bab i

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Labioskisis merupakan suatu kelainan yang di duga terjadi akibat infeksi virus yang di derita ibu pada kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan botol biasa. Bayi dapat menghisap dot dengan baik asal dotnya diletakkan di bagian bibir yang tidak sumbing. Kelainan lahir ini dapat segera diperbaiki setelah pembedahan. Bila sumbing atau labioskisis mencangkup pada palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap tetapi bahaya tersedak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran

Upload: mayken-rahayu

Post on 30-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Labioskisis merupakan suatu kelainan yang di duga terjadi akibat infeksi

virus yang di derita ibu pada kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi

sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena

masih dapat diberi minum dengan botol biasa. Bayi dapat menghisap dot

dengan baik asal dotnya diletakkan di bagian bibir yang tidak sumbing.

Kelainan lahir ini dapat segera diperbaiki setelah pembedahan.

Bila sumbing atau labioskisis mencangkup pada palatum mole atau

palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi

dapat menghisap tetapi bahaya tersedak mengancam. Bayi dengan kelainan

bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita

infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umum yang kurang baik

juga akan menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan tersebut.

Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa

disebut labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang

diderita ibu Pada kehamilan trimester I. Jika hanya terjadi sumbing bibir, bayi

tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat di beri minum

dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan

Page 2: BAB I

dibagian bibir yang tidak sumbing. Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki

dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup pula palatum mole atau

palatum durum, bayi akan mengalami kerusakan minum, walaupun bayi

dapat menghisap namun bahaya tersedak mengancam. Bayi dengan kelainan

bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita

infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umur yang kurang baik

juga akan menunda tindakan untuk memperbaiki kelainan tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat asuhan

keperawatan dengan klien labioskisis

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian dari labioskisis

b. Mengetahui klasifikasi dari labioskisis

c. Mengetahui etiologi pada labioskisis

d. Mengetahui patofisiologi dari labioskisis

e. Mengetahui pemeriksaan diagnosis pada labioskisis

f. Mengetahui manifestasi klinis pada labioskisis

g. Mengetahui Penatalaksanaan pada labioskisis

Page 3: BAB I

h. Mengetahui komplikasi pada labioskisis

i. Mengetahui asuhan keperawatan pada labioskisis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Labioskisis adalah adanya lubang di bibir atas, biasanya tepat di

bawah hidung. Sumbing adalah bukaan pada atap mulut (langit-langit

keras) atau dalam jaringan lunak di bagian belakang mulut (langit-langit

lunak). Pada kebanyakan kasus, celah bibir dan sumbing langit-langit

terjadi bersamaan

Labiopalato skisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada

daerah mulut, palatoskisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing

Page 4: BAB I

tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, azis,

2005:21)

Labio/palato skisis adalah merupakan kongenital anormali yang

berupa kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya

celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan

penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

Palatoskisis adalah fisura garis tengah pada palatum yang terjadi karena

kegagalan dua sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (wong

Dona L,2003)

Beberapa jenis bibir sumbing :

a. Unilateral incomplete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak

memanjang hingga ke hidung

b. Unilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan

memanjang hingga ke hidung

c. Bilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang

hingga ke hidung

Page 5: BAB I

Gambar bayi dengan labioskizis

B. Klasifikasi

Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat

bervariasi, bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar

cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle.

Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi

beberapa bagian berikut.

1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum

durum di belahan foramen insisivum.

2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle

posterior terhadap foramen.

3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum

primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau

bilateral.

Page 6: BAB I

4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini

mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan

otot palatum.

Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan

hingga hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :

1) Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu

sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

2) Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah

satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

3) Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan

memnajang hingga ke hidung

Gambar Klasifikasi Labioskizis

Page 7: BAB I

C. Etiologi

1. Faktor herediter

Sebagai faktor yang sudah di pastikan. Gilarsi :75% dari faktor

keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.

a. Mutasi gen

b. Kelainan kromosom

2. Faktor eksternal / lingkungan

a. Faktor usia ibu

b. Obat-obatan, asetosal, aspirin (SCHARDEIN-1985) rifampisin,

fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam

flufetamat, ibuprofen, dll

c. Nutrisi

d. Penyakit infeksi sifilis, virus rubella

e. Radiasi

Page 8: BAB I

f. Stres emosional

g. Trauma, (trimester pertama)

D. Patofisiologi

Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem

maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir

rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar

minggu keenam pasca konsepsi.Palastokizis terjadi akibat kegagalan fusi

dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatummolle terjadi

sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau

tulang selama fase embrio pada trimester I.

2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal

medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8

minggu.

3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang

disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa

kehamilan 7-12 minggu.

4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu

masa kehamilan.

PATHWAY

Page 9: BAB I

BUAT PATHWAY NYO YE<< COPY2 BEE YANG D

BAHAN>>>>

Page 10: BAB I

E. Manifestasi Klinis

a. Pada labio Skisis:

1. Distorsi pada hidung.

2. Tampak sebagian atau keduanya.

3. Adanya celah pada bibir.

b. Pada palato skisis:

1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras

dan atau foramen incisive.

2. Adanya rongga pada hidung.

3. Distorsi hidung.

4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa

dengan jari.

Page 11: BAB I

5. Kesukaran dalam menghisap atau makan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pada Labio palatoskisis umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. Foto rontgen

2. Pemeriksaan fisik

3. MRI untuk evaluasi abnormal

Juga terdapat pemeriksaan terapeutik, yaitu :

1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.

2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang

adekuat.

3. Mencegah komplikasi.

4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.

5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan

dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa

minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps

maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam

perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum

penbedahan perbaikan.

6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2

tahun, tergantung pada derajat.

Page 12: BAB I

G. Penatalaksanaan

1. Pemeriksaan Medis

Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif

yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan

selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak,

dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan

fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada,

maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.

Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila

bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan

penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi

induk, saluran nafas atau sistemis.

Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun.

Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya

ditunda hingga mencapi usia pubertas.Karena celah-celah pada

langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup

besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan

bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan

pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika

perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka

sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi

maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat

Page 13: BAB I

menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi

untuk menghasilkan penutup nasoporing.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Perawatan Pra-Operasi:

1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap

bayi.

Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka

Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.

Diskusikan tentang pembedahan

Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan

perasaan yang positif terhadap bayi.

Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang

prognosis dan pengobatan bayi.

Tahap-tahap intervensi bedah

Teknik pemberian makan

Penyebab devitasi

3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang

adequate.

Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan

botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi

kemampuan menelan dan menghisap.

Page 14: BAB I

Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran

susu ke dinding mulut.

Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.

Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan

Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.

Akhiri pemberian susu dengan air.

4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas

Pantau status pernafasan

Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan

Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi

b. Perawatan Pasca-Operasi

1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate

Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat

penetes atau sendok.

Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.

Lanjutkan dengan diet lunak

Sendawakan bayi selama pemberian makanan.

2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi

anak.

Bersihkan garis sutura dengan hati-hati

Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

Page 15: BAB I

Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian

makan.

Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah

pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.

Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara

sistemik.

Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda

nyeri.

Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.

Monitor keutuhan jaringan kulit

Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-

alat tidak steril.

H. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada Labio Palatoskisis,yaitu :

1. Gangguan bicara dan pendengaran.

2. Terjadinya otitis media.

3. Asirasi.

4. Distress pernafasan.

5. Risisko infeksi saluran nafas.

6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.

Page 16: BAB I

7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris

sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.

8. Masalah gigi

9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat

kecacatan dan jaringan paruh.

Page 17: BAB I

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

NAH YG INI COPAS2 lla ye kak,, lesu nk ngopas ny,, hhhhee

nk persiapan packing2 mudik... hhhaa

Page 18: BAB I

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali

yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur

wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato

yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada

masa kehamilan 7-12 minggu.

Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat

terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan

labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama

perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)

Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang

memiliki prevalensi cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa

tingkant kerusakan sesuai organ yang mengalami kecacatannya.

Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi

dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini

mempengaruhi keberhasilan operasi.

Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama

kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah

tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa

Page 19: BAB I

kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan

zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing

sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa

perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk. Bibir

sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga

hidung, tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung

telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi

akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah

sumbingnya.

B. Saran

Sebagai perawat kita harus memberikan penjelasan yang

jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah

terjadinya labioskhizis dan mempercepat penyembuhan.

Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya

komplikasi.

Page 20: BAB I
Page 21: BAB I
Page 22: BAB I
Page 23: BAB I
Page 24: BAB I
Page 25: BAB I