bab i

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain. Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu, menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu pendekatan pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan yang berwajah manusiawi. Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai factor kunci yang memainkan peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai suatu proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada ekonomi kerakyatan, dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil. Bertolak dari model pembangunan yang Humanize tersebut maka dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada tiga pilar 1

Upload: widya-muharramah

Post on 24-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia

merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar

memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia

tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan

lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.

Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu, menyadarkan

akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu pendekatan pembangunan

yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan yang berwajah manusiawi.

Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai factor kunci yang memainkan

peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai suatu

proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada ekonomi kerakyatan,

dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil.

Bertolak dari model pembangunan yang Humanize tersebut maka dibutuhkan

program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya

memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada tiga pilar yang

harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu masyarakat sipil, pemerintah

dan swasta. Oleh karena itu SDM/ masyarakat menjadi pilar utama yang harus

diberdayakan sejak awal.

Dalam pembangunan perekonomian rakyat untuk memberdayakan rakyat

hendaklah disertai transformasi secara seimbang, baik itu transformasi ekonomi,

social, budaya maupun politik. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara kekuatan

ekonomi, budaya, social dan budaya.

Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat dapat menjalankan pembangunan

dengan diberikan hak untuk mengelola sumber daya yang ada. Masyarakat miskin

diberikan kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan pogram

pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian masyarakat diberi

1

Page 2: BAB I

kekuasaan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dai pemerintah maupun

pihak lain.

Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di tingkatkan

dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan kelompok masyarakat

yang mempunyai mata pencaharian rendah, seperti buruh tani, pedagang kecil,

petani menggarap yang tidak memiliki lahan peternak kecil, nelayan, ataupun

pengrajin.

Pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk pengusaha informal dan

tradisional perlu ditingkatkan dan dibina untuk meningkatkan kemampuan usaha dan

pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan, antara lain melalui

pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan, dengan mengikut sertakan

pengusaha besar dan menengah.

Dan kini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui penyediaan yang

memadai untuk berbagai kemudahan dan bantuan seperti, kredit dan permodalan,

tempat berusaha bimbingan teknologi cepat, dsb. Olehkarena itu, kini para

masyarakat hanya saja perlu pengembangan usahanya, bagaimana cara pengelolaan

barang-barang yang akan dibuat menjadi produk jual dan produknya itu dapat

menarik hati konsumen.

Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,

mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa

ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir

dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko

atau ketidakpastian.

Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah

atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan

seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan

formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan

menjadi berkembang.

Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.

Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara

berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi,

2

Page 3: BAB I

panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan

perilaku sebagai manusia unggul.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak oang yang menafsirkan dan

memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan

‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan

sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan

tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif

baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan,

pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya.

B. Ruang lingkup Masalah

Didalam kajian makalah ini tentunya penulis menyajikan masalah seputar

Kewirausahaan diantaranya :

1. Munculnya spirit of entrepeneurship sehubungan dengan perkembangan ekonomi

2. Faktor keberhasilan usaha

3. Faktor kegagalan usaha

D. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang kewirausahaan

2. Tujuan khusus

a). Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Munculnya spirit of entrepeneurship

sehubungan dengan perkembangan ekonomi.

b). Mahasiswa dapat mengetahui penyebab keberhasilan usaha

c). Mahasiswa dapat mengetahui penyebab kegagalan usaha

E. Metoda Penulisan

Penulisan  makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan

cara mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet

F. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : Bab I

adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,

ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah pembahasan yang terdiri

3

Page 4: BAB I

dari Munculnya Spirit Of Entrepeneurship Sehubungan Dengan Perkembangan

Ekonomi dan Faktor kegagalan dan keberhasilan. Bab III adalah penutup terdiri dari

kesimpulan dan saran.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Munculnya Spirit Of Entrepeneurship Sehubungan Dengan Perkembangan

Ekonomi

4

Page 5: BAB I

Latar belakang belakang kemunculan entrepreneurship banyak dimotori oleh

faktor ekonomi sehingga menstimuluskan munculnya spirit of entrepreneurship yang

dibarengi dengan perubahan dan perkembangan ekonomi.ada beberapa faktor yang

menstimulus adanya spirit of entepreneursip, yaitu:

Evolusi produk

Perubahan akan produk hasil akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang

memunculkan sebuah peluang yang baru

Evolusi ilmu pengetahuan

Perubahan ilmu pengetahuan akan mempengaruhiinspirasi produk yang baru dan

seterusnya.

Perubahan gaya hidup,selera,dan hobi

Perubahan gaya hidup akan mempengaruhi keinginan produk yang berbeda.

Perubahan teknologi

Perkembangan teknologi yang semakin modern akan menciptakan produk yang

baru,suasana,dan gaya hidup yang berbeda.

Untuk mendorong pembangunan ekonomi perlu ditumbuhkembangkan peran

para entrepreneur, para wirausaha. Kita memerlukan dunia usaha yang dinamis,

bergairah, dengan pelaku usaha yang kreatif, inovatif, dan berpikir jauh ke depan.

Raymond Kao, seorang ahli kewirausahaan, berkata, "It may take a revolution to gain

a political freedom, but it only need entrepreneurial spirit to gain economic freedom."

Dalam mencapai kemerdekaan politik yang dibutuhkan adalah revolusi,

namun untuk mencapai kemerdekaan ekonomi hanya diperlukan semangat

kewirausahaan untuk merancang dan menciptakan suatu gagasan menjadi realita.

Sebenarnya spirit kewirausahaan memiliki cakupan yang luas.

Spirit tersebut tidak hanya terbatas pada dunia ekonomi, melainkan dapat

diterjemahkan pada dunia sosial, politik, dan birokrasi. Kewirausahaan sosial adalah

upaya untuk memberdayakan masyarakat agar bisa mengubah diri sendiri baik dari

segi ekonomi maupun dalam kehidupan sosial.

5

Page 6: BAB I

Kewirausahaan politik adalah bagaimana membuat kehidupan politik berjalan

fair, transparan, dan memberikan dampak bagi kesejahteraan rakyat. Adapun

kewirausahaan birokrasi adalah upaya menjadikan birokrasi berfungsi sebagai pelayan

publik yang ideal.

Artinya, semangat kewirausahaan adalah spirit atau jiwa untuk mengubah

keadaan yang timbul dari keyakinan bahwa kita tidak boleh melihat segala sesuatu

secara statis, apa adanya. Kita memerlukan paradigma pemikiran yang out of the box.

Pemikiran-pemikiran kewirusahaan akan mendorong pada pengembangan

intelektual, inovasi dan kreativitas, perubahan pola pikir, keberanian melakukan

langkah terobosan, ketepatan dalam mengambil langkah-langkah strategis, serta

pantang menyerah menghadapi tantangan.

Dalam konteks pembangunan bangsa, tujuan utama didorongnya semangat

kewirausahaan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya berkeyakinan

pendekatan kewirausahaan inilah yang merupakan salah satu jalan alternatif untuk

keluar dari berbagai tantangan yang kita hadapi, baik di bidang ekonomi, politik,

hukum, maupun sosial.

Mengutip pendapat ahli manajemen Peter Drucker, "There are no

underdeveloped countries, only undermanaged ones," Jelas bahwa tidak satu pun

negara yang terbelakang, yang ada hanyalah salah kelola dan salah urus.

Artinya, yang kita perlukan di sini adalah perubahan paradigma para aktor dalam

mengelola negara.Dalam hal inilah pendekatan kewirausahaan menjadi sangat

relevan. Jiwa kewirausahaan dibutuhkan karena sumber kemakmuran suatu negara

tidak lagi terletak pada kekayaan sumber daya alam yang melimpah, melainkan

terletak pada brain (kecerdasan), dream (mimpi), spirit, dan confidence (rasa percaya

diri).

Kemakmuran tergantung pada kekuatan sumber daya manusia. Ini yang

dibuktikan oleh siswa SMK di Solo yang berhasil merakit mobil buatan dalam negeri,

6

Page 7: BAB I

Jelas ini terobosan besar hasil dari jiwa-jiwa kewirausahaan muda yang mulai muncul

dan berkembang.

Mendorong Kewirausahaan Ekonomi

Salah satu pokok persoalan yang selama ini sering mengemuka adalah

bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tentu solusinya bukan sekadar

menyiapkan fundamen makroekonomi yang kuat, iklim investasi yang kondusif,

melainkan juga perlu adanya program untuk mendorong banyak pengusaha di sektor

riil dan nonformal.

Kita memerlukan para pengusaha agar ekonomi bisa bergerak, lapangan

pekerjaan semakin terbuka, dan tentu saja dampaknya mengurangi pengangguran dan

mengurangi kemiskinan. Mari kita lihat ekonomi negara-negara maju. Industrialisasi

dan modernisasi di Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) selalu dimulai

dari munculnya pengusaha-pengusaha atau kelas menengah.

Memang saat ini kelas menengah ekonomi sedang tumbuh di Indonesia.

Laporan majalah Globe edisi Desember 2011 memberitakan kemunculan fenomena

baru, yaitu menguatnya posisi dan peran pengusaha.

Menurut rilis majalah tersebut, mayoritas orang paling berpengaruh di

Indonesia saat ini adalah entrepreneur. Entah mereka yang menjadi pengusaha, elite

politik yang berlatar belakang pengusaha, atau pemimpin politik yang tumbuh dari

seorang pengusaha.

Fenomena ini muncul beriringan dengan semakin berkembangnya sistem

demokrasi. Karena demokrasi tidak hanya mendorong keterbukaan partisipasi politik,

melainkan juga keterbukaan akses ekonomi dan mendorong persaingan atau

kompetisi secara sehat. Bahkan aktor-aktor penting yang menentukan dinamika

politik saat ini berasal dari kelompok pengusaha.

Hal inilah yang membuat peran sosial politik tidak lagi didominasi hanya oleh

golongan militer, teknokrat, atau birokrat; tetapi mulai bergeser ke pengusaha. Data

7

Page 8: BAB I

majalah Forbes sejak 1998 sampai 2011 menunjukkan dua fenomena menarik yang

terjadi di era pascareformasi.

Pertama, pergerakan peringkat orang terkaya di Indonesia berjalan jauh lebih

dinamis daripada pada masa Orde Baru. Beberapa orang-orang kaya muncul di masa

reformasi bukan oleh proteksi pemerintah, tetapi oleh jiwa kewirausahaan yang kuat.

Kedua, pengusaha-pengusaha yang masuk dalam top 40 Forbes tersebut

ternyata makin berperan dalam menentukan kebijakan publik di Indonesia. Mereka

makin kuat posisinya dalam sistem politik Indonesia

Gejala ini memperlihatkan bahwa pendekatan kewirausahaan ekonomi tidak

hanya berdampak secara ekonomi melainkan juga berdampak secara politik.

Barangkali di sini lah betapa pentingnya kita harus merangsang dunia kewirausahaan

agar tumbuh lebih menggeliat lagi.

Memang kalau kita amati kondisi saat ini Indonesia hanya mempunyai

wirausaha dengan jumlah sekitar 400 ribu orang atau kurang dari 0,2 persen dari

keseluruhan penduduk Indonesia. Idealnya untuk menjadi sebuah negara maju maka

minimal harus mempunyai entrepreneur sejumlah dua persen dari seluruh

penduduk.nasib suatu bangsa ditentukan oleh warganya sendiri. Meskipun kita berada

di era globalisasi, tapi nasib bangsa ini tidak bisa diserahkan pada bangsa lain.

Di titik inilah pendekatan pembangunan bangsa berbasis kewirausahaan menjadi

suatu bentuk pendekatan alternatif yang tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi,

melainkan di seluruh sektor kehidupan.

2. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Usahaa. Keberhasilan Kewirausahaan

Kerja keras.

Dalam menjalankan usaha kita perlu menyadari bahwa setiap orang yang

8

Page 9: BAB I

menekuni bidang usaha, usaha apapun itu, dituntut untuk memiliki pemikiran

untuk selalu bekerja keras dan tekun.

Kerja sama dengan orang lain.

Sebagai makhluk sosial, yang mau tidak mau kita musti bergantung kepada

orang lain, maka dari itu semestinyalah kita belajar bergaul dan membawa diri

pada orang lain.

Penampilan yang baik.

Penampilan adalah cerminan kebersihan hati dan perilaku seseorang, oleh

karena itu, untuk menunjang usaha yang kita lakukan maka penampilan juga

sangat berperan.

Yakin, keyakinan.

Segala sesuatu yang dilakukan wujudkan dalam diri kita bahwa kita bisa.

Pandai membuat keputusan.

Mau menambah pengetahuan.

Seorang wirausahawan dituntut untuk selalu belajar dari sekelilingnya,

lingkungan sekitarnya dan dari produk-produk yang dibuat.

Pandai berkomunikasi.

Belajarlah mengeluarkan kalimat yang baik (sesuai).

Untuk menjadi seorang wirausahawan, diperlukan dukungan dari orang lain

yang berhubungan dengan bisnis yang kita kelola. Seorang wirausaha harus mau

menghadapi tantangan dan resiko yang ada. Resiko dijadikan sebagai pemacu untuk

maju, dengan adanya resiko, seorang wirausaha akan semakin maju.

Menurut Murphy dan Peek yang diterjemahkan dalam bukunya oleh Bukhari

Alam, ada delapan anak tangga yang meliputi keberhasilan seorang wirausaha dalam

mengembangkan profesinya, yaitu:

1) Kerja keras

9

Page 10: BAB I

Kerja keras merupakan modal keberhasilan seorang wirausaha. Setiap

pengusaha yang sukses menempuh kerja keras yang sungguh – sungguh dalam

usahanya.

2) Kerjasama dengan orang lain

Kerjasama dengan orang lain dapat diwujudkan dalam lingkungan pergaulan

sebagai langkah pertama untuk mengembangkan usaha. Seorang wirausaha

harus murah hati, mudah bergaul, ramah dan disenangi masyarakat dan

menghindari perbuatan yang merugikan orang lain.

3) Penampilan yang baik

Penampilan yang baik ditekankan pada penampilan perilaku yang jujur dan

disiplin

4) Yakin

Seorang wirausaha harus dapat yakin kepada diri sendiri, yaitu keyakinan untuk

maju dan dilandasi ketekunan serta kesabaran.

5) Pandai membuat keputusan

Seorang wirausaha harus dapat membuat keputusan. Jika dihadapkan pada

alternative sulit, dengan cara pertimbangan yang matang, jangan ragu – ragu

dalam mengambil keputusan yang baik sesuai dengan keyakinan.

6) Mau menambah Ilmu pengetahuan

Dengan menambah ilmu pengetahuan, terutama di bidang usaha, diharapkan

seorang wirausaha dapat mendukung kemampuan dan kemajuan dalam usaha.

7) Ambisi untuk maju

Tanpa ambisi yang kuat, seorang wirausaha tidak akan dapat mencapai

keberhasilan. Ambisi yang kuat, harus diimbangi dengan usaha yang keras dan

disiplin diri yang baik.

8) Pandai berkomunikasi

Seorang wirausaha harus dapat menarik orang lain dengan tutur kata yang baik,

sopan, jujur dan percaya diri. Dengan demikian akan memberi kesan kepada

orang lain menjadi tertarik daan orang akan percaya dengan apa yang

disampaikan.

b. Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28)

10

Page 11: BAB I

Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke

mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang

harus dilakukan oleh pengusaha tersebut

Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana

pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu

memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi

yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang

diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu

segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik

dibanding sebelumnya.

Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki

seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang

maupun waktu.

Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada

peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk

mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya.

Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya.

Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya. baik

sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha

tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh

dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan

kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai

pihak baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan

maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada :

para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

c. Kegagalan Kewirausahaan

11

Page 12: BAB I

Kurangnya dana untuk modal.

Tidak semua kegagalan disebabkan karena modal yang tidak ada, akan tetapi

sebagian besar kegagalan itu ada karena kurangnya dana.

Kurangnya pengalaman dalam bidang bisnis.

Berikan suatu jabatan kepada ahlinya, dengan kata lain tempatkan sesuatu

pada tempatnya.

T idak adanya perencanaan yang tepat dan matang.

Dalam berwirausaha, merencanakan sesuatu, atau menyusun sesuatu perlu

disiapkan sebelumnya.

Tidak cocoknya minat terhadap bidang usaha yang sedang digeluti (diteliti).

Terkait dengan penjelasan point b diatas, yaitu menempatkan sesuatu pada

tempatnya, termasuk tempatkan minat dan bakat dimana orang itu berminat

dan berbakat agar usaha atau pekerjaan yang dilakukan menjadi sahabat dan

dapat ditekuni dengan baik.

Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang

menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:

Tidak kompeten dalam manajerial.

Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola

usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang

berhasil.

Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,

keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan

mengintegrasikan operasi perusahaan.

Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil

dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara

aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan

memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan

mengakibatkan perusahaan tidak lancar.

Gagal dalam perencanaan.

Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam

perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

12

Page 13: BAB I

Lokasi yang kurang memadai.

Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan

usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar

beroperasi karena kurang efisien.

Kurangnya pengawasan peralatan.

Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang

pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.

Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha

yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,

kemungkinan gagal menjadi besar.

Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.

Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak

akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha

hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu

membuat peralihan setiap waktu.

Menurut Alex S. Niti Semito, kegagalan wirausahawan dalam menjalankan

bisnisnya terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Kegagalan yang dapat dihindarkan

Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pengusaha dapat menghindari

dsan dapat diantisipasi sebelumnya. Misal: salah mengelola perusahaan, tidak

ada rencana yang matang, pelayanan yang kurang baik, dll

2. Kegagalan yang tidak dapat dihindarkan

Yaitu kegagalan yang sulit atau hamper tidak dapat dihindari seperti bencana

alam,peperangan, kebakaran, kecelakaan.

d. Sebab – sebab Kegagalan dalam Menjalankan Usaha

o Kurang ulet dan cepat putus asa, sedangkan kita harus dituntut untuk rajin,

tekun, sabar, dan jangan putus asa.

13

Page 14: BAB I

o Kurang tekun dan teliti.

o Kurangnya pengawasan.

o Kemacetan yang sering terjadi.

o Pelayanan yang kurang baik.

o Tidak jujur dan kurang cekatan.

o Kurang inisiatif dan kurang kreatif.

o Kekeliruan dalam memilih lapangan usaha.

o Menyamakan perusahaan sebagai badan social, karena salah satu ocia-ciri

kalau orang berbisnis harus kikir, kalau badan ocial, ikhlas beramal, karena

apabila perusahaan jadi kikir maka ia jelas irit.

o Banyak pemborosan dan penyimpangan.

o Kurang dapat menyesuaikan dengan selera konsumen.

o Sulit memisahkan antara harta pribadi dengan harta perusahaan.

o Mengambil kredit tanpa pertimbangan yang matang.

o Memulai usaha tanpa pengalaman dan modal pinjaman.

o Banyaknya piutang ragu-ragu.

o Kekeliruan menghitung harga pokok. Dalam melakukan suatu usaha

penjualan harus menghitung berapa banyak harga pokok.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14

Page 15: BAB I

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan

kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration.

bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian.

Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang

inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-

benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat.

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha

karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive).

Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk

mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha, yang dimana dapat

membantu para wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan barang-

barang yang akan dijadikan produk yang akan dijual. Dalam proses pengembangan

usaha ini diperlukannya jiwa seseorang wirausaha yang soft skill yang artinya  adanya

ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah putus asa, mempunyai

kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik kepada konsumen, bersikap

ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan berdoa. karena semua usaha

dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya rhido dari Tuhan Yang Maha Esa.

B. Saran Disarankan mahasiswa yang mempelajari tentang ilmu kewirausahaan mampu

memiliki sifat-sifat seperti yang dikemukakan di atas, agar menjadi seorang

wirausawan yang handal di bidang usaha, seperti yang diharapkan dan dalam

berusaha hendaklah mempunyai tujuan yang jelas serta ikhlas dalam melakukan

usahanya.

DAFTAR PUSTAKA

“Anonim”. 2009. Ciri-ciri Kewirausahaan Unggul/Berhasil. diambil dari http://ciri-

cirikewirausahaanunggul_berhasil.com.

15

Page 16: BAB I

“Anonim”. 2009. Kewirausahaan. diambil dari http://kewirausahaan-kang_amin.com.

Hendro. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2011.

Kasali Rhenald. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. 2010.

Justin G Longecker, Kewirausahaan, Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta : Salemba Empat. 2000.

Mas’ud Machfoedz, Kewirausahaan, Suatu Pendekatan Kontemporer, Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2004.

16