bab i

29
BAB I LAPORAN KASUS I.1 Identitas Nama lengkap : An. AG Jenis Kelamin : Laki-laki TTL : 26-03-2011 Umur : 2 Tahun 4 bulan Alamat : Jl. Ksatriaan RT 004/005 Cilincing, Jakarta Timur Tanggal Masuk R.S : 29 Juli 2013 Nama Ayah : Tn. K Nama Ibu : Ny. W Pekerjaan Ayah : Karyawan No. RMK : xx.xx.xx Kamar : VI (isolasi) I.2 Anamnesis ANAMNESIS (alloanamnesis) 29/ 0 7/ 13 Keluhan utama: Demam sejak 5 hari yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang 5 hari SMRS Ibu pasien mengeluh anaknya demam terus menerus sejak 5 hari yang lalu, demam naik terutama saat malam hari, menggigil (-), kejang (-) , pusing (-), rewel (+) sakit kepala (-), mata merah (+/+) berair, batuk berdahak (+), nyeri tenggorok (-), pilek (+), sekret berwarna putih bening, mimisan (-), gusi Laporan Kasus | Morbilli – Stase Pediatri

Upload: fadly-setiawirawan

Post on 23-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lol

TRANSCRIPT

BAB ILAPORAN KASUSI.1 Identitas Nama lengkap: An. AG Jenis Kelamin: Laki-laki TTL: 26-03-2011 Umur: 2 Tahun 4 bulan Alamat: Jl. Ksatriaan RT 004/005 Cilincing, Jakarta Timur Tanggal Masuk R.S: 29 Juli 2013 Nama Ayah : Tn. K Nama Ibu: Ny. W Pekerjaan Ayah: Karyawan No. RMK: xx.xx.xx Kamar : VI (isolasi)I.2 AnamnesisANAMNESIS (alloanamnesis) 29/07/13

Keluhan utama:Demam sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang5 hari SMRS Ibu pasien mengeluh anaknya demam terus menerus sejak 5 hari yang lalu, demam naik terutama saat malam hari, menggigil (-), kejang (-) , pusing (-), rewel (+) sakit kepala (-), mata merah (+/+) berair, batuk berdahak (+), nyeri tenggorok (-), pilek (+), sekret berwarna putih bening, mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik-bintik merah dikulit (-), sesak (-), mual (-), muntah (+), muntah saat batuk berupa air, nafsu makan , kembung (-), Nyeri perut (-), BAK lancar, BAB cair, 1x/hari, warna kuning, lendir (-), darah (-), Pasien telah diberi obat penurun panas 1x oleh ibunya tapi tidak turun turun.3 hari SMRSDemam (+) timbul ruam-ruam merah awalnya dibelakang telinga, leher, lalu keseluruh badan, ibu pasien merasakan demam anaknya hanya terasa dibagian atas dari tubuh pasien, sementara dibagian kaki terasa dingin.Di IGD RSIJDemam (+) disertai timbulnya ruam-ruam merah diseluruh tubuh hingga ke tangan dan kaki, kecuali kelopak mata, ruam-ruam terasa gatal, mata membengkak dan memerah, batuk berdahak (+), pilek (+), lemas (+), tidak nafsu makan, BAB mencret sudah 4x hari ini, cair, berwarna kuning.

Riwayat Penyakit Dahulu : Belum pernah menderita sakit seperti ini. Campak (-) Dengue hemorragic fever (-) Saat usia 3,5 bulan dirawat di RS karena Diare.Kesan : penyakit baru pertama kali dialami.

Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada Riwayat alergi pada keluarga disangkalKesan : Tidak ada penularan dari keluarga

Riwayat Pengobatan:Sudah berobat ke bidan pada hari pertama demam dan diberi obat penurun panas, namun panas tidak turun dan sampai di hari ke 5 demam tidak turun bahkan demam semakin tinggi, lalu pasien dibawa ke IGD RSIJ Sukapura

Riwayat Psikososial:Ada anak tetangga yang sakit seperti ini. Menurut ibu pasien, sebelum sakit pasien aktif bermain dengan teman sebayanya.Kesan : Kemungkinan penularan penyakit dari temannya saat bermain Riwayat Kehamilan :Ibu pasien rajin periksa kehamilan kebidan hampir setiap bulan, ibu tidak menderita penyakit apapun saat hamil dan rutin minum vitamin penambah darah.

Riwayat Persalinan :Pasien merupakan anak ketiga, lahir pervaginam dibidan BB = 3500 gr, PB = 50 cm, tidak ada KPD, anak tidak terlilit tali pusat, tidak ada perdarahan selama hamil. Anak menangis ketika lahir.Kesan : Kehamilan & persalinan baik

Riwayat Imunisasi :BCG= 1xHep B = 3xPolio = 4x DPT = 3xCampak = -Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkapImunisasi tambahan tidak dilakukan

Riwayat Perkembangan Motorik Kasar : Berlari-lari kecil Motorik Halus : Menggambar Lingkaran Bicara : Dapat menyusun kata sederhana, mama papa, mamam, minum Sosial : Suka bermain-main dengan anak anak lainnya Kesan : tumbuh kembang sesuai usiaRiwayat Makan/minum : ASI diberikan selama 6 bulan, setelah bulan ke 6 sudah makan bubur tim, sekarang sudah makan nasi, sayur bayam, ikan, makan teratur 3x sehari, 1 mangkuk bayi.Kesan : Kuantitas dan kualitas makan baik

Riwayat alergi :Alergi obat, alergi makanan dan alergi udara disangkal.kesan : Tidak ada alergi apapun.

I.3 Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : Tampak sakit sedangTingkat Kesadaran : Compos mentis Tanda VitalSuhu = 38,6 oc, per axilla Nadi = 120 x/ menit, isi cukup, reguler, kuat angkat Respiratory Rate = 28x/ menit, abdominal

Antropometri Berat Badan : 12 kg ( P 25 : CDC NCHS)Tinggi Badan : 85 cm (p 25 : CDC NCHS)Lingkar Kepala : tidak dilakukan anak tidak kooperatif

Status GiziBB x 100% = 12 x 100% = 97 % (gizi baik)U 12,3TB x 100% = 85 x 100% = 97% (tinggi normal) U 87 Pengukuran yang digunakan : BB x 100% = 12 x 100% = 99% (normal)TB12,1 Kesan : gizi anak baik Status Generalis Kulit : Sawo matang, rash eritema (+) diseluruh tubuh, kecuali di kelopak mata Kepala:Bentuk Normocephal, warna rambut hitam, distribusi rambut merata dan lurus, tidak mudah rontok Mata : mata cekung (-/-), konjungtiva hiperemis dan berair , edema palpebra (+/+), reflek pupil (+/+) ,isokhor, sklera Ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-)Telinga:Normotia, membran timfani intak, sekret (-/-) Hidung:Deviasi septum (-), sekret (+/+), darah (-/-) Mulut : Bibir merah tidak kering, lidah kering (-), koplik spot (+) dimukosa buccal, faring hiperemis (+), tonsil T1/T1. Leher : Pembesaran KGB retroaurikuler (+), pembesaran kelenjar tiroid (-), rash eritema di bagian belakang leher (+) ThoraxParu Inspeksi: dada simetris (+) , retraksi dinding dada (-) , bagian dada yang tertinggal saat inspirasi (-), rash eritema(+) Palpasi : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing ( -/- )Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Tidak dilakukan Auskultasi : BJ I & II normal (+), regular ( + ), murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : kontur abdomen supel, datar, rash makuloeritema (+) Auskultasi : bising usus ( + ) normal (+)Palpasi : abdomen supel, turgor normal, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)Perkusi : timpani di 4 kuadran abdomenEkstremitas Atas Akral : hangat/hangat CRT: 2 s/ 2 s Edema: -/-Rash: +/+ Ekstremitas Bawah Akral : hangat/hangat CRT: 2 s/ 2 s Edema: -/-Rash: +/+Inguinal: Pembesaran kelenjar inguinal (-)Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan.Kulit: Nampak ruam ruam makulo eritema didaerah belakang telinga, wajah, leher, dada, perut dan diekstremitas atas dan bawah, tidak nampak ptekie dan effloresensi kulit lainnya.I.4 Pemeriksaan PenunjangHasil Laboratorium tanggal 29/07/2013Darah rutin: HT = 33,2 % (42,0 50) Hb= 10,4 g/dl (13,8-17) Leukosit = 8000 sel/ mm3 (4,2 5,0) Trombosit= 280.000/mm3 (185 402) I.5 ResumeAnamnesis : Pasien Demam sejak 5 hari yang lalu. Demam terus menerus, rewel (+), mata merah (+/+), berair, batuk berdahak (+), pilek (+), sekret berwarna putih bening, nafsu makan . Pada hari ke 3, demam (+), timbul rash makulo eritema di leher dan badan, di rumah sakit timbul bercak merah di bagian punggung, kedua tangan dan kedua kaki, gatal (+), lemas (+), tidak nafsu makan, BAB mencret, kosnsistensi cair (+), 4x hari ini, warna kuning.Pemeriksaan Fisik ditemukan :KU: Tampak sakit sedangSuhu = 38,6 oC, axilla demam Kulit : rash makula eritema diseluruh tubuh, kecuali di kelopak mata Mata : konjungtiva hiperemis dan berair , edema palpebra (+/+) Hidung : sekret (+/+) Mulut :koplik spot (+) dimukosa buccal, faring hiperemis (+)Leher : rash makula eritema di bagian belakang leher (+)Thorax : rash makula eritema (+)Abdomen : rash makula eritema (+)Ekstremitas atas: rash makula eritema (+)Ektremitas bawah : rash makula eritema (+)

Pemeriksaan Penunjang :Darah rutin 29 Juli 2013HT = 33,2 % (42,0 50)Hb= 10,4 g/dl (13,8-17) Leukosit = 8000 sel/ mm3 (4,2 5,0) Kesimpulan : terjadi peningkatan leukosit menandankan adanya infeksi bakteriI.6 Daftar masalah: Febris suspek morbili, rubella, Eksantema subitum Diare akut tanpa dehidrasi ISPAI.7 Diagnosa KerjaDiagnosis Utama : Morbili Diagnosis Banding : Rubella Eksantema Subitum

I.8 Rencana Pemeriksaan Penunjang : Lab darah rutin : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit Pemeriksaan urine & feses Pemeriksaan Darah Tepi Leukopenia Uji HI (Hemaglutinasi-Inhibisi) Peningkatan kadar/titer antibodi 4x Pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi Pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifikI.9 Rencana Penatalakasanaan : Morbilli:1. Rawat inap Ruang isolasi 2. Kebutuhan cairan: KaEn 3B : 1100ml / hari Perkiraaan kebutuhan cairan:Berat badan 1-10 kg : 100 ml/kg BB/ hari x 10 = 1000Berat badan 11-20 kg : 50 ml/kgBB/hari x 2 = 100Kebutuhan cairan = 1100 ml/hariTotal cairan dengan demam = 1100 ml x 12,5% = 1237 ml/hari= 18 tetes/menit 3. Kebutuhan Kalori =BB ideal ( kg) x RDA = 12,3x 100= 1230 kkal4. Vitamin A 200.000 IU ( kapsul merah ) 5. Demam : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali = 120-180 mg/kali = 3 dd 1 cth

Batuk pilek : Ambroxol 1.2-1,6 mg/hari = 14-19 mg/hari = 3 dd cth Diare Diare : Zinc pro : 1x 20 mg selama 10 hari NEW Oralit 100-200 cc/x Diare Anjuran makan sedikit tapi sering

KIE: Vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan pada usia 10-12 tahun/12-18 tahun. Kegagalan vaksinasi.I.10 Prognosis Qua ad Vitam : dubia at bonam Qua ad Fungsionam : dubia at bonam

BAB IIPEMBAHASAN2.1 DefinisiCampak adalah suatu penyakit infeksi virus aktif menular, ditandai oleh tiga stadium, yaitu 1) stadium inkubasi atau kataral sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda atau gejala-gejala, 2) stadium prodromal dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat, dan 3) stadium akhir atau konvalesen dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah menculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.

2.2 EpidemiologiBiasanya penyakit ini timbul pada masa anak-anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat lahir rendah atau lahir mati yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.Sejak tahun 1970 penyakit campak di Indonesia telah mendapat perhatian khusus yaitu sejak terjadi wabah campak yang cukup serius di pulau Lombok, dengan angka kematian 330 diantara 12.107 kasus dan di pulau Bangka terdapat kematian di antara 407 kasus. Kejadian luar biasa campak masih sering terjadi, misalnya di kecamatan Cikeusal, kabupaten Serang pada tahun 1981, dengan CFR 15%. Sedangkan KLB campak tahun 1998 di Palembang, Madura, Lampung dan Bengkulu terbanyak mengenai umur 5-9 tahun yaitu beturut-turut 59%, 63%, 16,7% dan 25%. Proporsiyang tidak di imunisasi antara 77,1-100%, CFR 1-4% dengan rata-rata 18-54 kasus. Penyulit penyakit campak yang sering ditemui adalah bronkopneumoni (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).

2.3 EtiologiPenyebabnya adalah virus family Paramyxovirus yaitu genus Morbilivirus. Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin dan dapat diinaktifkan pada suhu 300C sampai -210C, sinar ultraviolet, eter, tripsin dan betapropiolakton. Sedangkan formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen, penyakit ini disebarkan secara droplet melalui udara.Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalamsirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.Penyebaran virus maksimala adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7 sesudah pemajanan sampai harike 5 sesudah ruam muncul.

2.4 PatogenesisPenularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang terinfeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik local, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear mencapai kelenjar getah bening local. Di tempat ini, virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikuler seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Whartin, sedangkan limfosit-T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah.Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetpi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.Pada hari ke 9-10, focus infeksi yang berada di epitel saluran napas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifesrasi klinis dari system saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakan diagnostik.Akhirnya muncul ruam mukulopapular pada hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami deficit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluresens dan histologik menunjukan bahwa antigen campak dan gambaran histologik di kulit diduga suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pula pada kasus campak, selain itu campakdapat menyebabkan gizi kurang.

2.5 Gambaran KlinisPenyakit ini adalah suatu self limiting disease dengan ditandai oleh 3 stadium, yaitu: Stadium inkubasi, 10-12 hari tanpa gejala Stadium prodromal, dengan gejala-gejala panas sampai sedang, coryza, batuk, konjungtivitis, fotofobia, anoreksia, malaise dan kopliks spot pada mukosa bukalis. Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapular pada seluruh tubuh dan panas tinggi.Setelah masa inkubasi, mulai timbul gejala-gejala panas dan malaise. Dalam 24 jam timbul coryza, konjungtivitis dan batuk. Gejala-gejala ini bertambah hebat secara bertahap dan mencapai puncaknya pada saat timbulnya erupsi pada hari ke-4. Kira-kira pada 2 hari sebelum timbulnya rash, terlihat kopliks sot di mukosa bukalis pada sisi yang berlawanan dengan gigi molar. Panas dan kopliks spot menghilang pada hari ketiga rash. Coryza dan konjungtivitis menghilang pada hati ke-3 rash. Lamanya eksantema menghilang jarang melebihi 5-6 hari.

PanasPanas dapat meningkat hingga hari ke-5 sampai hari ke-6 yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 390C-40,60C pada saat erupsi rash mencapai puncaknya.Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperature turun secara lisis diantara hari 2-3 sehingga timbulnya exantema.Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi.

CoryzaTidak dapat dibedakan dengan common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan secret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya panas.

KonjungtivitisPada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan tranverse marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun.

BatukBatuk dapat disebabkan oleh reaksi inflamsi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.

Kopliks spotMerupakan gambaran bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari pertama timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya kopliks spot dan menghilang pada hari ke-3 timbulnya rash.

RashTimbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapular, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ke-3, pada saat rash sudah sampai ke kaki, maka rash yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang. Selanjutnya rash akan mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.

2.6 Diagnosis Anamnesis : Adanya demam tinggi terus menerus 38,5C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya ( fotofobia ), seringkali diikuti diare Pada hari keempat dan kelima demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang lebih meningkat dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik ( hiperpigmentasi ) dapat merupakan tanda penyembuhan,Pemeriksaan fisik :Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium : Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi didepan molar tiga disebut bercak koplik. Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut dibelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas. Stadium penyembuhan ( konvalesens ) : setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.Darah tepi : Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada infeksi bakteri.

Pemeriksaan untuk komplikasi : Ensefalopati : dilakukan pemeriksaan cairan cerabrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisa gas darah. Enteritis : feses lengkap Bronkopneumonia : dilakukan foto dada dan analisa gas darah.

2.7 Diagnosis bandinga. Eksentema Subitum : pada penyakit ini, ruam baru muncul setelah demam menghilang.b. Rubella : pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, dan belakang telinga.Yang lainnya: infeksi karena echovirus, virus Koksaki, Adnovirus, Mononukleosis nukleosa, Toksoplasmosis, Meningokoksemia, Skarlet fever dan ruam karena obat.2.8 PenatalaksanaanMedikamentosaTerapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:a. Pemberian cairan yang cukup untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam.b. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi c. Suplemen nutrisid. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekundere. Anti konvulsi apabila terjadi kejangf. Anti piretik bila demamg. Pemberian Vitamin A. 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun.Pemberian vitamin A berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel epitel pernapasan yang rusak, menurunkan morbiditas campak dan meningkatkan titer IgG (meningkatkan daya tahan tubuh), dan untuk keluhan oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A (sampai minggu ke 4).h. Pengobatan komplikasi Bronkopneumonia diberikan antibiotic Ampisilin 100 mg per kg BB per hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan Kloramfenikol 75 mg per kg BB per hari intravena dalam 4 dosis dan Oksigen 2 liter/menit sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan seteah anak sehat kembali ( 3-4 minggu kemudian) karena uji tuberculin biasanya negative atau alergi pada saat anak menderita campak. Terjadi alergi karena adanya gangguan delayed hipersensitifity disebabkan oleh sel Limfosit T yang terganggu fungsinya. Enteritis, pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi. Otitis media, diberikan klotrimoksasol sulfametoksasol Ensefalopati perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi edem otak disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah. Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari. Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tapering off). Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit.

2.9 Indikasi rawatPasien dirawat (di ruang isolasi) bila : Hiperpireksia (suhu > 39 0C) Dehidrasi Kejang Asupan oral sulit Adanya komplikasi2.10 Pemantauan dan konsultasi Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi tuberkulosis ( TB ) laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/ buruk, konsultasi pada divisi nutrisi dan metabolik.

2.11 Faktor resiko terjadinya komplikasia. Morbili dapat menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.b. Diare dapat diikuti dehidrasic. Laringotrakeobronkitis (croup)d. Ensefalitis Ensefalitis timbul pada fase erupsi, dengan angka kematian yang rendah dan sisa defisit neurologis sedikite. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) : suatu proses degenerative SSP dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti dengan kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi dan merupakan salah satu komplikasi campak awitan lambat. Menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal.f. BronkopneumoniaBronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Ditandai dengan batuk, menigkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pda saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus . gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis.g. Otitis media

2.12 PencegahanPada tahun 1963, telah dibuat 2 jenis vaksin campak, yaitu:1. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B)2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)

Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.

Imunisasi aktifVaksin yang diberikan adalah live attenuated measles vaccine. Mula-mula diberikan strain Edmonston B, tetapi strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma-globulin di lengan lain.Sekarang digunakan strain Schwarz dan moranten dan tidak diberikan bersama dengan gamma globulin.Vaksin ini diberikan secara sub kutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia, diberikan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu strain Schwarz. Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan Neomisin B Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.Diberikan secara subkutan sebanyak 0,5cc pada umur 9 bulan. Pada anak di bawah 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir.Pemberian imunisasi ini menyebabkan anegi pada tuberculin selama 2 bulan selama vaksinasi.Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau transfuse darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.Vaksinasi ini tidak boleh dilakukan bila menderita infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 380C, riwayat kejang demam, defisiensi imunologik, sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresan.Efek samping yang dapat terjadi yaitu hiperpireksia (5-15%), gejala ISPA (10-20%), morbiliform rash (3-15%), kejang demam (0,2%), ensefalitis (1 diantara 1,6 juta anak),demam (13,95%).

Imunisasi PasifTidak banyak dianjurkan karena resiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberculosis

2.13 PrognosisMorbili merupakan self limiting disease dan berlangsung antara 7-10 hari, sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik.Morbiditas morbili dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti diagnosis dini, pengobatan adekuat terhadap komplikasi yang timbul, kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita, penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.

BAB IIIANALISAIII. 1 Dasar DiagnosaBila dihubungkan antara kasus dengan kriteria diagnosis pada laporan Kasus maka kasus ini telah dapat didiagnosis sebagai morbili oleh karena pasien mengalami demam terus menerus terutama pada saat malam hari, batuk kering, pilek, mata merah, lalu 3 hari sebelum masuk rumah sakit timbul bercak kemerahan di leher, dan muka, ketika di rumah sakit bercak kemerahan timbul di seluruh badan, lengan dan kaki, ibu pasien juga mengeluhkan, anak lemas, BAB mencret cair berwarna kekuningan 4x sehari. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan suhu axilla, 38,6 C adanya rash di leher, muka, badan, punggung, tangan dan kaki, bercak koplik di mukosa bukal, faring hiperemis, secret dihidung, Pemeriksaan penunjang menunjukan adanya anemia. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukan diagnosis morbili.

III. 2 Alasan rencana penatalaksanaan1. Rawat inap Ruang isolasi 2. kebutuhan cairan: KaEn 3B : 1237/hari3. Vitamin A 200.000 IU per hari 6. Antivirus : Isoprinosin 50 mg/kgBB/hari= 50x 12 = 600 mg/ hari 7. Batuk pilek : Ambroxol 1.2-1,6 mg/hari 14-19 mg/hari8. Demam : Paracetamol 10-15 mg/kgBB : 120-180 mg/hari 9. Mengobati diareDiare : Zinc pro : 1x 20 mg NEW Oralit 100-20 cc/tiap kali DiareAnjuran makan sedikit tapi sering

III. 3 Komplikasi dan PrognosaJika penatalaksanaan diberikan secara cepat maka komplikasipun dapat teratasi dan prognosa ad vitam dan ad fungsional akan baik.Laporan Kasus8 | Morbilli Stase Pediatri