bab i

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya, pembacaan cerpen membutuhkan waktu singkat. Cerpen hanya dilengkapi dengan detail-detail terbatas sehingga tidak dapat mengulik perkembangan karakter dari tiap tokohnya, hubungan-hubungan mereka, keadaan sosial yang rumit, atau kejadian yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama dengan panjang lebar (Stanton 2007:79). Nursisto (2000:166) menyatakan bahwa cerpen yang menggambarkan satu peristiwa penting dalam kehidupan seseorang atau beberapa pelakunya memuat misi tertentu yang bersifat sugestif sehingga ketika cerpen selesai dibaca, pembaca akan merenung. Kegiatan membaca cerpen memerlukan kecermatan yang akan berimbas pada pemahaman isi cerpen tersebut. Kusmayadi (2010:19) menyatakan bahwa pendekatan intrinsik adalah pendekatan untuk memahami cerita berdasarkan unsur yang membangun cerita tersebut. Unsur intrinsik meliputi tema, latar, sudut pandang, alur, penokohan, gaya bahasa, dan amanat. Aminuddin (2002:92) memaparkan beberapa langkah yang harus diperhatikan pembaca dalam upaya pemahaman prosa fiksi (cerpen) sebagai berikut: (1) memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca; (2) memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca; (3) memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca; (4) memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca; (5) menghubungkan pokok-pokok 1

Upload: pak-sugeng

Post on 06-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penelitian tindakan kelas 1

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Umumnya, pembacaan cerpen membutuhkan waktu singkat. Cerpen

    hanya dilengkapi dengan detail-detail terbatas sehingga tidak dapat mengulik

    perkembangan karakter dari tiap tokohnya, hubungan-hubungan mereka, keadaan

    sosial yang rumit, atau kejadian yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang

    lama dengan panjang lebar (Stanton 2007:79). Nursisto (2000:166) menyatakan

    bahwa cerpen yang menggambarkan satu peristiwa penting dalam kehidupan

    seseorang atau beberapa pelakunya memuat misi tertentu yang bersifat sugestif

    sehingga ketika cerpen selesai dibaca, pembaca akan merenung.

    Kegiatan membaca cerpen memerlukan kecermatan yang akan berimbas

    pada pemahaman isi cerpen tersebut. Kusmayadi (2010:19) menyatakan bahwa

    pendekatan intrinsik adalah pendekatan untuk memahami cerita berdasarkan

    unsur yang membangun cerita tersebut. Unsur intrinsik meliputi tema, latar, sudut

    pandang, alur, penokohan, gaya bahasa, dan amanat. Aminuddin (2002:92)

    memaparkan beberapa langkah yang harus diperhatikan pembaca dalam upaya

    pemahaman prosa fiksi (cerpen) sebagai berikut: (1) memahami setting dalam

    prosa fiksi yang dibaca; (2) memahami penokohan dan perwatakan para pelaku

    dalam prosa fiksi yang dibaca; (3) memahami satuan peristiwa, pokok pikiran

    serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca; (4) memahami plot atau

    alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca; (5) menghubungkan pokok-pokok

    1

  • 2

    pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa

    yang terpapar dalam suatu cerita; (6) menentukan sikap penyair terhadap pokok-

    pokok pikiran yang ditampilkannya; (7) mengidentifikasi tujuan pengarang

    memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap

    penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya; dan (8) menafsirkan tema

    dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang

    diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

    Pemahaman sebagai hasil dari membaca cerpen dapat diaplikasikan

    dalam dua bentuk, yaitu secara tertulis dan secara lisan. Secara tertulis, pembaca

    dapat menuliskan cerpen itu kembali atau membuat cerpen sesuai dengan

    keinginannya sebagai akibat inspirasi setelah membaca cerpen. Secara lisan,

    pembaca dapat menceritakan kembali cerpen tersebut dengan bahasanya sendiri.

    Pengungkapan teks cerpen secara lisan ini dikategorikan bercerita. Delimasa G,

    dkk (2012), Bercerita adalah seni menggunakan bahasa, vokalisasi, dan atau

    gerakan fisik dan isyarat untuk mengungkapkan unsur-unsur dan gambaran dari

    sebuah cerita kepada sesuatu yang spesifik, kehidupan penonton.

    Keterampilan bercerita merupakan salah satu keterampilan yang

    berperan membina siswa untuk terampil mengkomunikasikan suatu hal secara

    lisan. Kurikulum KTSP, salah satu kompetensi dasar mengenai keterampilan

    bercerita siswa SMP adalah bercerita dengan alat peraga. Keterampilan bercerita

    dengan alat peraga menjadi salah satu masalah dalam pembelajaran bahasa

    Indonesia, terutama di Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan hasil wawancara

    terhadap guru SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali, mata pelajaran bahasa

  • 3

    Indonesia pengampu kelas VII terdiri atas 7 kelas terdapat 3 kelas yang hasil

    pembelajaran keterampilan bercerita dengan alat peraga masih rendah

    dibandingkan dengan 4 kelas lainnya.

    Ditinjau dari kebaruan kurikulum, kompetensi dasar yang mendekati atau

    hampir sama dengan bercerita dengan alat peraga (pada kurikulum KTSP) adalah

    menyusun teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat

    secara lisan (pada kurikulum 2013). Kompetensi dasar tersebut ada pada

    kurikulum 2013 tepatnya SMP kelas VII kompetensi dasar 4.2., yaitu menyusun

    teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat secara lisan

    dapat dikategorikan keterampilan bercerita. Pada pelaksanaan pembelajaran

    kompetensi dasar ini menuntut siswa dapat berbicara atau menyampaikan secara

    langsung inti dari teks cerita pendek menggunakan bahasanya sendiri.

    Menindaklanjuti hal ini, berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata

    pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali

    menyatakan keterampilan siswa dalam hal mengkomunikasikan teks tertentu

    secara lisan belum optimal. Dari 7 kelas terdapat 3 kelas yang hasil belajar

    keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan tergolong kurang. Diantara 7

    kelas tersebut, rata-rata kelas yang terendah adalah kelas VIID.

    Beberapa masalah pokok yang dialami siswa kelas VIID SMP Negeri 1

    Ampel Kabupaten Boyolali yang diidentifikasi dari proses pembelajaran, sikap

    religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan terhadap pembelajaran

    bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran bahasa

    Indonesia khususnya ketika siswa mengkomunikasikan suatu hal secara lisan.

  • 4

    Masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu keantusiasan siswa

    termasuk dalam kategori kurang dan beberapa siswa kurang menghiraukan teman

    yang sedang tampil di depan kelas atau teman yang sedang menyampaikan

    pendapat. Selain itu, guru kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan

    berorientasi pada kurikulum 2013, strategi pembelajaran yang digunakan kurang

    tepat, media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, guru hanya

    menggunakan lembar kerja dan buku teks. Kedua, sikap religius siswa secara

    keseluruhan sudah termasuk baik, tetapi terdapat beberapa siswa yang belum

    melakukan kegiatan berdoa ketika sebelum memulai pelajaran. Ketiga, sebagian

    besar siswa telah menunjukkan sikap sosial yang baik. Namun, masih terdapat

    beberapa siswa yang bertindak sesuka hati atau tidak menghiraukan temannya.

    Keempat, pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan materi pembelajaran

    sudah termasuk baik. Hal ini diketahui dari hasil kerja siswa terkait dengan

    pemahaman siswa menunjukkan hasil yang baik, tetapi sebagian kecil siswa perlu

    mendapat perhatian meskipun nilai yang diperoleh mencapai kkm. Kelima,

    keterampilan. Keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam

    mengkomunikasikan suatu hal secara lisan masih perlu bimbingan dan perhatian

    dari guru. Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan observasi awal, yaitu

    siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di depan kelas, siswa

    kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya sendiri, siswa terpaku pada

    teks yang telah ditulis (menghafal), siswa kurang memperhatikan aspek dalam

    keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan (volume suara, intonasi, lafal).

  • 5

    Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, peneliti memberikan solusi

    untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia

    khususnya dalam mengkomunikasikan suatu hal secara lisan. Berkaitan dengan

    hal tersebut, keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan

    karakteristik teks yaitu dengan menerapkan pendekatan scientific sebagai

    cerminan kurikulum 2013 sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan potensi

    siswa. Selain itu, guna mendukung pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita

    pendek sesuai dengan karakteristik teks dengan pengadaan media audiovisual

    dapat menambah nilai keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa

    kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.

    Merujuk pada hasil pengamatan serta kebutuhan pembelajaran bahasa

    Indonesia, keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan

    karakteristik teks merupakan salah satu kompetensi dasar dalam kurikulum 2013,

    maka tentu mengedepankan pendekatan scientific. Pendekatan scientific

    dimaksudkan dapat mengembangkan keterampilan bercerita, baik dalam proses

    pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

    Pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita dengan pendekatan scientific

    atau pendekatan ilmiah memuat langkah-langkah: 1) mengamati; 2) menanya; 3)

    menalar; 4) mencoba; dan 5) mengkomunikasikan. Proses pembelajaran harus

    menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam proses

    pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi

    substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang mengapa. Ranah

  • 6

    keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

    didik tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi

    substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang apa. Hasil akhirnya

    adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia

    yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan

    untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek

    kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

    Pembelajaran keterampilan bercerita yang terlaksana sebelumnya

    menggunakan media alat peraga berupa boneka tangan, panggung boneka, stik

    wayang, dan sejenisnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang

    menerapkan media tersebut sebagai alat peraga keterampilan bercerita berdampak

    positif. Pembelajaran bercerita berjalan dengan baik, kualitas pembelajaran

    tersebut meningkat dilihat dari persentase hasil belajar siswa atau evaluasi mereka

    ketika praktik bercerita. Selain itu, dilihat pula dari segi perubahan tingkah laku

    yang terjadi pada siswa, adanya respon positif yaitu antusiasme siswa dalam

    mengikuti pembelajaran, memikat daya tarik, dan memotivasi siswa untuk dapat

    terampil dalam bercerita. Dari hasil relevansi penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya, penelitian yang dilakukan peneliti yaitu peningkatan keterampilan

    bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks

    menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis

    pendidikan karakter sebagai pelengkap penelitian-penelitian sebelumnya. Selain

    itu, penelitian yang dilakukan peneliti sebagai uji coba awal keberhasilan

    penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya

  • 7

    keterampilan bercerita. Adapun, proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial,

    dan pengetahuan juga mendapat perhatian agar siswa dapat mencapai kompetensi

    yang diharapkan, yaitu sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar

    dalam kurikulum 2013.

    Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, media audiovisual

    mempunyai peranan dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Media

    audiovisual adalah media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audio

    (suara) dan visual (gambar). Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

    baik, karena meliputi kedua karakteristik tersebut (Haryoko 2009:3). Penggunaan

    media audiovisual berbasis pendidikan karakter dapat membantu siswa

    memahami bagaimana bercerita dengan baik, sebagaimana karakteristik teks

    cerpen sebagai acuan ketika bercerita di depan kelas. Dengan berbantu media

    audiovisual berbasis pendidikan karakter, pembelajaran keterampilan bercerita

    berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks dapat melatih

    siswa sekaligus memberi kemudahan siswa agar terampil menceritakan cerpen

    yang telah dibaca. Media audiovisual berbasis pendidikan karakter berisi cara

    bercerita, tahapan-tahapan bercerita, pemodelan bercerita yang bermuatan

    pendidikan karakter. Penggunaan media audiovisual berbasis pendidikan karakter

    dalam pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai

    dengan karakteristik teks diharapkan dapat berimbas positif, pembelajaran

    berjalan dengan baik, dan berhasil mengembangkan kemampuan siswa dalam

    bercerita.

  • 8

    1.2 Identifikasi Masalah

    Masalah yang muncul pada pembelajaran keterampilan bercerita

    diidentifikasi dari proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, pengetahuan,

    dan keterampilan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

    Masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu: (1) keantusiasan siswa

    termasuk dalam kategori kurang dan beberapa siswa kurang menghiraukan teman

    yang sedang tampil di depan kelas atau teman yang sedang menyampaikan

    pendapat; (2) guru kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan

    berorientasi pada kurikulum 2013; (3) strategi pembelajaran yang digunakan

    kurang tepat; (4) media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, guru

    hanya menggunakan lembar kerja dan buku teks. Sikap religius siswa secara

    keseluruhan sudah termasuk baik, tetapi terdapat beberapa siswa yang belum

    melakukan kegiatan berdoa ketika sebelum memulai pelajaran. Sikap sosial siswa

    sudah baik, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang bertindak sesuka hati atau

    tidak menghiraukan temannya. Pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan

    materi pembelajaran sudah termasuk baik, tetapi sebagian kecil siswa perlu

    mendapat perhatian meskipun nilai yang diperoleh mencapai kkm. Masalah yang

    dapat diidentifikasi berdasarkan observasi awal terkait dengan keterampilan siswa,

    yaitu: (1) siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di depan kelas; (2)

    siswa kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya sendiri; (3) siswa

    terpaku pada teks yang telah ditulis (menghafal); (4) siswa kurang memperhatikan

    aspek dalam keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan (volume suara,

    intonasi, lafal).

  • 9

    Faktor proses pembelajaran, mencakup: (1) keantusiasan siswa termasuk

    dalam kategori kurang dan beberapa siswa kurang menghiraukan teman yang

    sedang tampil di depan kelas atau teman yang sedang menyampaikan pendapat;

    (2) guru kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan berorientasi pada

    kurikulum 2013; (3) strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat; (4)

    media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, guru hanya menggunakan

    lembar kerja dan buku teks.

    Faktor pertama, keantusiasan siswa yang diketahui dari respon siswa

    ketika teman mereka tampil atau menyampaikan pendapat. Berdasarkan hasil

    wawancara terhadap guru bahasa Indonesia, hanya beberapa siswa yang aktif

    dalam pembelajaran. Beberapa siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran tidak

    sepenuhnya memperhatikan, mereka sibuk sendiri atau berbicang dengan teman.

    Faktor kedua, guru kurang memahami materi pelajaran dikarenakan

    berorientasi pada kurikulum 2013. Sebagaimana hasil wawancara terhadap guru

    yang bersangkutan, beliau kurang memahami kurikulum 2013 karena masih

    dalam proses adaptasi dari kurikulum sebelumnya.

    Faktor kedua, strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat.

    Pembelajaran seharusnya mengevaluasi siswa secara individu tetapi guru

    memberi penugasan siswa untuk membentuk kelompok kecil. Alasan yang

    mendasari ini adalah pelaksanaan pembelajaran tidak berlangsung baik jika

    menguji siswa secara individu karena kemauan, kepercayaan diri siswa tergolong

    kurang dan susah meskipun telah diberi motivasi. Karena inilah, guru menerapkan

    penilaian kelompok. Perwakilan salah satu siswa pada masing-masing kelompok

  • 10

    yang mampu bercerita atau mengkomunikasikan suatu teks secara lisan di depan

    kelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian kelompok sama dengan

    penilaian individu.

    Faktor ketiga, media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi,

    guru hanya menggunakan lembar kerja dan buku teks. Berdasarkan hasil

    wawancara guru yang bersangkutan, tidak ada media pembelajaran lain selain

    lembar kerja dan buku teks. Karena kompetensi dasar pada kurikulum 2013

    berbasis teks, beliau juga belum terbiasa menggunakan power point ketika

    menyampaikan materi pembelajaran.

    Faktor sikap religius, terdapat beberapa siswa yang belum melakukan

    kegiatan berdoa ketika sebelum memulai pelajaran. Beberapa siswa ini belum

    siap mengikuti instruksi ketua kelas untuk berdoa bersama. Menurut guru yang

    bersangkutan, beberapa siswa ini ada yang terlambat masuk kelas sehingga tidak

    siap untuk berdoa bersama.

    Faktor sikap sosial, terdapat beberapa siswa yang bertindak sesuka hati

    atau tidak menghiraukan temannya. Guru bahasa Indonesia pengampu kelas VII

    menyatakan bahwa sikap siswa yang kurang menghiraukan temannya ini adalah

    siswa-siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.

    Faktor pengetahuan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia,

    sebagian kecil siswa perlu mendapat perhatian meskipun nilai yang diperoleh

    mencapai kkm. Hal ini akibat dari perilaku siswa yang kurang menghiraukan

    pembelajaran, baik penjelasan dari guru maupun diskusi yang telah dilaksanakan

    siswa.

  • 11

    Faktor keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan suatu hal secara

    lisan, mencakup: (1) siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di

    depan kelas; (2) siswa kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya sendiri;

    (3) siswa terpaku pada teks yang telah ditulis (menghafal); (4) siswa kurang

    memperhatikan aspek dalam keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan

    (volume suara, intonasi, lafal).

    Faktor pertama, siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di

    depan kelas. Merupakan masalah utama yang dialami siswa kelas VIID SMP

    Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil wawancara guru mata

    pelajaran bahasa Indonesia terkait dengan hal ini, kemauan siswa secara individu

    belum muncul. Latar belakangnya adalah asal Sekolah Dasar yang membentuk

    mental masing-masing siswa, keberanian diri yang tergolong kurang, dan

    rendahnya antusias siswa.

    Faktor kedua, siswa kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya

    sendiri. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa mengkomunikasikan suatu hal

    secara lisan di depan khalayak umum. Selain itu, ingatan tidak lepas dari teks

    yang dibaca menjadikan siswa belum dapat mengimprovisasi sesuai dengan

    pemahamannya.

    Faktor ketiga, siswa terpaku pada teks yang ditulis (menghafal).

    Merupakan salah satu teknik yang biasanya diterapkan siswa. Catatan berupa

    kerangka inti suatu teks sebagai acuan ketika bercerita cukup membantu, tetapi

    tidak cukup berhasil jika dihafal. Siswa terhenti atau kehilangan kata-kata ketika

    bercerita, karena siswa harus mengingat teks yang dihafalkannya. Inilah yang

  • 12

    menjadikan salah satu hambatan siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel

    Kabupaten Boyolali dalam pembelajaran keterampilan bercerita ataupun dalam

    pembelajaran yang mengharuskan siswa mengkomunikasikan sesuatu secara lisan

    di depan teman-temannya.

    Faktor keempat, siswa kurang memperhatikan aspek dalam keterampilan

    mengkomunikasi teks secara lisan (volume suara, intonasi, lafal), sehingga perlu

    bimbingan dari guru agar siswa terarah dan dapat terampil dalam bercerita atau

    mengkomunikasikan sesuatu secara lisan di depan teman-temannya atau khalayak

    umum.

    1.3 Batasan Masalah

    Permasalahan yang diteliti dalam keterampilan bercerita sangat

    kompleks. Peneliti memfokuskan permasalahan pada upaya meningkatkan

    keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik

    teks menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis

    pendidikan karakter pada siswa kelas VIID di SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten

    Boyolali.

    Pendekatan scientific diterapkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran

    keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik

    teks. Pada prinsipnya, pendekatan ini merupakan dasar kurikulum 2013 sehingga

    harus terlaksana atau diterapkan dalam pembelajaran. Pendekatan scientific

    merupakan pendekatan ilmiah yang mencakup: mengamati, menanya, menalar,

    mencoba, dan mengkomunikasikan. Kelima aspek dasar tersebut terlaksana secara

  • 13

    bertahap dan runtut dalam pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks

    cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks.

    Media audiovisual berbasis pendidikan karakter digunakan untuk

    meningkatkan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai

    dengan karakteristik teks sebagai sarana atau alat bantu guna menumbuhkan

    minat siswa untuk bercerita secara bebas tanpa terpaku hafalan atau teks. Selain

    itu, media audiovisual bermanfaat bagi siswa karena dengan media ini siswa

    dapat memperolah pemahaman bagaimana cara bercerita yang baik, tahapan-

    tahapan bercerita, yang kemudian dapat praktik bercerita dengan terampil sesuai

    karakteristik teks cerita pendek.

    1.4 Rumusan Masalah

    Pembelajaran keterampilan bercerita menekankan beberapa aspek

    berikut: (1) proses; (2) sikap religius; (3) sikap sosial; (4) pengetahuan; (5)

    keterampilan sebagaimana termuat pada kompetensi inti dan kompetensi dasar

    dalam kurikulum 2013. Rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai

    berikut.

    1) Bagaimana proses pembelajaran peningkatan keterampilan bercerita

    berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan

    pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter

    pada siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali?

    2) Bagaimana perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan

    bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana

  • 14

    menyajikan informasi lisan sebagai wujud sikap religius siswa kelas VIID

    SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti pembelajaran

    keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan

    karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media

    audiovisual berbasis pendidikan karakter?

    3) Bagaimana perubahan perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam

    merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial

    siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti

    pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai

    dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media

    audiovisual berbasis pendidikan karakter?

    4) Bagaimana peningkatan pengetahuan bercerita berdasarkan teks cerita pendek

    sesuai dengan karakteristik teks siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel

    Kabupaten Boyolali setelah menggunakan pendekatan scientific melalui

    media audiovisual berbasis pendidikan karakter?

    5) Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek

    sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui

    media audiovisual berbasis pendidikan karakter pada siswa kelas VIID SMP

    Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan

    sebagai berikut.

  • 15

    1) Mendeskripsi proses pembelajaran peningkatan keterampilan bercerita

    berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan

    pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter

    pada siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.

    2) Memaparkan perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan

    bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana

    menyajikan informasi lisan sebagai wujud sikap religius siswa kelas VIID

    SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti pembelajaran

    keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan

    karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media

    audiovisual berbasis pendidikan karakter.

    3) Memaparkan perubahan perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam

    merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial

    siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti

    pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai

    dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media

    audiovisual berbasis pendidikan karakter.

    4) Mendeskripsi peningkatan pengetahuan bercerita berdasarkan teks cerita

    pendek sesuai dengan karakteristik teks siswa kelas VIID SMP Negeri 1

    Ampel Kabupaten Boyolali setelah menggunakan pendekatan scientific

    melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter.

    5) Mendeskripsi peningkatan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita

    pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific

  • 16

    melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter pada siswa kelas

    VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia

    pendidikan, baik manfaat teoretis maupun praktis mengenai peningkatan

    keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik

    teks menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis

    pendidikan karakter pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten

    Boyolali.

    1) Manfaat Teoretis

    Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan

    pendidikan di Indonesia secara teoritis, yaitu dengan penggunaan pendekatan

    scientific dalam pembelajaran keterampilan bercerita dapat meningkatkan

    hasil pembelajaran. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan

    teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kualitas khususnya

    pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan

    karakteristik teks dan dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya.

    2) Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    pemikiran dan teori tentang pendekatan scientific melalui media audiovisual

    berbasis pendidikan karakter serta mengaplikasikan dalam pembelajaran dan

    penelitian.

  • 17

    Manfaat bagi pengelola sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas

    proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan khususnya

    pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan

    karakteristik teks dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

    Manfaat bagi guru, penelitian ini dapat mengatasi kesulitan yang

    dialami guru dalam pembelajaran bercerita dan sebagai acuan pembelajaran

    yang menerapkan kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific yang tercurah

    dalam pelaksanaan pembelajaran; dapat membuat inovasi pembelajaran yang

    tepat sesuai dengan kurikulum dan pembelajaran yang tepat; guru juga dapat

    menghasilkan karya ilmiah untuk profesionalitas guru yang bersangkutan.

    Manfaat bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat: (1) memberikan

    kemudahan dalam hal pemahaman mengenai keterampilan bercerita

    berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks sebagai

    keberhasilan terlaksananya kurikulum 2013; (2) menjadikan suasana

    pembelajaran yang menyenangkan; (3) meningkatkan kemampuan dan

    keterampilan bercerita siswa; (4) membentuk/mengembangkan perilaku

    religius siswa; dan (5) membentuk/mengembangkan perilaku sosial siswa.