bab i

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Farmakologi mempelajari efek-efek asing atau eksogen dan zat-zat endogen terhadap suatu organisme. Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat mengurangi atau menghilangkan kesadaran (berbeda dengan anastesi umum). Rasa nyeri sebenarnya merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan tubuh seperti peradangan (Rematik/Encok), infeksi kuman maupun kejang otot. Pada umumnya analgetika dikelompokkan ke dalan dua golongan, yaitu analgetik narkotik dan non narkotik. Efek analgesik dari analgetika narkotika sebenarnya diakibatkan oleh terpacunya reseptor spesifik untuk opiat. Dalam keadaan normal (fisiologis) reseptor ini terpacu oleh beberapa neuro transmitter yang berfungsi mengatasi nyeri. Termasuk dalam golongan ini adalah morphin, kodein, dan senyawa sintetik memeperidin (pethidin), amiloridin, metadon, pentazosin. Analgetika non narkotik sering disebut juga analgetika antiperitika. Umumnya digolongkan pada kelompok salisilat, pirazon dan para aminofenol dan asam organik. Beberapa dari golongan tersebut mempunyai efek antiinflamasi sehingga sering dimasukkan dan dibicarakan dalam obat antiinflamasi non- streoid (NSAIDS). 1.2 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme dari obat-obat analgsik (ketoprofen) yang dapat mengurangi rasa nyeri pada mencit (Mus musculus) 1.3 Tinjauan Pustaka Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya

Upload: yhugho-bng

Post on 16-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

KESIMPULAN DAPUS

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangFarmakologi mempelajari efek-efek asing atau eksogen dan zat-zat endogen terhadap suatu organisme. Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat mengurangi atau menghilangkan kesadaran (berbeda dengan anastesi umum). Rasa nyeri sebenarnya merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan tubuh seperti peradangan (Rematik/Encok), infeksi kuman maupun kejang otot.Pada umumnya analgetika dikelompokkan ke dalan dua golongan, yaitu analgetik narkotik dan non narkotik. Efek analgesik dari analgetika narkotika sebenarnya diakibatkan oleh terpacunya reseptor spesifik untuk opiat. Dalam keadaan normal (fisiologis) reseptor ini terpacu oleh beberapa neuro transmitter yang berfungsi mengatasi nyeri. Termasuk dalam golongan ini adalah morphin, kodein, dan senyawa sintetik memeperidin (pethidin), amiloridin, metadon, pentazosin.Analgetika non narkotik sering disebut juga analgetika antiperitika. Umumnya digolongkan pada kelompok salisilat, pirazon dan para aminofenol dan asam organik. Beberapa dari golongan tersebut mempunyai efek antiinflamasi sehingga sering dimasukkan dan dibicarakan dalam obat antiinflamasi non-streoid (NSAIDS).

1.2TujuanMahasiswa dapatmengetahui dan memahami mekanisme dari obat-obat analgsik (ketoprofen) yang dapat mengurangi rasa nyeri pada mencit (Mus musculus)

1.3Tinjauan Pustaka

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.Nyeriadalah perasaan sensorisdanemosionalyangtidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay 2007).Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall 1997; Ganong 2003).Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang.

Mekanisme Kerja Obat Analgesika.Analgesik Nonopioid/Perifer(Non-Opioid Analgesics)Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar(Anchy 2011).

b.Analgesik Opioid/Analgesik NarkotikaMekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam)(Gilang 2010).

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara,yakni:a. Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri pada perifer dengan analgetika perifer.b. Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika local.c. Blockade pusat nyeri di SSP dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anestetika umum.

Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDs) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, dan beberapa obat memiliki perbedaan secara kimia.Namun, obat-obat NSAID mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi dan efek sampingnya. Prototipe obat golongan ini adalah aspirin, sehingga sering disebut juga sebagai aspirin like drugs. Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin.Namun, obat golongan NSAIDs secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam peradangan.Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Setiap obat menghambat enzim siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda.Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin apabila lingkungannya mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit.

VI.PembahasanPada praktikum kali ini yaituanalgetik bertujuan untuk mengenal, mempraktekkan dan membandingan daya analgetikAsetosal,Parasetamol menggunakan metode rangsang kimia.Bahan yang digunakan sebagai perangsang kimia adalahlarutan steril Asam Asetatglasialyang diberikan secara intra peritonial. Pada praktikum pemberianlarutan sterilAsamAsetatglasialdiberikan30menit setelah pemberian obat hal ini diharapkan agar obat yang diberikan belum bekerja sehinggaAsamAsetat langsung berefek dan juga untuk mempermudah pengamatan onset dari obat itu.Pada praktikum kali ini obat-obat analgetik yang diperbandingkan adalah obat-obat analgetik golongan non narkotik/ perifer yaitu,Aspirin, Parasetamoldan Asam Mefenamat.Kelompok kontrol yang digunakanpada percobaanini adalahCMC-Na, sehingga hewan percobaan hanya diberikanCMC-Napada awal percobaan dan penginduksi asam asetat pada30menitsetelah pemberian CMC-Natanpa pemberian sedian analgesik. Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaanhiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan percobaan akan menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini bekerja. Pemberian sediaan asam asetat pada peritonial atau selaput gastrointestinal hewan memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh dan cepat memberikan efek.KelompokJumlah geliat mencit

51015202530354045505560

Kontrol2221148710914610116

Aspirin134122211011

Parasetamol0514151916151110431

As. Mefenamat14221611128964121

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa jumlah geliat mencit kontrol lebih banyak daripada mencit yang diberikan obat. Hal ini disebabkan karena mencit kontrol tidak memiliki perlindungan terhadap nyeri yang disebabkan karena pemberian asam asetat sebagai penyebab terjadinya nyeri.Dari hasil pengamatan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pada mencit yang diberi aspirinmemiliki daya analgetikpaling kuat dari golongan analgetik non-narkotika ini. Karena pada tabel hasil pengamatan menunjukan jumlah geliat yang ditunjukan mencit sedikit dari pada mencit lain yang diberikan parasetamol dan asam mefenamat. Karena disini aspirin menghambat biosintesis prostaglandin yang menstimulasi SSP,sehingga dapat menghambatterjadinya perangsangan reseptor nyeri. Prostaglandin akan dilepaskan oleh sel yang mengalami kerusakan. Pembentukan prostaglandin dihambat dengan menghambat enzim siklooksigenase yang bertugas mengubahasam arachidonatmenjadiendoperoksida(PGG2/PGH). PGH akan memproduksi prostaglandin, sehingga secara tidak langsung obat analgesik menghambat pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi dan menyebabkan sensitivitas reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi.Aspirin merupakan sediaan yang efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya pada sakit kepala, mialgia, atralgia dan nyeri lain yang berasal dari inegumen, sediaan ini juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetikanya jauh lebih lemah daripada efek analgetika opiat tetapi sediaan ini tidak menimbulkan ketagihan efek samping sentral yang merugikan. Aspirin bekerja dengan mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri, tanpa mempengaruhi sensorik lain. Pemberian aspirin dalam kelompok ini juga akan menunjukkan efek analgesik setelah diberi penginduksi asam asetat. Sedangkan pada kelompok mencit yang diberi parasetamol, terlihat jumlah geliat yang ditunjukan mencit cukup sedikit dibandingkan dengan kontrol. KarenaMekanismenya kemungkinan menghambat sintesisprostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. Efek analgetik timbul karena mempengaruhibaik di hipotalamus atau ditempat cedera. Respon terhadap cederaumumnya berupa inflamasi,udem, serta pelepasan zat aktif sepertibrandikinin, PG dan histamin. PG dan Brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. Parasetamol dapatmenghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambatterjadinya perangsangan reseptor nyeri. Karenamempunyai mekanisme kerja menghambat berbagai reaksi in-vitro.Pada kelompokyangdiberikan sediaanasam mefenamat, terlihatdari hasil pengamatan bahwa jumlah geliat mencit cukup banyak dibandingkan dengan aspirin. Karena asam mefenamatyangmerupakan salah satu obat analgesikini, tidakterlalubekerja denganbaik untukmenekan rasa sakit yang timbul, sehingga induksi dari asam asetat setelah pemberianasam mefenamat masih terasa nyeri oleh mencit yang ditunjukan dengan banyaknya geliat yang ditunjukan oleh mencit.Setelah dilakukan perhitungan persentasedayaproteksipada obat analgetik yang diberikan pada mencit,ternyatadapat dilihat bahwa besarnyadayaproteksiaspirin, lebih besar daripada parasetamol dan asam mefenamat yaitu 86, 3 %. Hal inikemungkinan dikarenakanefek analgesik yang ditimbulkan oleh aspirinlebihbesardaripada yang ditimbulkan olehparasetamol dan asam mefenamat.Sedangkan besarnya daya proteksi parasetamol lebih kecil dari besarnya daya proteksi aspirin.Sehingga dalam perhitungan persentase efektifitasnya dapat dilihat bahwa efektifitasanalgetik parasetamolterhadap aspirinsebesar 21 % dan efektifitas analgetik asam mefenamat terhadap aspirin sebesar 26,8 %.

B. Pembahasan VI.PEMBAHASANMahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik. Tujuan dari praktikum ini adalahmempelajari dan mengetahui efektivitasanalgetika sedian obat (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin) padahewan ujimencitsehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat obat tersebutsetelahmencitdiberi induktor nyeri asam asetat 1 %.Percobaan ini menggunakan metode Witkin (Writhing Tes / Metode Geliat), dengan prinsipyaitumemberikan asam asetat 1%(indikator nyeri)kepada mencityangakan menimbulkan geliat ( Writhing ),sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan membengkokan kepala kebelakang. Dengan pemberian obatanalgetik (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin)akan mengurangi respon tersebut.Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol, asam mefenamat, ibuprofen, dan antalgin, karena bahan obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent CMC Na.Digunakan konsentrasi CMC Na yang rendah 0,5% agar suspensi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk mengambil suspensi dengan spuit jarum oral dan mudah masuk ke dalam esofagus mencit.Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral,setiap mencit diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit. Kemudian disuntik secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karenamemungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh,cepat memberikan efek,mencegah penguraian asam asetatpadajaringan fisiologik organ tertentu, serta efekmerusak jaringan tubuh jikapada organ tertentu.Misalnyaapabila asam asetat 1% diberikanper oral,akan merusak saluran pencernaan, karenasifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menitselama 30 menit.Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histaminmerangsangnya danmenimbulkannyeri yang nyata, sehingga mencitakan menggeliatkan kaki belakang saat efek dari penginduksi ini bekerjaSetelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwaurutan obatyang memiliki daya analgetik paling tinggi atau kuat adalah antalgin, paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat.Hasil yang didapatsetelah diujidengan menggunakan tabel ANOVA yang kemudian didapat hasil berbeda bermakna, artinyapemberian obat analgetikyang berbedapada hewan uji mencit akanmempengaruhifrekuensi geliat mencit, sesuai denganefektivitas obat sebagai analgetik, yaituantalgin > Paracetamol > ibuprofen > asam mefenamat.Hasil untuk Asam mefenamat sudah sesuai karena obat memberikan efek analgetik yang lebih ringandisebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung. Sehingga dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat meningkatkan nyeri pada lambung mencit.Namun hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek analgetik yang lebih kuat adalah ibuprofen, karena absorbsinya lebih cepat di lambung, sementara indikator nyeri juga diberikan pada lambung.Kemudian yang seharusnya memiliki efek analgetik yang terkuat kedua setelah ibuprofen adalah Antalgin, karena bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.Dan diikuti oleh parasetamol, karenahanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya.F.Pembahasan1)Paracetamol AnalgetikFarmakologi : Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik atau analgesik. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik paracetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan oral paracetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30-60 menit. Paracetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa mengalami perubahan. Resorbsinya dari usus cepat dan paraktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Prosentase pengikatan pada protein 25 %, plasma t nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat.Farmakodinamik : Efek analgetik paracematol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengrangi nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekaniosme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. efek antiinflamasi paracetamol sangat lemah, oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.Farmakokinetik : Paracetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam.

2)Asam MefenamatFarmakologi : Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksiginase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.Farmakodinamik : Karena Asam Mefenamat termasuk ke dalam golongan (NSAIDS), maka kerja utama kebanyakan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDS) adalah sebagai penghambat sintesis prostaglandin, sedangkan kerja utama obat antiradang glukortikoid menghambat pembebasan asam arakidonat.Farmakokinetik : Asam Mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran gastrointestinal apabila diberikan secara oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai 2 jam setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul asam mefenamat. Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg memberikan kadar plasma puncak selama 2 sampai 4 jam dengan t dalam plasma sekitar 2 jam. Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (berbeda dengan anastesi umum). Pada percobaan analgetik ini kami menggunakan Na CMC diberikan kepada mencit (Mus musculus) secara peroral dan dilakukan pengamatan langsung pada plat panas yang disediakan untuk menaikkan suhu badan mencit (Mus musculus) dengan menggunakan interval waktu 5, 10, 15, dan 20 menit. Pada percobaan analgetik ini, hewan uji mencit (Mus musculus) di puasakan selama 3-4 jam dengan tujuan agar tidak terjadi absorbsi makanan dalam sistem pencernaan bersama obat atau memperlambat absorbsi obat. Pada percobaan ini digunakan obat analgesik yaitu asetosal dan paracetamol serta antalgin dengan pembanding suatu variabel kontrol yaitu Na CMC saat dilakukan perlakuan yang sesuai dengan prosedur kerja pada percoban analgetik ini dimana kami dapat melihat perbedaan dimana mencit yang diberi obat paracetamol, antalgin, asetosl, dapat diketahui tidak terlalu banyak gerakannya. Perbedaannya saat mencit diletakkan diatas plat panas yang diberikan Na CMC sangat banyak gerakannya. Hal ini sangat jelas bahwa paracetamol, antalgin, asetosal, merupakan obat generik antipiretik analgesik dan Na CMC adalah pembanding atau sebagai variabel kontrol.Pada percobaan ini dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok 1 menggunakan Na CMC 1% sebagai pengsuspensi. Pada menit ke 5 diperoleh pengangkatan kaki sebanyak 10 kali, pada meit ke 10 diperoleh pengangkatan kaki sebanyak 17 kali, pada menit ke 15 diperoleh sebanyak 15 kali, dn pada menit ke 20 diperoleh jumlah pengangkatan kakinya sebanyak 43 kali. Pada kelompok II dengan pemberian obat paracetamol diperoleh pengangkatan kaki pada menit ke 5 sebanyak 15 kali, pada menit ke 10 sebanyak 14 kali, pada menit ke 15 sebanyak 19 kali, dan pada menit ke 20 diperoleh sebanyak 17 kali. Pada kelompok III, dengan menggunakan obat antalgin diperoleh pengangkatan kaki pada menit ke 5 yaitu sebanyak 15 kali, pada menit ke 10 yaitu 48 kali, pada menit ke 15 sebanyak 45 kali dan pada menit ke 20 sebanyak 15 kali. Pada kelompok IV dengan menggunakan obat asetosal diperoleh pengangkatan kaki pada menit ke 5 sebanyak 15 kali, pada menit ke 10 sebanyak 13 kali, pada menit ke 15 sebanyak 20 kali, sedangkan pada menit ke 20 sebanyak 25 kali. Mekanisme kerja nyeri, yaitu perangsang rasa nyeri baik mekanik maupun kimiawi, panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri.1.Rangsangan mekanik yaitu nyeri yang disebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum, insan pisau, dll.2.Rangsangan termal, yaitu nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu rata-rata manusia akam merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45oC, dimana pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan.3.Rangsangan kimia yaitu jaringan yang akanmengalami kerusakan aka membebaskan zat yang disebu mediator yang dapat berkaitan dengan reseptor nyeri antara lain, biokonin, serokinin, dan prostaglandin. Mediator nyeri penting adalah histamin karen yang bertanggung jawab atas kebanyakan reasi alergi. Biokonin adalah rangkaian asam amino yang disebut protein plasma. Nyeri merupakan suatu mekanisme pelindung tubuh mekanik untuk melandasi dan memberikan tanda bahaya tentang daya gangguan ditubuh. Mekanisme adalah rangsangan diterima oleh reseptor nyeri diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri ke korteks otak. Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri.Sebelum perlakuan mencit (Mus musculus) terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan faktor makanan karena interaksi makanan bisa mempengaruhi pemberian obat kepada hewan perlakuan hewan uji mencit (Mus musculus). Walaupun demikian faktor variasi biologisnya dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga faktor ini relative dapat memengaruhi hasil praktikum yang dilakukan di laboratorium

PembahasanAnalgesik adalah obat yang dapat dipergunakan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Pada praktikum kali ini digunakan analgesik tramadol dengan berbagai dosis yaitu 50mg/kgBB, 100mg/kgBB dan 150mg/kgBB. Pemberian dosis yang berbeda bertujuan untuk melihat hubungan antara dosis dengan respon yang diberikan. Berdasarkan literatur, semakin tinggi dosis makan efek terapi yang diberikan akan semakin meningkat.

Metode praktikum yang digunakan kali ini adalah metode hot plate dan metode tail flick. Metode hotplete menggunakan plat panas dengan suhu 50C, mencit diletakan diatas plat panas sampai melompat atau metasakan sensasi panas dari plate tersebut. Sedangkan pada metode tail flick dilakukan dengan mencelupkan ekor mncit kedalam beker glass yang telah di isi air dan dipanaskan sebelumnya. Berdasarkan literatur, metode hotplate lebih sensitiv memberikan sensasi panas karena pada metode hot plate bagian tubuh yang terkena rangsang panas adalah kaki. Kaki memiliki luas permukaan lebih besar dari pada bagian ekor, sehingga metode hot plate lebih sensitiv merasakan panas.Pada metode hot plate dengan dosis 50mg/kgBB digunakan dua mencit dengan berat badan masing-masing 0.027kg dan 0.037kg. mencit pertama sebelum diberi obat kemudian diberi rangsangan memberikan respon setelah 2 detik sedangkan setelah diberi obat dan didiamkan kemudian diberi rangsang panas pada menit ke 5, 15, 30 dan 45 masing masing memberikan respon pada detik ke 3.2, 1.44, 2.54 dan 3.4 detik. Pada mencit pertama semakin lama didiamkan waktu mencit memberikan respon semakin lama, har tersebut dikarenakan obat yang mulai bekerja pada mencit tersebut. Seperti halnya pada mencit pertama, pada mencit kedua tejadi kenaikan waktu mencit dalam memberikan respon dan menurun pada menit ke 45, hal tersebut dikarenakan efek obat didalam tubuh mulai hilang sehingga mencit lebih cepat merasakan panas. Begitu pula pada dosis 100mg/kgBB dan 150mg/kgBB semakin dosis dinaikan lama waktu mencit menjentikan ekornya semakin lama, mencit pertama dengan dosis 100mg/kgBB waktu memberikan respon naik turun pada setiap waktu pengamatan. Hal tersebut karena kesalahan praktikan dalam meletakan mencit diatas plat panas, kesalahan dalam menghitung waktu dan karena mencit yang digunakan hiper aktif sehingga ketika mencit bergerak dianggap sudah memberikan respon panas.

Pada metode tail flick cara pengamatan sama seperti pada metode hot plate, pada dosis 100 mg/kgBB mencit pertama sebelum diberikan obat memberikan respon setelah 2 detik dan mencit ke 2 berespon setelh 8.31 detik. Setelah diberikan tramadol dan dibiarkan sampat waktu pengamatan 5, 15, 30 dan 45 menit mentit pertama memberikan rangsangan masing-masing 6 detik untuk waktu 5 menit dan 10 menit untuk watu pengamatan lainnya. Pada mencit kedua pada manit k 5 sapai 30 merespon pada detik 10 sedangkan pada menit 45 merespon pada detik ke 8. Pada dosis 50mg/kgBB mencit pertama pada menit ke 5 memberikan respon pada detik ke 3, setelah itu mmberikan respon lebih dari 10 detik.pada mencit kedua, respon setelah diberi obat lebih cepat dari sebelum diberi obat, kemudian meningkat pada menit ke 15 dan 30 kemudian menurun pada dosis 45. Pada dosis 150mg/kgBB waktu mencit memberikan rangsangan naik turun, hal tersebut karena kesalahan praktikan mungkin ketika memegang mencit, mencit tidak merasa nyaman sehingga mencit lebih cepat menjentikan ekornya

BAB VPEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetik pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan obat dalam hal ini adalah aspirin(sebagai kontrol) dan asam mefenamat, untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri.Sensasi nyeri ditimbulkan secara eksperimental dengan pemberian asam asetat 0,7% secara intraperitonial.Pada praktikum kali ini kita akan membandingkan daya proteksi dan efek dari aspirin(500mg/ml) dan asam mefenamat dengan dosis yang berbeda(250mg/ml dan 500mg/ml) yang berkhasiat sebagai analgesik. Data diperoleh dari jumlah geliat pada mencit dalam waktu 1 jam setelah diinduksikan nyeri.Dari data di atas diketahui bahwa aspirin memiliki daya proteksi sebesar 45,45%, asam mefenamat 250mg/ml sebesar 27,27% dan asam mefenamat 500mg/ml sebesar69,09% maka dari data tersebut asam mefenamat 500mg/ml memiliki daya proteksi terhadap nyeri lebih besar daripada aspirin dan asam mefenamat dengan dosis 250mg/ml. Pada percobaan ini asam mefenamat 250mg/ml memiliki efektifitas sebesar 60% sedangkan asam mefenamat 500mg/ml memiliki efektifitas sebesar 152,01% maka dari data tersebut asam mefenamat dengan dosis 500mg/ml jauh lebih efektif dibandingkan dengan dosis 250mg/ml. Terdapat 2 macam percobaan efektifitas yaitu efektifitas obat dalam mencegah dan efektifitas obat dala mengobati. Efek pencegahan berarti hewan coba diberikan obat terlebih dahulu kemudian diinduksikan nyeri. Efek pengobatan bearti hewan coba diindukdikan nyeri terlebih dahulu kemudian diberikan obat. Pada percobaan ini dilakukan percobaan efektifitas pencegahan obat, karena mencit terlebih dahulu diberikan analgesik dan kemudian diinduksikan nyeri dengan asam asetat 0,7% melalui intraperitonial. Dari data yang telah diperoleh asam mefenamat 500mg/ml lebih efektif mencegah nyeri dibuktikan juga pada grafik rata-rata jumlah geliat/5 menit pada mencit 4 yang diberikan asam mefenamat 500mg/ml lebih sedikit diantara mencit percobaan yang lain. Asam mefenamat seharusnya diberikan melalui subkutan tetapi dalam percobaan dilakukan peroral karena asam mefenamat yang disiapkan tidak larut sempurna dalam air. Pada percobaan digunakan larutan NaCl sebagai kontrol negatif dan aspirin sebagai kontrol positif.

Mekanisme kerja antalgin :Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2 yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).

Mekanisme kerja asam mefenamat :Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.Asam mefenamatmempunyai khasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja perifer. Dengan mekanisme menghambat kerja enziim sikloogsigenase ( Goodman, 2007 ).

Mekanisme kerja Paracetamol :Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).