bab i

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, terbukti tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat pada rendahnya produktifitas, tingginya pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini mendasari masalah gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian Millenium Development Goals. Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi.Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk.Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011). Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau 1

Upload: dian-rahma

Post on 14-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

poa

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, terbukti tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat pada rendahnya produktifitas, tingginya pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini mendasari masalah gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian Millenium Development Goals.Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi.Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk.Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk.Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011).Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, 2010).Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya, dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan . Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar (-2 SD s/d +2 SD) , anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar ( -3 SD s/d -2 SD ) disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk( < -3 SD ) .Kasus kematian bayi pada tahun 2009 di kota Padang sebanyak 107 kasus/16.449 KH, tahun 2010 sebanyak 86 kasus/16.492 dan tahun 2011 ini ada kecendrungan penurunan kasus menjadi 81 kasus/16.584 KH.

Trend Kasus Kematian bayi di Kota Padang

Kasus kematian balita pada tahun 2009 sebanyak 117 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 96 kasus. Tahun 2011 ini kematian balita menurun menjadi 85 kasus.Trend Kasus Kematian Balita di Kota Padang

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG), prevalensi gizi buruk dengan indikator BB/TB pada tahun 2009 di kota Padang adalah 0.74 % dan tahun 2010 jumlahnya meningkat yaitu 2,2 % . Tahun 2011 ini menurun menjadi 0,10 %.Angka gizi buruk pada tahun 2012 sejak bulan Januari sampai Agustus di wilayah kerja puskesmas Andalas sudah mencapai angka 6 anak gizi buruk dan 1 anak diantaranya telah meninggal dunia.Banyak hal yang menyebabkan masalah gizi kurang antara lain hal ketersediaan pangan dalam rumah tangga, asuhan gizi keluarga , akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan, dan juga adanya penyakit infeksi yang diderita bayi/ balita yang mendasari gizi buruk.Adapun tipe tipe dari gizi buruk antara lain adalah KEP, Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic-Kwashiorkor.Tiap tipe memiliki ciri khas masing-masing dan pengelolaannya pun juga berbeda.Agar gizi buruk dapat terdeteksi perlu dilakukan penilaian status gizi dengan pemantauan data SKDN. Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S).Masih kurangnya partisipasi masyarakat ke posyandu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terdapatnya angka gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Andalas. Oleh karena itu, Puskesmas Andalas sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam penanggulangan angka kejadian gizi buruk.Wilayah kerja Puskesmas Andalas sebagai salah satu wilayah yang masih terdapatnya angka gizi buruk dengan adanya enam kasus gizi buruk yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Andalas dalam semester pertama tahun 2012, maka sangat perlu dilakukan upaya penangulangan kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Upaya penanggulangan ini dilakukan melalui Lima Langkah Pengelolaan Program Gizi Puskesmas di Puskesmas, sebenarnya telah diatur oleh program gizi ditingkat Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), namun demikian agar program perbaikan gizi di Kecamatan dapat langsung memberikan dampak pada tingkat kabupaten, seyogyanya harus di kelola dengan baik. Langkah langkah tersebut adalah identifikasi masalah, analisis masalah, menentukan kegiatan perbaikan gizi, melaksanakan program perbaikan gizi, pemantauan dan evaluasi.

1.2 Perumusan MasalahMengidentifikasi masalah masih terdapatnya bayi gizi buruk dalam kurun waktu satu semester di kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas.1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumMenentukan Plan of Action dalam upaya menurunkan angka gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Andalas melalui pembentukkan tim operasi sadar gizi.1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi masalah gizi yang ada di Puskesmas Andalasb. Menganalisis penyebab masih tingginya angka gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Andalasc. Menentukan alternative pemecahan masalah masih tingginya angka gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Andalasd. Mengoptimalkan pemantauan status gizi bayi dan balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Andalase. Mengoptimalkan pengelolaan masalah gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Andalasf. Terbentuknya suatu Tim Operasi Sadar Gizi di wilayah kerja Puskesmas Andalas

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak puskesmas dalam upaya penangulangan kasus gizi buruk di wilayah kerjanya.

4