bab i

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia 4 sampai dengan 6 tahun. Pendidikan TK memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kata lain, pendidikan anak usia dini khususnya TK sangat mengutamakan pendidikan yang berpusat pada anak atau “Child Centre” dalam undang- undang sistem pendidikan Nasional (2003) pada pasal I ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memasuki pendidikan lebih lanjut. Tugas utama TK adalah 1

Upload: amwali

Post on 28-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak

usia dini yaitu anak yang berusia 4 sampai dengan 6 tahun. Pendidikan TK memiliki

peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta

mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan

kata lain, pendidikan anak usia dini khususnya TK sangat mengutamakan pendidikan

yang berpusat pada anak atau “Child Centre” dalam undang-undang sistem

pendidikan Nasional (2003) pada pasal I ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memasuki

pendidikan lebih lanjut. Tugas utama TK adalah mempersiapkan anak dengan

perkenalan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, keterampilan dan intelektual agar

dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar dengan sesunggunya di sekolah

dasar.

Pandangan ini mengisyaratkan bahwa TK merupakan lembaga pendidikan pra

skolastik dan pra akademik. Dengan demikian tidak mengemban tanggung jawab

utama dalam membina kemampuan sekolastik atau akademik anak seperti membaca,

menulis dan berhitung. Namun alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan

terimplementasikan dalam praktek pendidikan di Indonesia.

1

Page 2: BAB I

2

Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan sekolah, (akademik)

dari sekolah dasar ke taman kanak-kanak yang terjadi dimana-mana baik secara

terang-terangan maupun terselubung, dengan mengajarkan anak kalistrung dan

beberapa TK yang memberikan bentuk penugasan “Pekerjaan Rumah” pada anak-

anak. Hal tersebut banyak terjadi karena banyak sekolah dasar umumnya swasta dan

sebahagian Negeri sering kali mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan

menggunakan konsep akademik, salah satunya adalah kemampuan anak dalam

membaca, menulis dan menghitung (Calistrung). Gejalah ini mendorong lembaga

pendidikan TK maupun orang tua berlomba membimbing kemampuan akademik

dengan mengadopsi pola-pola pembelajaran di sekolah dasar, akibatnya tidak jarang

Taman Kanak-Kanak tidak lagi menjadi taman yang indah tempat bermain tetapi

beralih fungsi menjadi “persekolahan dini” sehingga pembelajaran di TK lebih

merupakan pembelajaran membaca di SD demikian halnya dengan menulis tidak,

mengindahkan aspek alami anak.

Kondisi demikian menjadikan masyarakat yang telah menyekolahkan anak-

anaknya disekolah berharap bahkan mengharuskan agar kelak setelah selesai

mengikuti program di TK, anak-anak mereka terampil membaca dan menulis. Namun

pada kenyataannya masih banyak anak-anak lulusan TK yang belum mampu

membaca dan menulis dengan baik. Pada akhirnya TK yang bertujuan untuk

meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya

cipta yang diperlukan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

perkembangan selanjutnya berubah menjadi sekolah baca tulis dengan metode yang

sering kali mengenyampingkan aspek-aspek perkembangan kemampuan dan

pertumbuhan anak.

Page 3: BAB I

3

TK yang seharusnya berfungsi sebagai tempat bermain yang indah, nyaman,

gembira dan menarik bagi anak untuk mewujudkan berbagai aktivitasnya dalam masa

bermain, bersolisasi dengan teman sebaya beradabtasi dengan lingkungan baru

setelah rumah dan mengembangkan potensi dasar yang anak miliki menjadi tempat

yang kurang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak- anak merasa

tertekan, dan merasakan beban yang berat, sehingga keceriaan mereka berkurang dan

mengalami ketidak seimbangan perkembangan pada aspek keterampilan dan

krektivitasnya.

Berdasarkan temuan Orstein Bateman, (1990) dalam solehudin (1997) seorang

guru di universitas of California menunjuka bahwa:

Masing masing belahan otak manusia mengenai aktivitas mental yang berbeda. Belahan otak kiri menangani aktivitas-aktivitas mental yang berhubungan dengan matematika, bahasa, logika, analisis, menulis dan aktivitas-aktivitas lainnya yang sejenis sedangkan belahan otak kanan menangani aktivitas-aktivitas mental yang berhubungan dengan imajinasi, warna, musik, irama, berhayal dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis temuan orstein tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang sudah dilatih untuk menggunakan suatu belahan otak secara ekslutif relatif tidak mampu menggunakan belahan otak lainnya. Selain itu temuan juga bahwa bagian otak yang lebih lemah dirangsang dan didorong untuk bersama-sama dengan bahagian yang lebih kuat, maka hasilnya adalah adanya suatu peningkatan dalam keseluruhan kecakapan.

Berdasarkan temuan Orstein di atas, bisa ditafsirkan bahwa kegiatan

pembelajaran yang hanya menitikberatkan kepada penguasaan baca tulis, dan hitung

merupakan suatu yang tidak lengkap dan dapat berdampak negatif terhadap

perkembangan anak karena hanya mengembangkan sebagian aspek dari kecakapan

individu sembari “mematikan” perkembangan sebagian kecakapan lainnya. Dengan

demikian, yang lebih dikendaki adalah suatu pendekatan dan pendidikan bagi anak

yang lebih integratif dan komprehensif serta sesuai dengan dunia kebutuhannya.

Page 4: BAB I

4

Seorang guru harus memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak dan

memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh anak.

Perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada anak sebagai

fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Perkembangan setiap individu

berbeda-beda dan berlangsung berangsur sedikit demi sedikit dari kemampuan yang

bersifat umum menuju yang lebih khusus.

Kecerdasan anak antara lain adalah kecerdasan bahasa. Anak yang mempunyai

kecerdasan bahasa akan senang apabila mendapatkan fasilitas kebutuhan untuk

berbicara, bernegosiasi dan mengekspresikan perasaan melalui kata-kata. Dalam

perkembangan anak, dukungan dan dorongan dari orang tua dan guru sangat

diperlukan. Setiap orang sebenarnya mempunyai kapasitas untuk mengembangkan

kecerdasannya hingga tingkat tertinggi, asalkan memperoleh dukungan, pengayaan,

dan pembelajaran yang tepat atau pas.

Keberhasilan seorang anak tidak terlepas dari dukungan dan pendidikan guru

dan orang tua. Salah satu dukungan yang diberikan adalah dengan mengajak anak

untuk belajar membaca. Membaca merupakan kunci utama untuk masuk pada ruang

ilmu dan pengetahuan. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor utama mengapa Negara-Negara maju

unggul dalam ilmu dan pengetahuan adalah karena pada umumnya masyarakat

mereka suka membaca.

Dari pengamatan kemampuan membaca anak kelompok B4 di TK Kemala

Bhayangkari 1 Banda Aceh diketahui bahwa sebagian anak masih kesulitan untuk

membaca. Apabila anak diminta membaca, ada anak yang mengalihkan perhatian

Page 5: BAB I

5

dengan bermain atau ngobrol dengan temannya. Bahkan ada anak yang berkeliling

kelas. Dari pengamatan tentang kesulitan membaca anak tersebut dapat diketahui

bahwa penyebabnya adalah kurangnya variasi guru dalam pembelajaran. Pada saat

mengajarkan membaca, guru lebih banyak mengajarkan berbicara tentang bahasa

daripada membaca sehingga dapat mengakibatkan kejenuhan pada anak. Kunci utama

untuk masuk pada ruang ilmu dan pengetahuan tiada lain adalah dengan membaca.

Di era globalisasi saat ini, siapapun yang tidak bisa membaca akan ketinggalan

informasi dan ilmu pengetahuan.

Menghadapi kesulitan yang dialami anak kelompok B4 di TK Kemala

Bhayangkari 1 Banda Aceh dalam hal membaca, bukanlah hal yang mudah bagi

seorang guru untuk memilih strategi yang tepat dalam mengajarkan membaca. Dalam

mengajarkan membaca anak sejak dini diperlukan metode yang baik agar hasil yang

diperoleh memuaskan.

Salah satu metode yang dapat meningkatkan keterampilan membaca anak

adalah dengan bermain kartu kata. Metode ini harus sesuai dengan kondisi anak,

yaitu usia dan kemampuan anak. Untuk peningkatan kemampuan membaca anak,

akan lebih menyenangkan bagi anak apabila metode yang digunakan adalah bermain.

Dengan bermain kartu kata, diharapkan kemampuan membaca anak-anak kelompok

B4 di TK Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh dapat meningkat sehingga tidak akan

ketinggalan setelah masuk SD nantinya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tergugah untuk

melakukan penelitian sebagai alternatif mengatasi masalah yang muncul. Penelitian

yang dilakukan oleh peneliti berjudul “Efektivitas Penerapan Permainan Kartu Kata

dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca anak kelompok B4 di TK Kemala

Bhayangkari 1 Banda Aceh”.

Page 6: BAB I

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini dapat di rinci sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan permainan kartu kata dalam meningkatkan kemampuan

membaca anak kelompok B4 di TK Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh?

2. Apakah dengan permainan kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca

anak kelompok B4 di TK Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk memperoleh informasi dan

mendeskripsikan tentang efektivitas penerapan permainan kartu kata dalam

meningkatkan kemampuan membaca anak kelompok B4 di TK Kemala

Bhayangkari 1 Banda Aceh dalam usaha pembinaan dan mengembangkan mutu

pengajaran Pendidikan Anak Usia Dini.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang

konkret dan informasi tentang efektivitas penerapan permainan kartu kata

dalam meningkatkan kemampuan membaca anak kelompok B4 di TK Kemala

Bhayangkari 1 Banda Aceh.

Page 7: BAB I

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki mutu

pembelajaran membaca pada anak kelompok B4 di TK Kemala Bhayangkari Banda

Aceh melalui bermain kartu kata. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan

manfaat, yakni dapat memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam

pembelajarkan berbahasa pada aspek keterampilan membaca, khususnya bagi anak

usia dini yang membutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga dapat

memberikan rasa nyaman dan rasa senang pada anak saat pembelajaran. Dengan

demikian anak dapat termotivasi dalam belajar dan akan berakibat pada pencapaian

prestasi belajar yang maksimal.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa

saja yang diamati dalam usaha untuk memahaminya (Arikunto, 2002:18). Hipotesis

juga merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya

harus diuji secara empiris.

Sehubungan dengan anggapan dasar, maka hipotesis yang diajukan adalah akan

terjadi peningkatan kemampuan membaca anak kelompok B4 di TK Kemala

Bhayangkari 1 Banda Aceh.