bab i

3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikosis sistemik merupakan infeksi yang menyerang seluruh sistem tub atau menyerang lebih dari satu jenis jaringan atau organ, beberapa jenis merupakan flora normal manusia dan membutuhkan kondisi tertentu untuk menginvasi host (infeksi opportunistic) sedangkan beberapa jenis lainnya sebagai ‘true pathogen’(pathogensebenarnya) karena dapat langsung menyebabkan penyakit (agent infeksi) dan bukan bagian dari flora normal manusia. Salah satujenis pathogen tersebut adalahjamur dimorfik. amur dimorfik termal termasuk dalam hampir seluruh jamur ‘true pathogen’ s yang menginfeksi manusia. Semua patogen sistemik dapat beradaptasi dengan lingkungan oksidasi!reduksi rendah dalam host dan tetap bertahan dari lit pertahanan normal tubuh. " #nfeksi jamur dimorfik terjadi pada hampir seluruh benua di dunia, terutama di benua $merika, $frika, %ropa ($merika&arat 'aya termasuk $ri ona, Me ico, *e as, $merika *engah dan Selatan termasuk +olombia, uatemala, -onduras, ene uela, dan &rasil, $merika /atin, $merika Meksiko, $rgentina, $merika Selatan, ene uela, +anada, $rgentina, 1eru %kuador, 0ruguay, dan 1araguay, $frika, Mesir). 'iperkirakan "2 j $merika /atin terinfeksi dengan 1aracoccidiodomycosis dan sampai 34 berkembang menimbulkan manifestasi klinis. 3,5,6 &eberapa jenis jamur dimorfik juga ditemukan di benua $sia seperti di negara epang, #ndia, * 7ina Selatan, dan -ong +ong. 8 #nsiden 1enisiliosis marneffei, misalnya, telah meningkat tajam karena perluasan epidemi $#'S di $sia *enggara. kejadian infeksi P. marneffei di *hailand pada pasien $#'S adalah 3,64!6 8,9 Masing!masing benua memiliki endemik infeksi jamur yang berbeda d lainnya. 1enduduk yang tinggal di daerah yang tidak endemis jamur dimorfi tetap memiliki risiko terinfeksi apabila tinggal lama di daerah endemis m 1

Upload: ginarsih-hutami

Post on 01-Nov-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jamur dimorfik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMikosis sistemik merupakan infeksi yang menyerang seluruh sistem tubuh atau menyerang lebih dari satu jenis jaringan atau organ, beberapa jenis merupakan flora normal manusia dan membutuhkan kondisi tertentu untuk menginvasi host (infeksi opportunistic) sedangkan beberapa jenis lainnya disebut sebagai true pathogen (pathogen sebenarnya) karena dapat langsung menyebabkan penyakit (agent infeksi) dan bukan bagian dari flora normal manusia. Salah satu jenis pathogen tersebut adalah jamur dimorfik. Jamur dimorfik termal termasuk dalam hampir seluruh jamur true pathogen sistemik yang menginfeksi manusia. Semua patogen sistemik dapat beradaptasi dengan lingkungan oksidasi-reduksi rendah dalam host dan tetap bertahan dari litik seluler pertahanan normal tubuh.1Infeksi jamur dimorfik terjadi pada hampir seluruh benua di dunia, terutama di benua Amerika, Afrika, Eropa (Amerika Barat Daya termasuk Arizona, Mexico, Texas, Amerika Tengah dan Selatan termasuk Kolombia, Guatemala, Honduras, Venezuela, dan Brasil, Amerika Latin, Amerika Utara, Meksiko, Argentina, Amerika Selatan, Venezuela, Kanada, Argentina, Peru, Ekuador, Uruguay, dan Paraguay, Afrika, Mesir). Diperkirakan 10 juta orang Amerika Latin terinfeksi dengan Paracoccidiodomycosis dan sampai 2% berkembang menimbulkan manifestasi klinis. 2,3,4 Beberapa jenis jamur dimorfik juga ditemukan di benua Asia seperti di negara Jepang, India, Thailand, Cina Selatan, dan Hong Kong.5 Insiden Penisiliosis marneffei, misalnya, telah meningkat tajam karena perluasan epidemi AIDS di Asia Tenggara. dengan kejadian infeksi P. marneffei di Thailand pada pasien AIDS adalah 2,4%-4,2%.5,6 Masing-masing benua memiliki endemik infeksi jamur yang berbeda dengan lainnya. Penduduk yang tinggal di daerah yang tidak endemis jamur dimorfik juga tetap memiliki risiko terinfeksi apabila tinggal lama di daerah endemis mengingat penularan infeksi jamur dimorfik melalui inhalasi udara atau serbuk tanah, terkadang dapat pula melalui inokulasi langsung pada kulit.Frekuensi mikosis invasif oportunistik telah meningkat secara signifikan selama 2 dekade terakhir [1-5]. Peningkatan prevalensi infeksi tersebut berbanding lurus dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas dan berhubungan dengan meningkatnya jumlah pasien yang berisiko terinfeksi jamur yang parah, diantaranya pasien yang menjalani transplantasi darah dan sumsum (BMT) , transplantasi organ, dan operasi besar (operasi terutama gastrointestinal) penyakit neoplastik, dan usia lanjut; pasien yang menerima terapi imunosupresif; dan bayi premature. Peningkatan jumlah HIV/AIDS juga secara langsung berkaitan erat dengan peningkatan jumlah infeksi jamur dimorfik.Secara umum jutaan orang mengidap HIV (35,3 juta di tahun 2012) dan terdapat sekitar 2,3 juta orang penderita baru terinfeksi HIV. Meskipun pasien AIDS memiliki insiden tinggi, infeksi pada pasien non HIV juga sporadic.5 Semua jamur dimorfik dapat menyebabkan berbagai macam infeksi dengan tingkat keparahan tertentu. Infeksi primer jamur dimorfik tidak hanya terjadi pada paru maupun kulit tetapi dapat terjadi pada hampir semua organ tubuh seperti kelenjar getah bening, musculoskeletal, urogenital, dan sistem saraf pusat, serta berkembang menjadi infeksi kronis dan menyebar luas. Seringkali pasien yang terinfeksi jamur dimorfik tidak merasakan gejala tertentu atau datang dengan keluhan yang tidak khas sehingga salah didiagnosis dengan penyakit lain. Padahal bila dibiarkan lebih lanjut ditambah dengan adanya penurunan kekebalan tubuh maupun infeksi atau penyakit sistemik yang mendasari, infeksi jamur dimorfik dapat meningkatkan morbiditas pasien, bahkan dapat menyebabkan syok sepsis hingga berujung pada kematian.9 Anamnesis pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk mengidentifikasi jamur dimorfik secara tepat waktu sangat penting untuk mendiagnosis infeksi jamur dimorfik sehingga dapat diterapi sebelum terlambat.

1.2. Rumusan MasalahBagaimana karakteristik, jenis, pathogenesis, epidemiologi, gambaran klinis, macam-macam penyakit yang disebabkan beserta pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, pengobatan penyakit, dan pencegahan infeksi jamur dimorfik?

1.3. Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumMengkaji pengeloaan komprehensif jamur dimorfik

1.3.2 Tujuan Khususa. Mengetahui definisi, karakteristik, dan jenis-jenis jamur dimorfikb. Mengetahui pathogenesis jamur dimorfik meliputi pertahanan infeksi primer dan faktor virulensi jamurc. Mengetahui epidemiologi, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, dan pengobatan penyakit yang disebabkan jamur dimorfik, yaitu Blastomycosis, Histoplasmosis, Coccidiomycosis, Paracoccidiomycosis, Penicilliosis, Sporotrichosisd. Mengetahui pencegahan infeksi jamur dimorfik

1.4. Manfaat Penulisana. Memahami penatalaksanaan pasien dengan penyakit akibat infeksi jamur dimorfik secara komprehensifb. Sebagai bahan referensi ilmiah pengkajian mengenai infeksi jamur dimorfik

1