bab i

Download BAB I

If you can't read please download the document

Upload: arumrachmawati

Post on 09-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

obstipasi, infeksi, dan kematian bayi mendadak

TRANSCRIPT

22

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas seperti yang diharapkan, mampu bersaing di era yang penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang.Pembangunan Kesehatan ini menjadi perhatian serius dalam masa kepemimpinan Gubernur , dan bahkan sektor ini merupakan salah satu agenda prioritas pembangunan selain pembangunan bidang lainnya. Mencermati aspek kesehatan dalam arti luas, maknanya tidak hanya sehat secara fisik namun juga psikis, termasuk di dalamnya kesehatan mental yang direfleksikan dalam inidikator kemampuan atau kecerdasan intelektual, emosional dan spritual.

Dalam konteks ini jelas, derajat kesehatan dapat memberikan pengaruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan harus diakui, selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, seperti masih rendahnya derajat kesehatan dari warga miskin, akibat rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, minimnya dana yang dialokasikan untuk menunjang program kesehatan, beberapa penyakit menular, yang dapat menjadi ancaman utama bagi masyarakat. Namun di masa kepemimpinan gubernur , atau selama rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir, periode 2006 dan semester I 2007, secara bertahap permasalahan-permasalahan kesehatan tersebut sudah dapat diatasi, bahkan pembangunan dalam bidang kesehatan ini telah mengalami berbagai kemajuan yang sangat berarti. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Kesehatan telah melakukan langkah-langkah peningkatan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan terjangkau dengan mengembangkan berbagai peningkatan sarana kesehatan (Profil Kesehatan Propinsi, 2008).

Rumusan Masalah Bagaimana obstipasi pada bayi ? Bagaimana infeksi pada bayi ? Bagaimana Syndrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome Sids) ?Bagaimana manajemen terapi bayi sakit ?

Tujuan Masalah Untuk mengetahui obstipasi pada bayi. Untuk mengetahui infeksi pada bayi. Untuk mengetahui Syndrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome Sids).Utuk mengetahui Manajemen Terapi Bayi Sakit (MTBS).

BAB IIPEMBAHASANObstipasiDefinisi Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih.

Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras.

Etiologi Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

Kebiasaan makan

Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untuk buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, dan mengonsumsi makanan yang kurang selulosa. Hipotiroidisme

Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya eksresi hormon tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang. Keadaan-keadaan mental

Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak usia 1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudahnya karena takut kembali mengalami nyeri. Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/ minggu/ bulan, maka akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya obstipasi karena anak sulit dilatih untuk buang air besar. Penyakit organik

Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan divertikulus. Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.Kelainan Kongenital

Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon aganglionik kongenital (penyakit hirschsprung), obtruksi bolus usus ileus mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama. 6. Penyebab lainPenyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik, atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit, ketika anak masih kekurangan cairan. Tanda dan GejalaPada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.Sakit dan kejang pada perutPada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprotFeses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectumBising usus yang janggal Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepalaTerdapat luka pada anus

Patofisiologi Pada keadaan normal, sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usu yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut:

Asupan cairan yang adekuatKegiatan fisik dan mentalJumlah asupan makanan berserat

Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan kemungkina berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus, dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan. Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkan obstipasi.

PembagianObstipasi akut, yaitu rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema.Obsipasi kronik, yaitu rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak menyebabkan rektum meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada dinding rectum lebih lanjut, flaksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif.

KomplikasiKomplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut:

PerdarahanUlserasiObstruksiDiare intermittenDistensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses defekasi.

Manajemen Terapi Berikut adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat melakukan manajemen kebidanan:

Penilaian asupan makanan dan cairanPenilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan)Penilaian penampakan stress emosional pada anak yang dapat memengaruhi pola defekasi bayi.

Penatalaksanaan Mencari penyebab obstipasiMenegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif.

Infeksi DefinisiInfeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal.

EtiologiInfeksi perinatal dapat disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus Aureus, dan Coccus Gonococcus. Infeksi ini bias terjadi pada saat antenatal, intranatal dan postnatal.

Infeksi antenatal

Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh jann melalui sirulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya kedalam sirkulasi darah umbilkus. Berikut ini contoh kuman yang menginvasi ke dalam janin.Virus : rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie, dan cytomrgalic inclusion.Spirochaeta : Terponema palidium.Bakteri : E. coli dan Listeria monocytoganes

Infeksi intranatal

Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik kemudian masuk ke dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah, yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina, termasuk periksa dalam dan kromilage ( melebarnya jalan lahir dengan jari tangan penolong). Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasla dari vagna, misalnya pada Blennorhoe.Infeksi Postnatal

Infeksi pada priode postnatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan yang tidak antisetik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada neonates neonatorum, omfalitis, dan lain-lain.

Tanda dan gejalaGejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah sebagai berikut :

Bayi malas minumGelisah dan mungkin juga terjadi letargiFrekuensi pernafasan meningkatBerat badan menurunPergerakan kurangMuntahDiareSklerma dan udemaPerdarahan, icterus, dan kejangSuhu tubuh dapat normal, hipotermi, atau hipetermi.

PenatalaksanaanBerikan posisi semifowler agar sesak berkurangApabila suhu tinggi, lakukan kompres dinginBerikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikitApabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring kekiri atau ke kanan.Apabila ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkunganRujuk segera ke rumah sakit. Lakukan informed consent pada keluarga.

Syndrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome Sids)Definisi Sindrom kematian mati mendadak (sudden infant death syndromeSIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

EtiologiSecara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahlu telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab SIDS yaitu sebagai berikut:

Ibu yang masih remajaBayi dengan jarak kehamilan yang dekatBayi laki-laki dengan berat badan di bawah normalBayi yang mengalami dysplasia bronkopulmonerBayi prematureGemelli (bayi kembar)Bayi dengan siblingBayi dari ibu dengan ketergantungan narkotikaPrevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkupBayi dengan virus pernapasanBayi dengan infeksi botulinumBayi dengan apnea yang berkepanjanganBayi dengan gangguan pola napas herediterBayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli

Tanda dan GejalaJeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur. Telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting dalam terjadinya SIDS.Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf pusat.Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui.Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saat ini untuk menunjukan bahwa aritma jantung memainkan peranan pada SIDS.

PenatalaksanaanBantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konselingmengungkapkan rasa dukanyaBerikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan pertanyaanBeri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajarBeri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)Pengertian MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS

Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok umur yaitu :Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahunPenilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan

Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun.Sampai 5 tahun, berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).

Proses Manajemen Kasus

Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahunMenentukan tindakan dan memberi pengobatanMemberi konseling bagi ibuMemberi pelayanan tindak lanjutManajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan.

Menilai anak berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik. Membuat klasifikasi berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.Menentukan tindakan dan memberi pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah. Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.Tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk biaya ulang. Manajemen terpadu bayi muda meliputi : menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul -1, 2004).

Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan 5 tahun

Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. Penilaian Tanda & Gejala

Pada penilaian tanda& gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas dingin,muntah darah,berak hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-lain Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.

Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan

Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.Klasifikasi pneumonia

Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding dada kedalam,adanya stridorAdanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepatKlasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya keluhan batuk

Klasifikasi dehidrasi

Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata cekung,haus,turgor jelekKlasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi

Klasifikasi diare persisten

Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.Klasifikasi disentri

Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darahKlasifikasi resiko malaria

Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih. Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.

Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut Ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif. Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam.

Klasifikasi Masalah Telinga

Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di belakang telinga, Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telingaKlasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas

Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis merah Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti di atas.

Penentuan Tindakan & Pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.Klasifikasi Pneumonia

Tindakan yang dapat dilakukan pada masalah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut. Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :Berikan dosis petama antibiotika

Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilinLakukan rujukan segera

Klasifikasi Dehidrasi

Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derajat dari dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sebagai berikut :Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaClLakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravenaBerikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minumLakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasiAnjurkan untuk tetap memberikan ASI

Klasifikasi diare pesisten

Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.Klasifikasi Resiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk anak 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak 12 bulan)Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin

Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama perjalan.Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menitMonitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam

Klasifikasi masalah telinga

Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telinga dengan kain penyerap.Klasifikasi status gizi

Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif

Pemberian Konseling

Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:Konseling pemberian makan pada anak

Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu

Konseling pemberian cairan selama sakit

Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang.Konseling kunjungan ulang

Pada pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera kepetugasan kesehatan.

Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut

Pneumonia

Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.Diare persistem

Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.Disentri

Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya.Resiko malaria

Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.Campak

Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.Demam berdarah

Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.Masalah telinga

Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.

BAB IIIPENUTUPKesimpulan Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih. Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal.Sindrom kematian mati mendadak (sudden infant death syndromeSIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004).

Saran Dengan mempelajari makalah mengenai obstipasi, infeksi, kematian bayi mendadak, dan manajemen terpadu balita sakit (MTBS), diharapkan mahasiswa khususnya bidan dapat mengurangi angka kematin anak mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

DAFTAR PUSTAKAAi Yeyeh Rukiyah S.SiT.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta: Trans info MediaAprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak. Bogor. 2009. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2002), Penerbit buku kedokteran EGC, JakartaDr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada Pelatihan Program Kesehatan Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006 Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSaifudin, Abdul Bari (ed). 2010. Buku Ajar Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan Keduabelas. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono PrawiroharjoStaf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.Sudarti,M.Kes;Khoirunnisa,Endang,SST.Keb;Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,Balita; 2010;Yogyakarta,Nuha Medika.Sudarti,M.Kes.2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta :Medical booksVarney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGG