bab i

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipid adalah salah satu senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan dan manusia. Berbeda dengan protein, karbohidrat, dan asam nukleat, lipid larut dalam pelarut organik dan dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar. Lipid memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel makhluk hidup (Yazid, 2006). Menurut Bloor, lipid terbagi atas tiga berdasarkan strukturnya, yakni lipid sederhana, lipid gabungan, dan derivat lipid. Jenis lipida yang paling banyak adalah triasilgliserol atau seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau trigliserida, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme. Trigliserida termasuk ke dalam golongan lipid sederahana dan merupakan merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Salah satu contohnya adalah lemak

Upload: rahmi-maratus-soleha

Post on 31-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid adalah salah satu senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,

hewan dan manusia. Berbeda dengan protein, karbohidrat, dan asam nukleat, lipid

larut dalam pelarut organik dan dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut

nonpolar. Lipid memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel

makhluk hidup (Yazid, 2006).

Menurut Bloor, lipid terbagi atas tiga berdasarkan strukturnya, yakni lipid

sederhana, lipid gabungan, dan derivat lipid. Jenis lipida yang paling banyak

adalah triasilgliserol atau seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau

trigliserida, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.

Trigliserida termasuk ke dalam golongan lipid sederahana dan merupakan

merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Salah satu contohnya adalah

lemak hewan dan minyak nabati yang merupakan campuran beberapa trigliserida

campuran.

Berdasarkan sifatnya terdapat lipid yang dapat disaponifikasi, yaitu

golongan lipid yang dapat dihidrolisis dengan alkali dan panas sehingga terbentuk

garam asam lemak dan komponen molekul penyusun lainnya. Contoh lipid yang

termasuk kelompok ini salah satunya adalah trigliserida ( Iswari, 2011).

Sebagaimana ester lainnya, trigliserida mudah dihidrolisis dengan bantuan

asam atau basa, menjadi asam lemak dan gliserol.

Page 2: BAB I

Untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam suatu sampel, maka

diadakanlah percobaan ini, yaitu dengan menggunakan tes akrolein dan tes

kolorimetri.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukan percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami

cara identifikasi gliserol yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan

metode tertentu.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya gliserol dalam larutan sampel melalui tes akrolein.

2. Untuk mengetahui adanya gliserol dalam larutan sampel melalui tes

kolorimetri.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Tes Akrolein

Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan

penambahan KHSO4 lalu dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau

tengik yang menandakan sampel mengandung gliserol.

1.3.2 Tes Kalorimeter

Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan

menambahkan pereaksi tertentu dan dipanaskan hingga terbentuk warna hijau

zamrud yang menandakan sampel mengandung gliserol.

Page 3: BAB I

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,

hewan, atau manusia dan memgang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.

Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa,

tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein,

lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non

polar seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena. Berdasarkan sifat demikian,

lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan

menggunakan eter atau pelarut non polar lainnya (Yazid dkk., 2006).

Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok

lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan

minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak essensial yang

terkandung di dalamnya (Yazid dkk., 2006).

Selain sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup, berbagai

sumber energi baru yang dapat terbarukan (renewable resources) dan dapat

diandalkan berasal dari berbagai jenis minyak nabati seperti minyak sawit, minyak

kedelai, minyak jarak pagar, dan lain-lain (Arifianto dkk., 2010).

Sebelum membahas lebih jauh mengenai lipid perlu diketahui bahwa lipid

dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan besar, yaitu ( Yazid, dkk) :

1. Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol.

Contoh: lemak atau atau minyak dan lilin (wax)

Page 4: BAB I

2. Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang mempunyai

gugus lain di samping alkohol dan asam lemak, misalnya karbohidrat atau

protein. Contoh : fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein.

3. Derivat lipid: senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.

Contoh: asam lemak, gliserol, aldehid lemak, keton, hidrokarbon, sterol,

vitamin larut lemak, dan beberapa hormon.

Namun, jenis lipida yang paling banyak mengandung asam lemak sebagi

unit penyusunnya adalah lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar

utama hampir semua organisme. Memang, golongan ini adalah bentuk energi

kimia simpanan yang paling penting ( Lehninger, 1982).

Triasilgliserol atau trigliserida merupakan ester alkohol gliserol dengan 3

molekul asam lemak. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik non polar karena

molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan

polaritas tinggi. Oleh karena itu, triasilgliserol disebut juga dengan lemak netral.

Struktur gliserol dan triasilgliserol dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Iswari,

2011) :

Gambar 1. Struktur umum gliserol dan triasilgliserol.

Di alam, lemak terdapat dalam berbagai jenis, bergantung pada identitas

dan letak ketiga komponen asam lemak yang terikat ester gliserol. Senyawa yang

mengandung satu jenis asam lemak pada ketiga posisi tersebut disebut dengan

Page 5: BAB I

triasilgliserol sederhana. Triasilgliserol yang mengandung dua atau lebih asam

lemak yang berbeda disebut triasilgliserol campuran. Kebanyakan lemak alami di

alam, seperti minyak olive, mentega, dan lemak makanan lainnya merupakan

campuran dari triasilgliserol sederhana dan campuran yang mengandung berbagai

jenis asam lemak yang berbeda dalam panjang rantai dan derajat kejenuhannya

(Iswari, 2011).

Dalam cairan yang mengandung asam lemak dikenal peristiwa “tengik”.

Bau yang khas ini disebabkan karena adanya senyawa campuran asam keto dan

asam hidroksiketo yang berasal dari dekomposisi asam lemak yang terdapat dalam

cairan itu. Sampai sekarang reaksi menjadi tengik dikenal sebagai reaksi asam

lemak tidak jenuh (Martoharsono, 2006).

Reaksi yang terjadi pada cairan yang mengalami ketengikan adalah reaksi

hidrolisis dan oksidasi, karena lemak dan minyak dapat terhidrolisis dan

teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses

hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan

gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak

karena terdapat sejumlah air di dalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik.

Reaksi demikian dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim

lipase (Yazid, dkk., 2006).

Sedangkan sifat ketengikan tidak muncul pada lilin, meskipun lilin

termasuk ke dalam golongan lemak. Lilin adalah ester asam lemak rantai panjang

yang jenuh dan tidak jenuh (mempunyai jumlah atom C sebanyak 14-36) dengan

alkohol berantai panjang (mempunyai atom karbon 16-22) ( Iswari, 2011).

Page 6: BAB I

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain lilin,

minyak kelapa kopra, mentega, gliserol 12 %, minyak kenari, minyak wijen,

minyak VCO, H2SO4 pekat 72%, KHSO4 ± 0,5 gram, NaOCl 2 %, α-naftol 0,1 %,

HCl pekat, kertas label, akuades dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, antara lain tabung

reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia 600 mL, pipet tetes, gegep, pipet skala,

penangas air dan sendok tanduk.

3.3 Prosedur Kerja Percobaan

3.3.1 Tes Akrolein

Tabung reaksi yang telah bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah.

Dimasukkan 1 mL larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kenari, minyak kelapa

kopra, minyak wijen, mentega dan minyak VCO). Kemudian ditambahkan ± 0,5

gram KHSO4. Setelah itu, dipanaskan di dalam pemanas air hingga terbentuk bau

yang khas yang menandakan adanya gliserol (bau tengik). Perubahan yang terjadi

diamati dan dicatat.

3.3.2 Tes Kolorimetri

Tabung reaksi yang sudah bersih dan kering disiapkan sebanyak 8 buah.

Dimasukkan 1 mL larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kemiri, minyak kelapa

Page 7: BAB I

kopra, minyak wijen, mentega, minyak VCO, dan blanko). Larutan NaOCl 2 %

sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi

sampel. Setelah 2-3 menit, ditambahkan 2-3 tetes HCl pekat, kemudian dididihkan

beberapa saat untuk membuang kelebihan asam. Setelah dipanaskan, ditambahkan

0,2 mL α-naftol 0,1 %, kemudian ditambahkan larutan H2SO4 pekat pada masing-

masing tabung. Campuran dikocok dengan hati-hati, kemudian diamati dan

dicatat. Terbentuknya warna hijau zamrud menunjukkan adanya gliserol.

BAB IV

Page 8: BAB I

PEMBAHASAN

4.1 Tes Akrolein

Tes akrolein adalah suatu metode uji kulatitaif adanya gliserol dalam suatu

sampel yang ditandai dengan adanya bau yang khas (bau tengik). Pada metode

akrolein ini, sampel ditambahkan KHSO4 kemudian dipanaskan. Penambahan

KHSO4 ini berfungsi sebagai katalis dalam hidrolisis lipid menjadi asam lemak

dan gliserol. Sedangkan pemanasan dilakukan agar terjadi proses hidrasi pada

sampel sehingga H2O hilang dan akan terbentuk akrolein atau akrildehida yang

memiliki bau yang khas yakni bau tengik.

Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tes Akrolein

No.

Contoh 0,5 gram KHSO4Pemanasan

(bau)

1. Minyak kelapa kopra Bening ++++

2. Minyak VCO Bening ++++

3. Minyak kenari Bening ++++

4. Minyak wijen Kuning +++

5. Gliserol Kuning +

6. Mentega Bening +++

7. Lilin Kuning -

Keterangan :

Page 9: BAB I

++++ : sangat bau

+++ : agak bau

+ : kurang bau

_ : tidak bau

Dari tabel di atas dapat terlihat minyak kelapa kopra menghasilkan bau

yang sangat tengik setelah penambahan KHSO4, minyak VCO menghasilkan bau

yang sangat tengik, minyak kenari menghasilkan bau yang sangat tengik, begitu

pula dengan minyak wijen. Hal ini menandakan minyak kelapa kopra, minyak

VCO, minyak kenari, dan minyak wijen mengandung gliserol. Bau tengik yang

diperoleh berasal dari senyawa akrolein yang terbentuk. Akrolein berasal dari

hasil reaksi antara gliserol dengan katalis KHSO4 yang telah mengalami ionisasi

menjadi K+ dan HSO4-. Sementara pada lilin tidak terdapat bau tengik yang

menandakan tidak adanya gliserol karena apabila lilin dihidrolisis maka akan

terbentuk asam lemak dan alkohol yang berantai panjang. Sedangkan pada gliserol

menimbulkan bau yang khas karena pada sampel gliserol yang digunakan

terdapat senyawa pembentuk gliserol.

4.1.1 Reaksi

Adapun reaksi yang terjadi pada tes akrolein adalah sebagai berikut :

1. Lilin

2. Gliserol

Page 10: BAB I

3. Minyak kelapa kopra

4. Mentega

5. Minyak VCO

Page 11: BAB I

6. Minyak Wijen

7. Minyak Kemiri

Page 12: BAB I

4.2 Tes Kalorimetri

Tes kolorimetri dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya gliserol

dalam suatu sampel yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud. Pada

percobaan ini, larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kenari, minyak kelapa kopra,

minyak wijen, mentega, minyak VCO) dan blanko (akuades) ditambahkan dengan

NaOCl, kemudian ditambahkan dengan HCl pekat dan dipanaskan, terakhir

ditambahkan α-naftol dan H2SO4 pekat. Penambahan NaOCl berfungsi sebagai

bahan yang memberikan ion Na+ pada minyak untuk pembentukan produk

sementara gliserol serta dapat berfungsi untuk memutuskan rantai karbon yang

panjang pada larutan sampel. Sedangkan HCl pekat ditambahkan sebagai katalis

untuk mempercepat reaksi, sehingga setelah penambahan HCl larutan harus

dipanaskan untuk membuang kelebihan asam akibat HCl. Sedangkan larutan α-

naftol ditambahkan bersama H2SO4 agar pada larutan terbentuk warna hijau

zamrud sehingga keberadaan gliserol dalam sampel dapat kita ketahui.

Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tes Kolorimetri

No.

Contoh Warna yang terbentuk

1. Minyak kelapa kopra Hijau zamrud

2. Minyak VCO Hijau zamrud

3. Minyak kenari Coklat kehitaman

4. Minyak wijen Hijau zamrud

5. Gliserol Hijau zamrud

6. Mentega Hijau zamrud

7. Lilin Hijau pudar

8. Blanko Hijau kekuningan

Page 13: BAB I

Berdasarkan percobaan dengan menggunakan tes kalorimeter terlihat

bahwa pada sampel minyak kelapa kopra terbentuk warna hijau zamrud, pada

minyak VCO terbentuk warna hijau zamrud, pada minyak wijen terbentuk warna

hijau zamrud, pada gliserol terbentuk warna hijau zamrud, dan begitu juga pada

mentega. Hal ini menandakan bahwa pada sampel minyak kelapa kopra, minyak

VCO, minyak wijen, dan gliserol terdapat adanya gliserol. sedangkan pada lilin

tidak terbentuk warna hijau zamrud. Hal ini membuktikan bahwa pada lilin tidak

terdapat gliserol. Pada larutan blanko warna yang terbentuk hijau kekuningan,

yang disebabkan oleh penambahan α-naftol dan H2SO4 pekat, namun bukan warna

hijau zamrud yang terbentuk, melainkan hijau kekuningan, sehingga dapat

dikatakan bahwa pada larutan blanko (akuades) tidak terdapat gliserol.

Hal yang berbeda terjadi pada minyak kenari, berdasarkan teori bahwa

minyak kenari mengandung gliserol, sehingga akan memberikan warna hijau

zamrud pada tes kalorimeter, namun berdasarkan percobaan yang telah dilakukan

diperoleh hasil bahwa warna yang terbentuk adalah coklat kehitaman. Hal ini

disebakan kurangnya ketelitian dari praktikan dalam menambahkan larutan

NaOCl, HCl, α-naftol atau H2SO4 pekat.

Adapun reaksi yang terjadi pada tes kalorimetri adalah sebagai berikut :

1. Lilin

Page 14: BAB I

2. Gliserol

3. Minyak Kelapa Kopra

4. Blanko

5. Minyak Wijen

Page 15: BAB I

6. Mentega

7. Minyak VCO

Page 16: BAB I

8. Minyak Kemiri

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 17: BAB I

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Tes akrolein menunjukkan bahwa minyak kelapa kopra, minyak VCO,

minyak kenari, minyak wijen, gliserol dan mentega mengandung gliserol

yang ditandai dengan bau tengik, sedangkan lilin tidak mengandung

gliserol.

2. Tes kalorimetri menunjukkan bahwa minyak kelapa kopra, minyak VCO,

minyak wijen, gliserol, dan mentega mengandung gliserol yang ditandai

dengan warna yang terbentuk pada sampel yakni hijau zamrud. Sedangkan

pada lilin tidak terdapat gliserol.

5.2 Saran

Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya disediakan pipet tetes

untuk masing-masing larutan yang akan dipakai agar praktikum berjalan dengan

lancar sedangkan untuk percobaan ini yaitu sebaiknya sampel yang digunakan

diperbanyak, khusunya bahan yang tidak mengandung gliserol

Saran untuk asisten adalah agar memberikan arahan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Yazid, E., dan Lisda N., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Page 18: BAB I

Lehninger, A.L., 1982, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Martoharsono, Soeharsono, 2006, Biokimia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Iswani, R.S., 2009, Biokimia dan Fisiologi Lipid, Karya Putra Darwati, Jakarta.

Setiadi, dan Arifianto B., 2010, Perengkahan Molekul Trigliserida Minyak Sawit Menjadi Hidrokarbon Fraksi Gasoline Menggunakan Katalis B2O3 /Al2O3,

Jurnal Kimia, Vol (1) : 1.

LEMBAR PENGESAHAN

Page 19: BAB I

Makassar, 25 Maret 2013

Asisten Praktikan

BULQIS MUSA RAHMI MAR’ATUS SOLEHA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Tes Akrolein

Page 20: BAB I

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.

- Ditambahkan KHSO4

- Dipanaskan di atas penangas air

- Diamati baunya

2. Tes Kolorimetri

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.

- Ditambahkan NaOCl 2 %.

- Setelah 2-3 menit, ditambahkan 3-4 tetes HCl pekat

- Dididihkan selama 1 menit.

- Ditambahkan 0,2 mL α -naftol.

- Ditambahkan 4 mL H2SO4 pekat.

- Diamati warna yang terbentuk

Lampiran 2. Foto hasil percobaan

Sampel

Hasil

Sampel dan Blanko

Hasil

Page 21: BAB I