bab i

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2010”. 1

Upload: sinar-rembulan

Post on 10-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

diare

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2010.

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan kebijakan umum, diantaranya adalah peningkatan upaya kesehatan melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan dan rehabilitasi (Depkes, 1999).

Salah satu penyakit yang sering menyerang bayi dan anak balita adalah diare, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni : faktor sanitasi lingkungan yang belum memenuhi syarat kesehatan, keadaan gizi, pendidikan rendah, keadaan sosial ekonomi dan prilaku masyarakat yang sangat mempengaruhi penyakit diare. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya bila tidak ditangani dalam 1 x 24 jam dapat menimbulkan kehilangan cairan yang hebat dan dapat mengakibatkan kematian.

Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian Administrasi Kesehatan RS. Tk. II Pelamonia Makassar tercatat bahwa jumlah penderita diare/GEA selama periode Januari Desember 2002 sebanyak 462 orang (43,83%) dari 1.054 orang pasien yang pernah dirawat. Dan selama periode Januari Juli 2003 sebanyak 279 orang (32,86%) dari 849 orang pasien.

Melihat tingginya angka kejadian ini maka perlu dilakukan upaya kesehatan termasuk pemberian pelayanan keperawatan yang komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Penerapan proses keperawatan pada penyakit diare diharapkan mampu mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan terjadinya penyakit ini.

Berdasarkan uraian tersebut dan hasil penentuan kasus pada ujian akhir program maka penulis menyusun karya tulis dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien An. A dengan Diare di Ruang Perawatan Anak Lantai II Kamar 2 di RS. Tk. II Pelamonia Makassar.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan Diare di RS. Tk. II Pelamonia Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa, diagnosa keperawatan, yang terjadi pada anak dengan Diare.

b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan perencanaan asuhan keperawatan klien dengan Diare.

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan Diare.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi klien dengan Diare.

C. Manfaat Penulisan

1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Tidung Makassar.

2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan di RS. Tk. II Pelamonia Makassar utamanya di bagian perawatan anak, agar dapat mengetahui dan menambah pengalaman secara jelas tentang asuhan keperawatan klien dengan Diare pada anak baik di rumah maupun di rumah sakit.

3. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Tidung Makassar.

4. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada penyakit diare.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan

Dalam hal ini penulis mempelajari buku buku kepustakaan, kumpulan mata kuliah dan bahan lain yang menunjang dalam pembahasan karya tulis ini.

2. Studi kasus

Berdasarkan hasil penentuan kasus penderita diare pada anak di bagian perawatan anak di RS. Tk II Pelamonia Makassar. Dalam pelayanan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Untuk menghimpun data / informasi dalam pengkajian dapat digunakan tekhnik :

a. Wawancara

Merupakan cara untuk memperoleh keterangan secara langsung dari keluarga tentang suatu masalah yang ingin diketahui melalui tanya jawab dengan keluarga.

b. Observasi

Merupakan pengalaman yang dilakukan dengan melihat dan mendengar sendiri dari keluarga tentang keadaan pasien yang dirawat di RS. Tk. II Pelamonia Makassar.

3. Studi dokumentasi.

Mendapatkan data/informasi melalui catatan catatan arsip yang ada hubungannya dengan status kesehatan pasien.

4. Diskusi

Diskusi dengan perawat dan dokter yang ada di ruang perawatan Anak RS. Tk. II Pelamonia Makassar serta pembimbing dalam proses penyelesaian karya tulis ini.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ini dibagi dalam 5 bab dengan susunan sebagai berikut :

BABI:Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BABII:Tinjauan pustaka.

Bab ini menguraikan tentang konsep teori yang mendasari judul penulisan karya tulis ini yang terdiri dari :

A. Konsep dasar medik tentang konsep diare yang terdiri dari pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, insiden, patofisiologi, gambaran klinik, komplikasi, pencegahan dan penanganan.

B. Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BABIII:Tinjauan kasus

Bab ini menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien An. A dengan Diare di Ruang Perawatan Anak Lantai II Kamar II RS. Tk. II Pelamonia Makassar.

BABIV:Pembahasan

Bab ini menguraikan secara singkat tentang kesenjangan antara teori dan konsep keperawatan dengan kenyataan yang ada pada kasus yang dirawat.

BABV:Kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan karena frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi tinja encer atau cair.

2. Anatomi dan Fisiologia. Anatomi

Saluran gastrointestinal adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 26 kaki) yang berjalan dari mulut, melalui esofagus lambung, dan usus sampai anus.

1) Mulut

Merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari kavum oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi, salivasi, menelan, kecap dan berkecap. Mulut dibatasi pada ke-2 sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus buksinatorius. Terdapat tiga pasang glandula salivarius mensekresikan saliva melalui duktus ke dalam mulut. Saliva mengandung air, musin (yang bertindak sebagai lubrikan), dan ptialin2) Lidah

Tunas kecap ditemukan pada papila dan respon menghisap meningkat dengan adanya rasa bahan yang manis. Lidah menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam laring. Tiga ruang mirip celah membentuk struktur dalam mulut yang memungkinkan cairan untuk melintas ke dalam faring.

3) Gigi

Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan yang berbeda. Set pertama adalah gigi susu yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama dan kedua. Set kedua atau sel permanen menggantikan gigi primer. Terdapat 20 gigi susu dan 32 gigi permanen.

4) Esofagus

Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakhea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya ( 25 cm (inci) menjadi distensi bila makanan melewati. (Sacharin, Rosa M, 1993).

5) Lambung

Ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dan garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri, lambung merupakan kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.

6) Usus halus

Merupakan segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut jejenum, dan bagian bawah disebut ileum. Duktus koledokus yang memungkinkan pasase baik empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula vater. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak di bagian bawah kanan duodenum disebut sekum.

7) Usus besar

Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen trans-versum yang memanjang dari abdomen kanan atas ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari kolon sigmoid dan rektum berlanjut pada anus (Smeltzer, 2001).

b. Fisiologi saluran pencernaan

Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu :

1) Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk dicerna.

2) Mengeleminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh.

3) Proses pencernaan mulai dengan mengunyah, dimana makanan diperoleh ke dalam partikel kecil-kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi pertama yang kontak dengan makanan yang membantu melumasi makanan saat dikunyah sehingga memudahkan menelan.

4) Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan di medula oblongata di sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakhea. Otot halus di dinding esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran.

5) Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah pilorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati sfingter pilorus, partikel ini diaduk kembali ke korpus lambung. Dengan cara ini makanan di dalam lambung secara mekanis dicampur dan dihancurkan menjadi partikel lebih kecil dan memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang memungkinkan absorbsi nutrien efisien.

6) Sekresi di dalam duodenum datang dari pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus halus. Pankreas mensekresi enzim pencernaan (tripsin, amilase dan lipase). Empedu membantu mengemulsikan lemak yang dicerna sehingga mudah dicerna dan diabsorbsi. Sekresi kelenjar usus terdiri dari mukus yang menyelimuti sel-sel dan melindungi mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, hormon, elektrolit dan enzim.

7) Usus besar mensekresi mukus yang mempermudah jalannya faeces dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap zat besi, kalsium dan fospat yang ditelan. Absorbsi air, garam dan glukosa terjadi dalam usus besar (Smeltzer, Susanne C, 2001).

3. Etiologi

Adapun penyebab diare (Ngastiyah, 1997), dapat dibagi dalam beberapa faktor :

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus Echo, Cosakie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotatovirus, Astrovirus).c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris Strongiloideus). Protozoa (Entamoeba histolitica, Giardia Lamblia, Trichomonas Honimis), Jamur : Candida Albicans.2) Infeksi parenteral

Infeksi diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis. Keadaan ini terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat; disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan ; makanan beracun, basi, alergi makanan.

d. Faktor psikologi : rasa takut/cemas.

4. Insiden

a. Gastroenteritis akut adalah penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak anak (flu adalah yang pertama).

b. Rotavirus adalah penyebab kira kira 35 % sampai 50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut; antara 7 % dan 17 % disebabkan adenovirus; dan 15 % disebabkan bakteri.

c. Bayi yang mendapat Asi lebih jarang menderita gastroenteritis akut daripada bayi yang mendapat susu formula ; antibodi maternal terhadap sejumlah patogen enterik dipindahkan melalui air susu ibu (Betz, Cecily L, 2002).

5. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi).

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) :

1) Kehilangan Na bikarbonat bersama tinja.

2) Ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal sehingga terjadi oliguria/anuria.

5) Pemindahan ion natrium dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan yang bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan kuszmaull.

Pernafasan kuszmaull ini merupakan homeostatis respiratorik, adalah usaha dari tubuh untuk mempertahankan ph darah.

c. Hipoglikemia

Pada anak anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi. Lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena :

1) Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu.

2) Adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala gejala hipoglikemia dapat berupa : lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat, kejang sampai koma.

d. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, hal ini disebabkan karena :

1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya memberikan minum air teh saja.

2) Pemberian susu yang direncanakan terlalu lama.

3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

6. Gambaran klinik

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai darah dan lendir . Warna tinja lama kelamaan menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan sedang dan berat (Ngastiyah, 1997).

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

a. Kehilangan berat badan

1) Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5 5 %.

2) Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan > 5 10 %.

3) Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan > 10%.

b. Skor Maurice King

Tabel 2.1. Skor dehidrasi

Bagian tubuh yang diperiksaNilai untuk gejala yang ditemukan

012

Keadaan umum

Kekenyalan kulit

Mata

Ubun-ubun besar

Mulut

Denyut nadiSehat

Normal

Normal

Normal

Normal

< 120 x/menitGelisah, apatis, rewel, ngantuk

Sedikit (-)

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

120 140 x/mMengingau, koma atau syok

Sangat kurang

Cekung

Cekung

Kering

< 140 x/m

Sumber : Gastroenterologi Anak Praktis Hal. 59.1) Dehidrasi ringan 0 2

2) Dehidrasi sedang 3 6

3) Dehidrasi berat 7 12

c. Gejala klinis

Tabel 2.2. Gejala klinis Dehidrasi

Gejala klinisRinganSedangBerat

Keadaan umum

Kesadaran

Rasa haus

Sirkulasi

Nadi

Respirasi

Pernafasan

Kulit

Ubun-ubun besar

Mata

Turgor dan tonus

Diuresis

Selaput lendirBaik (composmentis)

+

Normal

Biasa

Agak cekung

Agak cekung

Biasa

Normal

NormalGelisah

++

Cepat

Agak cepat

Cekung

Cekung

Agak kurang

Oliguri

Agak keringApatis coma

+++

Cepat sekali

Kusmaul

(Cepat dan dalam)

Cekung sekali

Cekung sekali

Kurang sekali

Anuria

Kering

Sumber : Gastroenterologi Anak Praktis, hal 60.

Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30 60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu :

a. 1 detik: turgor agak kurang (dehidrasi ringan).

b. 1 2 detik: turgor kurang (dehidrasi sedang).

c. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat).

Pada anak anak dengan ubun ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya/frekuensi kencing.

7. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan EKG).

d. Hipoglikemia.

e. Intolerance sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim laktase.

f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare jika lama atau kronik.

8. Pencegahan

Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 F Finger, Feces, Food, dan Fly, maka penyuluhan yang penting adalah :

a. Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain memakai alas kaki jika bermain di tanah.

b. Membiasakan anak buang air besar di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.

c. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.

d. Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja).

e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang bersih juga perlu dimasak mendidih lebih lama. (Ngastiyah, 1997).

9. Penanganan

Dasar pengobatan diare :

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cairan peroral, cairan parenteral.

b. Dietetik (cara pemberian makanan).

c. Pemberian obat-obatan.

1) Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum klien.

a) Cairan peroral : Diare dengan dehidrasi ringan, sedang.

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar natrium 50 60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (Formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

b) Cairan parenteral

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP.

Tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

Cara memberikan cairan :

(1) Belum ada dehidrasi

Peroral sampai anak masih mau minum atau 1 gelas setiap defekasi.

(2) Dehidrasi ringan

(a) 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral

(b) selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad. Libitum.

(3) Dehidrasi sedang

(a) 1 jam pertama : 50-100 ml/kg peroral/intra gastric (sonde).

(b) Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad. Libitum.

(4) Dehidrasi berat

(a) Untuk anak berumur 1 bulan sampai 2 tahun, BB : 3-10 kg 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit. (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes//kg BB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

7 jam berikutnya : ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg/menit (set infus 1 ml = 20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik.

(b) Untuk anak umur 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.

1 jam pertama : 30 ml/kg BB/jam atau 18 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 7 jam berikut : 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik.

(c) Untuk anak umur 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg.

1 jam pertama : 20 ml /kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kg BB/ jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kg BB/menit.(1 ml = 15 tetes) atau 1 tetes/kg BB/menit ( 1 ml = 20 tetes).

(d) Untuk bayi yang baru lahir neonatus dengan BB : 2-3 kg.

Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam.

Jenis cairan, cairan 4 : 1 (4 bagian gukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %)

Kecepatan :

4 jam pertama : 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 8 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

(e) Untuk BBLR dengan berat badan kurang 2 kg kebutuhan cairan : 250 ml/kg BB/24 jam. Jenis cairan : 4 : 1

(f) Kecepatan cairan : sama dengan pada bayi baru lahir.

(g) Cairan untuk MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.

Misalnya anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 310 kg.

Jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kg BB/24 jam.

Kecepatan :

4 jam pertama : 60 ml/kg BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

2) Penanganan dietetik

Untuk anak di bawah satu tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanannya :

a) Susu (ASI atau susu formula yang rendah laktosa, dan rendah asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu.

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

3) Pemberian obat-obatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras).

a) Obat anti sekresi.

(1.) Asetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.

(2.) Klorpromasin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.

b) Obat antibiotik, diberikan bila perlu saja dan sudah ada penyakit yang jelas.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan.

Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian keperawatan, identifikasi/analisa masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Doenges, Marilynn E, 1998) yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan profesional tenaga keperawatan.

1. Pengkajian data

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan, dimana diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.

Data yang lazim ditemukan pada pengkajian klien dengan diare (Tucker, Susan Martin, 1998) meliputi :

a. Sering defekasi :

1) Warna kuning kehijauan.

2) Mungkin mukoid.

3) Mungkin mengandung darah.

b. Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.

c. Penurunan nafsu makan.

d. Nyeri dan/atau kram abdomen.

e. Distensi abdomen.

f. Hyperaktif bising usus.

g. Muntah.

h. Demam.

i. Peka rangsang.

j. Letargi meningkat.

k. Dehidrasi :

1) Depresi fontanel anterior.

2) Mata cekung.

3) Turgor kulit buruk.

4) Selaput lendir kering.

5) Tak ada air mata saat menangis.

6) Berat jenis urine tinggi.

7) Oliguria.

l. Ketidakseimbangan elektrolit.

m. Hiponatremia atau hipernatremia.

n. Hipokalemia atau hiperkalemia.

o. Asidosis metabolik.

p. Pemeriksaan penunjang

Untuk kasus diare biasanya dilakukan pemeriksaan :

1) Usapan dubur untuk biakan kuman, biasanya ditemukan E. coli, Shygella, selain sebagai biakan kuman juga berfungsi untuk mendeteksi apakah klien intoleransi terhadap makanan lemak atau karbohidrat.

2) Pemeriksaan darah rutin : Hb, leukosit, eritrosit, trombosit, biasanya terjadi leukositosis bila diare disebabkan kuman.

3) Analisa gas darah, untuk mengetahui tingkat asidosis akibat dehidrasi.

4) Kimia darah, untuk mengetahui tingkat elektrolit dalam darah, biasanya kalium dan natrium di bawah normal.

5) Pemeriksaan urinalisa : kepekatan dan berat jenis urine.

2. Rumusan diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon aktual dan potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan (Doenges, Marilyn E, 1998). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien diare, baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah atau diare.

c. Diare berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi, atau malabsorbsi usus.

d. Perubahan intergitas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan iritasi pada daerah anal dan bokong.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah.

3. Perencanaan tindakan keperawatan / intervensi ( Tucker, Susan Martin, 1998 )

Adapun rencana tindakan keperawan pada klien dengan diare, adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare

Tujuan:Status volume cairan kembali normal, dengan kriteria membran mukosa lembab, turgor kulit normal, penambahan berat badan, haluaran urine sesuai usia.

Intervensi:

1) Monitor intake dan outputRasional:Catatan mengenai intake dan output dapat mendeteksi dini adanya ketidakseimbangan cairan.

2) Timbang BB tiap hari

Rasional:Penimbangan berat badan harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.

3) Pantau tanda dan gejala dehidrasi seperti ; turgor kulit, warna kulit, keadaan ubun-ubun, membran mukosa, haus.

Rasional:Adanya turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung, membran mukosa kering mengindikasikan adanya dehidrasi.

4) Beri cairan parenteral dengan pemberian cairan elektolit sesuai pesanan.

Rasional: Pemberian cairan parenteral sangat dibutuhkan jika klien telah mengalami dehidrasi atau resiko terjadinya dehidrasi.

5) Berikan cairan peroral kepada klien

Rasional:Pemberian cairan peroral dapat mengembalikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui muntah dan defekasi.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah atau diare.

Tujuan:Nutrisi dapat terpenuhi melalui intake yang adekuat dengan kriteria adanya penambahan berat badan.

Intervensi:

1) Timbang berat badan tiap hari.

Rasional:Dengan menimbang berat badan tiap hari dapat diketahui status nutrisi klien.

2) Pantau intake dan outputRasional:Untuk mengetahui apakah sudah terjadi keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.

3) Beri makan sedikit-sedikit dan makanan tambahan yang tepat

Rasional:Dilatasi gaster akan terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode puasa.

4) Beri HE tentang manfaat gizi seimbang

Rasional:Gizi seimbang dapat mempercepat proses penyembuhan dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

5) Kolaborasi pemberian diet yang tepat sesuai dengan program pengobatan dan indikasi.

Rasional:Pemberian diet yang tepat dapat memenuhi kebutuhan klien akan nutrisi serta mencegah terjadinya malnutrisi.

c. Diare berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi atau malabsorbsi usus.

Tujuan:Pola defekasi klien dapat kembali normal seperti sebelum dirawat di rumah sakit.

Intervensi:

1) Pertahankan status puasa sampai frekuensi dan volume defekasi menurun.

Rasional:Untuk mencegah terjadinya iritasi gastrik lebih lanjut.

2) Kaji frekuensi, karakteristik dan warna faeces

Rasional:Agar dapat diketahui secara dini adanya perubahan yang terjadi pada pola defekasi..

3) Berikan cairan dalam porsi sedikit tapi sering.

Rasional:Dapat menggantikan cairan yang hilang pada diare dan muntah.

4) Tingkatkan diet dari cair menjadi lebih padat.

Rasional:Agar kebutuhan diet klien dapat terpenuhi dan untuk memantau volume defekasi.

d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan iritasi pada daerah anal dan bokong.

Tujuan : Klien dapat menunjukkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria warna kulit daerah anal dan bokong sama dengan daerah sekitarnya dan tidak terjadi lecet serta kemerahan.

Intervensi:

1) Jaga daerah pemasangan popok agar tetap bersih dan kering

Rasional:Agar daerah perineal tidak lembab yang memudahkan terjadinya lecet.

2) Bersihkan daerah perineal setiap kali selesai defekasi, bilas dengan air dan keringkan dengan tissue.

Rasional:Daerah perineal yang bersih mencegah terjadinya lecet dan iritasi pada daerah perineal.

3) Ganti popok / alat tenun setiap kali basah

Rasional:Menghindari pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme.

4) Berikan salep pelindung setiap mengganti popok / pakaian.

Rasional:Salep pelindung kulit mengurangi kontak kulit perineal dengan asam dan cairan faeces.

5) Cuci tangan sebelum dan setelah mengganti popok / pakaian.

Rasional:Untuk mencegah terjadinya infeksi silang dari keluarga kepada klien.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di rumah.

Tujuan : Orang tua / keluarga dapat memahami tentang perawatan di rumah serta diet yang harus dijalankan .

Intervensi :

1) Ajarkan tehnik cuci tangan yang baik sebelum dan setelah mengganti popok / pakaian.

Rasional:Agar orang tua / keluarga dapat mengetahui tehnik mencuci tangan yang baik sehingga dapat diterapkan di rumah.

2) Jelaskan kepada orang tua untuk selalu memonitor adanya muntah atau diare pada anak dan denyut nadi yang tidak teratur serta langsung melaporkan kepada dokter.

Rasional:Adanya tanda-tanda muntah dan diare merupakan gejala ketidakseimbangan cairan.

3) Ajarkan kepada orang tua bagaimana penanganan diare di rumah

Rasional:Dengan mengetahui cara penanganan diare di rumah memudahkan orang tua memberi tindakan sebelum membawa klien ke rumah sakit.

4) Diskusikan pentingnya masukan cairan yang adekuat serta kebutuhan diet.

Rasional:Mempercepat penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.

4. Pelaksanaan / implementasi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan . Untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan pelayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dan direncanakan.

a. Melaksanakan rencana keperawatan

Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan dasar atau pedoman dalam intervensi perawatan.

b. Mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien

Dalam mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa, cermat dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebagai akibat tindakan perawatan yang diberikan. Dengan melihat akan sangat membantu perawat dalam mengidentifikasikan reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya penyimpangan penyimpangan.

c. Mengevaluasi tanggapan / reaksi klien

Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan. Langkah ini merupakan syarat yang pertama yang dipenuhi bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intervensi perawatan dapat di terima oleh klien.

5. Evaluasi

Merupakan proses yang kontinyu untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, dilakukan dengan meninjau respons pasien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum.

b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum.

c. Apakah perlu pengkajian kembali.

Gambar 2.1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sumber : Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Hal. 1088.

PAGE 3