bab i

23
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BRONKOPNEMONIA Disusun Oleh: KELOMPOK VII Beatriks Pongpalita, S.Kep Natalia Asso, S.Kep Petrus Yulianto, S.Kep Yunita Lipan, S.Kep Yulius Nawipa, S.Kep TAHAP PROFESI NERS ANGKATAN VI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

Upload: petrus-yulianto-ethuz

Post on 07-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

bronkopneumonia

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BRONKOPNEMONIA

Disusun Oleh: KELOMPOK VIIBeatriks Pongpalita, S.KepNatalia Asso, S.KepPetrus Yulianto, S.KepYunita Lipan, S.KepYulius Nawipa, S.Kep

TAHAP PROFESI NERS ANGKATAN VIPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS CENDERAWASIHJAYAPURA`2015BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tinggi terhadap infeksi, kurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas. Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak memadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses keperawatan yang benar.

B. Rumusan MasalahDalam kasus ini di temukan rumusan masalah sebagai berikut:1. Apa yang di maksud dengan Bronkopneumonia?2. Apa saja etiologi Bronkopneumonia?3. Bagaimana patofisiologi Bronkopneumonia?4. Bagaimana pathways dari Bronkopneumonia?5. Apa manifestasi klinik dari Bronkopneumonia?6. Apa komplikasi yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia?7. Bagaimana penatalaksanaan Bronkopneumonia?8. Bagaimana fokus keperawatan pasien dengan Bronkopneumonia?

C. Tujuan1. Tujuan UmumUntuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit broncopneumonia.2. Tujuan KhususAdapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :a. Untuk memahami tentang penyakit Broncopneumonia yang terjadi pada anak.b. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak Broncopneumonia dengan aplikasi NANDA NIC NOC.

BAB IIPEMBAHASANA. PengertianMenurut Betz.C ( 2002 ), Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Sedangkan menurut Suriadi ( 2001 ), pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001). Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak anak. Bronkopneumonia adalah peradangan pada diding bronkus kecil disertai atelektasis daerah percabangannya.Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus (influenza), jamur candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing. (Dra Suryana 1999).Bronkopneumonia adalah merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (kapita selekta edisi ke-2 1982).Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih menyebar sifatnya dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu sendiri yang membawa udara ke sel-sel yang sangat halus (alveoli) dari paru-paru itu sendiri. (Suddarths and brunner 2001).Bronkopneumonia adalah infiltrat yang tersebar pada kedua belahan paru. Dimulai pada bronkiolus terminalis , yang menjadi tersumbat oleh eksudat mukopurulent yang disebut juga lobular pneumonia.Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).

B. EtiologiPneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini. Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.1. BakteriOrganisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.2. VirusPneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.3. JamurInfeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.4. ProtozoaIni biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

C. PatofisiologiFaktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi makanan yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas kemudian masuk ke saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi jaringan interstisial parenkim paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul reaksi jaringan berupa edema alveolar dan pembentukan eksudat. Hal tersebut akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli, alveoli dan paru-paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan beberapa manifestasi klinis.

D. Pathway

E. Manifestasi KlinisAdapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana tanda dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas dan pola nafas tak efektif. Tanda dan gejala lain yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat yang dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan volume cairan dan hipertermia. Batuk dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi traktus respiratori yang akan menimbulkan masalah bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah risiko penularan infeksi juga dapat terjadi jika kuman sudah masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala dan disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua sehingga keluarga bertanya-tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah kecemasan orangtua.

F. Komplikasi1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral. Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.

G. PenatalaksanaanPenatalaksanaanKeperawatanyang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah1. Menjaga kelancaran pernapasan2. Kebutuhan istirahat3. Kebutuhan nutrisi dan cairan4. Mengontrol suhu tubuh5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman

Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:1. Pemberian antiotik sesuai program2. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

H. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. FokusPengkajianUsia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.b. Keluhan Utama : sesak nafasc. Riwayat Penyakit1) Pneumonia VirusDidahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.2) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.

d. Riwayat Kesehatan DahuluSering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).e. Pengkajian Fisik1) Aktivitas/istirahat.Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.2) SirkulasiGejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.3) Makanan/cairanGejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kaheksia (mal nutrisi).4) NeurosensoriGejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).5) Nyeri/kenyamananGejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.Tanda : Melindungi area yang sakit.6) PernafasanGejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).7) KeamananGejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.8) Penyuluhan/pembelajaranGejala : Riwayat penyakit ISPA.Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.2. Diagnosa Keperawatana. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucusb. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudatc. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasid. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan b.d faktor biologis. e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea.

3. Rencana KeperawatanNoDiagnosaTujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1

2

3

4

5Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus

Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat

Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan b.d faktor biologis.

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea.Setelah dilakukan askep jam Status respirasi: terjadi kepatenan jalan nafas dg KH:Pasien tidak merasa tercekik ,tidak sesak nafas, auskultasi suara paru bersih,irama nafas , frekuensi nafas dalam rentang normal, tanda vital dbn.

Setelah dilakukan askep jam ventilasi dan pertukaran gas efektif dengan KH:Keseimbangan elektrolit dan asam basa, Nadi dalam batas yang diharapkan, Irama jantung dalam batas yang diharapkan

Setelah dilakukan askep jam jam pola napas efektif dengan criteria hasil : Kepatenan jalan napas, demam tidak ada, sesak tidak ada, frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, keluaran sputum dari jalan napas, tidak adanya suara napas tamabahan

setelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan status nutrisi dg KH: Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat. Identifikasi kebutuhan nutrisi.

setelah dilakukan askep jam tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan criteria hasil :Hidrasi, Membran mucus yang basah, Nafas pendek tidak ditemukan, Mata cekung tidak ditemukan, Bunyi napas tambahan tidak ditemukanAirway manajemenn 1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi3. Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.4. Pasang ET jika memeungkinkan5. Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan6. Keluarkan lendir dengan suction7. Asukultasi suara nafas8. Lakukan suction melalui ET9. Atur posisi untuk mengurangi dyspnea10. Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan 11. berikan bronkodilator jika perlu

Airway Suction 1. Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction3. Informasikan pada keluarga tentang suction4. Masukan selang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction 5. Bila menggunakan oksigen tinggi (100% O2) gunakan ventilator atau rescution manual.6. Gunakan peralatan steril, sekali pakai untuk melakukan prosedur tracheal suction.7. Monitor status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum, selama, san sesudah suction.8. Suction oropharing setelah dilakukan suction trachea.9. Bersihkan daerah atau area stoma trachea setelah dilakukan suction trachea.10. Hentikan tracheal suction dan berikan O2 jika pasien bradicardia.11. Catat type dan jumlah sekresi dengan segera

Manajemen asam basaAktivitas :1. Pertahankan kepatenan akses IV2. Pertahankan kepatenan jalan nafas3. Pantau kadar eletrolit4. Pantau pola nafas5. Sediakan terapi oksigenTerapi OksigenAktivitas :1. Bersihkan secret mulut dan trakea2. Jaga kepatenan jalan napas3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi4. Pantau aliran oksigen5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien6. Monitor aliran oksigen dalam liter7. Monitor posisi pemasangan alat oksigen

Manajemen Jalan NapasAktivitas :1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektifBantuan VentilasiAktivitas :1. Jaga kepatenan jalan napas2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea3. Bantu perubahan posisi dengan sering4. Pantau kelemahan oto pernapasan5. Mulai dan jaga oksigen tambahan6. Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea7. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Managemen nutrisi1. Kaji pola makan klien2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c6. monitor intake nutrisi dan kalori7. Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.

Nutritional terapi1. kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT 2. berikan makanan melalui NGT k/p3. berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan monitor penurunan dan peningkatan BB4. monitor intake kalori dan gizi

Manajemen cairanAktivitas :1. Timbang BB tiap hari2. Hitung haluaran3. Pertahankan intake yang adekuat4. Monitor status hidrasi5. Monitor TTV6. Berikan terapi IVTerapi Intra venaAktifitas :1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV3. Periksa IV secara teratur4. Pantau TTV5. Catat intake dan output6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanBronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak anak. Penyebab Broncopneumonia adalah bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak. Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis media, perikarditis, bronkiektasis,empisema dan lain-lain.

B. SaranPenulis mengharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan dan dijadikan sebagai tambahan sumber bahan kuliah pada mata kuliah keperawatan anak di program S1 Keperawatan.Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari salah dan kekhilafan, untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

http://nissa-uchil.blogspot.com/2015/02/askep-bronkopneumonia.htmlhttp://barryvanilow.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-bronkopneumonia.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35508-Kep%20Respirasi-Askep%20Bronkopneumonia.html#popup