bab i
DESCRIPTION
blastingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu
operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan
dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang di terapkan .
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendak nya
terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. peralatan
peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang
kali, misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan
perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali proses peledakan
atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode peledakan,
perlengkapan dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar
tidak terjadi kerancuan dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan
tiap-tiap metode peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan
dikelompokan berdasarkan metodenya. Hal-hal ini sangat erat hubungannya
dengan hasil pelaksanaan persiapan peledakan itu sendiri. Pelaksanaan
persiapan peledakan yang kurang baik akan mengakibatkan hasil peledakan
yang mengandung resiko bahaya keselamatan orang maupun peralatan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan laporan ini mengenalkan kepada praktikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendahuluan peledakan
1.2.2 Tujuan
Mengetahui serta memahami definisi peledakan.
Mengetahui serta memahami kegiatan pendahuluan peledakan serta hal-
hal yang berkaitan didalamnya.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peledakan
2.1.1 Definisi Peledakan
Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material
(batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya
ledakan massa batuan yang melepaskan gas dengan temperatur dan
tekanan tinggi. Letupan tersebut kemudian menempatkan massa batuan
mengalami tekanan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan massa
batuan dengan resistensi di bawah tekanan dari letupan mengalami
perubahan bentuk menjadi pecahan-pecahan kecil. Oleh karena itu, untuk
menghancurkan suatu jenis batuan tertentu, diperlukan ledakan dengan
daya yang sesuai.
Sumber : www.sigicom.com/applications/infra-blastin/Foto 2.1
Peledakan Overburden
Peledakan dalam penambangan bertujuan untuk memudahkan
proses pengangkutan dengan mengubah massa batuan menjadi
berukuran lebih kecil. Adapun aplikasi dari peledakan ialah:
Penelitian geologi
Penambangan terbuka
Penambangan bawah tanah
Eksplorasi seismik
2
3
Konstruksi
Sumber : uteulay.wordpress.comFoto 2.2
Pemasangan Bahan Peledak Pada Tambang Bawah Tanah
Peledakan suatu massa batuan dalam pertambangan, pada
banyak kasus dilakukan dalam lubang bor atau ruang kosong yang
terdapat dalam batuan. Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari
tujuan peledakan dan pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan.
Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum sesuai dengan
rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
Karakteristik batuan yang diledakkan.
Karakteristik bahan peledak yang digunakan.
Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
2.1.2 Prosedur Peledakan
Pengamanan Selama Persiapan
Pengamanan ini lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yng
mendekati atau melewati daerah peledakan, maka untuk itu harus diberi tanda
peringatan sehingga orang lain tahu bahwa saat ini ada kegiatan persiapan
peledakan. Tanda peringatan ini dapat berupa bendera dengan warna yang
mencolok dan ukuran yang cukup dapat dilihat dari jauh.
Pembuatan Primer
Sebelum detonator atau sumbu ledak diamsukan kedalam dinamit
maka harus terlabih dahulu diperiksa keadaannya. Untuk detonator biasa,
periksa apakah ada benda-benda kecil didalamnya. Untuk sumbu bakar,
4
periksa keadaan ujung sumbu apakah atau tidak baik lagi. Sebaiknya
ujung sumbu sebelum dipakai selalu dipotong sedikit (kira-kira 2 cm).
Untuk sumbu ledak diperiksa keadaan ujung, apakah lembab atau
berkurang. Untuk detonator listrik sebaikny diteset dengan blasting
ohmeter. Pada waktu pengetestan detonator dimasukan kedalam lobang
ledapyang amsih kosong. Setelah ditest kedua ujung leg wirenya harus
diikat kembali satu sama lain.
Pengisian Lobang Ledak
1. Periksa lebih dahulu keadaan lobang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan pantulan sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yng
cukup panjang.
2. Waktu memasukan primer kedalam lobang harus berhati-hati sehingga
detonator atau sumbu tidak terlepas dari dalam dinamit, serta sumbu
atau leg wirenya tidak terluka.
3. Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalu terpaksa
sambungan-sambungan harus di isolasi dengan baik.
4. Dilarang memadakkan primer (tapping).
5. Diameter primer harus lebih kecil daridiameter lubang ledak. Bila waktu
memasukan primer agak susahturunnya kedalam lobang maka dapat
dibantu/didorong dengan tongkat kayu dengan perlahan-lahan.
6. Setelah primer sampai benar-benar didasar lobang maka bahan
peledak dapat dimasukan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka
dilarang memadatkannya sehingga berat jenisnya bertambah.
7. Pengisian bahan peledak,paling banyak 2/3 dari tinggi lobang ledak.
8. Dilarang memakai bahan peledak yang sudah rusak.
Steaming
Bahan steaming,dari tanah liat atau pasir halus. Jangan memakai
bahan-bahan kertas bekas pembungkus bahan peledak atau daun-
daunan. Steaming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan
(di-tapping) dengan tongkat kayu. Steaming yang baik akan mengurangi
suara ledakan.
Penyambungan Rangkaian
Perlindungan untuk pemegang Exploder/Blasting Machine
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyimpanan Bahan Peledak
Penyimpanan bahan peledak sangat perlu diperhatikan karena
kesalahan- kesalahan yang dilakukan pada waktu penyimpanan bahan
peledak ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penurunan
kualitas kerja. Untuk mengurangi bahaya-bahaya yang dapat timbul pada
waktu penyimpanan bahan peledak harus memperhatikan peraturan serta
petunjuk yang ada. Persyaratan umum tata cara penyimpanan bahan
peledak diatur berdasarkan KEPMEN No. 555.K/26/M.PE/1995 dan
Peraturan kepala kepolisisan Negara Republik Indonesia Nomor 2
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dalam
kegiatan peledakan adalah sebagai berikut :
1. Bahan peledak harus disimpan dalam kemasan aslinya dan
dicantumkan tanggal penyerahan bahan peledak tersebut ke gudang, tulisan
harus jelas pada kemasannya dan mudah dibaca tanpa memindahkan
kemasan.
2. Detonator harus disimpan terpisah dengan bahan peledak lainnya di dalam
gudang bahan peledak peka detonator.
3. Bahan peledak peka detonator tidak boleh disimpan di gudang bahan
peledak primer atau di gudang bahan ramuan bahan peledak.
4. Bahan peledak peka primer dapat disimpan bersama-sama di dalam gudang
bahan peledak peka detonator tetapi tidak boleh disimpan bersama-
sama dalam gudang bahan ramuan bahan peledak.
5. Bahan ramuan bahan peledak dapat disimpan bersama-sama didalam
gudang bahan peledak peka primer dan peka detonator.
6. Amunisi dan jenis mesiu lainnya hanya dapat disimpan dengan bahan
peledak lain di dalam gudang bahan peledak apabila ditumpuk pada tempat
terpisah dan semua bagian yang terbuat dari besi harus dilapisi dengan plat
tembaga atau aluminium atau ditutupi dengan beton sampai tiga meter dari
lantai.
5
6
7. Temperatur ruangan bahan peledak :
1) Bahan ramuan tidak boleh melebihi lima puluh lima derajat celcius.
2) Peka detonator tidak boleh melebihi tiga puluh lima derajat celcius.
Bahan Peledak yang disimpan di tambang hanya pada gudang yang telah
mempunyai izin dengan kapasitas tertentu sebagaimana ditetapkan oleh
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang secara tertulis. Apabila gudang
bahan peledak terletak diluar wilayah tempat usaha pertambangan dan
akan digunakan untuk kegiatan pertambangan, harus mendapat
persetujuan tertulis dari Pelaksana Inspeksi Tambang. Sedangkan
bahan peledak yang akan digunakan untuk kegiatan lain harus
mendapat persetujuan dari Kepala Inspeksi Tambang.
3.2 Gudang Bahan Peledak di Permukaan Tanah
Adapun Persyaratan mengenai gudang bahan peledak di permukaan
tanah menurut Bab II Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No.555.K/26/M.PE/1995 dan Peraturan kepala kepolisisan
Negara Republik Indonesia Nomor 2 adalah sebagai berikut :
1. Pasal Lima Puluh Lima tentang Pengaturan Ruangan :
1) Gudang berbentuk bangunan untuk menyimpan bahan peledak
peka detonator harus terdiri dari dua ruangan yaitu :
Ruangan belakang untuk tempat penyimpanan bahan
peledak.
Ruangan depan untuk penerimaan dan pengeluaran bahan
peledak.
Ruangan gudang bahan peledak dari jenis lainnya dapat
terdiri dari satu ruangan tetapi harus disediakan tempat
khusus untuk pemeriksaan dan atau perhitungan bahan
peledak yang letaknya berdekatan tetapi menjadi satu
dengan gudang tersebut
2) Pintu ruangan belakang tidak boleh berhadapan langsung
dengan pintu ruangan depan dan kedua pintu tersebut dilengkapi
kunci yang kuat.
2. Pasal Lima Puluh Enam tentang Gudang Bahan Peledak Sementara:
1) Gudang bahan peledak peka detonator :
7
a. Gudang berbentuk bangunan :
1. Dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar
2. Dibuat dengan atap seringan mungkin.
3. Dibuat dengan dinding yang pejal.
4. Dilengkapi dengan lubang ventilasi pada bagian atas
dan bawah.
5. Mempunyai hanya satu pintu.
6. Dilengkapi dengan alat penangkal petir dengan
resistans
7. (Hambatan) pembumian lebih kecil dari lima Ohm. g)
Bebas kebakaran radius tiga puluh meter.
8. Lantai gudang terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan percikan bunga api.
9. Tidak boleh ada besi yang tersingkap sampai tiga meter
dari lantai.
b. Gudang berbentuk Kontener :
1. Terdapat dari plat logam dengan ketebalan minimal
tiga milimeter.
2. Dilengkapi lubang ventilasi pada bagian atas dan
bawah. c) Dilapisi dengan kayu pada bagian dalam.
3. Dibuat sedemikian rupa sehingga air hujan tidak dapat
masuk. e) Mempunyai satu pintu.
4. Dilengkapi dengan alat penangkal petir dengan
resistans
5. (Hambatan) pembumian lebih kecil dari lima Ohm.
c. Kapasitas Gudang Bahan Peledak Sementara tidak boleh
lebih dari :
1. Empat Ribu Kilogram untuk gudang berbentuk bangunan.
2. Dua Ribu Kilogram untuk gudang berbentuk kontiner.
2) Gudang Bahan Peledak Peka Primer :
1. Gudang berbentuk bangunan harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam ayat satu, kecuali huruf a
butir ke tiga dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari
Sepuluh Ribu Kilogram.
8
2. Gudang berbentuk kontener harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud ayat satu, kecuali huruf b butir
ketiga dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari lima ribu
kilogram.
3) Gudang-gudang Ramuan Bahan Peledak :
1. Gudang berbentuk bangunan harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud ayat satu, kecuali huruf a butir ke
tiga dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari Sepuluh Ribu
Kilogram.
2. Gudang berbentuk kontener harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud ayat satu, kecuali huruf b butir
ketiga dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari Sepuluh
Ribu Kilogram.
3. Pasal Lima Puluh Tujuh tentang Gudang Transit
1) Bahan Peledak Peka Detonator tidak boleh disimpan dalam
gudang bahan peledak transit dan harus disimpan langsung
digudang utama.
2) Gudang Bahan Peledak Peka Primer :
a. Gudang berbentuk bangunan harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam pasal lima puluh enam ayat
satu, kecuali huruf a butir kedelapan dan mempunyai
kapasitas tidak lebih dari Lima Ratus Ribu Kilogram.
b. Gudang berbentuk kontener harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam ayat satu, kecuali huruf b
butir ketiga.
3) Gudang Bahan Ramuan Bahan Peledak :
a. Gudang berbentuk bangunan harus memenuhi syarat
sebagimana dimaksud dalampasa l Lima Puluh Enam ayat
satu, kecuali butir ketiga dan kedelapan.
b. Gudang berbentuk kontener hanya boleh ditempatkn pada
lokasi yang telah mendapatkan Izin Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang dan bahan ramuan bahan peledak
tersebut harus tetap terseimpan dalam kemasan aslinya.
9
4) Gudang berbentuk Bangunan untuk Bahan Ramuan Bahan
Peledak harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada
pasal Lima Puluh Enam ayat satu, kecuali huruf a butir ketiga
dan delapan dengan ketentuan tambahan :
a. Lantai tidak terbuat dari kayu atau bahan yang dapat
menyerap lelehan Amonium Nitrat.
b. Bangunan dan daerah sekitarnya haru kering.
c. Bagian dalam Gud ang serta planet tidak boleh
menggunakan besi galvanisir, seng, tembaga atau timah
hitam.
d. Kapasitas gudang tidak boleh lebih dari Dua Juta Kilogram.
4. Pasal Lima Puluh delapan tentang Gudang Utama :
1) Gudang penyimpanan bahan peledak peka detonator harus
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal Lima
Puluh Enam ayat satu, huruf a dan mempunyai kapasitas tidak
lebih dari Seratus Lima Puluh Ribu Kilogram.
2) Gudang bahan peledak peka primer harus memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal Lima Puluh Enam
ayat satu, huruf a dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari Lima
Ratus Ribu Kilogram.
3) Gudang bahan ramuan bahan peledak :
a. Gudang berbentuk bangunan harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Lima Puuh Enam ayat
satu, kecuali huruf a butir ketiga dan mempunyai kapsitas
tidak lebih dari Lima Ratus Ribu kilogram.
b. Untuk Gudang berbentuk Tangki harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a) Tangki tidak boleh terbuat dari tembaga, timah hitam,
seng atau besi galvanisir.
b) Pada bagian atas harus tersedia bukaan sebagai lubang
pemeriksaan dan harus tersedia tempat khusus bagi
operator untuk melakukan pemeriksaan.
c) Pipa pengeluaran harus terletak pada bagian bawah.
10
d) Pada bagian atas harus tersedia katup untuk
pengeluaran tekanan udara yang berlebihan.
c. Untuk gudang berbentuk Kontener harus memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal Lima Puluh Enam
ayat satu, kecuali huruf b butir ketiga.
5. Pasal Lima Puluh Sembilan tentang Jarak Aman
1) Cara menetapkan jarak aman gudang peka detonator ditentukan
sebagai berikut :
a. Setiap Seribu detonator Nomor delapan detara dengan satu
kilogram bahan peka detonator yang kekuatannya melebihi
detonator Nomor delapan, harus disesuaikan lagi dengan
ketentuan pabrik pembuatnya.
b. Setiap Tiga Ratus Tiga Puluh meter sumbu ledak dengan
spesifikasi Lima Puluh sampai dengan Enam Puluh grain
setara dengan Empat Kilogram bahan peledak peka
detonator.
2) Jarak aman gudang sebagaimana ditetapkan pada Pasal Lima
Puluh Tiga ayat satu, Pasal Lima Puluh Enam ayat satu, dan
Pasal Lima Puluh delapan ayat satu ditetapkan.
3.3 Gudang Bahan Peledak di Bawah Tanah
Adapun persyaratan mengenai gudang bahan peledak di bawah
tanah menurut Bab II Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
N0.555.K/26/M.PE/1995 dan Peraturan kepala kepolisisan Negara Republik
Indonesia Nomor 2 adalah sebagai berikut :
1. Pasal Enam Puluh tentang Konstruksi dan Lokasi Gudang di Bawah Tanah :
1) Gudang bawah tanah harus dibangun dilokasi kering, bebas dari
kemungkinan bahaya api, jauh dari jalan masuk udara utama, terlindung
dari kemungkinan jatuhan batuan dan banjir serta harus terpisah dari
tempat kerja di tambang.
2) Konstruksi gudang harus cukup kuat mempunyai dinding yang rata serta
dilengkapi dengan lubang ventilasi dan aliran udara yang cukup.
11
3) Lokasi gudang dibawah tanah dalam garis lurus sekurang-kurangnya
berjarak :
a. Seratus meter dari sumuran tambang
b. Dua Puluh Lima meter dari tempat kerja
c. Sepuluh meter dari lubang naik atau lubang turun.
d. Lima Puluh meter dari lokasi peledakan
e. Pasal Enam Puluh Satu tentang Pengaturan Ruangan Gudang di
Bawah Tanah
2. Pasal Enam Puluh Satu tentang Pengaturan Ruangan Gudang :
1) Kering dan datar
2) Hanya mempunyai satu pintu yang kuat dan dapat dikunci.
3) Memiliki ruangan sebagai penerima dan penyimpan barang yaitu
ruangan bagian depan yang berdekatan dengan pintu utama, kemudian
ruangan bagian belakang yang jauh dari ruangan pintu utama. Kedua
ruangan harus memiliki kondisi yang layak pakai sebagi tempat
penyimpanan dan penerimaan barang, seperti luas yang memadai dan
kondisi yang stabil.
3.4 Pengangkutan Bahan Peledak
Persyaratan mengenai ketentuan pengangkutan bahan peledak
sebagaimana yang diatur pada Pasal Tujuh Puluh dua Bab II Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 dan Peraturan kepala
kepolisisan Negara Republik Indonesia Nomor 2 adalah sebagai berikut :
1. Bahan peledak harus diserahkan dan disimpan digudang dalam jangka
waktu tidak lebih dari Dua Puluh Empat Jam.
2. Dilarang mengangkut bahan peledak tanpa peti aslinya.
3. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk
mengatur pengangkutan, pemindahan atau pengiriman.
4. Kepala Inspeksi Tambang harus membuat peraturan perusahaan tentang
Keselamatan Kerja.Untuk Melakukan pengangkutan bahan peledak dari
gudang kelokasi peledakan maupun ketempat penimbunan yang lain
harus diperhatikan ketentuan berikut :
1. Jumlah bahan peledak
2. Proses pengangkutan bahan peledak.
12
3. Waktu pengangkutan.
4. Tingkah laku seperti merokok dan lainnya yang dapat membahayakan.
5. Pengangkutan dilakukan siang hari.
6. Pengangkutan melalui sumur tambang harus dilakukan secara mekanis.
7. Didalam kerangkeng bahan peledak dilarang orang yang tidak
berkepentingan ikut serta.
8. Selain detonator maka bahan peledak hanya dapat diberikan kepada
pegawai yang mengawasi.
9. Proses pemindahan harus dibawa didalam peti.
Cara-cara pengangkutan ramuan bahan peledak :
1. Kendaraan pengangkutan harus dalam keadaan baik.
2. Peralatan kompresi yang digunakan harus bertekanan rendah.
3. Kendaraan pencampur tidak boleh dipakai mencampur di jala raya.
4. Dilarang merokok.
5. Terpal penutup harus tahan api.
6. Dilarang membawa bahan asam.
7. Dilarang membawa ramuan peledak didalam satu buah kendaraaan
secara bersama-sama.
8. Kendaraan pengangkut harus membawa alat-alat pemadam api.
9. Apabila api telah menyebar pada ramuan bahan peledak,
segeralah tinggalkan kendaraan.
3.5 Operasi Peledakan
Operasi peledakan diatur oleh Kepmen 555 dan Peraturan kepala
kepolisisan Negara Republik Indonesia Nomor 2. Untuk melakukan pekerjaan
peledakan, terlebih dahulu dilapangan dipersiapkan lubang-lubang bor didaerah
yang akan diledakkan. Sebelum pemboran dilakukan pada daerah tersebut
terlebih dahulu diperiksa apakah ada lubang bor yang berisi bahan peledak yang
belum meledak pada operasi peledakan sebelumnya. Sambil menunggu selesai
pengeboran dilapangan, dipersiapkan bahan peledak, bahan pembantu
peledakan, serta alat-alat kerja yang dibutuhkan. Pada saat menangani
pekerjaan peledakan tersebut perlu mengindahkan hal-hal berikut:
1. Bahan Peledak diletakkan ditempat yang teduh.
13
2. Sebelum terpasang primer, penempatan bahan peledak dan detonator
dilapangan harus terpisah dan tertutup.
3. Pemasangan primer diusahakan supaya diedarkan ketiap lubang-lubang
bor.
4. Sebelum memasukkan bahan peledak kedalam lubang bor terlebih dahulu
lubang bor diperiksa dengan tongkat kayu atau bambu.
5. Kabel detonator harus dihubungkan pendek.
6. Untuk mengisi bahan peledak keluang bor dapat dibantu dengan
menggunakan tali.
7. Untuk pengisian penyumbat dapat dipakai dengan pasir halus.
8. Pada saat penyambungan kabel rangkaian dengan kabel utama
menuju tempat perlindungan, kembali diperiksa rangkaiannya, dan
tahanannya.
9. Apabila pada saat pemasangan primer serta memasukkannya kedalam
lubang bor keadaan cuaca mendung atau hujan dan disertai petir, maka
persiapan peledakan harus dihentikan dan segera menyingkir dan
meninggalkannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan massa
batuan yang melepaskan gas dengan temperatur dan tekanan tinggi. Sebelum
melakukan kegiatan peledakan dilakukan kegiatan pendahuluan dahulu. Hal ini
bertujuan agar bertujuan agar peledakan dapat dilakukan tepat sasaran tanpa
melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian. Kegiatan Pendahuluan
tersebut antara lain :
1. Pengamanan selama persiapan
2. Pembuatan Primer
3. Pengisian Lubang ledak
4. Steaming
5. Penyambungan Rangkaian
6. Perlindungan untuk pemegang exploder
Hal-hal yang perlu diketahui agar pekerjaan dapat dilakukan
dengan aman telah diatur berdasarkan KEPMEN No 555 dan Peraturan
Kepala Kepolisian Neegara Republik Indonesia antara lain :
1. Penyimpanan Bahan Peledak
2. Gudang Bahan Peledak di permukaan Tanah
3. Gudang Bahan Peledak di bawah Tanah
4. Pengangkutan Bahan Peledak
5. Operasi Peledakan
Tindakan yang perlu dilakukan agar terhindar dari kecelakaan
yaitu :
1. Meniadakan/memperkecil bagian yang berbahaya dan Perlengkapan
perlu diberi pengamanan.
2. Bagian yang mungkin mendatangkan bahaya kecelakaan kerja diberi
pengaman.
3. Pemasangan tanda peringatan pada tempat-tempat yang berbahaya.
14
15
4. Perhatikan hal-hal yang tidak penting jangan dibawa pada saat operasi
dilaksanakan seperti merokok dan lainnya.
Setiap gudang penyimpanan harus dilengkapi tempat khusus
untuk pemeriksaan dan perhitungan bahan peledak yang letaknya
berdekatan tetapi tidak menjadi satu dengan gudang tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bieniawski, Z.T., 2006, “New Applications of the Excavability Index for Selection of Tbm Types and Predicting Their Performance”, www.geocontrolandina.com/publicaciones/2086_new_applications_of_excavability_index_for_selection_of_tbm_types.pdf. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2015
International Society of Explosive Engineers, 1998, “Blasters’ Handbook 17th
Edition”, Sosiety of Explosive Engineers Inc., Cleveland, Ohio.
Ipungji, 2014, “Dasar-Dasar Teknik Peledakan”, www.slideshare.net/ipungji/ dasar-dasar-peledakan-untuk-tambang-umum. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2015.
Young, George J., 1951, “Elements of Mining”, McGraw-Hill Book Company Inc., Oakland, California.