bab i

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan keanekargaman hayati yang berlimpah, terutama tumbuhan berkhasiat obat. Ramuan obat tradisional berasal dari tumbuhan sudah dikenal sejak lama hingga kini masih digunakan oleh masyarakat. Dari catatan sejarah diketahui bahwa pengobatan fitoterapi atau terapi menggunakan tumbuhan sudah dikenal sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional (Dalimuthe, 2009). Penggunaan obat-obat anti bakteri kimia dapat menimbulkan resistensi bila digunakan dalam jangka waktu lama sehingga mendorong masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif yang bila digunakan dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan efek samping. Ramuan obat tradisional ini telah mengalami perkembangan yang begitu pesat serta diproses secara ilmiah dan moderen. 1

Upload: mandela

Post on 22-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

BAB I

PAGE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan keanekargaman hayati yang berlimpah, terutama tumbuhan berkhasiat obat. Ramuan obat tradisional berasal dari tumbuhan sudah dikenal sejak lama hingga kini masih digunakan oleh masyarakat. Dari catatan sejarah diketahui bahwa pengobatan fitoterapi atau terapi menggunakan tumbuhan sudah dikenal sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional (Dalimuthe, 2009).

Penggunaan obat-obat anti bakteri kimia dapat menimbulkan resistensi bila digunakan dalam jangka waktu lama sehingga mendorong masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif yang bila digunakan dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan efek samping. Ramuan obat tradisional ini telah mengalami perkembangan yang begitu pesat serta diproses secara ilmiah dan moderen. Ini dikarenakan tumbuhan merupakan sumber nabati terbukti memiliki khasiat yang mujarab, tidak mempunyai efek samping dari zat-zat aktif yang membahayakan tubuh. Jadi hanya tumbuhan saja yang dapat bekerja sebagai Side Effect Eliminating Subtances atau dikenal SEES. (Yudiastuti, 2007).

Salah satu bahan alamiah yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah herba Sambiloto. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) memiliki daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Zat aktif Andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (LIPI,2009). Senyawa andrografolida yang diperoleh dari 1 kg serbuk kering herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan metode Matsuda yang menghasilkan kristal andrografolida bentuk persegi empat, tidak berwarna dan berasa pahit sebanyak 12 gram (Sukardiman dkk; 2005). Salah satu yang dapat disembuhkan herba Sambiloto adalah demam tifoid. Demam tifoid (tipes) merupakan masalah besar di Indonesia dan bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Berkisar antara 354-810/100.000 penduduk per tahun dengan angka kematian antara 2 hingga 3,5%. (Sudarmono,dkk 2000; WHO, 2001). Dalam penanggulangannya obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah Kloramfenikol, Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam tifoid. Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena, sampai 7 hari bebas demam. Namun resiko penggunaan Kloramfenikol sangatlah besar, diantaranya penekanan sumsum tulang, Leukemia, Gray Bayi Sindrom, dan anemia aplastik.

Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian diantaranya mengenai khasiat perasan daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) pada pertumbuhan Shigella Dysenteriae secara in vitro (Taufiq Budiman, 2009), uji ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Ness ) terhadap E.Coli secara invitro (Bachtiar arif wicaksono ,2010), dan uji ekstrak Sambiloto terhadap Staphyllococus aerus metode sonikasi (Rita arbianti,dkk,2005). Dari penelitian diatas diketahui ekstrak sambiloto mengadung antibakteri terutama golongan bakteri gram negatif terutama golongan Enterobacteria, dimana dari beberapa penelitian zat yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah andrografolid.. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik ingin membuktikan secara ilmiah penggunaan sambiloto yang digunakan oleh masyarakat dalam mengobati demam tifoid, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengujikan aktivitas antibakteri ekstrak herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap bakteri Salmonella thypi dengan berbagai konsentrasi.

B. Perumusan Masalah

Herba sambiloto ( Andrographis paniculata Ness) sudah dikenal oleh masyarakat sebagai obat tradisional yang bermanfaat dalam mengobati berbagai penyakit, salah satunya obat yang digunakan masyarakat secara turun temurun adalah mengobati demam tifoid. Salah satu penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella thypi. Banyak penelitian manfaat sambiloto sebagai antibakteri terutama bakteri gram negative , dimana dari penelitian terdahulu senyawa aktif Sambiloto adalah andrografolid. Namun sejauh ini belum diketemukannya penelitian ilmiah tentang efek anti demam tifoid dari herba Sambiloto, sehingga peneliti ingin membuktikan secara ilmiah yang manfaat pengobatan demam tifoid yang terdapat pada sambiloto dan selain itu peneliti juga ingin menemukan alternative obat demam tifoid yang rendah resiko, maka timbul suatu permasalahan Apakah ekstrak herba Sambiloto ( Andrographis paniculata Ness) dapat menghambat aktivitas bakteri Salmonella thypi penyebab demam tifoid ?.C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada aktivitas antibakteri herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan pelarut N-heksan terhadap bakteri Salmonella thypi pada bebagai konsentrasi.2. Tujuan Khususa. Bertujuan untuk mengukur berapa konsentrasi herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) memiliki efek antibakteri.

b. Bertujuan untuk membandingkan daya hambat ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan kloramfenikol sebagai kontrol positif.c. Bertujuan untuk mengukur kekuatan daya hambat ekstrak herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dalam berbagai konsentrasi.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai khasiat dari herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) sebagai obat demam tifoid. Sehingga bisa lebih dimanfaatkan dalam pengobatan secara tradisional, dan dapat memberikan informasi pada ilmu pengetahuan khususnya pengembangan obat-obat tradisional. Serta dapat dilakukan penelitian lebih lanjut. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanaman Obat dan Obat Tradisional

1. Definisi Tumbuhan Obat

Menurut Zuhud (1994) tanaman obatberkhasiat obat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:a. Tanaman obat tradisional

Merupakan spesies tanaman yang dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Contohnya tanaman Saliara yang digunakan untuk mengobati penyakit bisul, luka, dan keputihan.b. Tanaman obat modern

Merupakan spesies tanaman yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan pengunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara medis. Contohnya tanaman kunyit yang telah diproduksi dalam bentuk kapsul, digunakan untuk mengobati diare dan bisul.c. Tanaman obat pontensial

Tanaman yang mengandung senyawa yang diduga memiliki bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan penggunaannya sebagai bahan obat.

Menurut Departement Kesehatan RI, definisi tanaman obat Indonesia sebagaimana tercantum dalam SK Menkas No.19/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut :

a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu.

b. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku(prekusor).

c. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagi obat

2. Pengertian Obat TradisionalMenurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tanaman, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

B. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

1. Klasifikasi Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)Taksonomi tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) diklasifikasikan sebagai berikut :Divisi: Spermathophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dycotyledonae

Subkelas

: Gamopetalae

Ordo

: Personales

Famili

: Acanthaceae

Subfamili : Acanthoidae

Genus

: Andrographis

Gambar 1.Tumbuhan sambiloto (Andrographis paniculata Ness)Sumber : wikipedia2. Sinonim dan Nama DaerahSinonim dan nama daerah Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) adalah sebagai berikut:Sinonim

: Andrographis paniculata, Ness.; Justicia stricta, Lamk.; J.paniculata.Nama daerah : Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda). bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa).pepaitan (Sumatra).

3. Deskripsi Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

Terna Semusim, tinggi 50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwardrangulars) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar sari ujung batangatau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda.

4. Habitat dan Penyebaran

Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl Terna semusim, tinggi 50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

5. Kegunaan dan Manfaat

Secara tradisional tanaman Sambiloto ( Andrographis paniculata Ness) biasanya dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit, yakni :a. Tifoid.Daun sambiloto segar sebnayak 10 - 15 lembar direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari.

b. Disentri basiler, Diare, Radang saluran napas, Radang paru.Herba kering sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, Setelah dingin disaring. Air rebusannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.

c. Disentri.Herba krokot segar sebanyak 500 g diuapkan selama 3 - 4 menit, lalu tumbuk dan diperas. Air perasan yang terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 g sambil diaduk. Campuran tersebut lalu diminum sehari 3 kali masing-masing 1/3 bagian. d. Influenza, Sakit Kepala, Demam. Bubuk kering sambiloto sebanyak 1 g diseduh dengan 3/4 cangkir air panas. Setelah dingin diminum sekaligus. Lakukan 3 - 4 kali sehari. e. Demam.Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang tergiling halus juga bisa digunakan sebagai tapal badan yang panas.

f. TB Paru. Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Pil ini lalu diminum dengan air matang. Sehari 2 - 3 kali, Setiap kali minum 15 - 30 pil.

g. Batuk Rejan, Darah Tinggi.Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. LAkukan sehari 3 kali.

h. Radang Paru, Radang Mulut, Tonsilitis.Bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 - 4,5 g diseduh dengan air panas. Setelah dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus.

i. Faringitis.Herba sambiloto segar sebanyak 9 g dicuci lalu dibilas dengan air matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan airnya ditelan. j. Hidung Berlerndir. Herba sambiloto segar sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum 2 kali sehari 1/2 gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling halus dan diperas. Airnya digunakan untuk tetes telinga.

6. Kandungan Kimia

Daun dan percabangannya banyak mengandung lakton, yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Kandungan kimia sambiloto yang lain yaitu flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral, (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan dammar. Flavonoid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin, paniculin, mono-ometilwithin, dan apigenin-7,4-dimetileter (Dalimartha, 1999). Sifat Andrografolid, Senyawa andrografolid termasuk senyawa diterpenoid lakton. Kelarutan andrografolid di dalam air sangat kecil yaitu 0,004% dan memiliki tegangan permukaan yang sangat tinggi sehingga sulit untuk terbasahi (Radjaram, 2003).C. Demam Tifoid

1. Definisi Demam Tifoid

Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadi penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang tinggi.Demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (S.thypi), sementara paratifoid, penyakit yang lebih ringan dari demam tifoid disebabkan oleh Salmonella enterica serotype paratyphi (S.parathypi), bakteri Salmonella thypi hanya menginfeksi manusia. Orang yang biasanya menderita penyakit ini setelah memakan atau meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi. Demam tifoid ditandai antara lain dengan demam tinggi terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, bradikardi relatif, kadang gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung, splenomegali dan lekopeni.

2. Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh jenis Salmonella tertentu yaitu Salmonella. typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella Paratyphi B dan kadang-kadang jenis Salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh Salmonella typhi cendrung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain. (Ashkenazi et al, 2002)

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika dan bahan tinja. (Ashkenazi et al, 2002)

Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adlaah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H adalah protein labil panas. (Ashkenazi et al, 2002)3. Patogenesis

Untuk menimbulkan penyakit, dibutuhkan jumlah tertentu Salmonella thypi yang masuk kedalam saluran cerna. Sebelum sampai keusus bakteri ini harus melewati asam lambung. Segala hal yang menyebabkan penurunan asam lambung (proses penuaan, obat-obatan seperti antasida,anti H-2 reseptor,dan proton inhibitor), mempermudah bakteri ini masuk sampai keusus halus, akibatnya walau dalam jumlah sedikit, yang bersangkutan akan jatuh sakit. Setelah sampai diusus halus, bakteri ini akan menempel di kelenjar betah bening di dinding usus bagian dalam (plak peyer), lalu bakteri menembus usus bagian dalam dan menyebar dalam kelenhar getah bening usus lainnya sampai ke hati dan limpa.

Waktu yang dibutuhkan kuman sampai timbul gejala (masa inkubasi) sekitar 7-14 hari. Setelah itu bakteri salmonella thypi akan masuk kedalam darah (bakteriemia) dan dapat menyebar keberbagai organ dalam tubuh. Tempat besarangnya bakteri salmonella thypi selain di hati dan limpa adalah sumsum tulang,kandung empedu, dan ada juga yang menetap di plak Peyer4. Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Demam Tifoid

Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (terutama kaki-kaki lalat). Lalu lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa menjebol usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, danke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).

Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman Salmonella typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. Salmonella thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan. Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.5. Pencegahan Epidemiologi

Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini. Penyebaran Geografis dan Musim Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Usia Persentase 12 29 tahun 70 80 % 30 39 tahun 10 20 % > 40 tahun 5 10 %D. Ekstrak

1. Definisi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat ktif dari simplisia nabati maupun hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Kegiatan penarikan atau penyaringan tersebut dapat digunakan dengan pelarut cair atau penyari atau cairan penyari (Farmakope Indonesia edisi IV.1995 ).

Pelarut yang digunakan untuk mengekstrak berupa air,eter, atau campuran etanol dan air. Ekstraksi simplisia dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih ( Farmakope Indonesia edisi III.1979).2. Pembagian Ekstrak

Menurut Volght (1995), pembagian ekstrak berdasarkan sifatnya yaitu :

a. Ekstrak encer ( Extractum Tenue)

Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat di tuang, akan tetapi saat ini sudah tidak dipakai lagi.b. Ekstrak kental ( Extractum Spissum)

Ekstrak kental merupakan sediaan liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang serta kandungan airnya berjumlah sampai 30 %

c. Ekstrak kering (Extractum Siccum)

Sediaan ini mengandung konsistensi kering dan mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya terbentuk suatu produk yang sebaiknya memiliki kandungan uap tidak lebih dari 5%

d. Ekstrak Cair ( Extractum Fluidum)

Ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian ( kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair.3. Jenis-jenis Ekstraksi

Menurut Volght ( 1995), proses dapat dilakukan dengan cara :

a. Maserasi

Maserasi adalah cara ektraksi yang paling sederhan. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya redaman tersebut disimpan dari tempat terlindung dari cahaya langsung selam lima hari sambil sering dikocok. Kemudian disaring, diperas, dan ampasnya dicuci dengan cairan penyari. Hasil ekstraksi disimpan ditempat sejuk selama beberapa hari, lalu cairannya dituang dan disaring.

b. Perkolasi

Perkolasi yang berarti penetesan yang dilakuan dalam wadah silindris atau kerucut (perkolasi). Perkolasi dapat dilakukan dengan cara mengaliran cairan penyari secara kontinu dari atas, yang akan meengalir dan turun secara lambat melintasi serbuk simplisia yang umumnya berbentuk serbuk kasar. Kemudian tunggu sampai larutan ekstrak mulai menetes, lalu jalan keluar ditutup dan baru dibuka kembali jika cairan penyari berada 1-2 cm diatas simplisia.c. Sokletasi

Bahan yang diekstraksi berada dalam kantung ekstraksi di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu yag diletakkan diantara labu suling dan suatu pendingin aliran balik (kondensor) dan dihubungkan melalui pipet (sippon). Labu yang berisi bahan pelarut akan terkondensasi dan menetes keatas bahanyang terekstraksi dan menarik keluar bahan-bahan yang diekstraksi. Kemudian hasil ekstraksi akan ditampung ke dalam labu.d. Degesti

Degesti merupakan cara maserasi pada maserasi pada 30-500C. Dengan cara ini perolehan zat aktif lebih banyak, meskipun pada saat pendinginan pada suhu kamar bahan ekstraktif dalam skala besar kana mengendap.

e. Infus

Simplisia yang telah dihaluskan diuji dengan sejumlah kecil air dan setelah didiamkan beberapa saat disiram dengan air mendidih. Campuran tersebut dibiarka dalam penangas air dan diaduk berulang-ulang selama 5 menit pada suhu anatara 960C sampai 980C. Setelah itu didinginkan pada suhu kira-kira 300C kemudian disaring.f. Dekokta

Dekokta atau rebusan merupakan proses ekstraksi simplisia atau tanaman segar dengan menggunakan pelarut air dengan jalan pemanasan pada suhu diatas 900C sambil diaduk-aduk dalam pemanas air selam 30 menit.E. Bakteri

1. Definisi Bakteri

Mikrobiologi berasal dari kata yunani, micros yang berarti kecil atau renik, bio adalah hidup atau kehidupan, dan logos yang berarti ilmu atau pikiran. Jadi,mikrobiologi berarti ilmu pengetahuan tentang mahluk hidup yang kecil atau jasad renik dimana mencangkup study bakteri (bakteriologi), virus (virology), protozoa (protozologi), dan beberapa ganggang.

Istilah bakteri berasal dari kata bakterion (Bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Bakeri pada umumnya berbeentuk sel tunggal atau uniseluler, tidak mempunyai klorofil, berkembang biak dengan pembelahan sel atau biner. Tempat hidupnya tersebar dimana-mana mulai diudara, didalam tanah, air, bahan makanan, tumbuhan, ataupun pada tubuh manusia dan hewan (Suriawiria, 2005).

2. Klasifikasi Bakteri

Morfologi bakteri dapat dibagi dalam lima bentuk utama yaitu :

A. Kokus

Kokus merupakan bakteri berbentuk bulat dapat tersusun sebagai berikut :

a. Mikrokokus, tersendiri ( single).

b. Diplokokus, berpasangan dua-dua.

c. Pneumokokus adalah diplokokus yang berbentuk janset.

d. Gonokokus adalah diplokokus yang berbentuk biji kopi.

e. Tetrade tersusun rapi dalam kelompok empat sel.

f. Narsina, keklompok delapan sel yang tersusun rapi berbentuk kubus.

g. Strepkokus, tersusun rapi seperti rantai.

h. Staphylococcus, bergelombolan tak sempurna seperti buah anggur.

B. Basilus

Basilus merupakan kuman berbentuk batang dengan panjang yang bervariasi dari 2-10 kali diameter tersebut :

a. Kokobasilus, batang yang sangat pendek menyerupai kokus.

b. Fusi formis, dengan kedua ujung batang meruncing.

c. Streptobasilus sel-se; bergandengan membentuk suatu filament.

C. Spiral

Merupakan kuman berbentuk spiral atau panjang berbengkok-bengkok yang dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Vibro, berbentuk batang bengkok.

b. Spirilium, berbentuk spiral kasar dan kaku,tidak fleksibel, dan dapat bergerak dengan flagel.

c. Spirohacta, berbentuk spiral halus, elastis, dan fleksibel.

D. Vibro ( koma)

Bentuk yaitu bakteri yang berbentuk batang bengkok atau seperti koma.E. Spirocheta

Bentuk yaitu bakteri berbentuk seperti batang berbelit-belit panjang (Adam,1992).

3. Struktur Bakteri

Strukrur bakteri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Dinding sel

Dinding sel merupakan suatu struktur yang memelihara bentuk bakteri dan tempat lewat zat kimia dari dua arah.

b. Protoplasma

Protoplasma merupakan bagian dari organisme yang terletak didalm sel, terutama disusun oleh asam nukleat ( Adam, 1992)4. Susunan Kimia

Susunan kimia bakteri terdiri dari ( Adam, 1992) :

1. 85% zat hidrat arang, protein, lemak

2. Garam-garam : Na, KI, Ca, Mg, Fe, Za, P.

3. Enzim.

4. Vitamin

5. Alat Gerak Bakteri

Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu cambuk/flagel . Berdasarkan ada tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut, kita mengenal 5 macam bakteri.

a. Atrich adalah bakteri tidak berflagel. contoh: Escherichia colib. Monotrich mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh: Vibrio cholera

c. Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu ujungnya. contoh: Rhodospirillum rubrumd. Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua ujungnya. contoh: Pseudomonas aeruginosa

e. Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya. contoh: Salmonella typhosa6. Pertumbuhan BakteriPertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 35 0C.

b. Kelmbaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri

c. Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan bakteri.

d. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat bahkan mematikan bakteri.

F. Salmonella thypi

1. Klasifikasi Bakteri Salmonella thypi

Bakteri Salmonella thypi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Divisio

: Protopyta

Kelas

: Gamma ProteobakteriaOrdo

: EnterobakterialesFamily

: EnterobakteriakceaeGenus

: SalmonellaSpesies : Salmonella thypi ( wikipedia,)

Gambar 2.Salmonella thypiSumber : wikipedia

2. Karakteristik Bakteri Salmonella thypiSalmonella (S.) adalah nama jenis untuk sejumlah besar tipe-tipe bakteri (lebih dari 2,500). Setiap tipe dapat diidentifikasikan dengan jelas oleh mantel proteinnya yang spesifik. Selain itu tipe-tipe berhubungan sangat dekat. Bakteri Salmonella adalah berbentuk batang, flagellated, Gram stain-negative, dan diketahui menyebabkan penyakit pada manusia-manusia, hewan-hewan, dan burung-burung (terutama unggas) diseluruh dunia.Bakteri pertama kali diisolasikan oleh Theobald Smith pada tahun 1885 dari babi-babi. Nama jenis Salmonella diturunkan dari nama terakhir dari D.E. Salmon, yang adalah direktur dari Smith.G. Uji aktivitas Antibakteri1. Definisi.

Antimikroba adalah Obat yang digunakan. Untuk membasmi mikroba terutama yang merugikan manusia seperti bakteri. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relative tidak toksik untuk penderita.

Aktivitas antibakteri ditentukan oleh sprektrum kerjanya, yaitu spektrum kerja luas dan spectrum kerja sempit. Cara kerjanya ada yang bersifat bakterisid atau bakteriostatik. Aktivitas antibakteri dapat ditentukan dengan cara konsentrasi minimum inhibisi ( KMI ) pada percobaan invitro dengan metode lempeng agar. Hal ini dapat dilihat pada besar diameter hambatan pertumbuhan mikroba disekeliling antibiotic. Bila antibiotic pada kadar rendah dapat memberika diameter hambatan luar dan bening disekeliling antibiotic. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotic tersebut berpotensi tinggi terhadap mikroba yang digunakan (Wattimena dkk,1991).2. Mekanisme Kerja Menurut Setiabudi dan Gan berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :

a. Menghambat sintesa dinding sel mikroba.

b. Mengganggu sel mikroba.

c. Mengganggu permeabilitas sel mikroba.

d. Menghambat sintesa atau merusak asam nukleat sel mikroba.

e. Menghambat sintesa protein sel mikroba.

3. Pengujian Aktivitas Antibakteri

a. Menghitung sel mikroba dalam tiap militer media cair dibawah mikroskop atau dengan menggunakan alat pertumbuhan.b. Mengukur kekeruhan media pertumbuhan dengan spektrofotometer.c. Membiakkan sejumlah tertentu perbenihan cairan pada media agar dalam waktu-waktu tertentu, setelah di inkubasi selama 24 jam jumlah koloni mikroba dihitung dalam alat penghitung koloni bakteri dengan mengamati kejernihan daerah hambatan disekeliling antibiotic pada media agar yang diinokulasi dengan bakteri tertentu dan diinkubasi selama 24 jam, kemudian dilanjutkan sampai 48 jam.H. Penetapan Diameter Daya Hambat Antibakteri

Secara umum penetapan diameter antibakteri dikolompokkan menjadi dua yaitu :

1. Cara Difusi Agar ( Cara Lempeng)

Prinsipnya yaitu zat yang akan diuji didifusi dari percadangan kedalam medium agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji. Lalu diinkubasi selama waktu tertentu dan kemudian diamati adanya hambatan pertumbuhan mikroba uji. Diameter hambat yang terbentuk diukur dan dibandingkan dengan diameter baku standar.

Pada cara difusi agar (cara lempeng) sebagai pencadang larutan antibakteri dapat digunakan :a. Silinder Logam

Silindris gelas atau logam antikarat dengan diameter 6-9 mm dapat digunakan sebagai pencadang antibakteri. Keuntungannya, jumlah larutan antibakteri dalam silinder dapat diperbanyak untuk dalam pencadangan selama waktu inkubasi sesuai dengan daya tampung silinder. Diameter hambat yang terbentuk semata-mata hanya disebabkan disebabkan oleh difusi antibakteri selama masa inkubasi.Kerugiannya adalah sukar mengatur kedalaman diameter secara manual, sehingga difusi yang terjadi berkemungkinan tidak homogen yang ditunjukkan oleh diameter hambat yang tidak membentuk lingkaran.

b. Cakram Kertas ( Paper Disc)

Dengan menggunakan cakram kertas jumlah larutan antibakteri yang diserap dapat diatur sesuai dengan kapasitas daya serap kertas, diameter, dan ketebalan cakram kertas. Akan tetapi, bila komposisi kertasnya kurang baik, maka dapat berpengaruh terhadap difusi zat uji sehingga diameter hambatan yang terbentuk bervariasi.

c. Cara Lubang

Cara lubang dilakukan dengan melubangi medium agar yang telah diinokulasi dengan alat penghisap agar, keuntungannya yaitu jumlah bakteri yang berdifusi dapat terukur jumlahnya dan medium yang digunakan tidak begitu tebal. Namun bila cetak lubang kurang sempurna,maka akan mempengaruhi difusi zat uji.

2. Cara Terbudimetri ( Cara tabung)Cara ini menggunakan media cair. Hambatan pertumbuhan bakteri diukur dengan menentukan kekeruhan (turbiditas) larutan dengan suatu alat yang cocok.I. Media Pertumbuhan Bakteri1. Media

Media adalah suatu bahan terdiri dari atas cmpuran nutrisi atau zat makanan yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Dalam laboratorium pembiakan mikroorganisme membutuhkan media yang berisi zat hara dan lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Agar mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Media harus mengadung nutrient yang mudah digunakan oleh mikroba..

b. Media harus mempunyai tegangan permukaan, tekanan osmosa dan pH yang sesuai.

c. Media harus steril.Media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteriterdapat dalam bentuk padat (solid medium), semi padat (semi solid medium), dan cair (liquid medium). Sebelum digunakan media biakan harus disterilkan terlebih dahulu, karena bila biakan tidak dalam keadaan steril maka mikroorganisme yang tidak diharapkan akan hidup dalam biakan, dimana akan mencemari media biakan dan menyebabkan kekeruhan media.

2. Klasifikasi Media

Menurut Farmakope Indonesia Eddisi IV (1998), media dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Berdasarkan susunan kimianya yaitu media anorganik, media organic, media sintetik, dan media non sintetik.

b. Berdasarkan konsistensinya yaitu media cair (liquid medium), media padat (solid medium), media yang dapat dicairkan ( semi solid medium).

c. Berdasarkan fungsinya yaitu media diperkaya(enriched media), media selektif (selective media), media deferensial(deferential media).Media sendiri bila dikelompokkan berdasarkan konsistesinya diperoleh penjelasan sebagai berikut :

a. Media Padat

Media padat umumnya disebut juga dengan media agar. Media biasanya digunakan untuk bakteri, ragi, jamur, dan mikroalga. Media ini dibuat dengan cara menambahkan tepung agar-agar, banyaknya agar-agar tergantung dari mikroba yang akan dibiakkan. Ada mikroba yang memerlukan kadar air tinggi, sehingga jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan sedikit. Sebaliknya ada mikroba yang memerlukan kadar air rendah, sehingga tepung agar-agar yang ditambahkan lebih banyak. Media padat biasanya diletakkan dalam cawan petri atau tabung reaksi.

b. Media Cair

Media cair disebut broth umumnya ditampung dalam tabung reaksi atau botol khusus. Media ini umumnya digunakan untuk mengembangbiakkan mikroalga, dapat juga diguanakan untuk ragi dan bakteri tertentu. Dalam media cair tidak perlu ditambahkan zat pemadat.

c. Media Semi Padat atau Semi Cair

Media semi padat atau semi cair biasanya digunakan untuk membiakkan mikroba yang memerlukan kandungan air yang tinggi dan hidup secara anaerob atau fakultatif. Pada media ini, pemberian zat padat hanya 50% atau kurang.Adapun pembagian media biakkan berdasarkan kandungan nutrisinya dapat dibedakan menjadi berikut :

a. Defined media

Merupakan media yang komponen penyusunnya sudah diketahui atau ditentukan.

b. Media kompleks (complex media)

Media kompleks merupakan media yang tersusun dari komponen yang secara kimia tidak diketahui.

c. Media umum (general media)

Media umum merupakan media bagi banyak pertumbuhan mikroorganisme.

d. Media selektif (selective media)

Media selektif merupakan media yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme tertentu (seleksi) dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.

e. Media penyubur (enrichment media)

Media penyubur merupakan media yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme tertentu.

f. Media deferensial (deffrensial media)

Media deferensial digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme dan dapat digunakan untuk identifikasi.

g. Media khusus

Media khusus adalah media untuk bakteri anaerob (Pratiwi,2008)

J. Baku Pembanding Baku pembanding yang digunakan adalah Kloramfenikol :

Rumus Bangun Kloramfenikol

(Sumber Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995)

Kloramfenikol (INN) adalah bakteriostatik antimikroba. Obat ini dianggap sebagai prototipikal antibiotik spektrum luas, disamping tetrasiklin. Kloramfenikol efektif terhadap berbagai Gram-positif dan Gram-negatif bakteri, termasuk sebagian organisme anaerob. Karena kekhawatiran resistensi dan keselamatan, maka tidak ada lagi menjadi pilihan pertama untuk setiap indikasi dalam negara-negara maju, meskipun kadang-kadang digunakan secara topikal untuk infeksi mata. Namun di negara-negara berpenghasilan rendah, kloramfenikol masih banyak digunakan karena murah dan tersedia. Yang paling serius dampak buruk yang terkait dengan pengobatan kloramfenikol adalah toksisitas sumsum tulang, yang mungkin terjadi dalam dua bentuk yang berbeda: penekanan sumsum tulang , yang merupakan efek toksik langsung dari obat dan biasanya reversibel, dan anemia aplastik , yang aneh (langka, terduga, dan tidak terkait dengan dosis) dan umumnya fatal.a. Kloramfenikol mengadung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5. Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus P, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. Kelarutan kloramfenikol, sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton, dalam etil asetat (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).b. Efek Samping

Yang paling serius efek samping pengobatan kloramfenikol adalah anemia aplastik . Efek ini jarang terjadi dan umumnya fatal: tidak ada pengobatan dan tidak ada cara untuk meramalkan yang mungkin atau mungkin tidak mendapatkan efek samping ini. Efeknya biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah pengobatan kloramfenikol telah dihentikan dan mungkin ada kecenderungan genetik. Tidak diketahui apakah memantau jumlah darah pasien dapat mencegah perkembangan anemia aplastik, namun disarankan bahwa pasien memiliki jumlah darah diperiksa dua kali seminggu saat pengobatan. Risiko tertinggi adalah dengan kloramfenikol oral (mempengaruhi 1 dalam 24,000-40,000) dan risiko terendah terjadi dengan tetes mata (mempengaruhi kurang dari 1 dalam 224.716 resep).K. Kerangka Operasional

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan cara mengukur diameter daya hambat aktivitas antibakteri ekstrak herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) terhadap bakteri Salmonella thypi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2011 di Laboratorium Farmakognosi Politeknik Kesehatan Departement Kesehatan Jurusan Farmasi Palembang dan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang.

C. Objek Penelitian Objek penelitian adalah herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Parang, anak timbangan, timbangan, blender, kertas saring, seperangkat alat destilasi, alat destilasi vakum alat sokletasi, corong pisah, corong, lemari pendingin, pinset, gelas ukur, kapas, penggaris, jarum ose, bunsen, gelas ukur, tabung reaksi dan raknya, kertas cakram, cawan Petri, jangka sorong, gelas beker, autoclave, pipet ukur, dry head oven (DHO).

2. Bahan Ekstrak herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness), aquadest, media Muller Hinton Agar (MHA), biakkan bakteri Salmonella thypi,dish ,dan n-Heksan liquid.

E. Prosedur Kerja 1. Penyiapan Bahan Simplisia

Bahan tanaman berupa herba segar yang telah dicuci bersih, dirajang halus lalu dikeringkan pada pemanasan matahari secara tidak langsung, setelah simplisia kering ditimbang sebanyak 1000 gram.

2. Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)Simplisia yang telah dikeringkan sebanyak 1000 gram, dimasukkan kedalam botol maserasi kemudian tambahkan n-Heksan hingga seluruh simplisia terendam. Lalu botol ditutup rapat simpan ditempat gelap terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Maserasi dengan menggunakan pelarut n-Heksan sebanyak 2 kali pengulangan. Setelah lima hari simplisia lalu disaring sehingga diperoleh ekstrak herba. Ektrak yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan destilasi vakum pada suhu rendah hingga diperoleh ekstrak kental (Farmakope Indonesia Edisi III,1979).

Ekstrak kental yang didapat kemudian dilarutkan dengan n-Heksan hingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 100 % b/v, selanjutnya dilakukan pengenceran kembali untuk mendapatkan kosentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, 60% b/v, 70% b/v, 80% b/v, 90% b/v.3. Sterilisai Alat

Sebelum pengerjaan seluruh alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat seperti cawan Petri, tabung reaksi, dan botol disterilkan didalam dry head oven pada suhu 1600C selama 2 jam. Alat logam seperti jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar menggunakan lampu spritus. Untuk medium, aquadest, kertas cakram disterilakan menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.

4. Pembuatan Kertas CakramKertas cakram yang telah disterilkan dicelupkan kedalam masing-masing ekstrak herba Sambiloto ( Andrographis paniculata Ness) dengan berbagai konsentrasi, kemudian kertas cakram diambil dengan bantuan pinset.

5. Penyiapan Cakram Cakram dibuat dengan cara membulatkan tiga lapis kertas saring. Whatman dengan pelubang kertas yang berdiameter 6 mm dan direkatkan, kemudian disterilkan pada suhu 1210 selama 2 jam sebelum digunakan.

6. Pembuatan Media Muller Hilton Agar (MHA)

Bahan bahan yang terdiri dari beef infusion, bacto camino acid, starch, dan bacto agar dilarutkan dalam 1 liter aquadest, ukur pH sampai 7,4 kemudian sterilkan dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit, lalu masukkan kedalam cawan Petri steril dengan ketebalan 3-4 mm, kemudian sterilkan kembali dengan autoclave selama 15 menit.7. Pembuatan Suspensi Salmonella thypi.

Ambil media kira-kira 150 ml dari media Muller Hilton Agar (MHA) yang telah dibuat dan dipanaskan pada suhu 370C 400C, kemudian tambahkan biakkan murni bakteri sebanyak 10 50 ose kedalam media tersebut.

8. Uji Daya Hambat Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness)

Media agar Muller Hilton Agar (MHA) dituangkan kedalam cawan Petri masing-masing 10 ml dan biarkan memadat sebagai lapisan dasar. Setelah itu suspensi bakteri Salmonella thypi ditorehkan pada media Muller Hilton Agar (MHA) secara merata dan biarkan mongering. Kemudian kertas cakram dicelupkan kedalam ekstrak herba Salmbiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan berbagai konsentrasi dan dikering anginkan. Sebagai kontrol positif digunakan kloramfenikol dan sebagai kontrol negatif digunakan etanol 96%. Kemudian seluruh cakram diletakkan diatas permukaan agar sambil sedikit ditekan. Kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam, setelah itu dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap zona hambat Salmonella thypi dengan menggunakan jangka sorong.F. Variabel 1. Variabel Independent

Kandungan kimia dan konsentrasi ekstrak herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dalam berbagai konsentrasi.

2. Variabel DependentDiameter zona hambat yang terbentuk akibat aktivitas terhadap bakteri Salmonella thypi.G. Definisi Oprasional 1. Diameter zona hambat yang terbentuk karena adanya aktivitas antibakteri herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) yang diukur dari sisi sebelah kiri sampai sisi sebelah kanan dan dari sisi atas sampai sisi bawah zona bening dari kertas cakram.

2. Alat penelitian ini adalah jangka sorong.

3. Cara ukur yang digunakan adalah self assesment berdasarkan kategori kekuatan antibakteri.

4. Hasil ukur

a. Jika zona hambatnya > 2 cm maka kategori kekuatannya sangat kuat.

b. Jika zona hambatnya 1-2 cm maka kategori kekuatannya kuat.

c. Jika zona hambatnya 0,5-1 cm maka kategori kekuatannya sedang.

d. Jika zona hambatnya < 0,5 cm maka kategori kekuatannya lemah.

H. Cara Pengolahan dan Analisis Data Cara pengolahan dan analisis data yaitu dengan cara melakukan pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak yang dibandingkan dengan staandar teori yang akan disajikan dalam bentuk table data. I. Rencana Kegiatan

Bulan

KegiatanFebruariMaretAprilMeiJuniJuli

Pembuatan

Proposal

Penyerahan

Proposal

Seminar

Proposal

Persiapan

Alat&Bahan

Penelitian

Pengolahan

Data

Penyusunan

KTI

Penyerahan

KTI

UAP

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000,Informasi Obat Nasional Indonesia . Departement Kesehatan Republik Indonesia Derektorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia.Departement Kesehatan RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Derektorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia.Dalimartha,S.2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia .Trubus Agri Widya. Jakarta.

Michael,J dan E.C.S Chain.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Penerbit UI.Jakarta .Brooks,Geo F,dkk. 2005. Mikrobiologi kedokteran (Medical Mikrobilogi).Salemba Medika,Jakarta.Esha.2008,News RepublikaAcrobathhtp;//www.republika.co.id/siplemen/cetak_detail.asp/mid= =141hml

Soebowo.PDF/Adobewww.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/abstrakpdf.jsp?id=76282.htmlREITINE CIPTADANI(www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=971&tbl.html)Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Balai IPTEKnet) (http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=152)Nonaka, H.H. 1997. Plant Carbohydrate-Derived Products as Fat Replacers and Calorie Reducers. Cereal Foods Worlds, 42:327-328.Indofarma. 2009. Informasi Obat kloramfenikol (http://www.dechacare.com,)Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) Terhadap Bakteri Salmonella Thypi Diinkubasi Selama 1x24 Jam

No.Bahan UjiKonsentrasiDiameter zona hambat

(mm)Rata-rata zona hambatan (mm)

P1P2

1.Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness)10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2.Kontrol Positif

3.Kontrol Negatif

Keterangan

(+) Kontrol positif (Kloramfenikol)

P1 : Perlakuan Pertama

(+) Kontrol negatif ( n-heksan )

P2 : Perlakuan Kedua LAMPIRAN 2. Perhitungan pembuatan konsentrasi ekstrakEkstrak kental daun Sambiloto yang diperoleh dari hasil destilasi vakum X gr. Perhitungan konsentrasi % b/v ekstrak, 10% b/v- 100% b/v adalah :

Herba Sambiloto

(Andrographis Paniculata Ness)

Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) dengan pelarut n-Heksan dengan berbagai konsentrasi

Daya hambat Antibakteri

Herba Sambiloto

(Andrographis Paniculata Ness)

Positif

Ada Daya Hambat

Negatif

Tidak Ada Daya Hambat

PAGE 37