bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid adalah salah satu senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan dan manusia. Berbeda dengan protein, karbohidrat, dan asam nukleat, lipid
larut dalam pelarut organik dan dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut
nonpolar. Lipid memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel
makhluk hidup (Yazid, 2006).
Menurut Bloor, lipid terbagi atas tiga berdasarkan strukturnya, yakni lipid
sederhana, lipid gabungan, dan derivat lipid. Jenis lipida yang paling banyak
adalah triasilgliserol atau seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau
trigliserida, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.
Trigliserida termasuk ke dalam golongan lipid sederahana dan merupakan
merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Salah satu contohnya adalah
lemak hewan dan minyak nabati yang merupakan campuran beberapa trigliserida
campuran.
Berdasarkan sifatnya terdapat lipid yang dapat disaponifikasi, yaitu
golongan lipid yang dapat dihidrolisis dengan alkali dan panas sehingga terbentuk
garam asam lemak dan komponen molekul penyusun lainnya. Contoh lipid yang
termasuk kelompok ini salah satunya adalah trigliserida ( Iswari, 2011).
Sebagaimana ester lainnya, trigliserida mudah dihidrolisis dengan bantuan
asam atau basa, menjadi asam lemak dan gliserol.
Untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam suatu sampel, maka
diadakanlah percobaan ini, yaitu dengan menggunakan tes akrolein dan tes
kolorimetri.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukan percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
cara identifikasi gliserol yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan
metode tertentu.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya gliserol dalam larutan sampel melalui tes akrolein.
2. Untuk mengetahui adanya gliserol dalam larutan sampel melalui tes
kolorimetri.
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Tes Akrolein
Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan
penambahan KHSO4 lalu dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau
tengik yang menandakan sampel mengandung gliserol.
1.3.2 Tes Kalorimeter
Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan
menambahkan pereaksi tertentu dan dipanaskan hingga terbentuk warna hijau
zamrud yang menandakan sampel mengandung gliserol.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan, atau manusia dan memgang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa,
tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein,
lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non
polar seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena. Berdasarkan sifat demikian,
lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan
menggunakan eter atau pelarut non polar lainnya (Yazid dkk., 2006).
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok
lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan
minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak essensial yang
terkandung di dalamnya (Yazid dkk., 2006).
Selain sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup, berbagai
sumber energi baru yang dapat terbarukan (renewable resources) dan dapat
diandalkan berasal dari berbagai jenis minyak nabati seperti minyak sawit, minyak
kedelai, minyak jarak pagar, dan lain-lain (Arifianto dkk., 2010).
Sebelum membahas lebih jauh mengenai lipid perlu diketahui bahwa lipid
dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan besar, yaitu ( Yazid, dkk) :
1. Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol.
Contoh: lemak atau atau minyak dan lilin (wax)
2. Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang mempunyai
gugus lain di samping alkohol dan asam lemak, misalnya karbohidrat atau
protein. Contoh : fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein.
3. Derivat lipid: senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.
Contoh: asam lemak, gliserol, aldehid lemak, keton, hidrokarbon, sterol,
vitamin larut lemak, dan beberapa hormon.
Namun, jenis lipida yang paling banyak mengandung asam lemak sebagi
unit penyusunnya adalah lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar
utama hampir semua organisme. Memang, golongan ini adalah bentuk energi
kimia simpanan yang paling penting ( Lehninger, 1982).
Triasilgliserol atau trigliserida merupakan ester alkohol gliserol dengan 3
molekul asam lemak. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik non polar karena
molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan
polaritas tinggi. Oleh karena itu, triasilgliserol disebut juga dengan lemak netral.
Struktur gliserol dan triasilgliserol dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Iswari,
2011) :
Gambar 1. Struktur umum gliserol dan triasilgliserol.
Di alam, lemak terdapat dalam berbagai jenis, bergantung pada identitas
dan letak ketiga komponen asam lemak yang terikat ester gliserol. Senyawa yang
mengandung satu jenis asam lemak pada ketiga posisi tersebut disebut dengan
triasilgliserol sederhana. Triasilgliserol yang mengandung dua atau lebih asam
lemak yang berbeda disebut triasilgliserol campuran. Kebanyakan lemak alami di
alam, seperti minyak olive, mentega, dan lemak makanan lainnya merupakan
campuran dari triasilgliserol sederhana dan campuran yang mengandung berbagai
jenis asam lemak yang berbeda dalam panjang rantai dan derajat kejenuhannya
(Iswari, 2011).
Dalam cairan yang mengandung asam lemak dikenal peristiwa “tengik”.
Bau yang khas ini disebabkan karena adanya senyawa campuran asam keto dan
asam hidroksiketo yang berasal dari dekomposisi asam lemak yang terdapat dalam
cairan itu. Sampai sekarang reaksi menjadi tengik dikenal sebagai reaksi asam
lemak tidak jenuh (Martoharsono, 2006).
Reaksi yang terjadi pada cairan yang mengalami ketengikan adalah reaksi
hidrolisis dan oksidasi, karena lemak dan minyak dapat terhidrolisis dan
teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses
hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak
karena terdapat sejumlah air di dalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik.
Reaksi demikian dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim
lipase (Yazid, dkk., 2006).
Sedangkan sifat ketengikan tidak muncul pada lilin, meskipun lilin
termasuk ke dalam golongan lemak. Lilin adalah ester asam lemak rantai panjang
yang jenuh dan tidak jenuh (mempunyai jumlah atom C sebanyak 14-36) dengan
alkohol berantai panjang (mempunyai atom karbon 16-22) ( Iswari, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain lilin,
minyak kelapa kopra, mentega, gliserol 12 %, minyak kenari, minyak wijen,
minyak VCO, H2SO4 pekat 72%, KHSO4 ± 0,5 gram, NaOCl 2 %, α-naftol 0,1 %,
HCl pekat, kertas label, akuades dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, antara lain tabung
reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia 600 mL, pipet tetes, gegep, pipet skala,
penangas air dan sendok tanduk.
3.3 Prosedur Kerja Percobaan
3.3.1 Tes Akrolein
Tabung reaksi yang telah bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah.
Dimasukkan 1 mL larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kenari, minyak kelapa
kopra, minyak wijen, mentega dan minyak VCO). Kemudian ditambahkan ± 0,5
gram KHSO4. Setelah itu, dipanaskan di dalam pemanas air hingga terbentuk bau
yang khas yang menandakan adanya gliserol (bau tengik). Perubahan yang terjadi
diamati dan dicatat.
3.3.2 Tes Kolorimetri
Tabung reaksi yang sudah bersih dan kering disiapkan sebanyak 8 buah.
Dimasukkan 1 mL larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kemiri, minyak kelapa
kopra, minyak wijen, mentega, minyak VCO, dan blanko). Larutan NaOCl 2 %
sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi
sampel. Setelah 2-3 menit, ditambahkan 2-3 tetes HCl pekat, kemudian dididihkan
beberapa saat untuk membuang kelebihan asam. Setelah dipanaskan, ditambahkan
0,2 mL α-naftol 0,1 %, kemudian ditambahkan larutan H2SO4 pekat pada masing-
masing tabung. Campuran dikocok dengan hati-hati, kemudian diamati dan
dicatat. Terbentuknya warna hijau zamrud menunjukkan adanya gliserol.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tes Akrolein
Tes akrolein adalah suatu metode uji kulatitaif adanya gliserol dalam suatu
sampel yang ditandai dengan adanya bau yang khas (bau tengik). Pada metode
akrolein ini, sampel ditambahkan KHSO4 kemudian dipanaskan. Penambahan
KHSO4 ini berfungsi sebagai katalis dalam hidrolisis lipid menjadi asam lemak
dan gliserol. Sedangkan pemanasan dilakukan agar terjadi proses hidrasi pada
sampel sehingga H2O hilang dan akan terbentuk akrolein atau akrildehida yang
memiliki bau yang khas yakni bau tengik.
Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tes Akrolein
No.
Contoh 0,5 gram KHSO4Pemanasan
(bau)
1. Minyak kelapa kopra Bening ++++
2. Minyak VCO Bening ++++
3. Minyak kenari Bening ++++
4. Minyak wijen Kuning +++
5. Gliserol Kuning +
6. Mentega Bening +++
7. Lilin Kuning -
Keterangan :
++++ : sangat bau
+++ : agak bau
+ : kurang bau
_ : tidak bau
Dari tabel di atas dapat terlihat minyak kelapa kopra menghasilkan bau
yang sangat tengik setelah penambahan KHSO4, minyak VCO menghasilkan bau
yang sangat tengik, minyak kenari menghasilkan bau yang sangat tengik, begitu
pula dengan minyak wijen. Hal ini menandakan minyak kelapa kopra, minyak
VCO, minyak kenari, dan minyak wijen mengandung gliserol. Bau tengik yang
diperoleh berasal dari senyawa akrolein yang terbentuk. Akrolein berasal dari
hasil reaksi antara gliserol dengan katalis KHSO4 yang telah mengalami ionisasi
menjadi K+ dan HSO4-. Sementara pada lilin tidak terdapat bau tengik yang
menandakan tidak adanya gliserol karena apabila lilin dihidrolisis maka akan
terbentuk asam lemak dan alkohol yang berantai panjang. Sedangkan pada gliserol
menimbulkan bau yang khas karena pada sampel gliserol yang digunakan
terdapat senyawa pembentuk gliserol.
4.1.1 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi pada tes akrolein adalah sebagai berikut :
1. Lilin
2. Gliserol
3. Minyak kelapa kopra
4. Mentega
5. Minyak VCO
6. Minyak Wijen
7. Minyak Kemiri
4.2 Tes Kalorimetri
Tes kolorimetri dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya gliserol
dalam suatu sampel yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud. Pada
percobaan ini, larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kenari, minyak kelapa kopra,
minyak wijen, mentega, minyak VCO) dan blanko (akuades) ditambahkan dengan
NaOCl, kemudian ditambahkan dengan HCl pekat dan dipanaskan, terakhir
ditambahkan α-naftol dan H2SO4 pekat. Penambahan NaOCl berfungsi sebagai
bahan yang memberikan ion Na+ pada minyak untuk pembentukan produk
sementara gliserol serta dapat berfungsi untuk memutuskan rantai karbon yang
panjang pada larutan sampel. Sedangkan HCl pekat ditambahkan sebagai katalis
untuk mempercepat reaksi, sehingga setelah penambahan HCl larutan harus
dipanaskan untuk membuang kelebihan asam akibat HCl. Sedangkan larutan α-
naftol ditambahkan bersama H2SO4 agar pada larutan terbentuk warna hijau
zamrud sehingga keberadaan gliserol dalam sampel dapat kita ketahui.
Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tes Kolorimetri
No.
Contoh Warna yang terbentuk
1. Minyak kelapa kopra Hijau zamrud
2. Minyak VCO Hijau zamrud
3. Minyak kenari Coklat kehitaman
4. Minyak wijen Hijau zamrud
5. Gliserol Hijau zamrud
6. Mentega Hijau zamrud
7. Lilin Hijau pudar
8. Blanko Hijau kekuningan
Berdasarkan percobaan dengan menggunakan tes kalorimeter terlihat
bahwa pada sampel minyak kelapa kopra terbentuk warna hijau zamrud, pada
minyak VCO terbentuk warna hijau zamrud, pada minyak wijen terbentuk warna
hijau zamrud, pada gliserol terbentuk warna hijau zamrud, dan begitu juga pada
mentega. Hal ini menandakan bahwa pada sampel minyak kelapa kopra, minyak
VCO, minyak wijen, dan gliserol terdapat adanya gliserol. sedangkan pada lilin
tidak terbentuk warna hijau zamrud. Hal ini membuktikan bahwa pada lilin tidak
terdapat gliserol. Pada larutan blanko warna yang terbentuk hijau kekuningan,
yang disebabkan oleh penambahan α-naftol dan H2SO4 pekat, namun bukan warna
hijau zamrud yang terbentuk, melainkan hijau kekuningan, sehingga dapat
dikatakan bahwa pada larutan blanko (akuades) tidak terdapat gliserol.
Hal yang berbeda terjadi pada minyak kenari, berdasarkan teori bahwa
minyak kenari mengandung gliserol, sehingga akan memberikan warna hijau
zamrud pada tes kalorimeter, namun berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa warna yang terbentuk adalah coklat kehitaman. Hal ini
disebakan kurangnya ketelitian dari praktikan dalam menambahkan larutan
NaOCl, HCl, α-naftol atau H2SO4 pekat.
Adapun reaksi yang terjadi pada tes kalorimetri adalah sebagai berikut :
1. Lilin
2. Gliserol
3. Minyak Kelapa Kopra
4. Blanko
5. Minyak Wijen
6. Mentega
7. Minyak VCO
8. Minyak Kemiri
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Tes akrolein menunjukkan bahwa minyak kelapa kopra, minyak VCO,
minyak kenari, minyak wijen, gliserol dan mentega mengandung gliserol
yang ditandai dengan bau tengik, sedangkan lilin tidak mengandung
gliserol.
2. Tes kalorimetri menunjukkan bahwa minyak kelapa kopra, minyak VCO,
minyak wijen, gliserol, dan mentega mengandung gliserol yang ditandai
dengan warna yang terbentuk pada sampel yakni hijau zamrud. Sedangkan
pada lilin tidak terdapat gliserol.
5.2 Saran
Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya disediakan pipet tetes
untuk masing-masing larutan yang akan dipakai agar praktikum berjalan dengan
lancar sedangkan untuk percobaan ini yaitu sebaiknya sampel yang digunakan
diperbanyak, khusunya bahan yang tidak mengandung gliserol
Saran untuk asisten adalah agar memberikan arahan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Yazid, E., dan Lisda N., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Lehninger, A.L., 1982, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Martoharsono, Soeharsono, 2006, Biokimia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Iswani, R.S., 2009, Biokimia dan Fisiologi Lipid, Karya Putra Darwati, Jakarta.
Setiadi, dan Arifianto B., 2010, Perengkahan Molekul Trigliserida Minyak Sawit Menjadi Hidrokarbon Fraksi Gasoline Menggunakan Katalis B2O3 /Al2O3,
Jurnal Kimia, Vol (1) : 1.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 25 Maret 2013
Asisten Praktikan
BULQIS MUSA RAHMI MAR’ATUS SOLEHA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Kerja
1. Tes Akrolein
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
- Ditambahkan KHSO4
- Dipanaskan di atas penangas air
- Diamati baunya
2. Tes Kolorimetri
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
- Ditambahkan NaOCl 2 %.
- Setelah 2-3 menit, ditambahkan 3-4 tetes HCl pekat
- Dididihkan selama 1 menit.
- Ditambahkan 0,2 mL α -naftol.
- Ditambahkan 4 mL H2SO4 pekat.
- Diamati warna yang terbentuk
Lampiran 2. Foto hasil percobaan
Sampel
Hasil
Sampel dan Blanko
Hasil