bab i

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani, termasuk anak-anak. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh, dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum ( Malik, 2008 ) Menurut Sheiham (2005) yang dikutip Widyanti (2009), pada masa anak-anak, kondisi kesehatan gigi dan mulut mempunyai dampak pada tumbuh kembang dan 1

Upload: eco-lrenuoille

Post on 07-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I SKRIPSI ORAL HYGIENE

TRANSCRIPT

12

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangOrganisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani, termasuk anak-anak. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh, dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum ( Malik, 2008 )Menurut Sheiham (2005) yang dikutip Widyanti (2009), pada masa anak-anak, kondisi kesehatan gigi dan mulut mempunyai dampak pada tumbuh kembang dan kesejahtraan anak serta secara signifikan akan berdampak pada kehidupan mereka kelak. Menurut WHO, keadaan mulut yang buruk, seperti banyaknya gigi yang hilang sebagai akibat gigi yang rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan menganggu fungsi dan aktifitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak pada kualitas hidup.Menurut Widyanti (2009) anak-anak yang mempunyai kesehatan mulut buruk 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktifitas termasuk tidak masuk sekolah dibandingkan dengan mereka yang mempunyai kesehatan mulut yang baik. Lebih dari 50 juta jam sekolah pertahun hilang karena penyakit gigi dan mulut, yang akan berdampak pada penampilan anak-anak di sekolah dan kesuksesan hidupnya kelak.Masih banyak orang beranggapan tak ada persoalan mengenai kesehatan gigi dan mulut selama tidak ada keluhan sakit. Pengertian dibidang kesehatan gigi dan mulut dalam kehidupan sehari-hari tentunya harus disertai dengan kedisiplinan yang baik dalam menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala sehingga didapatkan kondisi gigi dan mulut yang optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeliharaan kebersihan rongga mulut secara umum (Oral hygiene). (Malik, 2008)Kesadaran melakukan Oral Hygiene sangat dianjurkan karena merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi dan mulut. Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi, contohnya adalah gingivitis, tonsilitis, kanker mulut, infeksi jamur dan karies gigi. Karies gigi adalah penyakit yang sering diderita oleh anak-anak, hal itu terjadi karena kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang benar dan konsumsi makanan yang manis secara berlebihan. (Ghofur, 2012).Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia (Anitasari dan Rahayu, 2005). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga-Survei Kesehatan Nasional (SKRT-SURKERNAS) tahun 2001 sebanyak 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi. Dalam satu tahun berkisar antara 2,50-5,28 hari, dengan rata-rata sekitar 3,86 per hari. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup. (Lamp. SK Menkes, 2005)Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Provinsi Jambi tahun 2007, penduduk Provinsi Jambi mempunyai masalah gigi dan mulut sebesar 25,1%, 31,5% pernah menerima perawatan tenaga medis dan 1,6% diantaranya mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Prevalensi masalah gigi dan mulut tertinggi di Kabupaten Sarolangun 38,3% dan terendah di Kabupaten Merangin 15,4%. Dari 10 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi, Kota Jambi menduduki peringkat ke-6 untuk jumlah prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut, namun terjadi peningkatan kasus dari tahun 2009 ke tahun 2010 (Depkes RI,2008)Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, diketahui jumlah kasus penyakit rongga mulut dari 20 puskesmas sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Penyakit Rongga Mulut di Kota Jambi Tahun 2010-2012NoPuskesmasJumlah Kasus Per Tahun

201020112012

1Putri Ayu115341186011594

2Aur Duri100413241175

3Kenali Besar339937723822

4Kebun Handil178714231838

5Kebun Kopi104610141196

6KONI494051964711

7Olak Kemang269028522443

8Payo Selincah532641174621

9PAAL V233718471987

10PAAL X18561096922

11Paal Merah I14921005412

12Paal Merah II675729706

13Pakuan Baru347430923096

14Rawa Sari687768377568

15Simpang Kawat437549894378

16Simpang IV Sipin448237093632

17Tahtul Yaman184512051767

18Tanjung Pinang160612181467

19Talang Bakung270430572743

20Talang Banjar11451250957

Total645946159261035

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jambi, 2010-2012Bedasarkan tabel 1.1 diatas, Dari 20 Puskesmas yang ada di Kota Jambi, Puskesmas Putri Ayu menduduki peringkat pertama untuk kasus penyakit rongga mulut terbanyak. Jumlah kasus rongga mulut di Puskesmas Putri Ayu dalam 3 tahun terakhir masih cukup banyak dengan jumlah kasus terbanyak terjadi pada tahun 2011 dengan 11860 kasus, kemudian pada tahun 2012 jumlah penderita penyakit rongga mulut di puskesmas putri ayu menurun dengan 11594 kasus.Tingginya jumlah kasus penyakit rongga mulut yang terjadi di Puskesmas Putri Ayu bisa juga dipengaruhi oleh penyakit rongga mulut saat mereka masih anak-anak. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ghofur (2012) bahwa perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak ikut menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Menurut data yang didapat dari Unit Kesehatan Sekolah Puskesmas Putri Ayu tahun 2012, diketahui jumlah kerusakan gigi yang terjadi pada anak dari 20 Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :Tabel 1.2 Jumlah Kasus Kerusakan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Tahun 2012NOSEKOLAH DASARJUMLAH KASUS

1SDN 68/IV12

2SDN 26/IV10

3SD ADHYAKSA10

4SDN 143/IV9

5SDN 172/IV8

6SD PERTIWI8

7SDN AL FALAH6

8SDN 174/IV6

9SDN 171/IV6

10SDN 91/IV5

11SDN 30/IV2

12SDN 41/IV3

13SDN 67/IV1

14SDN 101/IV2

15SDN 173/IV2

16SDN KARTIKA2

17MADRASAH INSANIYAH2

18MADRASAH MASNIAH-

19MADRASAH AL-FALAH2

20MADRASAH MARDATULI1

TOTAL97

Sumber : Puskesmas Putri Ayu Tahun 2012Tabel 1.2 di atas memperlihatkan jumlah kasus kerusakan gigi pada anak yang tersebar di 20 Sekolah Dasar yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu. Data diatas menunjukkan Sekolah Dasar Negeri 68/IX menduduki peringkat pertama untuk jumlah kerusakan gigi tertinggi dengan jumlah 12 kasus. Sedangkan total keseluruhan jumlah kasus kerusakan gigi adalah 97 kasus. Banyaknya kerusakan gigi yang terjadi pada anak usia sekolah dipengaruhi juga oleh kurangnya anak-anak usia sekolah memperhatikan kebersihan rongga mulut mereka. Hal ini jika dibiarkan dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan lain di tingkatan usia selanjutnya.Oral hygiene membantu mempertahankan status kesehatan gigi, mulut, gusi dan bibir. Menggosok gigi yang berarti membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Flossing membantu lebih lanjut dalam mengangkat plak dan tartar di antara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi dan infeksi. Oral hygiene yang lengkap memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulus nafsu makan. (Potter dan Perry, 2005)Berdasarkan hasil peneltian Rejeki dan Nurulistyawan (2008) yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Peran Orang Tua tentang Oral Hygiene dengan Praktik Gosok Gigi pada Anak Usia 6-12 Tahun di Desa Gondosari Kecamatan Gebong Kabupaten Kudus didapatkan hasil ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan praktik gosok gigi anak usia 6-12 tahun dengan p value 0.001.Anak usia sekolah menjalani kehidupan yang penuh tuntutan dan tantangan. Perubahan antara usia 5-11 tahun sangat luas dan mencakup seluruh area pertumbuhan dan perkembangan. Anak akan membangun, memperluas, memperhalus dan melakukan sinkronasi keterampilan fisik, psikososial, kognitif, dan moral sehingga ia akan diterima sebagai anggota masyarakat. Pada masa ini juga, anak akan mengenal berbagai macam makanan atau jajanan yang dapat merusak kesehatan gigi mereka. Tanpa perawatan yang menyeluruh, maka kemungkinan penyakit rongga mulut yang menyerang akan semakin besar. (Potter dan Perry, 2009)Pendidikan kesehatan merupakan gambaran penting dan bagian dari peran perawat yang profesional dalam upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (preventif) yang telah dilakukan sejak zaman Florence Nightiangle pada tahun 1959. Pendidikan kesehatan merupakan bentuk kegiatan dan pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan di rumah sakit ataupun diluar rumah sakit (non klinik) yang dapat dilakukan di tempat ibadah, Pusat Kesehatan Ibu Dan Anak, tempat layanan publik, tempat penampungan, Organisasi Masyarakat, organisasi pemeliharan kesehatan, sekolah, panti lanjut usia, dan unit kesehatan bergerak. (Nursalam dan Efendi, 2008)Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan perilaku sehat individu maupun masyarakat, pengetahuan yang relevan dengan interaksi dan strategi pemeliharaan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, serta mengelola (memberikan perawatan) penyakit kronis di rumah. Pendidikan kesehatan pada dasarnya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan ketergantungan serta memberikan kesempatan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas untuk mengaktualisasikan dirinya dalam mempertahankan keadaan sehat yang optimal. Pendidikan kesehatan tidak hanya memberikan informasi saja, tetapi yang penting adalah menciptakan kegiatan yang dapat memandirikan seorang untuk mengambil keputusan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi (Nursalam & Efendi, 2008).Hasil penelitian Yohana (2009) yang berjudul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut (Metode Demonstrasi) Terhadap Sikap Anak Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Siswa kelas IV dan V di SDK Santa Maria Ponorogo didapatkan hasil ada pengaruh penyuluhan kesehatan gigi dan mulut (metode demonstrasi) terhadap sikap anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.Hasil penelitian Isrofa dan Nonik ( 2007) yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan gigi berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulonprogo dengan t-hitung -11,62 dengan p sebesar 0,00, hal ini membuktikan bahwa pemberian pendidikan kesehatan tentang kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan anak dan secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit khususnya di rongga mulut.Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di SDN 68/IX Kota Jambi pada tanggal 11 April 2013 dengan wawancara pada 10 anak, didapatkan bahwa hanya 3 anak yang mengetahui tentang kebersihan mulut dan gigi dan 7 anak lainnya tidak mengetahui tentang kebersihan mulut dan gigi. Dari 3 anak yang mengetahui tentang merawat mulut dan gigi, mereka mengatakan selalu menyikat gigi 3 x sehari dan tidak terlalu sering makan permen, mereka mengatakan orang tua mereka yang selalu mengingatkan mereka untuk menggosok gigi secara teratur dan tidak makan permen terlalu sering. Mereka juga mengatakan selalu kumur-kumur sebelum tidur, Sedangkan 7 anak lainnya yang tidak mengetahui tentang kebersihan mulut dan gigi mengatakan mereka tidak pernah di ingatkan untuk gosok gigi, mereka juga mengatakan suka makan-makanan yang manis-manis yang dijual oleh pedagang di sekitar sekolah, mereka mengatakan malas sekali untuk gosok gigi ataupun berkumur-kumur. Mereka juga mengatakan menyikat gigi saat mandi saja.Berdasarkan fenomena dan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Tentang Oral Hygiene di SDN 68/IV Kota Jambi.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah tentang Oral Hygiene di SDN 68/IV Kota JambiC. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumDiketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap anak tentang Oral Hygiene di SDN 68/IX Kota Jambi2. Tujuan Khususa. Diketahuinya gambaran pengetahuan anak tentang oral hygiene sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SDN 68/IV Kota Jambi.b. Diketahuinya gambaran pengetahuan anak tentang oral hygiene setelah diberikan pendidikan kesehatan di SDN 68/IV Kota Jambic. Diketahuinya gambaran sikap anak tentang oral hygiene sebelum diberikan pendidikan kesehatan di SDN 68/IV Kota Jambi.d. Diketahuinya sikap anak tentang oral hygiene setelah diberikan pendidikan kesehatan di SDN 68/IV Kota Jambi.e. Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak di SDN 68/IV Kota Jambi.f. Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap anak di SDN 68/IV Kota Jambi.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi Sekolah DasarSebagai bahan informasi dalam perencanaan pelaksanaan untuk peningkatan pelayanan kesehatan di sekolah khususnya Oral Hygiene.2. Bagi Institusi PendidikanSebagai masukan untuk menambah wawasan bagi institusi pendidikan kesehatan sehingga dapat meningkatkan peran perawat mandiri dalam pemberian pendidikan kesehatan gigi dan mulut3. Bagi PenelitiMenjadi pengalaman nyata dalam melakukan penelitian secara baik dan benar, sehingga dapat dijadikan motivator dan landasan untuk melakukan penelitian selanjutnya.4. Bagi Peneliti SelanjutnyaMenjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang Oral Hygiene dengan Variabel yang berbeda dan karakteristik sampel yang berbeda pula.E. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi experimental) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap anak tentang Oral Hygiene. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-posttest dengan pengukuran variabel tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III, IV, dan V di SDN 68/IV Kota Jambi dan sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai 31 Agustus 2013. Analisis uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon dengan tekhnik Stratified Random Sampling.

1