bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih
pada sistem kekebalan tubuh vertebrata), yang berasal dari jaringan limfoid
mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai
dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali,
hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra
nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus,
paru, kulit, dan organ lain. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut
kanker Hematological.
Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin
karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai
limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Terdapat banyak tipe limfoma, dalam
garis besar limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH),
limfoma non-Hodgkin (LNH), Histiositosis X, dan Mycosis Fungoides. Dalam
praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan Histiositosis X dan
Mycosis Fungoides sangat jarang ditemukan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
2. Bagaimana etiologi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
3. Bagaimana klasifikasi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
4. Bagaimana gejala klinis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
5. Bagaimana terapi / pengobatan dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
6. Bagaimana komplikasi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
2. Untuk mengetahui etiologi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
3. Untuk mengetahui klasifikasidari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
4. Untuk mengetahui gejala klinis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
5. Untuk mengetahui terapi / pengobatan dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian
Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah bening).
Sistem limfatik membawa tipe khusus dari sel darah putih (leukosit) yang disebut
limfosit melalui suatu jaringan dari saluran tubuler (pembuluh getah bening) ke
seluruh jaringan tubuh, termasuk sumsum tulang. Tersebarnya jaringan ini
merupakan suatu kumpulan limfosit dalam nodus limfatikus yang disebut kelenjar
getah bening. Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar
getah bening tunggal atau dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di
semua organ. Dua tipe utama dari limfoma adalah Limfoma Hodgkin (yang lebih
sering disebut Penyakit Hodgkin) dan Limfoma Non-Hodgkin. Limfoma Burkitt
dan mikosis fungoides termasuk ke dalam jenis Limfoma Non Hodgkin.
Limfoma Hodgkin adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul
dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan
proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan
pra-sel dan derivatnya). Penyakit Hodgkin (Limfoma Hodgkin) adalah suatu jenis
limfoma yang dibedakan berdasarkan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel
Reed-Stenberg, yang memiliki tampilan yang khas dibawah mikroskop. Sel Reed-
Sternberg memiliki limfositosis besar yang ganas yang lebih besar dari satu inti
sel. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada biopsi yang diambil dari jaringan kelenjar
getah bening, yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
2.2 Etiologi
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang
ditemukan pada limfoma Burkitt. Adanya peningkatan insiden penderita limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin pada kelompok penderita AIDS (Acquired Immuno
Deficiency Syndrome) pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori yang
menganggap bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan tumor
pada gangguan ini adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar limfe
dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul penyebaran ke sumsum tulang dan
jaringan lain. Penyakit ini tampaknya tidak menular. Penyakit ini lebih sering
terjadi pada pria. Penyakit Hodgkin bisa muncul pada berbagai usia, tetapi jarang
terjadi sebelum usia 10 tahun. Paling sering ditemukan pada usia diantara 15-34
tahun dan diatas 60 tahun.
2.3 Klasifikasi
Penyakit Hodgkin diklasifikasikan ke dalam empat kelompok berdasarkan
karakteristik dasar jaringan yang terlihat dibawah mikroskop.
Jenis Gambaran Mikroskopik KejadianPerjalanan
Penyakit
Limfosit
Predominan
Sel Reed-Stenberg sangat
sedikit tapi ada banyak limfosit
3% dari
kasusLambat
Sklerosis
Noduler
Sejumlah kecil sel Reed-
Stenberg dan campuran sel
darah putih lainnya; daerah
jaringan ikat fibrosa
67% dari
kasusSedang
Selularitas
Campuran
Sel Reed-Stenberg dalam
jumlah yang sedang dan
campuran sel darah putih
lainnya
25% dari
kasusAgak Cepat
Deplesi
Limfosit
Banyak sel Reed-Stenberg dan
sedikit limfosit jaringan ikat
fibrosa yang berlebihan
5% dari
kasusCepat
Limfoma Hodgkin lebih bersifat lokal, berekspansi dekat, cenderung intra
nodal, hanya di mediastinum, dan jarang metastasis ke sumsum tulang. ia juga dapat
terjadi metastasis melalui darah.
Stadium dan Prognosis Penyakit Hodgkin
Stadium Penyebaran penyakit
Kemungkin untuk
sembuh
(angka harapan hidup
selama 15 tahun tanpa
penyakit lebih lanjut)
I
Terbatas ke kelenjar getah
bening dari satu bagian tubuh
(misalnya leher bagian kanan)
Lebih dari 95%
II
Mengenai kelenjar getah bening
dari 2 atau lebih daerah pada sisi
yang sama dari diafragma, diatas
atau dibawahnya
(misalnya pembesaran kelenjar
getah bening di leher dan ketiak)
90%
III
Mengenai kelenjar getah bening
diatas & dibawah diafragma
(misalnya pembesaran kelenjar
getah bening di leher dan
selangkangan)
80%
IV Mengenai kelenjar getah bening
dan bagian tubuh lainnya
(misalnya sumsum tulang, paru-
60 - 70%
paru atau hati
2.4 Gejala Klinis
Gejala dari penyakit Hodgkin biasanya mengalami pembengkakan atau
pembesaran kelenjar getah bening, paling sering di leher, tapi kadang-kadang di
ketiak dan pangkal paha. Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar
getah bening leher, kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu
sama lain. Walaupun biasanya tidak nyeri, pembesaran tersebut bisa
menimbulkan nyeri dalam beberapa jam setelah penderita meminum alkohol
dalam jumlah yang banyak (intake alkohol 15-20%). Kadang pembesaran kelenjar
getah bening berada jauh di dalam dada atau perut, yang biasanya tidak nyeri dan
ditemukan secara tidak terduga pada pemeriksaan rontgen dada atau CT scan
untuk keperluan lain.
Gejala lainnya adalah demam tipe pel-Ebstein dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal
selama beberapa hari atau beberapa minggu, berkeringat di malam hari, gatal-
gatal, nafsu makan menurun, daya kerja menurun, berat badan menurun lebih dari
10% tanpa diketahui penyebabnya, terkadang disertai sesak nafas, dan pola
perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat.
Gejala dari Penyakit Hodgkin
Gejala Penyebab
Berkurangnya jumlah sel darah merah
(menyebabkan anemia, sel darah putih
dan trombosit, kemungkinan nyeri
tulang)
Limfoma sedang menyebar ke
sumsum tulang
Hilangnya kekuatan otot
suara serak
Pembesaran kelenjar getah bening
menekan saraf di tulang belakang
atau saraf pita suara
Sakit kuning (jaundice)Limfoma menyumbat aliran
empedu dari hati
Pembengkakan wajah, leher & alat
gerak atas (sindroma vena kava
superior)
Pembesaran kelenjar getah bening
menyumbat aliran darah dari
kepala ke jantung
Pembengkakan tungkai dan kakiLimfoma menyumbat aliran getah
bening dari tungkai
Keadaan yang menyerupai pneumonia Limfoma menyebar ke paru-paru
Berkurangnya kemampuan untuk
melawan infeksi dan meningkatnya
kecenderungan mengalami infeksi
karena jamur dan virus
Penyakit sedang menyebar
2.5 Terapi / Pengobatan
Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan
penyakit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih
merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis
kemoterapi dan radioterapi. Terapi yang dapat dilakukan berdasarkan derajat
penyakit dan histopatologiknya adalah sebagai berikut :
1. Radioterapi / Radiasi
Pasien Hodgkin derajat I dan II dapat menjalani radioterapi ini tanpa harus
dikombinasi dengan terapi lain. Dosis yang diberikan umumnya 4000 rads. Untuk
derajat I, yang menjadi radiation port-nya antara lain leher, supraclavicular,
ketiak, dan upper mediastinal nodes. Radiation port untuk Hodgkin derajat II
(diafragma atas) meliputi, leher, supraclavicular, aksila, dan mediastinal nodes,
high periaortic nodes, dan splenic pedicle nodes, sedangkan untuk Hodgkin
derajat II (diafragma bawah) melalui inverted Y port yang meliputi inguinal, iliac,
periaortic dan splenic pedicle nodes. Khusus untuk Hodgkin derajat III dibedakan.
Derajat IIIa diterapi dengan radioterapi sedangkan derajat IIIb diterapi dengan
kemoterapi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi dapat menjadi pilihan kuratif pada banyak pasien
Hodgkin. Dan umumnya sangat baik diberikan pada Hodgkin derajat IIIb dan IV.
Kemoterapi multiagen yang biasanya menjadi pilihan adalah MOPP yang
diantaranya : Mustargen, Oncovin, Procarbazine, dan Prednison. Keempat
regimen di atas digolongkan dalam program MOPP. Dan sampai saat ini program
ini masih dipakai untuk penanganan Hodgkin dengan derajat penyakit yang berat.
3. Stem Cell Transplantation
Stem cell transplantation atau transplantasi sel induk merupakan prosedur
bedah dengan mengganti sel-sel tubuh yang rusak pada pasien dengan
menyuntikkan sel yang telah dikemas kepada tubuh pasien. Sel-sel induk
penderita terlebih dahulu akan diambil untuk dibekukan dan disimpan.
4. Pengobatan alternatif lain adalah regimen ABVD (Adriamycin, Bleomycin,
Vincristine, dan Dacarbazine) atau BCVPP (Bischorethylnitrosourea,
Cyclophosphamide, Vinblastine, Prednison, dan Procarabine). Kedua pengobatan
alternatif tersebut memiliki efikasi yang sama dengan MOPP. Bedanya MOPP
memiliki toksisitas jangka panjang yang lebih tinggi dibanding ABVD dan
BVCPP.
2.6 Komplikasi
Sebagian besar komplikasi dari penyakit Hodgkin dikarenakan terapi yang
diberikan pada pasien.
Efek-efek umum yang merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi :
alopesia, mual, muntah, supresi sumsum tulang, stomatitis, dan gangguan
gastrointestinal. Infeksi adalah komplikasi potensial yang paling serius yang
mungkin dapat menyebabkan syok sepsis. Efek jangka panjang dari kemoterapi
meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.
Efek samping terapi radioterapi dihubungkan dengan area yang diobati
meliputi : hipotiroid (terjadi setelah dada dan leher diradiasi), komplikasi jantung
dan paru-paru (tergantung seberapa banyak dosis kumulatif dari antrasiklin
(berdampak pada jantung), Bleomycin (berdampak pada paru-paru), dan dosis
radiasi yang diberikan pada radioterapi).
Bila pengobatan pada nodus limfa servikal atau tenggorokan maka akan
terjadi hal-hal sebagai berikut : mulut kering, disfagia, mual, muntah, rambut
rontok, dan penurunan produksi saliva. Bila dilakukan pengobatan pada nodus
limfa abdomen, efek yang mungkin terjadi adalah muntah, diare, keletihan, dan
anoreksia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak
terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).
Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan,
demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun
tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa
saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau
mungkin tuberculosis limfa. .
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain :
1. Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38°C
b. Sering keringat malam
c. Cepat merasa lelah
d. Badan lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau
pangkal paha
b. Wajah pucat
c. Kebutuhan dasar :
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
a) Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
b) Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
c) Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan
SIRKULASI
Gejala :
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
a) Takikardia, disritmia
b) Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus
limfa adalah kejadian yang jarang)
c) Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan
obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut),
pucat (anemia), diaforesis, keringat malam
INTEGRITAS EGO
Gejala :
a) Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
b) Takut / ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
c) Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
d) Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan
pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
e) Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga
Tanda :
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
ELIMINASI
Gejala :
a) Perubahan karakteristik urine dan atau feses
b) Riwayat obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
a) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
b) Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
c) Penurunan haluaran urine urine gelap / pekat, anuria (obstruksi uretal / gagal
ginjal)
d) Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih
lanjut)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
a) Anoreksia/kehilangna nafsu makan
b) Disfagia (tekanan pada easofagus)
c) Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%
atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet
Tanda :
a) Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder
terhadap kompresi vena kava superior oleh pembesaran nodus limfa)
b) Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena
kava inferior dari pembesaran nodus limfa intra abdominal (non-Hodgkin)
c) Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus
limfa intraabdominal)
NEUROSENSORI
Gejala :
a) Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran
nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
b) Kelemahan otot, parestesia
Tanda :
a) Status mental : letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar
b) Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus
pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)
NYERI / KENYAMANAN
Gejala :
a) Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum
(keterlibatan tulang limfomatus)
b) Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol
Tanda :
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati
PERNAPASAN
Gejala :
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada
Tanda :
a) Dispnea, takikardia
b) Batuk kering non-produktif
c) Tanda distres pernapasan, contoh : peningkatan frekuensi pernapasan dan
kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis
d) Parau / paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf
laringeal)
KEAMANAN
Gejala :
a) Riwayat sering / adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus
untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi
bakterial)
b) Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer
tinggi virus Epstein-Barr)
c) Riwayat ulkus / perforasi perdarahan gaster
d) Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel-Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam
tanpa menggigil
e) Kemerahan / pruritus umum
Tanda :
a) Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala
infeksi
b) Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak / membesar (nodus servikal
paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus
aksila dan mediastinal)
c) Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan,
pembesaran tonsil
d) Pruritus umum
e) Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
SEKSUALITAS
Gejala :
a) Masalah tentang fertilitas / kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
b) Penurunan libido
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala :
a) Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien
Hodgkin dari pada populasi umum)
b) Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu / kimia)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus
medinal / edema jalan nafas.
3.3 Intervensi
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang/hilang dengan kriteria hasil :
a. Skala nyeri 0 - 3
b. Wajah klien tidak meringis
c. Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri dengan PQRST
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah
dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien,
dapat membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang
dideritanya
c. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
Rasinal : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang
diderita oleh klien
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien
turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas
normal (35,9 - 37,5°C)
Intervensi :
a. Observasi suhu tubuh klien
Rasional : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan
klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat
b. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
Rasional : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
c. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan
kebutuhan cairan tubuh klien)
Rsional : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh klien
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Rasional : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual,
muntah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan / berat badan stabil
b. Nafsu makan klien meningkat
c. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi
selanjutnya
b. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori
c. Timbang berat badan klien tiap hari
Rasional : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi
nutrisi
d. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
Rasional : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk
mencegah distensi gaster
e. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
Rasional : meningkatkan masukan protein dan kalori
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan
diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang
diderita oleh klien dengan kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
b. Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang
penyakit yang diderita oleh klien
c. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan
dilaksanakan
Intervensi :
a. Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
Rasional : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada
klien
b. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga
klien
Rasional : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit
yang diderita oleh klien
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus
medinal / edema jalan nafas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas klien efektif / normal dengan kriteria hasil
:
a. Klien dapat bernafas dengan normal / efektif
b. Klien bebas dari dispnea, sianosis
c. Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
a. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
Rasional : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya
keterlibatan / pengaruh pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi
b. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala
tempat tidur tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja
pernafasan, dan menurunkan resiko aspirasi
c. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /
diafragma. Abdomen bila diindikasikan
Rasional : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas
kecil, memberikan klien beberapa kontrol terhadap pernafasan,
membantu menurunkan ansietas
d. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
Rasional : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
I. Konsep Medis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin) :
Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah bening).
Limfoma Hodgkin adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul
dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan
proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan
pra-sel dan derivatnya).
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang
ditemukan pada limfoma Burkitt.
Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin), terbagi atas 4 jenis, yaitu : Limfosit
Predominan (Rich Limphocyte), Sklerosis Noduler (Nodular Sclerosing
limphocyte), Selularitas Campuran (Mixed Cellularity), dan Deplesi Limfosit
(Limphocyte Depletio).
Stadium dan Prognosis Penyakit Hodgkin yaitu : Pada Stadium I, penyebaran
penyakit terbatas ke kelenjar getah bening dari satu bagian tubuh (misalnya leher
bagian kanan); pada Stadium II, penyebaran penyakit mengenai kelenjar getah
bening dari 2 atau lebih daerah pada sisi yang sama dari diafragma, diatas atau
dibawahnya (misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak);
Pada Stadium III, penyebaran penyakit mengenai kelenjar getah bening diatas &
dibawah diafragma (misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan
selangkangan); dan pada Stadium IV, penyebaran penyakit mengenai kelenjar
getah bening dan bagian tubuh lainnya (misalnya sumsum tulang, paru-paru atau
hati.
Gejala Klinis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin) yaitu : Pembengkakan
kelenjar getah bening (80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini
tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain), demam tipe pel-
Ebstein, gatal-gatal, keringat malam, berat badan menurun lebih dari 10% tanpa
diketahui penyebabnya, nafsu makan menurun, daya kerja menurun, Terkadang
disertai sesak nafas, nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%), dan pola
perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat.
Terapi / pengobatan yang dapat dilakukan untuk menanagani Limfoma Hodgkin
(Penyakit Hodgkin) adalah Radioterapi / Radiasi, Kemoterapi, Stem Cell
Transplantation, dan Pengobatan alternatif lain adalah regimen ABVD
(Adriamycin, Bleomycin, Vincristine, dan Dacarbazine) atau BCVPP
(Bischorethylnitrosourea, Cyclophosphamide, Vinblastine, Prednison, dan
Procarabine).
Komplikasi dari penyakit Hodgkin akibat terapi / pengobatan yang diberikan
pada pasien, meliputi : alopesia, mual, muntah, anoreksia, supresi sumsum tulang,
stomatitis, gangguan gastrointestinal, kemandulan, kardiotoksik, fibrosis
pulmonal, hipotiroid, komplikasi jantung dan paru-paru, mulut kering, disfagia,
rambut rontok, dan penurunan produksi saliva.
II. Konsep Keperawatan :
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien Limfoma Hodgkin (penyakit
Hodgkin) yaitu :
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus
medinal / edema jalan nafas.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit Hodgkin
ini, hal ini ditujukan apabila mahasiswa menemukan kasus penyakit Hodgkin di
lingkungannya, mahasiswa dapat melakukan tindakan lebih awal dengan meminta
pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Selain itu, asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Hodgkin sangat penting dipelajari siswa agar siswa dapat
membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Hodgkin dan merawat klien jika
berhadapan langsung dengan klien dengan penyakit Hodgkin.
Pencegahan yang bisa dilakukan untuk penyakit Hodgkin pun sebenarnya masih
belum jelas sebab penyebabnya belum dapat dipastikan. Namun ada beberapa hal
yang bisa dijadikan pencegahan bagi penderita Hodgkin agar tidak mendapat
komplikasi.
Pencegahan yang dimaksud antara lain : sebisa mungkin mengonsumsi obat-obat
sesuai dengan resep dokter saja untuk menghindari dosis berlebih dari obat-obat
seperti antrasiklin ataupun bleomycin dan bagi pasien pria tidak ada salahnya
untuk menyimpan spermanya di bank sperma untuk menghindari adanya
kemungkinan menjadi infertil setelah diterapi dengan obat-obat yang
mengandung agen alkylator.
DAFTAR PUSTAKA
Metha, Atul & Victor Hoffbrand. 2008. At A Glance Hematologi Edisi ke-2.
Erlangga. Jakarta.
Limfoma Hodgkin.pdf
\