk pembuangan jarum dari holder. Warnayanya
biasanya merah, orange terang, atau kuning, dan harus diberi label "BIOHAZARD".6
Gambar 12. Disposal container
2.3.8 Wadah Transport
Samples yang akan dibawa ke luar fasilitas juga diletakkan dalam wadah kaku disegel
dengan bahan absorbent yang cukup untuk menyerap jika ada tumpahan atau kebocoran.
Sample yang sudah ditampung kemudian dimasukkan dalam wadah sekunder berlabel
"BIOHAZARD" untuk membawa sample melewati jalan umum. Ini akan memperkecil
kebocoran dan resiko tumpah. 6
14
Gambar 13: wadah transport specimen6
2.4 Peralatan pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler dimaksudkan untuk pemeriksaan laboratorium dengan volume
yang lebih sedikit dari pengambilan melalui vena. Pengambilan ini umumnya digunakan
untuk pemeriksaan dengan jumlah dibawah 500 mikroliter.6
Gambar 14. Pengambilan darah kapiler6
2.4.1 Lancet
ModelModel WarnaWarna KedalamanKedalaman JarumJarum Aliran DarahAliran Darah
SLN100SLN100 KuningKuning 1.0 mm1.0 mm G26G26Aliran RendahAliran Rendah
5-10 ul5-10 ul
15
SLN170SLN170 LimeLime 1.7 mm1.7 mm G28G28Aliran RendahAliran Rendah
5-10 ul5-10 ul
SLN200SLN200 Abu-abuAbu-abu 1.8 mm1.8 mm G23G23Aliran RendahAliran Rendah
10-20 ul10-20 ul
SLN240SLN240 OranyeOranye 2.2 mm2.2 mm G22G22Aliran SedangAliran Sedang
20-40 ul20-40 ul
SLN300SLN300MerahMerah mudamuda
2.8 mm2.8 mm G21G21
Aliran Sedang-Aliran Sedang-TInggiTInggi
40-60 ul40-60 ul
SLB200SLB200 HijauHijau 1.8 mm1.8 mm G19G19Aliran TinggiAliran Tinggi
75-100 ul75-100 ul
SLB250SLB250 BiruBiru 2.3 mm2.3 mm G18G18Aliran TinggiAliran Tinggi
150-200 ul150-200 ul
Gambar 15 Tabel Jenis-jenis lancet15
2.4.2 Object Glass
Gambar 16. Object glass6
Merupakan gelas preparat yang akan digunakan untuk pemaparan sediaan darah atau
pemeriksaan lain yang akan diperiksa dengan mikroskop.3
2.4.3 Deck Glass
16
Gambar 17. Deck glass3,4
Adalah penutup object glass, berbentuk persegi lebih kecil dan tipis karena
dimaksudkan agar bisa menutupi preparat tanpa mengganggu pemfokusan pengamatan
dibawah mikroskop.3,4
2.4.4 Tensimeter
Gambar 18. Tensimeter4
Alat untuk mengukur tensi darah atau tekanan darah serta detak jantung manusia.
Dalam sampling, tensi ini digunakan untuk memeriksa Bleeding time.4
2.4.5 Kertas Saring
Gambar 19. Kertas saring4,6
Kertas yang mempunyai kerapatan tertentu sehingga bisa digunakan untuk menyaring
larutan. Bisa digunakan untuk pemeriksaan bleeding time.4
17
2.4.6 Tabung Kapiler
Gambar 20. Tabung kapiler4
Merupakan tabung kecil dengan diameter 1 mm sehingga memiliki daya kapilaritas
atau menyerap cairan darah yang akan diambil. Sehingga cukup dengan menempelkan salah
satu ujungnya, maka darah akan mengisi tabung sesuai kebutuhan. Tabung kapiler dengan
antikoagulan bertanda strip merah, sedangkan tanpa koagulan dengan strip biru.4
2.4.7 Wax/malam/lilin
Gambar 21. Wax4
Merupakan dempul atau penutup yang digunakan sebagai penahan dasar tabung
hematokrit sehingga disaat penyimpanan sampel darah atau pemutaran nilai hematokrit,
darah bisa tertahan di dalam tabung.4
18
BAB III
PENAMPUNG DAN ADITIF SPESIMEN DARAH
(Sampling Specimen Darah)
3.1 Penampung Spesimen Darah
Dua puluh sampai tiga puluh tahun yang lalu pengambilan darah dilakukan dengan
menggunakan jarum spuit yang ditampung dalam botol atau tabung reaksi dan ada yang
ditambahkan antikoagulan. Pengambilan darah seperti ini dapat menimbulkan hemolisis,
darah terinfeksi karena penampung tidak steril, jumlah antikoagulan dan darah tidak
seimbang.14
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan Amerika Serikat: BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi
yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu
telah tercapai.6
Gambar 22. Sistem tabung evakuasi6
20
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
jarum pada sebuah penahan (holder) dan memudahkan pada saat mendorong tabung
menancap pada jarum posterior.6
Sistem tabung evakuasi yang lazim digunakan saat ini terdiri dari tabung / penampung
dari bahan kaca atau plastik (dengan atau tanpa antikoagulan) dalam keadaaan vakum dengan
penutup tabung yang disertai penyumbat (stopper) dari bahan plastik atau karet, sebuah
jarum, dan penahannya yang menghubungkan jarum dengan tabung. Keunggulan utamanya
ialah tidak perlu melepaskan penutup tabung untuk mengisi tabung ataupun mengambil
sampel dari tabung untuk dianalisa sehingga mengurangi resiko kontaminasi isi tabung.
Sistem ini sangat berguna ketika diperlukan beberapa sampel dengan antikoagulan yang
berbeda. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian
sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Keadaan vakum mengatur jumlah darah yang masuk
ke dalam tabung, sehingga dapat terjamin jumlah spesimen yang cukup untuk jenis
pemeriksaan yang diperlukan dan dengan perbandingan antikoagulan yang tepat. Walau
demikian, keadaan vakum tersebut akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu,
sehingga perlu diberikan perhatian yang khusus terhadap tanggal kadaluarsa dari masing-
masing tabung.3,6
Gambar 23. Set jarum bersayap6
21
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena
tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini
mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga
dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang
disebutkan di atas. Perbedaannya ialah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah
sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior
dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang
(flash). Penggunaan tabung evakuasi darah (evacuated blood tubes) dinilai (1) lebih murah,
(2) lebih nyaman, dan (3) lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan spuit.3,4,6
Tabung evakuasi darah dapat terbuat dari soda-lime atau kaca borosilicate atau plastik
(polyethylene terephthalate). Bahan kaca borosilicate merupakan bahan kaca yang tersusun
dari bahan silika dan boron oksida. Bahan ini memiliki koefisien panas yang lebih rendah
dibanding bahan kaca soda-lime. Karena daya tahannya yang tinggi terhadap zat-zat kimia
maupun panas, maka bahan kaca borosilicate merupakan pilihan yang tepat untuk peralatan
laboratorium. Walau lebih padat dibandingkan dengan bahan kaca soda-lime, bahan kaca
borosilicate masih dapat pecah pada pemanasan yang sangat cepat atau pemanasan yang
tidak merata. Meskipun demikian, apabila pecah, pecahan kaca cenderung besar dan tidak
remuk.3,8
Gambar 24. Tabung kaca dan tabung polystyrene6
Untuk mengurangi kemungkinan pecah dan terpapar bahan infeksius, maka beberapa
lembaga telah mengganti penggunaan bahan kaca menjadi plastik. Beberapa jenis bahan yang
22
penyusun tabung plastik berdasarkan daya tahannya terhadap panas dari yang tertinggi antara
lain: poly(ethylene terephthalate), polystyrene, polycarbonate, polypropylene, polyethylene
Bahan polypropylene dan polyehtylene biasanya digunakan untuk transport spesimen. Bahan
polystyrene tidak cocok karena dapat retak bila membeku.6,8
Terdapat berbagai jenis tabung evakuasi yang digunakan untuk menampung darah
dari pungsi vena. Tabung tersebut bervariasi sesuai dengan jenis aditif dan kebutuhan volume
pada masing-masing tabung. Beberapa tabung dari bahan kaca dilapisi dengan bahan silikon
pada dinding tabung atau penyumbat untuk mengurangi adhesi dari bekuan (clots) serta
mengurangi resiko hemolisis. Penyumbat dapat mengandung zinc, sehingga penggunaan
tabung evakuasi darah untuk pengukuran kadar zinc menjadi tidak valid, serta adanya TBEP
[tris(2-butoxyethyl)phosphate] yang merupakan bahan penyusun karet penyumbat, dapat
mempengaruhi pengukuran beberapa jenis obat.7,8
Darah yang telah dikumpulkan dalam tabung yang mengandung suatu aditif, tidak
boleh dipindahkan ke dalam tabung lain, karena zat aditif yang pertama dapat mempengaruhi
pemeriksaan dengan zat aditif berbeda. Kontaminasi darah saat jarum memasuki penyumbat
atau melalui kontak dengan zat aditif dalam tabung dapat menyebabkan kesalahan pada hasil
pemeriksaan pasien, yang dapat menyebabkan kesalahan pada diagnosis dan penanganan
pasien. Oleh karena itu, perpindahan zat aditif dari satu tabung ke tabung lain, harus
diminimalkan (atau agar efek samping dapat dihindari) dengan cara disiplin dalam mentaati
rekomendasi urutan penggunaan tabung.7,8
Gambar 25. Micro-tube6
23
Tabung evakuasi dirancang khusus untuk menampung sejumlah volume darah
tertentu. Beberapa tabung terlihat berukuran relatif sama besar, tetapi hanya menampung
sedikit darah, yang terlihat dari sedikitnya vakum dalam tabung. Tabung pengisian darah
yang kecil ini berguna ketika mengambil darah dari bayi, anak-anak, maupun pasien yang
‘sulit untuk diam’.6
Tabung evakuasi kaca memiliki penyumbat dari karet, sedangkan tabung evakuasi
plastik memiliki penutup (shield) berbahan plastik yang menutupi penyumbat karet. Agar
aman, sebaiknya yang digunakan ialah tabung dari plastik. Walau demikian, beberapa
pemeriksaan laboratorium tetap memerlukan tabung kaca untuk menampung darah.6
A
B CGambar 26. (A)Tabung EDTA, (B)Tabung gel aktivator, (C)Tabung tanpa aditif6
Penampung yang umum digunakan untuk pemeriksaan hematologi telah dilengkapi
dengan dipotassium, tripotassium, atau disodium ethylendiaminetetra-acetic acid (EDTA)
sebagai antikoagulan, dan telah ditandai pada tingkat tertentu untuk menunjukkan jumlah
darah yang sesuai. Penampung juga ada yang mengandung trisodium citrate, heparin, atau
acid-citrate-dextrose, sebagaimana juga ada yang tidak mengandung zat aditif, yang
digunakan untuk pemeriksaan serum. Syarat dan spesifikasi lain untuk tempat penampungan
spesimen telah ditetapkan dalam standar nasional maupun internasional, misalnya
International Council for Standardization in Haematology, dan ada juga European Standard
(EN 14820). Tetapi amat disayangkan, belum ada kesepakatan universal dalam hal
24
pewarnaan untuk mengidentifikasi masing-masing penampung dengan zat aditif yang
beragam; flebotomis harus membiasakan dirinya dengan warna dari pemasok.3,6
The Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI), yang dahulu dikenal sebagai
National Commission on Clinical Laboratory Standards (NCCLS), memberikan rekomendasi
yang dapat digunakan baik itu untuk tabung pengumpulan darah berbahan kaca maupun
plastik. Urutan yang sama juga diterapkan pada pengambilan darah dengan menggunakan
spuit ataupun sistem evakuasi (penahan tabung dan tabung penampung). Cukup banyak
lembaga akreditasi laboratorium seperti College of American Pathologists (CAP) dan The
Joint Commission telah menetapkan standard dari CLSI untuk diterapkan. Urutan
pengambilan darah berdasarkan CLSI, yaitu :
Tabung kultur darah;
Tabung koagulasi (misal, penutup biru);
Tabung serum dengan atau tanpa aktivator bekuan, dengan atau tanpa gel (misal
penutup merah);
Tabung heparin dengan atau tanpa gel pemisah plasma (misal, penutup hijau);
Tabung EDTA dengan atau tanpa gel pemisah (misal, penutup lembayung, penutup
perak);
Inhibitor glikolisis (misal, penutup abu-abu).16
Tabung yang mengandung zat aditif harus dibalik secara perlahan-lahan (tidak
dikocok) segera sesudah pengambilan darah, untuk memastikan darah dengan cepat
tercampur dalam jumlah yang cukup dengan zat aditif. Kegagalan dalam pencampuran
spesimen darah dengan antikoagulan menyebabkan spesimen yang tidak dapat diterima untuk
pemeriksaan atau hasil pemeriksaan yang tidak akurat.16
Untuk mengenali letak tabung yang lain dalam urutan pengambilan darah, zat aditif
pada tabung harus diketahui. Informasi ini didapatkan pada label tabung. Apabila informasi
25
ini telah diketahui, zat aditif yang sama dikelompokkan menjadi satu dalam urutan
pengambilan darah. Sebagai contoh, pelindung coklat pada tabung mengandung K2EDTA,
maka letaknya pada urutan pengambilan darah bersama-sama dengan tabung lain yang
mengandung EDTA – lembayung, merah muda dan putih.16
Urutan pengambilan darah ini sangat penting. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan
laboratorium didasari oleh prinsip ilmiah yang meliputi biologi, kimia maupun fisika. Jumlah
substansi (analit) yang sangat kecil, diukur dengan teknik yang rumit. Karena jumlahnya
sedikit, keberadaan substansi lain akan mempengaruhi keakuratan dari hasil pemeriksaan.
Jika hasil tes pasien tidak akurat, ia mungkin akan tidak mendapatkan penanganan yang
sesuai.16 Tujuan dari urutan pengambilan darah ialah untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kesalahan pada hasil pemeriksaan sebagai akibat dari kontaminasi silang dari zat
aditif dalam tabung. Walau sepertinya mustahil bahwa jumlah yang sangat kecil dari zat
aditif dalam tabung dapat mengakibatkan hasil yang tidak akurat, pada kenyataannya
berbagai penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa hal ini mungkin terjadi.16
EDTA mengandung banyak kalium dan dapat menyebabkan peningkatan kadar yang
salah pada hasil tes. Oleh karena itu, tabung untuk pemeriksaan kalium harus diambil
sebelum tabung yang mengandung EDTA.16
Zat aditif pada penyumbat / penutup tabung yang berwarna abu-abu, dapat
mengganggu gambaran mikroskopis sel-sel darah pada hitung jenis sel darah putih. Aktivator
bekuan dapat mengganggu tes koagulasi seperti protrombin (PT) dan tes activated partial
thromboplastin time (aPTT).16
Bakteri dari tabung dengan penyumbat / penutup yang tidak steril dapat
mengkontaminasi darah yang dikumpulkan dalam botol / tabung untuk kultur darah, sehingga
bakteri berkembang yang mengakibatkan klinisi berpandangan bahwa pasien tersebut
mengalami infeksi darah.16
26
Warna Penyumbat / Penutup
AditifJumlah Balikan
Saat PengambilanPenggunaan Umum pada Laboratorium
Stopper Abu-abu Pelindung abu-abu
Kalium oksalat/Natrium fluorida atau
Natrium fluorida atau Natrium
fluorida/Na2EDTA
8
8
8
Glukosa
Stopper hijau & abu-abu
Pelindung hijau muda
Heparin lithium & gel untuk pemisahan plasma
8
8
Tes kimia yang membutuhkan plasma
Stopper hijau Pelindung hijau
Natrium atau heparin lithium8
8
Tes kimia yang membutuhkan plasma
Stopper lembayung Pelindung lembayung
Cairan Na2EDTA (kaca) Lapisan Na2EDTA
(plastik)
8
8
Pemeriksaan darah lengkap, kultur antigen virus dari darah
Stopper biru muda Pelindung biru muda Pelindung bening diatas
stopper biru muda
0,105 M Natrium sitras (kaca) atau
0,129 M Natrium sitras (3,8%) atau
CTAD
3-4
3-4
3-4
Natrium sitras: pemeriksaan koagulasi rutin
CTAD: pemeriksaan fungsi trombosit, pemeriksaan koagulasi rutin
Pelindung oranye (tanpa tabung kaca)
Trombin atau
Trombin & gel untuk pemisahan serum
8
5-6Tes STAT
Stopper merah muda Pelindung merah muda
K2EDTA 8
Tes bank darah; memiliki label khusus informasi pasien untuk AABB (American Association of Blood Banks)
Stopper merah & hitam Pelindung emas
Aktivator bekuan dan gel untuk pemisahan serum
5Tes kimia yang membutuhkan serum
Merah & abu-abu muda Pelindung bening diatas
stopper merah
- 0 Untuk tabung cadangan
Stopper merah Pelindung merah
Lapisan silikon (tabung kaca)
Lapisan silikon & aktivator bekuan (tabung plastik)
0Tes kimia & serologi yang membutuhkan serum
Pelindung biru cerah (tanpa tabung kaca)
Aktivator silikon atau Na2EDTA
8
8
Unsur kecil, toksikologi & penentuan nutrisi
Pelindung Coklat K2EDTA 8 Timbal
27
(tanpa tabung kaca)
Pelindung putih (tanpa tabung kaca)
K2EDTA dengan gel 8
Tes diagnostik molekular seperti PCR; Nama dagang BD untuk tabung ini: PPT™ (plasma preparation tube)
Stopper kuning (tanpa tabung plastik)
SPS (sodium polyanethol sulfonate) atau
Larutan ACD (acid citrate dextrose) A atau
Larutan ACD (acid citrate dextrose) B
8
8
8
SPS : kultur darah ACD : HLA
phenotyping untuk transplantasi, DNA & tes keturunan
Gambar 27 : Tabel 3. Jenis tabung evakuasi6,16
3.1. Aditif Spesimen Darah
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.1
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat
kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Jika tes membutuhkan
darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen
untuk mencegah pembentukan micro-clot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk
mencegah hemolisis. Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis
pemeriksaan tertentu.1
EDTA dan natrium sitras menyingkirkan kalsium yang dibutuhkan untuk koagulasi.
Kalsium dapat diendapkan menjadi oksalat yang tidak terlarut (kristal yang dapat terlihat
pada darah oksalat) atau terikat dalam bentuk tidak terionisasi. Heparin berikatan dengan
antitrombin, sehingga menghambat interaksi dari beberap faktor pembekuan.3,10
28
EDTA digunakan untuk perhitungan darah; natrium sitras digunakan untuk tes
koagulasi dan laju endap eritrosit. Agar penyimpanan sel darah merah yang lama dapat lebih
baik untuk beberapa tes tertentu maupun untuk tujuan transfusi, digunakan sitras yang
dikombinasikan dengan dekstrosa dalam bentuk acid-citrate dextrose (ACD), citrate-
phosphate-dextrose (CPD) atau larutan Alsever’s. Campuran antikoagulan juga digunakan
untuk saling mengkompensasi kekurangan masing-masing agar pra-syarat untuk proses
analitik dapat tercapai, hal ini termasuk ACD, CPD atau heparin yang dikombinasikan
dengan EDTA serta EDTA, sitras atau heparin yang dikombinasikan dengan natrium
fluorida. Antikoagulan jenis apapun dapat digunakan pada pengambilan darah untuk
flowcytometry.3,10
3.1.1. EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2
EDTA merupakan chelating agent dari kation bivalen seperti Ca2+, dan Mg2+.
Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium),
mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. Karena menghelasi
kalsium atau besi, maka EDTA tidak cocok untuk digunakan pada spesimen yang digunakan
untuk pemeriksaan kalsium dan besi menggunakan fotometer dan teknik titrimetric. EDTA
memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi
sel-sel darah, sehingga baik untuk pemeriksaan (1) hematologi, (2) isolasi genom DNA, (3)
penentuan kualitatif dan kuantitatif virus melalui teknik molekuler. Walau demikian, kadar
kolesterol telah diketahui menurun 3-5%.1,8
Ada tiga macam EDTA, yaitu binatrium EDTA (Na2EDTA), bikalium EDTA
(K2EDTA) dan trikalium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan
dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dapat
diperoleh dalam tabung dengan penutup berwarna lembayung berbentuk cairan atau
29
semprotan kering, dalam bentuk garam bikalium atau trikalium (K2EDTA dalam tabung
plastik, berupa semprotan kering. K3EDTA berbentuk cairan dalam tabung kaca). 1,2
Penutup merah-muda juga mengandung EDTA, yakni semprotan kering K2EDTA.
Tabung berpenutup merah-muda digunakan dalam immunohematologi untuk grup ABO,
jenis Rh, dan skrining antibodi. Tabung-tabung ini memiliki label silang-serasi yang khusus
untuk memberikan informasi yang dibutuhkan bagi American Association of Blood Banks
(AABB) dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk
persediaan Bank darah. Tabung dengan penutup putih juga mengandung EDTA dan gel.
Tabung tersebut sering digunakan pemeriksaan diagnostik molekular dari plasma.2
Garam natrium dan kalium dari EDTA merupakan antikoagulan yang sangat kuat dan
sangat cocok untuk digunakan dalam pemeriksaan darah rutin. EDTA bekerja melalui efek
kelasi pada molekul kalsium dalam darah. Agar hal ini dapat terjadi, dibutuhkan 1,2 mg kadar
garam anhidrosa per ml darah (c 4 mmol). Garam bikalium sangat mudah larut (1650 g/l) dan
dinilai lebih baik dari pada garam binatrium, yang kurang larut (108 g/l). Melapisi permukaan
dinding dalam tabung dengan lapissan tipis EDTA meningkatkan kecepatan pengambilan
darah.17
Garam bilithium dari EDTA memiliki efek yang sama sebagai antikoagulan, dan
penggunaannya memiliki kelebihan yakni dengan dapat digunakannya juga untuk
pemeriksaan kimia darah. Tetapi lebih sulit larut dari pada garam bikalium (160 g/l).17
Garam trikalium yang tersedia dalam bentuk cairan telah direkomendasikan di
Amerika Serikat oleh NCCLS. Walau demikian, darah yang mengalir ke dalam larutan
tersebut akan dilarutkan sedikit (K3EDTA akan melarutkan sampel ≈ 1% - 2%), dan garam
trikalium akan menyebabkan penyusutan sejumlah sel darah merah sehingga terjadi
penurunan PCV sebesar 2-3% dalam kurun waktu 4 jam pengambilan darah, yang diikuti
dengan peningkatan bertahap dari mean cell volume (MCV). Sebaliknya, terdapat beberapa
30
perubahan yang dapat diabaikan apabila digunakan garam bikalium. Oleh karena itu,
International Council for Standardization in Haemtology (ICSH) merekomendasikan garam
bikalium pada kadar 1,50 - 2,2 mg/ml darah; garam trikalium dapat digunakan sebagai
alternatif. Na3EDTA tidak disarankan karena kadar pH-nya yang tinggi. Na2EDTA bila telah
tercampur darah akan menunjukkan pH 5,0 ± 1,0; K2EDTA pH 4,8 ± 1,0; sedangkan
K3EDTA pH 7,5 ± 1,0. 2,14,17
Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, kelebihan
EDTA, terlepas dari bentuk garam, mempengaruhi baik itu sel darah merah maupun leukosit.
Kelebihan EDTA sebanyak 2 mg/ml darah dapat mengakibatkan penurunan PCV yang
bermakna ketika disentrifugasi dan peningkatan pada mean cell haemoglobin concentration
(MCHC). Platelet juga terpengaruh; kelebihan EDTA menyebabkan platelet membengkak
kemudian terpecah, sehingga mengakibatkan hasil yang tinggi pada perhitungan platelet
secara artifisial, karena fragmen relatif berukuran cukup besar untuk dapat dihitung sebagai
platelet normal. Oleh sebab itu perhatian khusus perlu diberikan pada saat pengisian darah,
dan dengan pembolak-balikan tabung secara berulang, antikoagulan dapat tercampur secara
merata dengan darah yang diisi ke dalam tabung. 2,17
Sediaan hapus darah yang dibuat dari EDTA mungkin tidak dapat menunjukkan
basophilic stippling dari sel darah merah yang terkontaminasi timah. EDTA juga telah
terbukti menyebabkan penggumpalan leukosit, yang mempengaruhi netrofil dan limfosit, dan
hal tersebut menyebabkan terjadinya reaksi alami auto-antibodi dari antiplatelet yang kadang
menyebabkan menempelnya platelet dengan netrofil pada sediaan hapus darah. Aktivitas
monosit yang dinilai dari pelepasan faktor jaringan dan aktivitas tumour necrosis factor
diketahui lebih rendah bila menggunakan EDTA dibanding sitras dan heparin. Hampir sama
dengan hal tersebut, aktivasi netrofil yang diukur melalui pelepasan laktoferin dengan induksi
31
lipopolisakarida, hasilnya rendah dengan EDTA. EDTA juga menunjukkan penekanan
terhadap degranulasi dari platelet.2,17
3.1.2. Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 . 2 H2O )
Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara
dengan tutup berwarna biru terang. Sitras bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi
kalsium. Larutan natrium sitras, dengan konsentrasi 34 – 38 g/L (0,109 M ≈ 3,2% atau 0,129
M ≈ 3,8%), dengan perbandingan 1 bagian larutan dengan 9 bagian darah, direkomendasikan
untuk pengujian koagulasi dan agregasi trombosit. Untuk pemeriksaan koagulasi, 9 volume
darah ditambahkan ke dalam 1 bagian dari 109 mmol/l larutan natrium sitras (3,2 g/l
Na3C6H5O7.2H2O). Perbandingan ini sangat penting karena pengaruh osmotik dan perubahan
kadar ion Kalsium bebas akan mempengaruhi hasil tes koagulasi. Perbandingan sitras dengan
darah ini, mungkin perlu disesuaikan untuk sampel dengan kadar hematokrit yang tinggi yang
memerlukan pemeriksaan koagulasi.1,8,14,17
Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah aktivasi
proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil tidak valid.
Pencampuran dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara
perlahan-lahan, karena pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali)
dapat mengaktifkan penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan. Darah
sitrat harus segera disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan dianalisa
maksimal 2 jam setelah sampling.1
Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) atau LED cara Westergreen dengan cara menambahkan 4 volume
darah ke dalam 1 volume larutan natrium sitras (109 mmol/l) dan dengan segera keduanya
dicampur.1,17
32
3.1.3. Heparin
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisulfurik yang terdapat dalam bentuk
garam natrium, kalium, lithium, dan amonium. Lithium heparin paling banyak digunakan
sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.
Heparin berasal dari isolasi sel hati oleh para peneliti yang berusaha mencari antikoagulan
yang bekerja dengan aman pada manusia. yang bekerja dengan cara mempercepat kerja
antitrombin III, sehingga menetralkan trombin dan mencegah pembentukan fibrin dari
fibrinogen.1,2,8
Heparin biasanya tersedia dalam bentuk bubuk kering, yang higrokopik dan sangat
mudah larut. Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali
dan disentrifugasi 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa. Darah
heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.1,8,17
Lithium atau garam natrium heparin pada kadar 10-20 IU/ml darah umumnya
digunakan sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan kimia, analisis gas darah, dan
pemeriksaan kegawatdaruratan. Heparin memiliki keuntungan dari pada EDTA sebagai
antikoagulan, karena tidak mempengaruhi tingkat ion seperti Kalsium dan direkomendasikan
ketika penting untuk mengurangi resiko lisis yang terjadi saat pengambilan darah. Oleh sebab
itu, merupakan antikoagulan yang terbaik untuk OFT (osmotic fragility test) dan cocok untuk
immunophenotyping.1,17
Walau demikian, heparin tidak cocok digunakan untuk perhitungan jumlah sel darah
karena sering menyebabkan clumping dari leukosit dan platelet. Juga sebaiknya tidak
digunakan untuk membuat sediaan darah hapus karena memberikan gambaran latar belakang
kebiruan bila sediaan hapus darah diberi pewarnaan dengan cat Romanowsky, terutama bila
terdapat protein abnormal. Heparin akan menghambat aktifitas dari enzim dan sebaiknya
tidak digunakan untuk pemeriksaan polymerase chain reaction dengan penghambatan enzim.
33
Heparin juga memiliki kekurangan karena harganya yang tinggi dan waktu kerjanya yang
sementara dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya.1,8,17
3.1.4. Oksalat
Natrium, kalium, amonium, dan lithium oksalat menghambat koagulasi dengan
membentuk kompleks yang sukar larut dengan ion kalsium. Natrium Oksalat
(Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium. Penggunaannya 1 bagian
oksalat + 9 bagian darah. Kalium oksalat (K2C2O4.H2O), pada kadar 1 – 2 g/L darah
merupakan antikoagulan yang cukup banyak digunakan. Pada kadar yang lebih tinggi dari 3
gr oksalat per liter, maka akan terjadi hemolisis.1,8
Kombinasi amonium dan / atau kalium oksalat tidak menyebabkan penyusutan
eritrosit. Tetapi, oksalat lain telah diketahui dapat menyebabkan penyusutan dengan menarik
air ke dalam plasma. Penurunan hematokrit dapat mencapai 10%, menyebabkan pengurangan
kadar konstituen plasma sebesar 5%. Sebagaimana cairan hilang dari sel, pertukaran elektrolit
dan konstituen lain melalui membran sel. Oksalat menghambat beberapa enzim, termasuk
asam dan basa fosfatase, amilase, dan laktat dehidrogenase, dan menyebabkan pengendapan
kalsium dalam bentuk garam.8
3.1.5. Natrium Fluorida
Natrium fluorida merupakan antikoagulan lemah yang sering ditambahkan sebagai
pengawet untuk glukosa darah. Sebagai pengawet, bersama dengan antikoagulan lain seperti
kalium oksalat, efektif pada kadar 2 g/L darah. Larutan ini dapat berfungsi mengawetkan
dengan cara menghambat sistem enzim yang terlibat dalam glikolisis, walau sebetulnya
penghambatan tersebut tidak perlu segera dan sejumlah degradasi terjadi pada 1 jam pertama
pengambilan spesimen. Kebanyakan spesimen disimpan pada suhu 25 °C selama 24 jam atau
pada suhu 4 °C selama 48 jam. Tanpa antikoagulan, kadar glukosa darah berkurang sekitar
34
100 mg/L (0,56 mmol/L) per jam pada suhu 25 °C. Rata-rata penurunan tersebut, lebih cepat
pada bayi karena tingginya aktivitas metabolisme eritrosit, juga pada penderita leukimia
karena tingginya metabolisme sel darah putih. Natrium fluorida sukar larut, dan darah harus
tercampur dengan baik agar efek antikoagulan dapat terwujud.8
Jika natrium fluorida digunakan tunggal tanpa antikoagulan lainnya, dibutuhkan 3-5
kali kadar yang lebih tinggi dari yang biasanya dipakai sebanyak 2 g/L. Tingginya kadar serta
penghambatan siklus glikolisis ini cenderung menyebabkan pergeseran cairan dan perubahan
pada kadar beberapa jenis analit. Fluorida merupakan inhibitor yang poten untuk berbagai
enzim serum dan pada kadar yang tinggi juga mempengaruhi urease, digunakan untuk
mengukur urea nitrogen pada berbagai sistem analisis.8
3.1.6. Asam Sitras Dekstrosa (Acid Citrate Dextrose : ACD)
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa pengumpulan spesimen ke dalam EDTA,
sering digunakan untuk isolasi genom DNA. Walau demikian, tes diagnostik tambahan dan
menyeluruh seperti pemeriksaan sitogenetik, dapat diminta untuk diperiksa pada saat yang
sama. Untuk alasan ini, sampel untuk diagnostik molekuler sering dikumpulkan dalam
antikoagulan ACD, supaya bentuk maupun fungsi komponen seluler tetap terjaga.8
Ada 2 jenis tabung ACD, yakni : ACD A dan ACD B. Keduanya hanya berbeda
berdasarkan konsentrasinya. Keduanya meningkatkan vitalitas dan pemulihan dari sel darah
putih setelah beberapa hari pengambilan spesimen, sehingga tepat untuk pemeriksaan
diagnostik molekuler maupun sitogenetik.8
Larutan A digunakan untuk 8,5 mL pengambilan darah (Jumlah total volume 10 mL),
dan laruan B digunakan untuk 3 mL atau 6 mL pengambilan darah (Jumlah total volume 7
mL). Jenis pemeriksaan yang diminta akan menentukan ukuran tabung yang diperlukan untuk
pengambilan spesimen.8
3.1.7. CPD (Citrate Phosphat Dextrose) dan CPDA 1 (Citrate Phosphat Dextrose Adenin)
35
Antikoagulan CPD (Citrate Phosphat Dextrose) dan CPDA 1 (Citrate Phosphat
Dextrose Adenin) selain berfungsi sebagai antikoagulan juga berfungsi sebagai pengawet,
terutama dalam penggunaan kantong donor darah. Rasio CPD dan darah ialah 1,4:10 (0,4cc
CPD:3cc darah).5
3.1.8. Iodoasetat
Natrium iodoasetat pada kadar 2 g/L meupakan antikoagulan yang cukup efektif dan
pengganti dari natrium fluorida. Karena sifatnya yang tidak mempengaruhi urease, maka
sering digunakan bila tes glukosa dan urea dikerjakan dari 1 spesimen. Iodoasetat
menghambat kreatin kinase, tetapi tidak terdapat catatan mengenai tes klinis lainnya.8
36
BAB IV
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya :
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (mediana cubiti, vena cephalic, atau vena
basilica). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka,
hematoma, oedema, kanula, fistula. Vena pada daerah kaki bisa menjadi alternative
apabila terjadi kegagalan pengambilan darah dari vena lengan dan atau tangan
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis
(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi
atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk
pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau
pucat.
Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami
infeksi, kecuali darah dan cairan otak.1,5,6,8
Gambar 27. Lokasi pengambilan sampel darah6
37
4.1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan
4.1.1. Postur / Posisi Tubuh
Pada orang dewasa, perubahan dari berbaring ke berdiri menyebabkan penurunan
volume darah sebesar 10% (≈ 600-700 mL). Karena hanya cairan yang bebas protein yang
berpindah dari kapiler menuju jaringan, maka perubahan postur tubuh akan menyebabkan
berkurangnya volume plasma dan peningkatan kadar protein plasma (≈ 8-10%). Untuk
menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari posisi berdiri ke posisi duduk, dianjurkan
pasien untuk duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.8,12
4.1.2. Tirah baring yang lama
Plasma dan cairan ekstraseluler menurun dalam beberapa hari permulaan tirah baring.
Akibatnya, hematokrit dapat meningkat hingga 10% dalam 4 hari. Biasanya jumlah total
cairan tubuh berkurang sedikit dapat diketahui, tetapi dalam 2 minggu tirah baring, volume
plasma kembali pada nilai sebelum tirah baring.8
4.1.3. Olahraga
Perubahan konsentrasi analit karena olahraga sebagian besar disebabkan karena
pergeseran cairan antara intravaskular dan kompartemen interstitial serta perubahan
konsentrasi hormon yang distimulasi oleh perubahan aktivitas dan kehilangan cairan karena
berkeringat. Dengan latihan sedang, respon stress yang dipicu menyebabkan peningkatan
glukosa darah, yang merangsang sekresi insulin. Perbedaan arteriovenosa pada kadar glukosa
meningkat hingga 5 kali lipat sekitar 14 mg/dL (0,8 mmol/L) saat istirahat, tergantung dari
lamanya dan intensitas olahraga berkaitan dengan kebutuhan jaringan akan glukosa. Plasma
piruvat dan laktat meningkat dengan meningkatnya aktivitas metabolik dari otot rangka.
Bahkan latihan ringan dapat meningkatkan laktat plasma 2 kali lipat.8
38
4.1.4. Latihan fisik
Atlit pada umumnya memiliki aktivitas enzim serum otot rangka yang lebih tinggi
dari pada yang bukan atlit pada saat istirahat. Tetapi respon enzim-enzim tersebut terhadap
latihan lebih lambat daripada individu lain. Berkurangnya pelepasan enzim dari otot rangka
pada individu terlatih dihubungkan dengan bertambahnya jumlah dan ukuran mitkondria
yang menyebabkan metabolisme glukosa, asam lemak, dan benda keton menjadi lebih baik.8
4.1.5. Variasi irama sirkadian dan diurnal
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu
ke waktu yang disebut sebagai variasi irama sirkadian. Perubahan tersebut dapat bersifat
linear (garis lurus) seperti umur, dapat bersifat siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan
(menstruasi), dan musiman. Berbagi unsur cairan tubuh menunjukkan variasi siklik sepanjang
hari. Variasi siklik tersebut dapat sangat besar sehingga waktu pengambilan spesimen harus
benar-benar terkontrol. Sebagai contoh, kadar serum besi dapat meningkat 50% antara
pk.08.00-14.00. 4,21 Hormon disekresikan sewaktu-waktu, dan hal ini, bersama dengan variasi
siklik, pada saat hormon menjadi subyek yang akan diperiksa, membuat pemeriksaan menjadi
sulit. Sekresi hormon kortikotropin dipengaruhi oleh kortisol-yang menyerupai steroid, tetapi
juga dipengaruhi oleh postur, terang, gelap serta stress. Sekresi growth hormone meningkat
pesat pada saat tidur dimulai. Sebaliknya, keadaan basal plasma insulin leibih tinggi pada
pagi hari dari pada siang dan responsnya terhadap glukosa lebih tinggi di pagi hari dan
terendah saat tengah malam.12
Konsentrasi sel darah dipengaruhi oleh irama sirkadian, dengan peningkatan hitung
jenis netrofil dan limfosit sebesar 61% dan 67% masing-masing pada puncaknya dari titik
terendah. Jumlah eosinofil lebih rendah pada malam hingga pagi hari dibandingkan saat siang
hari. Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan waktu pengambilan
darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, renin, dan aldosteron.8,12
39
4.1.6. Perjalanan
Bepergian melewati beberapa wilayah waktu mempengaruhi irama sirkadian normal.
Dibutuhkan 5 hari untuk mencapai irama sirkadian normal setelah melawati 10 wilayah
waktu. Perubahan pada hasil tes laboratorium akan menyertai perubahan fungsi kelenjar
adrenal dan pituitari. Selama 20 jam penerbangan, konsentrasi serum glukosa dan trigliserid
meningkat, sementara sekresi glukokortikoid distimulasi. Pada saat penerbangan yang
panjang, retensi natrium dan cairan terjadi, tetapi ekskresi urin akan kembali normal dalam 2
hari.8
4.1.7. Diet
Diet dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap komposisi plasma. Pemeriksaan
laju endap darah, aktivitas besi dan trace elements dipengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung oleh diet. Empat hari setelah diet tinggi protein, akan melipatgandakan
konsentrasi urea plasma sejalan dengan peningkatannya dalam sekresi urin. Konsentrasi
kolesterol, fosfat, urat dan amonia serum juga akan meningkat. Sebaliknya, diet tinggi lemak
akan menekan kadar nitrogen karena kebutuhan untuk eksresi amonium yang diperlukan agar
keseimbangan asam-basa dapat terpelihara. Diet tinggi lemak meningkatkan kadar trigliserid
tetapi menurunkan kadar urat serum.8,12
Kafein yang terdapat dalam sejumlah minuman memiliki pengaruh terhadap
konsentrasi konstituen darah. Kafein menstilmulasi medula adrenal, menyebabkan
peningkatan sekresi epinefrin, yang tercermin dari 2-3 kali lipat peningkatan konsentrasi
epinefrin plasma. Kafein juga telah diketahui memiliki efek terhadap metabolisme lemak.
Meminum 2 cangkir kopi akan meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma sebesar 30%
serta sejumlah kecil gliserol, lemak total dan lipoprotein.12
Ketika seseorang berpuasa selama 60 jam dibandingkan dengan puasa 12 jam yang
biasa diterapkan pada praktek klinis untuk mendapatkan nilai dasar laboratorium, konsentrasi
40
insulin plasma berkurang hingga separuhnya, dan konsentrasi C-peptide berkurang lebih dari
sepertiganya. Sebaliknya konsentrasi glukagon, epinefrin, serta nor-epinefrin menjadi
berlipat-ganda dan growth hormone meningkat 5 kali lipat.12
4.1.8. Pola / Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang mempengaruhi hasil analit pada pemeriksaan meliputi
merokok dan konsumsi alkohol. Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan
lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Merokok, melalui kerja dari nikotin, akan
mempengaruhi beberapa hasil pemeriksaan. Seberapa besar pengaruhnya, tergantung dari
jumlah rokok dan asap yang dihirup. Melalui stimulasi medula adrenal, nikotin meningkatkan
konsentrasi dari epinefrin plasma beserta ekskresi katekolamin dan metabolitnya melalui
urin. Konsentrasi glukosa meningkat 10 mg/dL (0,56 mmol/L) saat merokok selama 10
menit. Konsentrasi insulin plasma menunjukkan respons yang lambat terhadap peningkatan
glukosa, meningkat setelah 1 jam dari waktu merokok. Umumnya konsentrasi glukosa
plasma lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok dan toleransi glukosa sedikit
terganggu pada perokok. Konsentrasi kolesterol plasma, trigliserida, dan kolesterol LDL
meningkat masing-masing sebesar 3%, 9%, dan 2% pada perokok. Merokok juga
menurunkan respon imun seseorang. Sebagai contoh, konsentrasi imunoglobulin serum
(Ig)A, IgG, dan IgM secara umum lebih rendah pada perokok daripada bukan perokok
dengan IgE yang lebih tinggi.8,12
Konsumsi alkohol juga menyebakan perubahan cepat dan lambat dari beberapa kadar
analit. Dosis ringan sedang alkohol sedikit mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Mengkonsumsi alkohol yang mengakibatkan seseorang menjadi mabuk, dapat meningkatkan
kadar glukosa 20-50%. Konsumsi alkohol tunggal (1 g/kgBB) telah menunjukkan penigkatan
aktivitas serum GGT hampir 10% setelah 4 jam, dan menjadi 100% , 24 jam setelahnya,
41
sebagai pengaruh dari induksi enzim mikrosomal hepatik. Konsumsi alkohol kronis
mempengaruhi kerja berbagai enzim serum. Aktivitas GGT telah diteliti secara luas, dan
peningkatan aktivitas enzim tersebut digunakan sebagai penanda peminum yang persisten.
Alkoholis kronis telah dikaitkan dengan berbagai abnormalitas karakteristik biokimia,
meliputi abnormalitas fungsi pituitari, kortiko adreanal, dan medula. Aktivitas AST maupun
ALT juga meningkat masing-masing 250% dan 60% pada alkoholis.12
4.1.9. Obat-obatan
Pengaruh obat pada hasil tes laboratorium dapat terlihat melalui tujuan terapeutik,
tetapi juga dapat terlihat melalui efek samping dan respon idiosinkrasi pasien.
Jenis Obat Pemeriksaan yang Dipengaruhi
DiuretikHampir seluruh pemeriksan substrat dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokomsentrasi, terutama pemeriksaan Hb, hitung sel darah, hematokrit, elektrolit.
Kafein Sama dengan diuretik
Thiazid Glukosa darah Tes toleransi glukosa Ureum darah
Pil KB (hormon) LED Kadar hormon
Morfin Enzim hati (GOT, GPT
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji hemostasis
Vitamin C Reduksi urin
Obat antidiabetika
Glukosa darah Glukosa urin
Kortikosteroid Hitung eosinofil Tes toleransi glukosa
Gambar 28 : Tabel 4. Daftar obat dan jenis pemeriksaan yang dipengaruhi12
4.2. Prosedur Pengambilan Sampel Darah
42
4.2.1. Pengambilan Darah Vena (venipuncture)
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari
vena mediana cubiti, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat
dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.1 Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak
bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil.1
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
Lengan pada sisi mastectomy
Daerah edema
Hematoma
Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
Daerah bekas luka
Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.1,6
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).1,6
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
Pemasangan turniket (tali pembendung)
43
Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu ketat dapat menyebabkan hemokonsentrasi
(peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat
(protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total). Melepas turniket sesudah jarum
dilepas dapat menyebabkan hematoma.
Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga
dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga
berpotensi menyebabkan hematoma. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke
dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma. Kulit yang ditusuk
masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh
alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan
penusukan.1,6
4.2.1.1. Pengambilan Darah Vena dengan Syringe
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai
dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan
pastikan jarum terpasang dengan erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
44
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash).
Usahakan sekali tusuk kena.
Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka
kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.1,6
4.2.1.2. Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum (vacutainer)
Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, tabung vakum.
Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
45
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung
ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung,
maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti
mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan
ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
46
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.1,6
4.2.1.3. Pengambilan Darah Vena pada Pasien yang Terpasang Intravena (IV)
Lines
Pemilihan letak vena menjadi perhatian penting ketika pasien terpasang intravena (IV)
line, misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada
lengan yang terpasang infus. Jika salah satu lengan terpasang infus, maka pengambilan darah
dilakukan pasa lengan yang tidak terpasang infus. Jika kedua lengan terpasang infus, lakukan
pengambilan pada vena kaki. Lalu bagaimana jika seluruh akses vena tidak memungkinkan
untuk dilakukan pengambilan sampel darah? Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel
darah pada pasien yang terpasang infus atau IV-lines (contoh kasus pasien luka bakar di atas
70%).1,6
Aternatif 1
Jika memungkinkan, lakukan pengambilan darah pada lengan yang tidak terpasang infus.
Alternatif 2
Jika tidak memungkinkan, lakukan pengambilan sampel darah di daerah kaki.
Alternatif 3
Jika tidak ada akses vena di tempat lain, lakukan pengambilan sampel darah pada lengan
yang terpasang infus dengan cara :
Mintalah perawat untuk menghentikan aliran infus selama minimal 2 menit sebelum
pengambilan.
Pasang tourniquet pada bagian sebelah bawah jarum infus.
Lakukan pengambilan sampel darah pada vena yang berbeda dari yang terpasang
infus atau di bagian bawah vena yang terpasang infus.
47
Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus
beserta jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar
permintaan lab.
Alternatif 4
Jika hanya ada satu saja akses vena di tempat yang terpasang infus, maka :
Hentikan aliran infus seperti cara di atas
Keluarkan darah dari vena tersebut, buang 2-5 ml pertama, dan tampung aliran sampel
darah selanjutnya dalam tabung.
Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus
beserta jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar
permintaan lab.1,3
Perhatian : Pemilihan alternatif 3 dan 4 harus dengan ijin dan pengawasan dokter.
Phlebotomis dapat bekerjasama dengan perawat untuk prosedur pengambilan ini.1,3
4.2.2. Pengambilan Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk
pengambilan darah kapiler adalah :
Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak
kaki atau ibu jari kaki.
Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti
vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis
setempat.
48
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan
volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit
(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).
Prosedur skinpuncture:
Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-
peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal
ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di
atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk
mencegah terbentuknya jendalan.1,3,6
4.2.3. Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah
pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan
atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan
oleh tenaga terlatih. Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas
darah. Adapun prosedur pengambilan darah arteri sebagai berikut :
Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling.
Pilih bagian arteri radialis.
49
Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.
Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit
yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di
samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan
berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas. Setelah tercapai
volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas pada
tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada
bagian ini selama ±15 menit.1,3,6
4.2.4. Pengambilan Darah Pada Pasien Anak
4.2.4.1 Pengambilan Darah Kapiler
Pembuluh darah pada neonatus berjalan antara 0,35 dan 1,6 mm di bawah permukaan
kulit. Pemilihan lokasi pengambilan darah kapiler berdasarkan umur6 :
neonatus dan bayi sampai 1 tahun: permukaan plantar tumit (medial garis
yang ditarik posterior dari kaki besar untuk tumit atau lateral garis yang ditarik
dari posterior antara 4 dan 5 jari-jari kaki ke tumit). Hindari: Daerah pusat
kaki-dapat menyebabkan cedera pada saraf, tendon atau tulang rawan. Teknik
ini dikenal dengan istilah heelstick technique
bayi> 1th (rawat jalan), anak-anak dan dewasa: pusat permukaan palmar -
ujung jari ke 3 atau jari ke 4 (perhatikan bahwa sisi jari tidak lagi dianjurkan).
Teknik ini dikenal dengan istilah fingerstick technique
Kunci utama pada heelstick & fingerstick technique 6:
50
- Memungkinkan persiapan kulit kering (hemolisis). tidak menggunakan
betadine karena dapat meningkatkan K+, PO4, UA
- Penggunaan perangkat pemanasan direkomendasikan (39°-42°C). penting
untuk pH, pCO2 dan pO2 (pemanasan arterialises spesimen)
- Orient lancet lateral (bukan longitudinal)
- Membuang setetes darah pertama (kelebihan jaringan cairan-cairan,
tromboplastin jaringan)
- Urutan imbang (EDTA pertama, kemudian gel heparin / plasma, serum polos /
serum gel)
- Pijat lembut-menghindari 'memerah' (dilusi, hemolisis) dan 'gesekan'
4.2.4.2 Pengambilan Darah Vena (paediatric venipuncture)
Pada umumnya diperlukan volume <10 ml jarum suntik darah (misalnya kultur darah,
pemeriksaan pre-transfusi ) atau ketika adanya cairan interstitial dapat mengganggu
hasil uji akurasi (misalnya pemeriksaan koagulasi). Di samping peningkatan volume
spesimen dan kurangnya kontaminasi cairan interstitial, spesimen venipuncture
cenderung akan haemolyzed. Teknik venipuncture pada neonatus dan bayi sering
membahayakan keselamatan.6
Lokasi pengambilan biasanya pada 6:
- Antecubital fossa (paling cocok untuk anak-anak, umumnya tidak cocok
untuk neonatus dan bayi). Sering tidak menggunakan vacutainer penuh (tabung yang
dievakuasi) (kekhawatiran kehancuran vena). Transfer darah dari perangkat yang
direkomendasikan untuk transfer ke tabung dievakuasi. Pengambilan darah sebagian
menggunakan tabung dievakuasi harus dipertimbangkan untuk anak-anak
(menawarkan peningkatan keamanan dengan koleksi tertutup, peningkatan kualitas
spesimen)
51
- Vena dorsal tangan (mungkin pilihan bagi neonatus)
penggunaan 'jarum hanya' terbuka metode umum. efektif dalam hal pengadaan
spesimen tanpa kelemahan kualitas spesimen yang signifikan tapi berbahaya (risiko
meningkatkan cedera jarum suntik dan kontak dengan darah dan kerusakan bayi
dorsal vena ujung saraf)
- Vena kulit kepala - vena superfisial temporal; vena supraorbital,
posterior vena aurikularis (paling sering digunakan vena kulit kepala pada bayi).
Pengambilan darah pada vena-vena superficial kepala menggunakan jarum suntik
bersayap (kupu-kupu) imbang umum digunakan. kemudian transfer darah dianjurkan
ke tabung dievakuasi.karena bisa mencetuskan kekhawatiran orangtua.6
BAB V
SUMBER KESALAHAN SAMPLING DAN KOMPLIKASI TINDAKAN
Beberapa hal dapat terjadi pada saat melakukan pengambilan darah, antara lain :
52
5.1 Vena Bergeser
Apabila terjadi pergeseran vena pada saat fiksasi dan pada saat penusukan vena serta
jika darah tidak mengalir, ubah posisi jarum pindahkan ke depan (mungkin tidak berada di
lumen) atau memindahkannya ke belakang (mungkin sudah menembus terlalu jauh).
Mengatur sudut (bevel mungkin dinding pembuluh darah). Kendurkan turniket mungkin
menghalangi aliran darah. cabut tourniquet, pastikan tangan pasien terbuka, cabut tabung,
dan cabut jarum dari lengan pasien. Gunakan tabung yang lebih kecil dengan vakum kurang.
Bila darah masih tidak mengalir mungkin kekuatan vakum sudah tidak ada dalam tabung
yang digunakan. Kadang tusukan jarum berputar jauh dari titik lokasi/ meleset. Apakah
pasien mengepalkan tangan, yang membantu otot kontraksi untuk mengisi vena. Beri
kehangatan daerah vena untuk mengurangi vasokonstriksi dan meningkatkan aliran darah. 6,10
Gambar 28. a.Jarum tidak berada dalam lumen b. jarum menusuk terlalu dalam6
5.2 Darah Berhenti Mengalir
Jika darah berhenti mengalir vena mungkin telah collapse, lepaskan tourniquet
untuk meningkatkan pengisian vena. Jika ini tidak berhasil, cabut jarum, tekan halus
lokasi tusukan, dan lepaskan jarum. Kemungkinan lain jarum telah tertarik keluar dari
vena saat berpindah tabung. Pegang peralatan tegas dan tempat jari-jari terhadap
lengan pasien, menggunakan flange untuk mengungkit saat menarik dan memasukkan
53
tabung. Bevel yang menempel di dinding Vena dapat mencegah aliran darah bebas,
Tarik jarum ke belakang sedikit dan hindari 6:
• Memutar jarum. Ini bisa merusak dinding vena.
• Merubah sudut jarum; karena tindakan ini memerlukan pencabutan tabung,
mencabut jarum seluruhnya dari vena ke jaringan, dan perubahan yang besar
pada arah jarum, bisa menyebabkan kerusakan jaringan yang berat.10
Gambar29 . vena collapse, permukaan lumen menyempit6
5.3 Hematoma
Jika permukaan miring jarum tidak seluruhnya di dalam rongga vena, atau
tusukan melewati kedua dinding vena maka darah akan bocor ke jaringan di
sekitarnya, menyebabkan hematoma dan mengurangi aliran darah yang masuk ke
dalam tabung. Darah yang bocor dari vena ke jaringan di sekitarnya bisa membentuk
hematoma. Jika anda melihat hematoma terjadi, segera lepaskan tourniquet, pastikan
tangan pasien terbuka, cabut tabung, dan cabut jarum dari lengan pasien. Kegagalan
melakukan hal di atas bisa menyebabkan kegelisahan dan atau ketakutan pada pasien,
dan bisa menyebabkan hematoma semakin membesar. Naikkan lengan pasien di atas
jantung dan berikan tekanan. Lengan pasien hendaknya jangan ditekuk.6
54
Gambar.30 A. Tusukan melewati vena B. Hematoma jaringan6
5.4 Aliran Balik Antikoagulan
Pada kasus yang jarang, darah bisa mengalir balik (reflux) dari tabung ke dalam vena
pasien selama tindakan penusukan vena. Penambah tabung, khususnya EDTA, bisa
menyebabkan reaksi sampingan pada pasien. Untuk mencegah aliran balik, jaga
lengan pasien tetap pada posisi ke bawah sehingga tabung selalu berada di bawah
lokasi penusukan dan terisi dari bawah ke atas.6
gambar 31 . EDTA reflux6
5.5 Pemasangan Tourniquet terlalu lama dan terlalu ketat
Kegagalan melepas tourniquet sebelum mencabut jarum akan mempertahankan
tekanan di dalam vena dan menyebabkan darah mengalir keluar dari pembuluh vena.
Hal ini menimbulkan resiko biohazard, ketakutan pasien, dan kemungkinan
hematoma. Selalu lepaskan tourniquet sebelum mencabut jarum. Pemasangan
turniquet terlalu lama dapat menyebabkan 6:
- Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
- pH menurun, hemokonsentrasi
55
- PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke
dalam sirkulasi darah
- Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat,
sedangkan pH menurun
5.6 Torniquet Terbalik / Terlalu kebawah
Bila tourniquet diikat sehingga ujungnya mengarah ke bawah menjauhi bahu, lokasi
penusukan vena akan tercemar. Jangan teruskan penusukan vena. Lepaskan
tourniquet, bersihkan kembali lokasi penusukannya, dan pasang kembali tourniquet
dengan benar sebelum melakukan penusukan.
Jika tourniquet dipasang tepat di atas lokasi penusukan vena, lokasinya akan tercemar
oleh tourniquet. Selain itu, ini tidak memberikan phlebotomist wilayah bebas yang
cukup untuk ia bisa bekerja. Akhirnya, vena bisa lumpuh ketika darah diambil.
Gambar 31 a. incorrect tourniquet application b. corret tourniquet application6
5.7 Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena)
Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena atau tusukan bekali-kali)
dapat menyebabkan 3 :
- trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
- kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
- Beberapa vena pasien terasa keras dan kurang lentur. Vena-vena ini dikatakan
mengeras atau sklerosis.
56
5.8 Sclerosis Vena atau Vena Berparut
Vena normal memiliki pegas atau kelenturan ketika ditekan. Parut ini bisa karena
vena ditusuk berkali-kali, peradangan, penyakit, atau iritasi karena obat kemoterapi
yang diberikan secara intravena. Ambil darah di bawah vena yang rusak itu atau pilih
daerah lain.6
Gambar 32 . vena sclerotik6
5.9 Pengambilan darah pada jalur infus
Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan 3,6:
- natrium meningkat pada infus saline
- kalium meningkat pada infus KCl
- glukosa meningkat pada infus dextrose
- PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
- kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit
menurun pada semua jenis infus
Pengambilan sample darah jangan pernah diambil di atas lokasi infus intravenous
(IV), karena semua test menjadi tidak absah. Darah yang diambil di atas lokasi infus
akan diencerkan oleh cairan infus, ini kadang-kadang mengurangi konsentrasi semua
yang sedang diukur. Namun kadang juga bisa menambah konsentrasinya, misalnya
konsentrasi glucose akan meningkat jika diambil di atas infus glucose.
57
- Lihat standard operating procedure lab untuk instruksi lebih lanjut.
Gambar 33. pengambilan darah dari iv line – tidak dianjurkan6
5.10 Delayed sentrifugation
Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan
homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.18
5.11 Hemolisis
Sel darah merah selaputnya rapuh dan mudah rusak jika spesimen darah ditangani
dengan salah, yang kemudian menimbulkan hemolysis. Hemoglobin lalu dilepaskan
ke bagian cair dari spesimen dan plasma akan tampak berwarna merah muda sampai
merah. Isi sel yang lain, misalnya enzym, elektrolit, juga dilepaskan. Adanya
hemolysis membuat banyak hasil test tidak absah dan mungkin perlu diambil
sample baru lagi. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat,
aminotransferase, LDH, fosfatase asam total.1 Penyebab hemolysis antara lain 6:
1. Mencampur tabung yang mengandung penambah dengan gerakan yang terlalu keras.
2. Darah berbusa ketika bevel hanya masuk sebagian ke dalam rongga vena, atau bila
jarum tidak terpasang dengan benar ke holder.
3. Menggunakan tabung hampa yang terlalu besar untuk diameter jarum yang dipakai.
58
5.12 Pencemaran Oleh Zat Additif
Pencemaran spesimen bisa terjadi ketika tabung yang mengandung additif diambil
pada urutan yang tidak benar. Additif dari tabung sebelumnya bisa berpindah ke
tabung berikutnya, khususnya jika darah dibiarkan menyentuh bagian belakang jarum.
Darah pada atau di dalam jarum akan berpindah ke tabung berikutnya. Additif ini
bisa membuat hasil test tidak absah. Jika digunakan syringe, darah harus dipindahkan
ke tabung hampa. Isi tabung dengan cepat, mulai dari tabung yang berisi antikoagulan
dulu karena darah mulai membeku setelah keluar dari pembuluh darah.
Jarum harus di atas tingkat isian tabung, sehingga tidak terjadi pencemaran spesimen.6
5.13 Pencemaran Oleh Alkohol
Menusuk vena sebelum alkohol mengering, yang membuat alkohol bercampur dengan
sample. Bila mengambil untuk kultur darah, harus hati-hati sehingga disinfectant yang
dipakai untuk membersihkan dan mensterilkan lokasi telah mengering. Jika tidak, ia
bisa masuk ke tabung dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam darah. Adalah
tidak mungkin bagi phlebotomist untuk tahu bahwa pencemaran telah terjadi ketika
melakukan test di laboratorium. Ini bisa membuat hasil dalam pelaporan menjadi
tidak absah yang berpengaruh buruk terhadap pasien.6
5.14 Tabung Lepas
- Penyebab
Kadang-kadang, selama penusukan vena, sarung jarum akan mendorong tabung
sehingga lepas sedikit dari jarum yang mengakibatkan aliran darah berhenti.
59
- Perbaikan
Untuk mengembalikan aliran darah, masukkan kembali tabung sampai ke ujung dan
tahan dalam posisi ini sampai tabung terisi. 3,6
Gambar 34: tabung vacutainer lepas dari jarum6
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Riswanto. Pemantapan Mutu, Pengumpulan Spesimen. Terdapat dalam: http://labkesehatan.blogspot.com/2010/07/pemantapan-mutu-pra-analitik.html. Diunduh 27 Mei 2013.
2. Sanford KW, McPherson R. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011, p.24-36.
3. Blood Lead Specimen Collection Guidelines available at http://whqlibdoc.who.int/.../9789241599221_eng.pdf
4. Hendro. Pengenalan Alat Sampling Darah. Terdapat dalam: http://hendrosmk.wordpress.com/2011/08/07/pengenalan-alat-sampling-darah/. Diunduh 28 Mei 2013.
5. Forum Laboratorim Kesehatan Indonesia. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Kesehatan yang Baik di Indonesia (Good Medical Laboratory Practice). Jakarta; 2009, p. 24-8.
6. BD vacutainer Blood and Urine Collections available at http://www.bd.com/vacutainer/referencematerial
7. Young DS, Bermes EW, Haverstick DM. Specimen Collection and Other Preanalytical Variables, In : Burtis CA, Ashwood ER, Bruns DE, Sawyer BG. Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry.6th ed. St. Louis, Missouri : Elsevier Saunders; 2008, p.42-62
8. Haverstick DM, Groszbach AR. Specimen Collection and Processing, In : Burtis CA, Ashwood ER, Bruns DE. Tietz Textbook Of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. 5th ed. St. Louis, Missouri : Elsevier Saunders; 2012, p. 145-161
9. Kee JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6. Jakarta: EGC;2007
10. Routine Venipuncture and Specimen Handling available at http://library.med.utah.edu/WebPath/Tutorial/phleb/phleb.html
11. Ingram S, Byrnell J. Phlebotomy Procedure. Version: 2. NHS Foundation Trust. Terdapat dalam: www.southernhealth.nhs.uk. Diunduh 27 Mei 2013.
12. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Laboratorium Kesehatan. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004, p: 34-52.
13. Forum Laboratorium Kesehatan Indonesia. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Kesehatan yang Baik di Indonesia (Good Medical Laboratory Practice). Jakarta; 2009, p.8-24
14. Wirawan R. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011, p: 3-21.
15. Medipurpose. Surgilance Safety Lancet Models. Terdapat dalam: http://www.medipurpose.com/surgilance/models. Diunduh 28 Mei 2013.
16. Johnson L. Phlebotomy Order of Draw. National Center for Competency Testing. Kansas; October 2012. Terdapat dalam: www.ncctinc.com. Diunduh 27 Mei 2013.
61
17. Jury C, Nagai Y, Tatsumi N. Collection and Handling of Blood. In: Bain BJ, Bates I, Laffan M, Lewis SM. Dacie and Lewis Practical Haematology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2011, p.1-8.
18. Olesinski, RL. Specimen Collection for Hematology and Hemostasis. In: Martin, EAS, Steininger, CAL, Koepke, JA. Clinical Hematology Principles, Procedures, Correlations, 2nd ed. Lippincott, Philadelphia- New York, p. 9-19
19. Shafer, JA. Preparation of Blood Films for Examination. In : Martin, EAS, Steininger, CAL, Koepke, JA. Clinical Hematology Principles, Procedures, Correlations, 2nd ed. Lippincott, Philadelphia- New York, p. 20-35
62