bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah
pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir
pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan
mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk
menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau
Rhizophora spp (A Nontji 2005). Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana.
Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Secara biologis Mangrove tumbuh dipantai yang landai dan tidak bisa tumbuh di
daerah yang berombak besar, berarus deras atau pasang surut tinggi .magrove akan tumbuh
lebat didaerah pantai yang dekat dengan muara sungai atau delta sungai yang membawa
aliran sungai dengan lumpur dan pasir ,yang enjadi media utama pertumbuhannya (Team
DKP Jawa Timur 2007).
Kemajuan jaman yang ditandai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
kepada kita untuk mengembangkan wawasan, pemikiran serta persiapan dalam menghadapi
era globalisasi, yang bagaimanapun juga kita tidak dapat menghindarinya. Kualitas
sumberdaya manusia yang terampil dan terlatih mutlak sangat diperlukan guna menyongsong
suatu era dimana kita tidak dapat meraih segala sesuatunya hanya dengan berpangku tangan
tanpa disertai dengan adanya kemauan, kemampuan serta usaha yang keras.
Program rehabilitasi untuk Hutan Mangrove sangat di perlukan untuk mengembalikan
kelestarian lingkungan pesisir dan mengembalikan habitat flora dan fauna Hutan Mangrove
yang hidup pada Ekosistem Hutan Mangrove. Semoga dengan di laksanakannya Program
Rehabilitasi Mangrove akan terciptanya suatu lingkungan Ekosistem Hutan Mangrove yang
baik dan berdaya fungsi untuk kehidupan di lingkungan dan masyarakat Pesisir pada
umumnya dan Mahasiswa pada khususnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum rehabilitasi ekosistem mangrove ini adalah :
1. Penanaman kembali mangrove
2. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah
intertidal dan subratidal yang cukup mendapat aliran air dan terlindung dari gelombang besar
serta arus pasang-surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-
pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Menurut
Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir tropis atau sub-tropis yang
sangat dinamis serta mempunyai produktivitas, nilai ekonomis, dan nilai ekologis yang tinggi
(Susetiono, 2005; Suwondo, 2006). Hutan mangrove sebagai daerah dengan produktivitas
yang tinggi memberikan kontribusi besar terhadap detritus organik yang sangat penting
sebagai sumber energi bagi biota yang hidup di sekitarnya (Suwondo, 2006). Hutan
mangrove mempunyai fungsi fisik dan fungsi ekologi yang penting bagi kelestarian
ekosistem di daerah pesisir.
Secara fisik, hutan mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari pengaruh
gelombang laut. Secara ekologi, hutan mangrove menyediakan habitat bagi berbagai macam
spesies karena fungsinya sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan
(spawning ground), serta tempat untuk mencari makan (feeding ground) bagi biota perairan
yang terdapat di dalamnya.
Hutan mangrove juga berperan pada ketersediaan produksi makanan dan juga sebagai
tempat berlindung dari predator (Nursal, 2005; Kon, 2009). Faktor- faktor lingkungan juga
berperan penting dalam menentukan keanekaragaman, distribusi, dan peranan secara ekologis
dari fauna-fauna dalam ekosistem hutan mangrove. Kadar garam, lama periode
penggenangan, dan suhu pada permukaan hutan mangrove menjadi faktor pembatas utama
bagi penyebaran fauna yang hidup di dalamnya (Dutrieux, 2001 dalam Susetiono, 2005).
Hutan mangrove di Indonesia merupakan salah satu kawasan terluas di dunia dengan
tingginya keanekaragaman hayati serta strukturnya yang paling bervariasi di dunia. Luas
hutan mangrove di Indonesia diperkirakan sekitar 4,25 juta ha (sekitar 27 % luas hutan
mangrove dunia) (Irwanto, 2006).
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili,
dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora,
Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda,
dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh
berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia :
Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh
Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada
lumpur dalam yang kaya bahan organik.
Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini
juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa
fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.
Struktur Vegetasi dan Daur Hidup Mangrove
Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang tergolong ke dalam 8
famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga: Avicennia, Sonneratia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda,
dan Conocarpus.
Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi,
dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis
palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya
terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove . Paling tidak di
dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang
termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops),
Sonneratiaceae (Sonneratia), Aviceniaceae (Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus).
Jenis mangrove tertentu, seperti Bakau (Rhizophora sp.) dan Tancang (Bruguiera sp.)
memiliki daur hidup yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk
berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian
memanjang dan distribusi beratnya berubah, sehingga menjadi lebih berat pada bagian terluar
dan akhirnya lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke perairan dan
mengapung di permukaan air. Semaian ini kemudian terbawa oleh aliran air ke perairan
pantai yang cukup dangkal, di mana ujung akarnya dapat mencapai dasar perairan, untuk
selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara bertahap tumbuh menjadi pohon.
Penyebab Kerusakan Ekosistem Mangrove
Pada sisis lain, sifat biologis mangrove ynag hidup pada pada kawasan peralihan
antara daratan dan lautan tersebut menyebabkan sangat rentan terhadap gangguan atau
kerusakan. Ganguan dapat bersifat alami maupun human error , Ganguan alami dapat berupa
tsunami, abrasi pantai oleh arus gelombang atau angin topan, gangguan alami biasanya jarang
terjadi, sedangkan akibat manusia dapat berupa reklamasi pantai untuk bisnis, industry,
pemukiman, pembukaan lahan baru tambak, penebangan yang tidak terkontrol.
Ekosistem mangrove merupkana salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai
peranan penting bagi kehidupan biota lainya secara langsung maupun tidak langsung
diwilyah pesisir (Team DKP Jawa Timur 2007).
Kerusakan atau kehilangan ekosistem hutan mangrove selanjutnya dapat
menghilangkan semua mamfaat ekologis, biologis serta ekonomisnya, karena keberadaan dan
keutuhan hutan mangrove sangat mempengaruhi kelestariaan kawasan pantai beserta system
kehidupan biota dikawasan tersebut.
Ciri-Ciri Ekosistem Mangrove
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,
adalah :
1. memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
2. memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan
menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada
pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
3. memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada Rhizophora;
4. memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-
ciri khusus, diantaranya adalah :
tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada
saat pasang pertama;
tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin
MANFAAT DAN FUNGSI MANGROVE
Secara Fisik
Penahan abrasi pantai.
Penahan intrusi (peresapan) air laut.
Penahan angin.
Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di
perairan rawa pantai.
Secara Biologi
Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan
dan udang).
Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan
golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di
atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
Tempat hidup berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung.
Secara Sosial Ekonomi
Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian).
Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun
nipah untuk pembuatan atap rumah.
Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.
Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun
Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus
mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).
Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin
atap dan gula nipah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kegiatan Praktikum Rehabilitasi mangrove ini dilakukan dengan melakukan
penanaman dengan menggunakan Sistem Pembibitan Cabutan.
Lokasi Penanaman
Lokasi penanaman rehabilitasi ekosistem mangrove dilakukan di wilayah hutan mangrove
daerah Kahyapu Pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Dengan koordinat S05°25’38.1’
E102º22’23.1’
Memakai bibit cabutan
Bibit mangrove diambil secara langsung dari lokasi praktikum, diusahakan bibit yang
masih muda, berdaun 3 - 4 pasang, jenis mangrove yang di dapat yaitu jenis Rhizopora sp,
bibit yang diambil langsung dari lokasi hutan mangrove dipindahkan ke polibek kemudian
dibuat plot 10mx 10m di lokasi yang hutan mangrove pada lahan yang kosong tetapi
mendukung untuk di tanami mangrove. Bibit yang sudah di polibek kemudian dipindahkan
pada tempat plot yang sudah disediakan, banyak bibit yang kami tanam pada praktikum
rehabilitasi ekosistem pesisir ini sebanyak 18 buah, perindividu bertanggungjawab untuk 2
buah bibit mangrove. Untuk menambah kerapatan tanaman, bibit mangrove ditanam dengan
jarak tanam 2 m 3 bibit, masing-masing berjarak 1 x 1 m atau ½ x ½ m. Hal ini dilakukan
agar apabila ada bibit yang mati, jarak tanam tetap ideal.
Ini adalah gambar penanaman mangrove dengan menggunakan bibit cabutan :
Ini adalah gambar penanaman mangrove dengan menggunakan bibit cabutan :
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/rehabilitasi-hutan-mangrove.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/rehabilitasi-hutan-mangrove.html