bab i

6
Naufan Indra Ikhsan 230210110031 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar, baik yang alami maupun yang dibudidayakan. Salah satu sumberdaya yang memiliki potensi yang cukup besar adalah rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar (Nindyaning, 2007). Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia. Sayangnya rumput laut yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut masih banyak diimpor dengan nilai yang cukup besar. Rumput laut akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi seandainya diolah menjadi produk intermediet (agar-agar, karaginan, dan alginat) dan produk pangan siap konsumsi (Yorita, 2010). Pada umumnya, rumput laut (alga) dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat

Upload: naufan-opan-indra

Post on 26-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

Naufan Indra Ikhsan 230210110031

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar, baik yang alami

maupun yang dibudidayakan. Salah satu sumberdaya yang memiliki potensi yang

cukup besar adalah rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai

prospek yang cukup cerah karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut

yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat

dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar (Nindyaning, 2007).

Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk

dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia.

Sayangnya rumput laut yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu

berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut masih banyak

diimpor dengan nilai yang cukup besar. Rumput laut akan memiliki nilai jual yang

lebih tinggi seandainya diolah menjadi produk intermediet (agar-agar, karaginan,

dan alginat) dan produk pangan siap konsumsi (Yorita, 2010).

Pada umumnya, rumput laut (alga) dikelompokkan menjadi empat kelas,

yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat

(Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae) (Winarno, 1996). Beberapa

jenis rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi adalah dari golongan

Rhodophyceae (ganggang merah) dan Phaeophyceaea (ganggang coklat).

Rhodophyceae merupakan rumput laut penghasil agar-agar dan karaginan,

sedangkan Phaeophyceaea merupakan rumput laut coklat yang belum

dioptimalkan pemanfaatannya (Permana, 2008). Rumput laut coklat sering

dianggap sebagai sampah karena mengotori pantai, padahal banyak manfaat yang

dapat diambil dari rumput laut coklat tersebut salah satunya yaitu Padina

australis.

Warna rumput laut coklat dipengaruhi oleh komposisi dan kandungan

pigmen yang tersusun didalamnya, dimana komposisi pigmen dari masing-masing

Page 2: BAB I

Naufan Indra Ikhsan 230210110031

jenis rumput laut cokelat berbeda.. Pigmen penyusun pada rumput laut coklat

berasal dari golongan klorofil dan turunannya, golongan karotenoid polar

(ksantofil), serta golongan karotenoid non polar (karoten). Klorofil a, pigmen

berwarna hijau kebiruan, merupakan pigmen utama dalam proses fotosintetik dari

tumbuhan, termasuk didalamnya rumput laut coklat, sedangkan karotenoid hanya

sebagai pigmen pelengkap. Haugan et al. (1995) dan Matsuno (2001) menyatakan

bahwa fukosantin merupakan karotenoid utama yang terdapat dalam rumput laut

coklat dan warna coklat pada rumput laut ini berasal dari fukosantin (Wehr,

2003).

Fukosantin menarik untuk diteliti karena bermanfaat bagi kesehatan

manusia. Fukosantin memiliki kemampuan sebagai anti karsinogenik (Kim et al.,

1998), anti peradangan (Kim et al., 2010b), dan penangkal radikal bebas atau

sebagai antioksidan (Sachindra et al., 2007; Sukoso et al., 2010). Lebih lanjut,

fukosantin merupakan suplemen makanan kesehatan yang sangat baik dan sebagai

kandidat obat potensial dalam pencegahan kanker (Wang et al., 2005). Dan yang

tidak jauh lebih penting bahwa fukosantin juga diketahui dapat berfungsi sebagai

zat antibesitas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem

kerja senyawa fukosantin sebagai zat antiobesitas.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang adalah

sejauh mana kerja senyawa fukosantin pada Padina australis sebagai zat

antiobesitas dan keefektivitasannya sebagai zat antiobesitas.

1.3 Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sistem kerja senyawa

fukosantin pada Padina australis sebagai zat antiobesitas dan menguji efektivitas

serbuk ekstrak rumput laut coklat (Padina australis) dalam menurunkan bobot

badan pada hewan uji.

1.4 Kegunaan

Page 3: BAB I

Naufan Indra Ikhsan 230210110031

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pengusaha pembuat obat anti kegemukan mengenai zat antiobesitas yang tidak

memiliki efek samping dan tentunya mudah didapat bahannya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kegemukan atau obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial sebagai

akibat dari energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada energi yang

dikeluarkan (Guyton dan Hall 1997 dalam Rahardjo et al 2005). Kegemukan

biasanya terjadi karena pola makan yang salah dan tidak terkontrol, kurang

aktivitas (olah raga), faktor fisiologi seperti wanita hamil dan faktor psikologi

seperti stress yang menyebabkan pola makan terganggu. Salah satu indikator

kegemukan adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh. Orang gemuk cenderung

mempunyai kadar lemak yang tinggi dibanding orang kurus. Menurut Depkes

(2008), persentase lemak pada pria sehat adalah 10-25 % dan 20-35 % pada

wanita sehat, sedangkan persentase lemak pada penderita obesitas adalah > 30 %

untuk pria dan > 40 % untuk wanita. Biasanya obesitas timbul karena jumlah

kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar,

keadaan ini bila berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan

jaringan lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas.

Kegemukan dapat diatasi dengan beberapa cara konvensional, seperti

banyak melakukan olahraga, mengatur pola makan, hidup teratur, atau dengan

menggunakan alat bantu seperti metode pengobatan akupuntur atau pemakaian

obat modern yang mengandung bahan kimia. Obat pelangsing ada berbagai

macam bentuk, yaitu bentuk pil, jamu dan teh. Namun yang banyak beredar di

pasaran adalah dalam bentuk jamu dan teh. Obat pelangsing dalam bentuk jamu

dan teh harus dilarutkan terlebih dahulu di dalam air sehingga menjadi minuman.

Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian menggunakan hewan

percobaan, yaitu hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai

sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam

bidang ilmu dalam mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang ilmu dalam

skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Penggunaan hewan percobaan

Page 4: BAB I

Naufan Indra Ikhsan 230210110031

banyak dilakukan dalam bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi,

komperatif zoologi, dan ekologi dalam arti luas. (Malole dan Pramono 1989).

Hasil penelitian Limantara & Heriyanto (2010) menunjukkan bahwa

Padina australis Hauck memiliki kandungan fukosantin tertinggi, yaitu 0,6368

mg/g berat basah, jika dibandingkan dengan 4 jenis rumput laut coklat lainnya,

Turbinaria conoides, Sargassum duplicatum, Sargassum polycystum dan

Sargassum filipendula, yang tumbuh di Pulau Talango, Madura yaitu 2,17 sampai

3,22 kali lipatnya. Dan sebagai suplemen makanan kesehatan, fukosantin telah

terbukti tidak memiliki sifat toksik (Kadekaru et al., 2008).