bab i

23

Click here to load reader

Upload: delina-damanik

Post on 07-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hahahahahaa

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah farmasi merupakan salah satu sumber pencemaran yang sangat potensial. Pada saat ini masih sering kita jumpai limbah farmasi yang kurang mendapatkan perhatian serius dari berbagai rumah sakit maupun industri farmasi. Pengelolaan limbah yang masih terpinggirkan dari pihak-pihak rumah sakit dan industri farmasi tentunya berdampak buruk bagi masyrakat maupun lingkungan. Pada dasarnya, limbah farmasi merupakan salah satu dari limbah medis berbahaya karena toxicity, serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan yang benar menghindari resiko-resiko yang terjadi. Sangat disayangkan bahwa pengetahuan maupun pemahaman pihak-pihak terkait mengenai peraturan dan persyaratan dalam pengelolaan limbah farmasi masih dirasa minim sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit atau industri farmasi yang membuang limbahnya kesaluran umum. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah limbah masih sangat terbatas. Maka perlu, dikembangkan teknologi pengolahaan air limbah yang murah dan mudah pengoperasiannya .Upaya pengolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan tentang limbah unsur-unsur yang terkandung serta penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu keterampilan mengolah limbah jadi ekonomis dan mengurangi jumlah yang terbang ke alam.Melalui makalah ini, akan dijabarkan secara lebih rinci mengenai limbah farmasi dari segi golongannya, bahayanya bagi makhluk hidup maupun lingkungan, serta cara dan teknologi pengelolaan limbah farmasi di industri maupun dirumah sakit, dan dalam makalah ini juga akan membahas tentang pengolahan limbah dengan tata cara yang baik dan benar. Diharapkan dengan dilaksanakan pembelajaran ini dapat dikembangkan manajemen limbah padat, cair, gas serta berbahaya dan beracun

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari limbah farmasi?2. Penggolongan dari limbah farmasi?3. Bagaimana cara pengelolaan limbah farmasi ?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan defenisi dari limbah farmasi 2. Mengetahui penggolongan dari limbah farmasi 3. Mengetahui cara pengelolaan limbah farmasi yang baik dan benar

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 LimbahLimbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi. Baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair ataupun padat. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya yang dikenal sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3). Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut; mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, dan juga menyebabkan infeksi.II.2 Limbah Farmasi Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Contoh produk farmasi tersebut, antara lain:1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan2. Sediaan farmasi ( tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep, krim, infuse, dll)3. Produk diagnostic in vitro dan in vivo4. Produk biologi seperti vaksinKategori ini mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat.II.3 Penggolongan Limbah Klasifikasi dari limbah menurut bentuknya; Limbah PadatContoh : debu atau serbuk obat dari sistem pengendalian debu, obat rusak atau kadaluwarsa (tablet), bungkus obat, botol obat yang beresidu, aluminium foil, jarum suntik dan berkas pembalut.Adapun kegitan produksi yang menyebabkan mumculnya limbah padat tersebut diantaranya; Kegagalan produksi Debu bahan formulasi yang terkumpul dari dust dan vacuum cleaner Bekas kemasan bahan baku dan kemasan yang rusak. Limbah CairContoh : berkas reagen di laboratorium, bekas cucian peralatan produksi, tumpahan bahan, dan sebagainya.Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah cair tersebut diantaranya; Pencucian mesin, alat-alat produksi, kemasan (botol), dan lain-lain Sanitasi ruangan Limbah GasContoh: debu selama proses produksi, uap lemari asam di laboratorium, uap solvent proses film coating, asam steam boiler, generator listrik dan incinerator.Adapun kegitan produksi yang menyebabkan munculnya limbah air tersebut diantaranya. Dari proses granulasi Dari proses pencetakan tablet Dari proses coating Dari proses masa kapsul Limbah LaboratoriumLimbah laboratorium yang berasal dari suatu pemeriksaan dengan menggunakan pereaksi yang mengandung logam berat ditanggulangi dengan melalui suatu proses pengendapan sebagai sulfide dan kemudian endapan tersebut ditanam dalam bak beton. Sedangkan cairan yang sudah bebas logam berat disalurkan kedalam water water treatment sebelum dialirkan ke sungai.II.4 Pengelolaan Limbah FarmasiLimbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis atau merupakan limbah berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh limbah farmasi adalah obat-obatan, vaksin, serum, yang tidak digunakan lagi, botol obat yang beresidu, dll. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara, pemilihan teknologi. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara, pemilihan teknologi pengelolaan limbah farmasi dapat didasarkan pada;1. Karakteristik Limbah 2. Mutu baku lingkungan3. Biaya operasional pengolahan4. Lahan yang harus disediakanPengelolaan limbah farmasi merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak diantaranya:a. Penimbunan limbah ( pemisahan dan pengurangan)Limbah farmasi dapat berasal dari industry farmasi, rumah sakit ( tempat pelayanan kesehatan), dan perumahan. b. Penyimpanan (storage)Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah farmasi hingga dipindahkan ketahap penampungan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan nilai ekonomisc. Penampungan atau pengumpulan Limbah Sebelum diangkatWadah penampungan limbah ini harus memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam limbah farmasi dilakukan perlakuan standarisasi seperti telah ditetapkan dalam permenkes RI.no.986/Men.kes/Per/1992.d. Pengangkutanpengangkutan limbah ketempat pembuangan di luar dengan cara pengangkutan eksternal dengan memerlukan prosedur pelaksanaan dan harus dipatuhi.e. PengolahanLimbah farmasi memerlukan pengolahan sebelum dibuang kelingkungan. Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan racun atau detoksitasi. Merubah bahan berbahaya menjadi kurang berbahaya dan mempersiapkan proses berikutnya.II.5. Dampak Pengolahan LimbahPengolahan limbah yang baik dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, akan tetapi bila tidak dikelola dengan baik dapat memberi dampak negatif bagi lingkungan.a. Dampak positif pengolahan limbahPengolahan limbah yang benar akan memberikan dampak positif, yaitu :1. Limbah dapat digunakan untuk menimbun lahan / dataran rendah2. Limbah dapat digunakan untuk pupuk3. Limbah dapat digunakan sebagai pakan ternak , baik langsung maupun mengalami proses pengolahan lebih dulu4. Mengurangi tempat perkembangbiakan penyakit / vektor penyakit5. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit menular6. Menghemat biaya pemeliharaan kesehatan karena masyarakat yang sehatb. Dampak negatif bila limbah tidak dikelola dengan baik Pengolahan limbah yang kurang baik akan memberikan dampak negatif, seperti :1. Menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit / vektor penyakit2. Menyebabkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, insomnia maupun stress3. Lingkungan menjadi kotor, bau, saluran air tersumbat, banjir4. Lingkungan menjadi tidak indah dipandang5. Menurunkan minat orang datang ketempat tersebut6. Menaikkan angka kesakitan bagi masyarakat7. Membutuhkan dana besar untuk membersihkan lingkungan8. Menurunkan pemasukan pendapatan daerah karena kurangnya wisatawan yang berkunjung.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 MACAM-MACAM LIMBAH 3.1.1 Limbah MakananLimbah makanan adalah makanan yang terbuang dan menjadi sampah, Definisi sampah dapat dilihat dari berbagai sisi sehingga berbagai lembaga dan organisasi dapat menggunakan definisi yang berbeda-beda mengenai sampah makanan ataupun makanan yang terbuang. Sampah makanan dapat dilihat dari jenisnya, dari bagaimana sampah terbentuk, dan dari mana asalnya. Sebagian makanan dapat terbuang pada tahap tertentu dalam proses pengolahannya hingga selesai dikonsumsi oleh manusia. Berdasarkan Institution of Mechanical Engineers, setidaknya pada tahun 2013 setengah dari total makanan yang diproduksi manusia terbuang menjadi sampah. 3.1.2 Limbah Kosmetik Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk melakukan efisiensi seiring makin melambungnya biaya produksi, belanja pegawai hingga ongkos energi. Sehingga mau tak mau akan menomorduakan persoalan pembuangan limbahnya. Apalagi pengolahan limbah memerlukan biaya tinggi. Padahal limbah industri kosmetik sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran. Pada umumnya limbah industri kosmetik mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP 18/99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena cepat atau lambat pasti akan membawa dampak yang buruk bagi lingkungan ataupun bagi kesehatan manusia. Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga atas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metoda atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.3.1.3 Limbah Obat Tradisional Obat tradisional sendiri telah dikenal secara turun-menurun dan dikenal masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Penmanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan untuk menjaga kesehatan maupun pengobatan. Obat tradisional itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka. Jamu adalah obat yang telah disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk, seduhan, pil dan cairan yang berisi seluruh bahan tamanan menyusun jamu tersebut serta digunakan sebagai obat tradisional. Pada umumnya jenis ini memacu pada resep leluhur yang terbuat dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak. Bentuk jamu tidak perlu dibuktikan ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dibuktikan dengan empiris.

3.1.4 Limbah obat Limbah farmasi (obat) berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.3.1.5 Limbah Obat Hewan Sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaanternak,rumahpotonghewan,pengolahanproduk ternak dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telor, lemak, darah , bulu, tulang, tandungdanlainlain.Semakinberkembangnyausahapeternakan,limbahyang dihasilkansemakinmeningkat.3.2 PENGELOLAAN LIMBAH3.2.1 Limbah makanan3.2.1.1 Limbah CairLimbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis industrinya. Sebagai contoh industri tapioka. Limbah cair industri tapioka tradisional mencapai 14 - 18 m 3 per ton ubi kayu. Contoh lain adalah industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 - 5.000 Liter.Pengelolaan limbah cair pangan Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian 4 Sebagian besar limbah cair industri pangan dapat ditangani dengan mudah dengan sistem biologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan fosfor. Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan pengolahan tersier. Sebagian polutan limbah cair industri pangan terdapat dalam bentuk tersuspensi dan terlarut yang relatif tidak terpengaruh oleh pengolahan primer tersebut. Untuk menghilangkan / mengurangi kandungan polutan tersuspensi atau terlarut diperlukan pengolahan sekunder dengan proses biologis (aerobik maupun anaerobik).

3.2.1.2 Limbah Padat Limbah padat industri pangan terutama terdiri dari bahan bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar dan air. Bahan-bahan ini mudah terdegradasi secara biologis dan menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama menimbulkan bau busuk.3.2.2 Limbah Kosmetika. Pengolahan secara fisika Dalam industri kosmetik, limbah cair secara umum diolah secara fisika dengan cara pengendapan purifikasi sehingga dihasilkan air yang terpurifikasi yang dapat direcycle untuk kegiatan yang lain. Namun dalam industri kosmetik terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang biasanya berupa logam-logam berat dan sisa-sisa pelarut yang bersifat toksik. Untuk bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya digunakan proses floatasi. Floatasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran udara ke atas. Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis, untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. b. Pengolahan secara biologiEtil alkohol merupakan pelarut dalam industri kosmetik. Residu alkohol yang berasal dari limbah kosmetik dipisahkan lalu difermentasikan. Setelah difermentasikan, selanjutnya dilakukan destilasi untuk memisahkan alkoholnya. Etil alkohol murni yang dipisahkan selanjutnya dapat digunakan lagi dalam industri kosmetik. Selain etil alkohol dihasilkan juga etanol. Etanol yang dihasilkan dari destilasi ini selanjutnya digunakan sebagai green fuel. Sedangkan residu sisanya dievaporasi. Kondensat hasil evporasi disaring dengan menggunakan trickling filter menghasilkan air yang dapat digunakan dalam proses industri serta untuk menyiram tanaman. Sisa dari proses evaporasi dapat dijadikan pakan konsentrat. Selain itu pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan metode lumpur aktif. Pengolahan sistem lumpur aktif adalah metode pemprosesan limbah dengan mempelajari proses dekomposisi secara mikrobiologis yang dikenal dengan biodegradasi oleh mikroorganisme pengurai. Lumpur akan mengandung berbagai jenis mikroorganisme heterotrofik termasuk bakteri yang memiliki peran penting dalam proses pembersihan secara biologis. Bakteri dapat memanfaatkan bahan terlarut maupun yang tersuspensi dalam air sebagai energi .Bakteri tersuspensi dalam lumpur digunakan untuk mengolah limbah secara mikrobiologis dapat dikembangkan dengan pembibitan (seeding) lumpur yang berasal dari ekosistem alam yang terkontaminasi, tercemar, maupun dari ekosistem alami yang memiliki sifat-sifat khas ataupun ekstrim. Salah satu limbah yang dapat diolah dengan metode tersebut adalah limbah deterjen. Deterjen adalah senyawa sintetik yang termasuk surface active agent. Deterjen merupakan salah satu bahan pencuci yang banyak digunakan sebagai zat pencuci untuk keperluan kosmetik karena memiliki sifat sebagai pendispersi, pencuci dan pengemulsi. Penyusun utama deterjen adalah Dodecyl Benzene Sulfonat (DBS). DBS berfungsi untuk menghasilkan busa. Keberadaan busa-busa tersebut dapat membatasi kontak udara-air sehingga organisme air akan kekurangan oksigen. Adapun metode penelitian yang digunakan untuk menguji kemampuan bakteri.3.2.2.3 Limbah ObatPengolahan Sampah Domestik (Rumah Tangga)Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di lingkungan sekitar adalah:a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik.b.Pemanfaatan Kembali Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:1.Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan).Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk menyuburkan tanaman.2. Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir3.2.2.4 Limbah Obat Tradisional

3.2.2.5 Limbah Obat Hewan

3.2.3 Penanganan Limbah3.2.3.1 Limbah Makanan Tempat pembuangan akhir merupakan solusi termudah dan termurah dalam menangani sampah makanan, namun menyebabkan masalah lingkungan yang tertinggi diantaranya menjadi sarang serangga penyebar penyakit, bau, dapat mencemari air tanah, dan mampu menciptakan gas rumah kaca akibat dekomposisi bahan organik dari sampah makanan. Di Inggris, sampah makanan menyumbang 19 persen total sampah yang dibuang ke TPA. Demi mencegah hal ini, seluruh restoran di kota New York dilarang membuang sampah makanan ke TPA.3.2.3.2 Limbah Kosmetika

3.2.3.3 Limbah ObatPenanganan Limbah Medisa. Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur ulang.b. Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa aktifnya terlampaui. c. Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran pembuangan air, contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)d. Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis e. Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi) f. Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.

3.2.3.4 Limbah Obat Tradisinal

3.2.3.5 Limbah Obat Hewan