bab i

13
BAB I PENDAHULUAN Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan/atau di bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. Cidera medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet : kehilangan sensasi fungsi motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan fungsi motorik volunter (Marilynn E. Doenges,1999;338). Cidera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000 orang di Amerika Serikat, dengan perkiraan10.000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer,2001;2220). Data dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan dalam 5 bulan terakhir terhitung dari Januari sampai Juni 2003 angka kejadian angka kejadian untuk fraktur adalah berjumlah 165 orang yang di dalamnya termasuk angka kejadian untuk cidera medulla spinalis yang berjumlah 20 orang (12,5%). Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di

Upload: toto-as-last-memory

Post on 25-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan

seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2

dan/atau di bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan

sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. 

Cidera medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet : kehilangan sensasi

fungsi motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan

fungsi motorik volunter (Marilynn E. Doenges,1999;338).

Cidera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi

150.000 orang di Amerika Serikat, dengan perkiraan10.000 cedera baru yang terjadi

setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari

seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer,2001;2220). Data dari bagian rekam medik Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan dalam 5 bulan terakhir terhitung dari Januari

sampai Juni 2003 angka kejadian angka kejadian untuk fraktur adalah berjumlah 165

orang yang di dalamnya termasuk angka kejadian untuk cidera medulla spinalis yang

berjumlah 20 orang (12,5%).

Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena

olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita lebih

banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di asosiasikan dengan

perubahan hormonal (menopause) (Charlene J. Reeves,1999).

Pasien yang mengalami cidera medulla spinalis khususnya bone loss pada L2-3

membutuhkan perhatian lebih diantaranya dalam pemenuhan kebutuhan ADL dan

dalam pemenuhan kebutuhan untuk mobilisasi. Selain itu pasien juga beresiko

mengalami komplikasi cedera spinal seperti syok spinal, trombosis vena profunda, gagal

napas; pneumonia dan hiperfleksia autonomic.

Page 2: BAB I

BAB II

ISI

Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi

medula spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke

lubang-lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus

intervertebralis.

Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut :

a. Vetebrata Thoracalis (atlas)

Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus tetapi hanya

berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens, yang mirip

dengan pasak. Veterbrata cervitalis ketujuh disebut prominan karena mempunyai

prosesus spinasus paling panjang.

b. Vertebrata Thoracalis

Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung,

berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thorax.

c. Vertebrata Lumbalis

Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal, berjumlah 5

buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang besar

ukurnanya sehingga pergerakannya lebih luas kearah fleksi.

d. Os. Sacrum

Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana ke

5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi.

e. Os. Coccygis

Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami

rudimenter. Lengkung koluma vertebralis.kalau dilihat dari samping maka kolumna

vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior : lengkung

vertikal pada daerah leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang,

daerah lumbal kedepan dan daerah pelvis melengkung kebelakang. Kedua lengkung

yang menghadap pasterior, yaitu torakal dan pelvis, disebut promer karena mereka

mempertahankan lengkung aslinya kebelakang dari hidung tulang belakang, yaitu

bentuk (sewaktu janin dengna kepala membengkak ke bawah sampai batas dada dan

Page 3: BAB I

gelang panggul dimiringkan keatas kearah depan badan. Kedua lengkung yang

menghadap ke anterior adalah sekunder → lengkung servikal berkembang ketika kanak-

kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil menyelidiki, dan

lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan serta

mempertahankan tegak. Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan

yang kokoh dan sekaligus bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan

cakram intervertebralis yang lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan

membonkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang

terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan

demikian otak dan sumsum belkang terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga

untuk memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk kartan otot dan membentuk

tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga badan dan memberi kaitan pada

iga.(Eveltan. C. Pearah, 1997 ; 56 – 62)

Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula ablonata,

menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebra-

lumbalis pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus

medularis, dna kemudian sebuah sambungan tipis dasri pia meter yang disebut filum

terminale, yang menembus kantong durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum

tulang belakang yang berukuran panjang sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya

dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah oleh sebuah

figura sempit.

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal.

Dari penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan

bawah : dan plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis. Fungsi

sumsum tulang belakang : a. Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian

tubuh dan bergerak refleks.

Untuk terjadinya geraka refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut :

1. Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit

2. Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel dalam

ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada karnu pasterior

mendula spinalis.

Page 4: BAB I

3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan

impuls-impuls menuju karnu anterior medula spinalis.

4. sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima dan

mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag motorik.

5. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf

motorik.

6. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada daerah

torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis beberapa otot

interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot pada kedua anggota gerak bawah,

serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.

Cidera Medulla Spinalis

Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang

disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001)

Cidera medulla spinalis adalah buatan kerusakan tulang dan sumsum yang

mengakibatkan gangguan sistem persyarafan didalam tubuh manusia yang

diklasifikasikan sebagai : 

- komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)

- tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik)

Cidera medullan spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang

disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai

daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak

tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan

buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan.

ETIOLOGI

Penyebab dari cidera medulla spinalis yaitu :

- kecelakaan otomobil, industri

- terjatuh, olah-raga, menyelam

- luka tusuk, tembak

- tumor.

Page 5: BAB I

PATOFISIOLOGI

Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuh

sempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu

atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis).

Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradul

subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau

robekan pada cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi

darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses

patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera medulla spinalis akut.

Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia, edema,

lesi, hemorargi.

Cidera medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5

- Lesi 11 – 15 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian

dari bokong.

- Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.

- Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.

- Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.

- Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.

MANIFESTASI KLINIS

- nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena

- paraplegia

- tingkat neurologik

- paralisis sensorik motorik total

- kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)

- penurunan keringat dan tonus vasomoto

- penurunan fungsi pernafasan

- gagal nafas

(Diane C. Baughman, 200 : 87)

Page 6: BAB I

PEMERIKSAN DIAGNOSTIK

- Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi

setelah dilakukan traksi atau operasi

- CT-Scan

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural

- MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

- Mielografi.

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak

jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya

tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).

- Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma,

atelektasis)

- Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi

maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada

trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).

- GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

(Marilyn E. Doengoes, 1999 ; 339 – 340)

KOMPLIKASI

- Neurogenik shock.

- Hipoksia.

- Gangguan paru-paru

- Instabilitas spinal

- Orthostatic Hipotensi

- Ileus Paralitik

- Infeksi saluran kemih

- Kontraktur

- Dekubitus

Page 7: BAB I

- Inkontinensia blader

- Konstipasi

PENATALAKSANAAN CEDERA MEDULA SPINALIS (FASE AKUT)

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah cedera medula spinalis lebih

lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan

resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler.

Farmakoterapi

Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medela.

Tindakan Respiratori

1. Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.

2. Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau eksistensi

leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal.

3. Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk pasien

dengan lesi servikal yang tinggi.

Reduksi dan Fraksi skeletal

1. Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan

stabilisasi koluma vertebrata.

2. Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi

skeletal, yaitu teknik tong /capiller skeletal atau halo vest.

3. Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi

Intervensi bedah (Laminektomi)

Dilakukan Bila : 

1. Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi

2. Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal

3. Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal

Page 8: BAB I

4. Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau

dislokasi atau dekompres medulla. (Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89)

Page 9: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 .

Jakarta : EGC.

Carpenito, L. T, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta ; EGC

Doengoes, M. E, 1999, Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta ; EGC

Luckman, J. and Sorensens R.C. 1993. Medical Surgical Nursing a Psychophysiologic

approach, Ed : 4. Philadelphia ; WB, Souders Company.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI

Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.

Gramedia.