bab i

3
BAB I PENDAHULUAN Dalam pemeriksaan forensik kasus keracunan berdasarkan tujuan pemeriksaannya, dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian dan yang kedua untuk mengetahui mengapa suatu peristiwa, misalnya: peristiwa pembunuhan, kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan pesawat udara, dan pemerkosaan, dapat terjadi. Tujuan kedua ini sebenarnya merupakan kasus yang terbanyak, namun sampai saat ini masih sangat sedikit dilakukan penyidikan. Tujuan yang kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat-obatan atau racun tersebut berperan sehingga peristiwa itu dapat terjadi. Pada kedua tujuan pemeriksaan atas diri korban diharapkan dapat diketemukan racun atau obat dalam dosis tertentu sebagai dasar untuk menduga kenapa peristiwa tersebut terjadi. Misalnya pada kasus kematian akibat racun, diharapkan cukup bukti konsentrasi obat “racun” dalam darah/tubuh dapat menyebabkan kematian, sedangkan pada tujuan pemeriksaan yang kedua diperlukan interpretasi apakah konsentrasi obat “racun” dalam darah dapat menyebabkan peristiwa yang dituduhkan terjadi. Dalam ilmu kedokteran kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu penyebab kematian yang cukup banyak sehingga keberadaannya tidak dapat diabaikan. Jumlah maupun jenis reaksi pun semakin bertambah, apalagi dengan makin banyaknya macam-macam zat pembasmi hama. Selain karena faktor murni kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat disalahgunakan untuk tindakan-tindakan kriminal. Walaupun tindakan meracuni seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tapi baik di dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun di dalam Hukum Acara Pidana (RIB) tidak dijelaskan batasan dari keracunan tersebut, sehingga banyak dipakai

Upload: muhammad-fauzi

Post on 08-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

baba

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANDalam pemeriksaan forensik kasus keracunanberdasarkan tujuan pemeriksaannya, dapat dibagikedalam dua kelompok, yaitu pertama bertujuanuntuk mencari penyebab kematian dan yangkedua untuk mengetahui mengapa suatuperistiwa, misalnya: peristiwa pembunuhan,kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan pesawat udara,dan pemerkosaan, dapat terjadi. Tujuan kedua inisebenarnya merupakan kasus yang terbanyak,namun sampai saat ini masih sangat sedikitdilakukan penyidikan. Tujuan yang keduabermaksud untuk membuat suatu rekaanrekonstruksi atas peristiwa yang terjadi, sampaisejauh mana obat-obatan atau racun tersebutberperan sehingga peristiwa itu dapat terjadi.Pada kedua tujuan pemeriksaan atas diri korbandiharapkan dapat diketemukan racun atau obatdalam dosis tertentu sebagai dasar untukmenduga kenapa peristiwa tersebut terjadi.Misalnya pada kasus kematian akibat racun,diharapkan cukup bukti konsentrasi obat racundalam darah/tubuh dapat menyebabkan kematian,sedangkan pada tujuan pemeriksaan yang keduadiperlukan interpretasi apakah konsentrasi obatracun dalam darah dapat menyebabkanperistiwa yang dituduhkan terjadi.Dalam ilmu kedokteran kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu penyebab kematian yang cukup banyak sehingga keberadaannya tidak dapat diabaikan. Jumlah maupun jenis reaksi pun semakin bertambah, apalagi dengan makin banyaknya macam-macam zat pembasmihama. Selain karena faktor murni kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat disalahgunakan untuk tindakan-tindakan kriminal. Walaupun tindakan meracuni seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tapi baik di dalam kitab Undang-UndangHukum Pidana maupun di dalam Hukum Acara Pidana (RIB) tidak dijelaskan batasan dari keracunan tersebut, sehingga banyak dipakai batasan-batasan racun menurut beberapa ahli, untuk tindakan kriminal ini, adanya racun harus dibuktikan demi tegaknya hukum.Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4(Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).Arsenic, banyak digunakan sebagai bahan campuran obat pembasmi tikus (rodentisida). Arsen juga banyak digunakan dalam masyarakat sebagai hasil industri, misalnya sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida, campuran dalam pupuk, maupun mencemari lingkungan masyarakat karena dampak dari industri. Arsen juga digunakan dalam bidang pengobatan. Dalam hal ini digunakan arsen jenis tertentu dan dalam dosis tertentu pula, seperti neosalveran untuk pengobatan penyakit sifilis, frambusia (sampar / patek), sebagai salah satu campuran dalam tonikum, dan obat-obat lainnya seperti solarson, optarson, arsentriferrol, liquor arsenicallis, dan lain-lain. Senyawaan arsen lainnya ialah Arsine, AsH3 (arsenicum lekas uap), Arsen Trioxide (As2O3), Arsen putih, As2S2, As2S3.Karena sifat beracunnya, mudahnya di dapat serta mudahnya digunakan oleh masyarakat, maka wajarlah jika ada yang menyalahgunakannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa dilakukan secara langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelasDalam menghadapi kasus yang demikian, maka peranan kedokteran kehakiman sangatlah penting dalam menentukan apakah korban benar-benar meninggal karena arsen, atau sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi, dokter juga bekerja sama dengan bagian toksikologi dalam menentukan adanya arsen dan jumlahnya yang ada pada korban. Pada orang-orang sehat, juga bisa ditemukan arsen, misalnya pada orang yang minum tonikum yang mengandung arsen. Oleh karena itu dalam menentukan sebab kematian karena arsen, selain ditemukannya arsen dalam jaringan atau organ, juga harus dapat ditentukan kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan atau organ tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya, walaupun mungkin tidak begitu banyak terjadi, keracunan arsen dapat berupa kontaminasi lingkungan dari zat-zat atau benda hasilan atau yang mengandung arsen.