bab i

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abses pada rongga mulut merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran. Angka kejadian abses periapikal lebih sering terjadi pada anak-anak yaitu 50% anak usia 9 tahun dan 80% pada usia dibawah 17 tahun. Berdasarkan data perawatan klinis di dokter gigi abses periapikal akut memiliki persentase sekitar 2-6%, prevalensi terjadinya abses periapikal kronis 5-46%. Kejadian meningkat pada orang yang kualitas hidupnya rendah dan sering terjadi pada anak-anak, tidak ada perbedaan angka kejadian abses periapikal antara laki-laki dan perempuan (Nanavati, dkk. 2013). Abses rongga mulut pada umumnya terjadi di regio periapikal tetapi dapat pula pada jaringan lunak yang tersusun dari sebuah pusat organisme dan gabungan dengan leukosit polimorfonuklear. Patofisiologi abses periapikal diawali pada saluran pulpa yang sempit yang 1

Upload: premaysari

Post on 07-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

srikaya

TRANSCRIPT

3

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAbses pada rongga mulut merupakan rongga patologis yang berisipusyang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran. Angka kejadian abses periapikal lebih sering terjadi pada anak-anak yaitu 50% anak usia 9 tahun dan 80% pada usia dibawah 17 tahun. Berdasarkan data perawatan klinis di dokter gigi abses periapikal akut memiliki persentase sekitar 2-6%, prevalensi terjadinya abses periapikal kronis 5-46%. Kejadian meningkat pada orang yang kualitas hidupnya rendah dan sering terjadi pada anak-anak, tidak ada perbedaan angka kejadian abses periapikal antara laki-laki dan perempuan (Nanavati, dkk. 2013). Abses rongga mulut pada umumnya terjadi di regio periapikal tetapi dapat pula pada jaringan lunak yang tersusun dari sebuah pusat organisme dan gabungan dengan leukosit polimorfonuklear. Patofisiologi abses periapikal diawali pada saluran pulpa yang sempit yang menyebabkan drainase yang tidak sempurna pada pulpa yang terinfeksi, dan dapat menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan menyebar kearah jaringan periapikal secara progresif. Ketika infeksi mencapai akar gigi, jalur patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi bakteri, ketahananhost, dan anatomi jaringan yang terlibat (Bailey, 2005).Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan periapikal, mengakibatkan timbunyal respon keradangan ke jaringan yang terinfeksi, karena kondisihostnya tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi, yang menyebabkan terjadinya abses yang merupakan hasil aktifitas dari bakteri Streptococcus viridans, yaitu menghasilkan toksin masiv untuk membunuh neutrofil yang pada akhirnya terbentuk abses. Penyebab infeksi saluran akar dan jaringan periapikal adalah Streptococcus viridans (S. viridans) (Bader, 2006).S. viridans termasuk kelompok bakteri yang paling banyak ditemui dalam saluran akar atau rongga mulut, bahkan selama kehidupan, 4-12 jam setelah manusia lahir. Menurut Bader (2006), bakteri penyebab infeksi pulpa didominasi oleh bakteri Streptococcus viridans (63%). Bakteri ini berkembang biak di dalam saluran akar dikarenakan proses karies gigi yang berkelanjutan yang tidak dilakukan perawatan, sehingga menyebabkan terjadinya infeksi saluran akar dan jaringan periapikal (Brooks dkk., 2007). Zaman dahulu nenek moyang kita telah memanfaatkan tanaman, sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang sekarang ada. Ramuan tanaman obat yang kemudian dikenal dengan sebutan herbal itu, terbukti mujarab dalam mengobati berbagai penyakit. Berkembang pemikiran kembali ke alam (back to nature), karena obat-obatan modern sampai saat ini sering menimbulkan efek samping dan harganya semakin mahal. Pemanfaatan obat yang berasal dari bahan alami atau tradisional menjadi alternatif masyarakat karena selain untuk mengurangi penggunaan substansi kimia yang dapat berbahaya, mudah diperoleh, serta dapat meningkatkan potensi pemanfaatan tanaman obat yang ada di sekitar kita (Sudewo, 2005).Salah satu tanaman obat, yang saat ini digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit adalah tanaman srikaya (Annona Squamosa). Beberapa penelitian melaporkan bahwa daun srikaya memiliki berbagai macam aktivitas yang disebabkan oleh kandungan senyawa didalamnya, termasuk flavonoid (Triwibowo, 2013). Keistimewaan tanaman srikaya (Annona squamosal L) khususnya yang berperan sebagai antibakteri adalah terletak pada daun. Robinson (2005), mengungkapkan terdapat 3 komposisi kimia pada daun srikaya yang berfungsi sebagai antibakteria yaitu alkaloid, flavonoid, dan terpenoid. Ketiga zat kimia tersebut bekerja menghambat pertumbuhan bakteri dengan mempengaruhi fungsi mikroorganisme bakteri (Manoi dan Balittro, 2009).Mekanisme kerja dari alkaloid yaitu, dapat menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Mekanisme kerja flavonoid daun srikaya dalam menghambat pertumbuhan bakteri, bahwa flavonoid menghambat fungsi membran sel dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Terpenoid dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya dinding sel, dimana dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak sempurna (Nuria, dkk. 2009). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang daun srikaya sebagai antibakteri. Saat ini belum ada laporan penelitian yang meneliti aktifitas antibakteri ekstrak daun srikaya (Annona squamosal L) terhadap Streptococcus viridans, sehingga nantinya ekstrak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat yang aman, mudah didapat, serta dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan gigi masyarakat.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu :Apakah ekstrak daun srikaya (Annona squamosal L) memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus viridans?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum :Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui aktifitas antibakteri ekstrak daun srikaya (Annona squamosal L) terhadap Streptococcus viridans.2. Tujuan khusus :Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi minimum dari ekstrak daun srikaya (Annona squamosal L) terhadap Streptococcus viridans.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritis :Memberikan informasi ilmiah di bidang Kedokteran Gigi tentang daya antibakteri ekstrak daun srikaya (Annona squamosal L) dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus viridans.2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam penggunaan obat antibakteri yang efektif, aman, mudah diperoleh, dan dapat digunakan pada pelayanan kesehatan gigi di masyarakat.1