bab i
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Kemajuan teknologi memberikan pengaruh yang signifikan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan pola pikir dan gaya hidup merupakan
pengaruh dari perkembangan teknologi. Fakta, banyak dijumpai penggunaan alat
teknologi dalam melakukan berbagai aktivitas. Perubahan yang cepat dan pesat
membuat Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah. Dalam laporan The Global Competitiveness Index 2012-
2013, daya saing Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia.
Demikian juga data yang diterbitkan oleh United Nations Development Programs
(UNDP) 2013 tentang Indeks Pencapaian Teknologi dan Indeks Pembangunan
Manusia, Indonesia menempati urutan 121 dari 185 negara.
Hasibuan (1995: 123) pengembangan SDM bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan
melalui usaha pendidikan dan pelatihan. Pengembangan sumber daya manusia
dalam era kemajuan teknologi adalah melalui pendidikan dan pelatihan, untuk
mewujudkan SDM yang tinggi serta berkualitas tidak hanya sebagai konsumen
tetapi juga sebagai produsen yang mampu bersaing dalam era globalisasi. Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas adalah manusia yang memiliki kecakapan
dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal utama sebagai bekal dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu dengan melatihkan kemampuan berpikir
2
kritis untuk mencari sumber informasi di seluruh dunia. Kumpulan-kumpulan
sumber informasi itu, membutuhkan kemampuan memperoleh, memilih,
mengelola, menentukan opini, dan fakta dari suatu informasi serta
menindaklanjuti informasi
Beyer (1987: 33) menggambarkan berpikir kritis sebagai kegiatan
menggunakan argumen dan menilai kepercayaan dengan akurat. Kemampuan
berpikir kritis dapat diajarkan melalui sebuah pendidikan agar mampu menilai
dengan akurat, dan berargumentasi dengan baik. Data kuantitatif diketahui melalui
TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). Studi TIMSS
untuk bidang sains meliputi pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Studi TIMSS
2011 diketahui bahwa diantara 42 negara peserta, Indonesia berada pada urutan
ke-40 dengan memiliki skor dibawah rata-rata internasional sebesar 406 untuk
bidang sains. Berdasarkan data tersebut diketahui kemampuan berpikir kritis
siswa Indonesia rendah. Hal itu dapat diatasi melalui sebuah pendidikan yang
mengarah pada kemampuan berpikir kritis.
Pendidikan merupakan subtansi yang penting dalam mewujudkan
manusia yang handal dan mandiri untuk memecahkan masalah secara kritis.
Pendidikan sains adalah pendidikan yang memiliki kontribusi dalam peningkatan
kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran fisika. Mitri Irianti et al (2007)
menyatakan bahwa pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains fisika
merupakan kunci keberhasilan untuk dapat menguasai diri dengan perubahan
memasuki dunia teknologi. Peraturan Pemerintah no.(19) tahun (2005) pasal (6)
ayat (1) butir (c) menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
3
dan teknologi bertujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis,
kreatif, dan mandiri. Fisika merupakan ilmu pengetahuan memiliki keterkaitan
yang erat dengan kemajuan teknologi, oleh sebab itu konsep-konsep serta aplikasi
fisika dalam kehidupan sehari-hari harus ditekankan pada saat pembelajaran.
Dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang mengarah pada peningkatan
kemampuan berpikir kritis.
Pendidikan sains bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkualitas,
yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif, dalam
menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fisika yang merupakan bagian dari pendidikan sains,
sangat penting dalam melatih siswa menjadi seorang berkualitas sejalan dengan
meningkatnya jenis pekerjaan pada masa sekarang, yang membutuhkan para
pekerja handal dan memiliki keterampilan berpikir kritis. Mata pelajaran fisika
yang termasuk dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi harus
mengembangkan kemampuan akademik dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Ilmu pengetahuan yang berkembang mempengaruhi beberapa aspek
kehidupan, antara lain keterkaitan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Dalam ilmu pengetahuan, sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of
knowledge) dan proses penemuan pengetahuan, teknologi merupakan suatu
perangkat keras atau perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah
dalam memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan masyarakat adalah sekelompok
manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu, jadi
4
sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi
(Widyatiningtyas, 2009). Perkembangan pendidikan sains yang dipengaruhi pada
kemajuan teknologi tidak hanya membawa dampak positif dalam kehidupan
bermasyarakat tetapi juga membawa dampak negatif contohnya penggunaan
kemasan plastik yang tidak bisa dihancurkan, penggunaan baterai yang berasal
dari bahan berbahaya dan beracun. Mitri Irianti et al (2007) perkembangan sains
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, teknologi, juga kepentingan serta
harapan masyarakat, dengan demikian pembelajaran sains tidak hanya berfokus
untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga memikirkan dampak positif dan
negatif dari kemajuan sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat.
Pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja
dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu,
sehingga dengan adanya siswa yang memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungan, dan berpikir kritis dapat mewujudkan siswa yang cakap secara
interdisipliner, serta dapat berkreasi dalam kemajuan teknologi dengan mengambil
potensi yang diberikan alam tanpa harus mengganggu kelestariannya. Maka
diperlukan pembelajaran sains yang mengarah pada peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan memperhatikan keterkaitan ilmu pengetahuan, teknologi,
lingkungan, dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang harus dikaji dampak
negatif dan positif dari berbagai aktivitas yang dilakukan.
Pembelajaran SETS merupakan pembelajaran yang efektif digunakan
dalam mengkaji keterkaitan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta
peningkatan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran Science Environment
5
Technology and Society (SETS) merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang
mengaitkan unsur-unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Binadja
(2005) menyatakan visi Science Environment Technology and Society (SETS)
merupakan cara pandang kedepan yang membawa kearah pemahaman bahwa
segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupan mengandung aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan satu kesatuan serta saling
mempengaruhi secara timbal balik. Meninjau dari kebutuhan siswa, konsep SETS
menyajikan pengintegrasian ilmu pengetahuan, lingkungan, dan masyarakat dalam
satu kesatuan untuk melatihkan kemampuan siswa mengidentifikasi konsep sains
kemudian dikaji dalam bentuk aplikasinya di bidang teknologi yang memberikan
kontribusi terhadap masyarakat serta mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan sekitar. Mitri Irianti et al (2007) SETS tidak menuntut semua orang
untuk menjadikan sainstis, tetapi jika siswa telah dibekali dengan pengetahuan
tentang SETS, akan dapat meminimalisasi dampak negatif pada aktivitas yang
dilakukan. Menurut Zooler cit Ida (2012) tujuan utama dari pendidikan SETS
adalah pengembangan penalaran siswa, berpikir kritis, berpikir evaluatif dan
berkemampuan mengambil keputusan dari konten yang spesifik dan proses
pengetahuan yang realitas berdasarkan SETS. Menurut Liliasari (2011)
menyatakan bahwa cara mempelajari sains memiliki 4 dimensi, yaitu sains
sebagai cara berpikir, sains sebagai cara untuk menyelidiki, sains sebagai
pengetahuan, sains dan interaksinya terhadap teknologi dan masyarakat. Melalui
pembelajaran SETS siswa dapat belajar sains secara mendalam dan melatihkan
kemampuan berpikir kritis melalui tahapan pembelajaran SETS yang mengarah
6
pada cara berpikir sains, cara menyelidiki, dan interaksinya terhadap lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
Materi listrik dinamis merupakan penerapan dari ilmu fisika ke dalam
bidang teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat banyak dipengaruhi dengan
ditemukannya listrik. Materi listrik dinamis mempelajari tentang pengertian,
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, dan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Materi listrik dinamis banyak terkait dengan Sains, Lingkungan,
Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas). Listrik dinamis mempunyai peranan
penting terhadap kemajuan teknologi dan kesejahteraan hidup manusia. Dalam
penerapannya perlu memperhatikan aspek sains dan teknologi, serta perlu
memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat, oleh sebab itu materi listrik
dinamis sesuai jika diajarkan menggunakan pendekatan Science, Environment,
Technology, and Society (SETS).
Data yang diketahui melalui observasi di SMAN 1 Ngimbang nilai UAN
Tahun Ajaran 2010/2011 diketahui bahwa mengenai pokok bahasan listrik
dinamis, penguasaan konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
mendapatkan nilai lebih rendah dari nilai standard propinsi Jawa Timur dan
nasional yaitu pada indikator kemampuan menggunakan hukum ohm dan hukum
khirchoff untuk menentukan berbagai besaran listrik dalam rangkaian tertutup
rata-ratanya sebesar 73,04 dibandingkan nilai rata-rata propinsi Jawa Timur 91,60
dan rata-rata nasional sebesar 84,58. Pada fakta lapangan juga diketahui
rendahnya kemampuan siswa berpikir kritis berdasarkan pengamatan aspek
kemampuan berpikir kritis yang dilakukan pada saat guru fisika di SMAN 1
7
Ngimbang melaksanakan pembelajaran. Melalui observasi didapatkan data
sebagai berikut 14% siswa menjawab pertanyaan guru, 8% siswa yang bertanya,
bahkan hanya 6% yang berani mengajukan gagasan atau ide. Hal itu juga
diperkuat pada wawancara guru mata pelajaran fisika di SMAN 1 Ngimbang, dari
wawancara itu diperoleh informasi bahwa pada saat guru mengajar menggunakan
LKS yang ada pada sekolah, konsep mengenai peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari tidak dipahami oleh siswa. Siswa hanya sedikit yang
mengapresiasikan ide/gagasan dan bertanya hal-hal penting yang berkaitan
dengan konsep fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada saat
pembelajaran berlangsung. Hasil Observasi menunjukkan kemampuan berpikir
kritis siswa rendah.
Upaya meningkatkan konsep listrik dinamis dan kemampuan siswa
dalam mengintegrasikan konsep pada kehidupan sehari-hari, maka diperlukan
pengembangan modul yang memuat tentang konsep-konsep serta aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari. Buku ajar merupakan seperangkat materi subtansi
pelajaran yang disusun secara sistematis menampilkan keutuhan dari kompetensi
yang dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ketersediaan buku ajar
memungkinkan siswa dapat belajar secara runtut sehingga menguasai suatu
kompetensi secara utuh Mulyasa cit Elina S.Milah, et al (2012). Pengembangan
modul atau buku ajar diharapkan proses belajar siswa terorganisir sehingga siswa
lebih mudah memahami penerapan konsep listrik dinamis dalam kehidupan
sehari-hari secara runtut melalui modul pembelajaran hasil pengembangan. Punaji
(2010: 197) menyatakan pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan
8
karena tujuan penelitian pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan
temuan-temuan uji lapangan kemudian revisi dan seterusnya.
Konsep mengenai pembelajaran menggunakan modul berorientasi SETS
sangat sesuai dengan kondisi siswa siswa di SMAN 1 Ngimbang sebagai awal
menuju pendidikan yang mampu mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang
cakap dengan memiliki bekal penalaran yang akurat. Hal itu meninjau dari
kesesuaian tujuan pembelajaran SETS salah satunya yaitu pengembangan
penalaran siswa berpikir kritis. Modul SETS yang memuat materi konsep-konsep
listrik dinamis sebagai konten sains, kemudian mengkaji dampak positif dan
negatif terhadap lingkungan dari penerapan dibidang teknologi serta pengaruhnya
bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa perlu
dikembangkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang telah teridentifikasi sebelumnya, maka
diberikan batasan dalam kajian penelitian sebagai bentuk fokus objek agar lebih
terarah, yaitu:
1. Sumber daya manusia Indonesia termasuk dalam kategori rendah berdasarkan
data The Global Competitiveness Indeks dan UNDP (United Nations
Development Programs).
2. Kemajuan teknologi yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
dan masyarakat contohnya banyaknya kemasan plastik sulit terurai, baterai
yang termasuk bahan berbahaya dan beracun.
9
3. Pemahaman siswa dalam konsep pembelajaran fisika terkait aplikasinya pada
kehidupan sehari-hari masih rendah berdasarkan wawancara guru SMAN 1
Ngimbang.
4. Materi fisika pada bab listrik dinamis banyak berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari contohnya rangkaian listrik untuk menghubungkan komponen
listrik dalam rumah.
5. Pencapaian siswa SMAN 1 Ngimbang pada UAN Tahun Ajaran 2010/2011
untuk materi listrik dinamis terutama pada kompetensi menggunakan hukum
ohm dan hukum khirchoff untuk menentukan berbagai besaran listrik dalam
rangkaian tertutup masih rendah.
6. Keterampilan berpikir kritis siswa SMAN 1 Ngimbang rendah berdasarkan
wawancara dan lembar pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa.
7. Tidak adanya modul di SMAN 1 Ngimbang yang mengaitkan pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka diberikan batasan dalam kajian
penelitian sebagai bentuk fokus objek agar lebih terarah, yaitu:
1. Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Ngimbang semester genap tahun pelajaran
2012/2013.
2. Materi yang diberikan kepada siswa adalah Standar Kompetensi (SK) 5
Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan
berbagai produk teknologi.
10
3. Materi pokok yang diajarkan dan dikembangkan disajikan dalam modul
berorientasi Science, Environment, Technology, and Society (SETS).
4. Modul berorientasi SETS menuntun siswa untuk memahami materi sekaligus
melatihkan kemampuan berpikir kritis.
5. Indikator berpikir kritis menggunakan indikator yang telah diintegrasikan
kedalam kemampuan kognitif siswa sesuai dengan taksonomi bloom pada
kategori C4, C5, dan C6.
6. Hasil belajar yang dicapai dalam proses pembelajaran dikonversikan kedalam
kemampuan berpikir kritis adalah berupa nilai kognitif. Kemampuan kognitif
siswa dilihat dari peningkatan hasil belajar pada pretest dan posttes.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pengembangan modul berorientasi SETS?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran menggunakan modul berorientasi SETS?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka tujuan penelitian adalah:
1. Memperoleh bentuk pengembangan modul pembelajaran fisika berorientasi
SETS.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti
pembelajaran modul fisika berorientasi SETS hasil pengembangan.
11
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Produk pengembangan yang diharapkan berupa:
a. Modul Pembelajaran Fisika berorientasi SETS berbentuk media cetak yang
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
b. Modul Pembelajaran Fisika Berorientasi SETS pada pokok bahasan listrik
dinamis.
c. Standard Kompetensi yang mencakup penerapan konsep kelistrikan dalam
berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi.
d. Modul pembelajaran Fisika berorientasi SETS untuk SMA/MA disusun sesuai
dengan komponen isi/materi, penyajian materi, keterbacaan, bahasa, dan
grafika.
e. Secara garis besar modul pembelajaran fisika berorientasi SETS berisikan:
Materi pelajaran dalam modul berorientasi SETS meliputi Arus Listrik,
Rangkaian Listrik, Energi Listrik. Materi tersebut dibagi dalam 3 kegiatan
belajar masing-masing kegiatan belajar disajikan berdasarkan langkah-langkah
pada pembelajaran SETS yaitu invitasi, pembentukan konsep, aplikasi dalam
kehidupan sehari-sehari, pemantapan konsep, dan penilaian. Pada tahapan
invitasi dipaparkan mengenai fenomena dalam kehidupan sehari-hari,
memunculkan pertanyaan konsep yang signifikan terhadap materi terkait,
selanjutnya pada tahapan pembentukan konsep, siswa diajak melakukan
percobaan untuk memahami suatu konsep, pada tahapan aplikasi konsep
dipaparkan mengenai berbagai aplikasi terkait dengan konsep yang dipelajari,
pada tahap pemantapan konsep memaparkan kajian teoritis mengenai materi
12
yang dibahas, kemudian diakhiri pada tahap penilaian yang memberikan
pertanyaan berpikir kritis terkait pada konsep yang diajarkan.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian adalah:
1. Bagi siswa:
a. Siswa diharapkan lebih memahami konsep listrik dinamis dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Keterampilan berpikir kritis siswa meningkat dan mampu memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai konsep yang dipelajari.
c. Menumbuhkan kepekaan siswa terhadap perkembangan sains dan teknologi
serta pengaruhnya terhadap lingkungan dan masyarakat.
2. Bagi Guru
a. Memudahkan guru dalam menanamkan konsep sains dan aplikasinya
sehingga dapat memberikan perbaikan dari sistem pembelajaran.
b. Memacu guru untuk selalu mengikuti perkembangan IPTEK, lingkungan,
dan masyarakat.
c. Sebagai landasan dalam mengaplikasikan konsep pendidikan yang terkait,
dengan hubungannya terhadap lingkungan, teknologi, dan masyarakat.