bab i

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebenarnya, pembahasan masa khalifah Ali ra sudah banyak dilakukan oleh para mu’arrikhin. Ada yang menganalisa masa khalifah Ali dari segi politiknya, seperti yang dilakukan oleh dosen STID Mohammad Natsir, Jeje Zainudin Abu Himam, MA, dalam buku yang berjudul “Akar Konflik Umat Islam; Sebuah Pelajaran dari Konflik Politik Pada Zaman Sahabat”. Meskipun dalam judul bukunya terdapat kata “Zaman Sahabat”, namun fokusnya adalah masa khalifah Ali ra. Buku itu secara spesifik membahas tentang konflik politik yang terjadi pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Buku itu cukup representatif untuk meng-counter buku- buku sejarah Islam yang ada di Indonesia yang tidak adil dalam memaparkan sejarah tentang Ali ra. Ada juga yang membahas masa khalifah Ali dengan tujuan memberikan deskripsi yang utuh dan menyeluruh, seperti yang dilakukan Husain Haikal. Ada juga buku yang membahas Ali ra, -yang menurut kami tidak proposional/subyektif– sebagai sosok yang telah dicederai oleh para ulama Sunni, seperti yang dilakukan oleh George Jordac. Jordac dalam bukunya tersebut menyebut bahwa Abdullah bin Saba yang sering 1

Upload: boneeta-bfashion

Post on 23-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebenarnya, pembahasan masa khalifah Ali ra sudah banyak dilakukan oleh

para mu’arrikhin. Ada yang menganalisa masa khalifah Ali dari segi politiknya,

seperti yang dilakukan oleh dosen STID Mohammad Natsir, Jeje Zainudin Abu

Himam, MA, dalam buku yang berjudul “Akar Konflik Umat Islam; Sebuah

Pelajaran dari Konflik Politik Pada Zaman Sahabat”. Meskipun dalam judul

bukunya terdapat kata “Zaman Sahabat”, namun fokusnya adalah masa khalifah

Ali ra. Buku itu secara spesifik membahas tentang konflik politik yang terjadi

pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Buku itu cukup representatif untuk

meng-counter buku-buku sejarah Islam yang ada di Indonesia yang tidak adil

dalam memaparkan sejarah tentang Ali ra. Ada juga yang membahas masa

khalifah Ali dengan tujuan memberikan deskripsi yang utuh dan menyeluruh,

seperti yang dilakukan Husain Haikal. Ada juga buku yang membahas Ali ra, -

yang menurut kami tidak proposional/subyektif–  sebagai sosok yang telah

dicederai oleh para ulama Sunni, seperti yang dilakukan oleh George Jordac.

Jordac dalam bukunya tersebut menyebut bahwa Abdullah bin Saba yang sering

disebut Sunni sebagai tokoh fiktif yang sengaja dibuat-buat.

Tentunya, membahas khalifah Ali dalam sebuah makalah yang sederhana

tidaklah akan cukup dan memuaskan. Namun, belajar dari uraian buku-buku di

atas, kami berusaha untuk memberikan beberapa analisa dengan menggunakan

buku-buku itu, untuk kemudian menguatkan atau bahkan mengkritisi, bila

memang terdapat pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan data-data

sejarah yang ada. Kami akan mulai pembahasan ini dengan menganalisa situasi

di akhir pemerintahan Utsman bin Affan. Kemudian akan kami bahas tentang

pemerintahan Ali dan berbagai peristiwa penting yang terjadi. Adapun masalah

futuhat, di sini kami akan membahasnya secara sepintas. Di makalah ini juga,

kami tidak akan menhadirkan biografi Ali, sebab yang jadi fokusan kami adalah

1

Page 2: BAB I

masa kekhalifahannya. Ini sengaja kami lakukan agar tidak memperlebar

pembahasan.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini membahas tentang :

1. Riwayat Hidup Ali Bin Abi Thalib

2. Bentuk Pemerintahan

3. Perang Saudara Yang Terjadi

4. Pengangkatan Hasan Bin Ali dab amul jamaah

C. Tujuan

Tujuan Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

1. Riwayat Hidup Ali Bin Abi Thalib

2. Bentuk Pemerintahan

3. Perang Saudara Yang Terjadi

4. Pengangkatan Hasan Bin Ali dab amul jamaah

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup

Alī bin Abī Thālib (599 – 661) adalah salah seorang pemeluk Islam

pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia

adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi'ah

berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih

oleh Rasulullah Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui

konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga

Ali menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali adalah

sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia

menjadi menantu Muhammad.

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13

Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya

kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi[1] atau 600[2](perkiraan).

Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali

terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat

menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun

bahkan 32 tahun.

Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad

SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk

mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani

diantara kalangan Quraisy Mekkah.

Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi

SAW terkesan tidak suka, karena itu mulai memanggil dengan Ali yang berarti

Tinggi(derajat di sisi Allah).

Dia adalah seorang shahabat Rasulullah saw yang mulia. Kita akan

berusaha memetik beberapa pelajaran penting dan ibroh dari perjalanan

kehidupannya. Shahabat yang satu ini lahir pada tahun kedua puluh sebelum

3

Page 4: BAB I

kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah

orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak keci;. Nabi saw bersabda

kepadanya: Tidakkah engkau rela jika kedudukan dirimu terhadapa diriku

sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa as, hanya sanya tidak ada nabi

setelahku”.1

Dan beliau juga bersabda: Tidaklah orang yang mencintai kecuali dia

sebagai orang yang beriman dan tidaklah membencimu kecuali orang yang

munafiq”.2

Dia telah mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw kecuali

perng Tabuk, dia terkenal dalam ketangguhan dalam menunggang kuda dan

keberanian, dia salah seorang yang diberi kabar gembira untuk memasuki

surga, pada saat dirinya masih hidup, dialah kesatria umat Islam ini, amirul

Mu’minin, pemimpin yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib bin Abdul

Muththalib Al-Qurasy Al-Hasyimy, dia memiliki hubungan kekerabatan

dengan Nabi saw, sebagai anak dari paman beliau saw dan suami dari putri

Rasulullah saw, Fathimah ra.

Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau berwarna hitam manis,

berjenggot tebal, lelaki kekar, berbadan besar, berwajah tampan, dan

kunyahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob.

Shahabat yang satu ini memiliki memiliki citra kepahlawanan yang sangat

cemerlang sebagai bukti atas keberaniannya dalam membela agama ini. Di

antaranya, dia menginap di ranjang Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah,

dia mempersembahkan dirinya untuk sebuah kematian demi membela

Rasulullah saw, dialah orang pertama bersama Hamzah dan Ubaidah bin Al-

harits ra yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan dia juga termasuk

kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah saw pada perang Uhud.

Di antara bukti kepahlwanannya adalah apa yang tanpak jelas pada

perang Khandak, pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, di

mana orang ini adalah salah seorang penunggang kuda tangguh terkenal suku

Quraisy, dia dengna bertopeng besai berseloroh meminta kepada kaum 1 Bagian dari hadits di dalam kitab shahih Muslim 4/1870 no: 24042 Shahih Muslim: 1/86 no: 78

4

Page 5: BAB I

muslimin untuk perang tanding. Dia berkata: Di manakah surga yang kalian

claim bahwa jika mati kalian pasti memasukinya?. Apakah kalian tidak

memberikan aku seorang lelaki untuk berperang melawanku?. Maka Ali bin

Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut berkata: Kemblilah wahai

anak saudaraku, dan siapakah paman-pamanmu yang lebih tua darimu,

sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darah seorang lelaki sepertimu.

Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak sedikitpun

merasa benci menumphkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun

lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menantang

Ali dengan emosi yang meluap. Maka Alipun menghadapinya dengan sebuah

perisai lalu Amru menyabetkan pedang nya hingga menancap pada perisai

tersebut dan melukai kepala Ali, kemudian Ali memukulkan pedangnya

kepundak musuhnya sehingga musuhnya tersungkur hingga terdengarlah suara

gaduh (para prajurit), Kemudian setelah Rasulullah saw mendengar suara

takbir maka beliau mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya, lalu

Ali melantunkan sebuah syair:

Dia membela batu-batuan (berhala) karena kebodohannya

Dan aku membela Tuhan Muhammad dengan akal yang benar

Jangan kau menyangka bahwa Allah mengecewakan agamnya

Begitu juga NabiNya, hai bala tentara yang akan berperang

Dan di antara torehan sejarah hidupnya yang baik adalah pada saat

benteng Khaibar sangat sulit ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin,

maka Nabi saw bersabda: Aku pasti akan memberikan pedang ini kepada

seorang lelaki di mana Allah akan memenangkan agama ini di tangannya, dia

mencintai Allah dan RasulNya”. Maka para shahabatpun melalui malam

mereka dengan penuh tanda Tanya kepada siapakah panji Islam itu akan

diberikan?. Pada saat pagi tiba para shahabat mendatangi Nabi saw dan setiap

mereka ingin jika bendera tersebut diberikan kepada dirinya sendiri. Maka

Rasulullah saw bertanya: Di manakah Ali bin Abi Thalib, mereka menjawab:

Wahai Rasulullah dia sedang sakit mata. Rasulullah bertanya kembali:

Hendaklah ada orang yang pergi memberitahukan agar dia datang‘. Maka

5

Page 6: BAB I

diapun datang menghadap, lalu Rasulullah saw meludahi kedua matanya dan

akhirnya sembuh sehingga sekan tidak pernah terkena penyakit apapun,

barulah beliau saw memberikan bendera peperangan kepadanya, dan Ali

bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasullah apakah aku akan memerangi

mereka sehingga mereka masuk Islam seperti kita ini?. Maka Rasulullah saw

bersabda: Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mendatangi mereka pada

halaman rumah mereka, kemudian serulah mereka memeluk Islam, dan

beritahukanlah kepada mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak

Allah, demi Allah seandainya salah seseorang mendapat hidayah disebabkan

karena usahamu maka hal itu lebih baik dari onta merah”.3

Pada saat Ali sampai di wilayah musuh, maka raja mereka bernama

Murhib keluar sambil memainkan pedangnya dengan menyenandungkan

sebuah sya’ir :

Khaibar telah mengetahui diriku bahwa aku adalah Murhib

Senjata terhunus dan pahlawan yang berpengalaman

Pada saat peperangan telah berkobar

Lalu Ali berkata menjwabnya:

Aku telah diberi nama oleh ibuku nama Haidarah

Seperti singa hutan yang berperwakan menyeramkan

Aku akan menebas kalian secepat kilat dengan pedangku

Murhib dan Ali saling berduel dengan kedua pedang mereka, dan

tebasan pedang Ali lah yang mengahiri hidup musuhnya, sehingga Allah

memberikan kemenangan atas kaum muslimin.

Selain sebagai seorang pemberani beliau juga seorang ulama bagi para

shahabat, seorang dari suku Arab yang cerdas, dan telah didatangkan kepada

Umar seorang wanita kepada Umar dan telah melahirkan seorang anak yang

telah berumur enam bulan lalu memerintahkan agar wanita tersebut direjam.

Maka Ali wa berkata kepada Umar: Wahai Amirul Mu’minin tidakkah

engakau mendengar firman Allah Ta’ala:

3 Shahih Muslim: 4/1872 no: 2406

6

Page 7: BAB I

Ali berkata: Masa kehamilan adalah enam bulan dan menyapihnya

dalam masa dua tahun.

Maka Umarpun menggagalkan eksekusi rejam dan dia berkomentar: Sebuah

perkara yang seandainya Abu Hasan tidak memberikan pendapat padanya

maka niscaya aku binasa.

Di antara ungkapannya yang agung adalah (Kebaikan itu bukanlah jika harta

dan anak-anakmu banyak, namun kebaikan yang sebenarnya adalah ilmumu

bertambah banyak, sikap santunmu agung, engkau berlomba-lomba dengan

orang lain dalam beribadah kepada Tuhanmu, jika kamu berlaku baik engkau

memuji Allah dan jika berlaku buruk engkau meminta ampun kepada Allah).

Di antara perkataannya adalah, “ambillah lima perkara dariku janganlah

seorang hamba mengharap kecuali kepada Tuahannya, tidak khawatir kecuali

terhadap dosa-dosanya, janganlah orang yang tidak mengetahui merasa malu

bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya, dan janganlah orang yang alim

merasa malu mengatakan: “Allah yang lebih mengetahui” jika dia ditanya

tentang perkara yang tidak diketahuinya, kedudukan sabar terhadap keimanan

sama seperti kedudukan kepala dalam jasad dan tidak ada keimanan tanpa

kesabaran”.4

Dikatakan kepadanya: Wahai amirul Mu’minin berithaukanlah kami

tentang dunia, dia menjawab: “aku akan ceritakan kepada kalian tentang

sebuah kehidupan barangsiapa yang butuh kepadanya maka dia akan bersedih

dengannya, barangsiapa yang kaya padanya dia akan terfitnah dengannya,

orang yang sehat padanya dia akan merasa aman, yang halal darinya akan

dihisab dan yang haram akan diazab”.

Dia juga berkata: Balasan kemaksiatan adalah lemah dalam beribadah,

sempit dalam kehidupan, sedikit kenikmatan. Ditanyakan kepadanya apakah

yang dimaksud dengan kenikmatan yang sedikit?. “ Tidak akan terpenuhi

baginya keinginan yang halal kecuali akan dating kepadanya perkara yang

akan mengeruhkan kelezatannya”.5

4 Tarikhul Khulafa’ halaman: 1475 Tarikhul Khulafa’ halaman: 144

7

Page 8: BAB I

Ibnu Katsir berkata: Nabi saw telah memberitahukan kepada Ali bahwa dia

akan mati terbunuh, maka kewafatannya sama seperti apa yang diberitahukan

oleh Nabi saw.6

Dari Ammar bin Yasar ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidakkah aku

mmberitahukan kepada kalian tentang dua orang yang paling buruk?. Kami

menjawab: Kami mau wahai Rasulullah. Beliau menjawab: Uhaimir Tsamud

yang telah menye,belih onta dan orang yang membunuhmu wahai Ali pada

bagian ini, (makasudnya adalah bahwa Nabi saw menyamakannya), sehingga

bagian ini menjadi berdarah, yaitu bagian jenggotnya.

Dan Ali terbunuh oleh seorang yang buruk dari golongan khawaraij,

Abdurrohman bin Muljim pada tahun keempat puluh hijriyah tanggal dua

puluh tujuh bulan ramadhan. Allah SWT berfirman:

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,

maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka

kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

QS. Al-NIsa’: 93

Imam Al-Dzahabi rahimhullah berkata: Menurut orang-orang

rawafidh Ibnu Muljim di akherat kelak adalah orang yang paling sengsara, dan

menurut pendapat ahlis sunnah dia termasuk salah seorang yang kita harapkan

masuk neraka dan bisa jadi Allah mengampuninya, tidak seperti apa yang

dikatakan oleh Khawarij dan Rawafidh, dia sama seperti pembunuh Utsman,

Zubair, Thalhah, Sai’id bin Jubair, Ammar, Kharijah dan Al-Husain. Kita

berlepas idir dari semua orang ini dan kita membencinya karena Allah, namun

perkaranya tetap kita serahkan kepada Allah Azza Wa Jalla.7

B. Bentuk Pemerintahannya

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan

mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah

membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu

menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib 6 Al-Bidayah Wan Nihayah: 9/2047 Tarikhul Islam halaman: 654

8

Page 9: BAB I

sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam

dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima

bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara

massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.8

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa

pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah

Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang

saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal.

20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin

Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu

Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam

bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi

negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan

sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh

Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij

(pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal

19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21

Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan

ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri

yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah

abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya

tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang

menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:

1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia

dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan

masyarakat.

8 Husein, Ahmad. Kekhalifaan Abu Bakar Ash-Shidiq, Jakarta, Media Da’wah, 1990.

9

Page 10: BAB I

2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban

menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia.

Disamping itu, suku-suku bangsa Arab gemar berperang. Semangat

dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan

yang padu dalam diri umat Islam.

3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada

waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik

karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena

persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.

4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan

hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang

karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga

tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan

Persia.

5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik

dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk

Islam.

6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir

memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa

Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.

7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu

membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang

lebih jauh.

C. Perang Saudara Yang Terjadi

Peperangan ini berlangsung imbang sehingga kemudian kedua belah pihak

setuju untuk berunding dengan ditengahi seorang juru runding. Pertempuran dan

perundingan membuat posisi Ali bin Abi Talib melemah tetapi tidak membuat

ketegangan yang melanda kekhalifahan mereda. Oleh penganut aliran Syiah ,

Ali bin Abi Talib dianggap sebagai Imam pertama. Oleh penganut aliran Suni ,

Ali bin Abi Talib adalah khulafaur rasyidin yang ke empat dan Muawiyah

adalah khalifah pertama dari Dinasti Ummayyah. Kejadian kejadian disekitar

10

Page 11: BAB I

pertempuran Shiffin sangatlah kontroversial untuk Suni dan Syiah dan menjadi

salah satu penyebab perpecahan di antara keduanya.

Awalnya, Imam Ali berusaha melakukan perundingan demi mencegah

pertumpahan darah di antara sesama muslim. Namun, Muawiyah tetap

membangkang dan pecahlah perang di sebuah daerah bernama Shiffin di tepi

sungai Furat, Irak. Ketika pasukan Imam Ali hampir mencapai kemenangan,

penasehat Muawiyah bernama Amru bin Ash memerintahkan pasukannya agar

menancapkan Al-Quran di tombak mereka dan menyerukan gencatan senjata

atas nama Al-Quran. Imam Ali yang memahami tipuan ini memerintahkan

pasukannya agar terus bertempur, namun sebagian kelompok menolak.

Kelompok ini kemudian dikenal sebagai kelompok Khawarij. Atas desakan

kelompok Khawarij pula, perang dihentikan dan diadakan perundingan antara

kedua pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Muawiyah melakukan tipuan.

Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali dan jatuh

ke tangan Muawiyah.

Perang ini terjadi setelah Muhammad meninggal dan Ali bin Abi Thalib

menjabat kekhalifahan dan memaksa Abu Sufyan untuk mengakui

kekhalifahannya, dan perang ini terjadi di bukit Shiffin. Ali bin Abi Thalib

berhadapan dengan Amru bin Ash dan Ali berhasil menjatuhkan dan

melemparkan pedang Amru bin Ash, namun Amru yang menyadari kekalahan

dan kematiannya, Amru dengan nekad membuka celananya, sehingga Ali yang

akan menghujamkan pedang kearah Amar dan melihat perbuatan Amru, Ali bin

Abi Thalib segera memalingkan wajahnya dan meninggalkan Amru yang

telanjang. Sehingga Amru dengan perbuatan memalukannya itu selamat dari

tebasan pedang Ali dan Zulfiqar dan juga selamat dari kematian.9

D. Pengangkatan Hasab Bin Ali dan Amul Jamaah

Pasca  Ali bin Abi Thalib syahid dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam

dengan pedang pada waktu subuh tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H/24 Januari

661 M, Hasan bin Ali dibaiat dan pertempuran pertempuran dengan Mu’awiyah

berlanjut. Namun pada pertengahan Jumadil Awal tahun 41 H/I6 September 661

M tercapai persetujuan damai antara Hasan bin Ali dan Mu’awiyah yang dikenal

dengan “Aamul Jama’ah”, yaitu tahun bersatunya ummat islam dibawah satu

9 Abdullah Mu’in, M. Thalib. Aliran Islam Pada Masa Khalifah, Yogyakarta, Widjaya, 1978. Hal 89

11

Page 12: BAB I

pucuk kekhalifahan yaitu dibawah pimpinan Mu’awiyah. Dan sebagaimana biasa

(seperti yang terjadi pada peristiwa tahkim) Mu’awiyah melanggar janji.

Selain itu mu’awiyah juga sangat sering mengutuk Ali dan keluarganya dalam

berbagai kesempatan termasuk dalam khutbah-khutbahnya, dan ini juga

merupakan salah satu butir (isi) perjanjian antara Hasan dengan Mu’awiyah agar

Mu’awiyah menghentikan tindakan tersebut. Meskipun keberhasilan banyak

dicapai dinasti bani umayyah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri

dapat dianggap stabil. Hal ini tidak terlepas dari sikap

Muawiyah tidak mena’ati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia

naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah

Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Akan tetapi kenyataan

menunjukkan bahwa setelah 20 tahun berkuasa Mu’awiyah tidak melakukannya,

tetapi sebaliknya ia mengajukan anaknya Yazid bin Mu’awiyah sebagai putra

mahkota (calon penggantinya), disinilah bermula perobahan bentuk pemerintahn

menjadi sistem monarki (kerajaan), meskipun masih diidentikkan dengan

khalifah, tetapi pengertian khalifah disini telah bergeser menjadi penguasa yang

turun temurun (raja) bukan lagi atas dasar pemilihan yang dilakukan oleh ummat.

Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Mu’awiyah sebagai putera

mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat

yang mengakibatkan terjadinya perang saudara berkali-kali dan berkelanjutan.

Dan ini menunjukkan bahwa sistem pergantian pemerintahan tidak dilakukan lagi

dengan pemilihan tapi lewat garis keturunan.

Ketika Yazid bin Mu’awiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah

tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Mu’awiyah kemudian

mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa

penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang

terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdulah ibn Zubair. Bersamaan

dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan)

kekuatan kembali.

Dengan kata lain salah satu penyebab kalau tidak bisa dikatakan sebagi

penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah

12

Page 13: BAB I

munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-

Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan

Syi'ah, dan kaum mawali (non arab) yang merasa dikelas duakan oleh

pemerintahan Bani Umayyah.10

10 A. Nasir, Sahilun. Pengantar Ilmu Tauhid, Rajawali, Jakarta, 1991, hal 59

13

Page 14: BAB I

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang

militer dan strategi perang, ia mengalami kesulitan dalam administrasi negara

karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya.

Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan

Khalifah karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa

kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.

Ali bin Abi Thalib meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh

Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij

(pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19

Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21

Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada

beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Pada masa pemerintahan Ali tidak begitu banyak mengalami kemajuan,

karena perang terjadi dimana-mana.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Semoga sedikit uraian

kami ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis sangat menyadari,

bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat

mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif dan sistematis dari pembaca

yang budiman, guna melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan makalah

selanjutnya yang lebih baik

14

Page 15: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Katsir, al-Bidayah wan-Nihayah, hal. 166, sebagaimana dikutip dari buku

“Akar Konflik Umat Islam”, oleh Jeje Zainudin Abu Himam

Husein, Ahmad. Kekhalifaan Abu Bakar Ash-Shidiq, Jakarta, Media Da’wah, 1990.

Raji Abdullah, M. Sufyan. Lc, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Ciri-Ciri

Ajarannya, Jakarta, Pustaka Al-Riyadl, 2006.

Abdullah Mu’in, M. Thalib. Aliran Islam Pada Masa Khalifah, Yogyakarta,

Widjaya, 1978.

A. Nasir, Sahilun. Pengantar Ilmu Tauhid, Rajawali, Jakarta, 1991

15

iii

Page 16: BAB I

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah

memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, November 2013

Penyusun

16

i

Page 17: BAB I

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFATR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

C. Tujuan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup ..................................................................................... 3

B. Bentuk Pemerintahannya...................................................................... 8

C. Perang Saudara Yang Terjadi .............................................................. 9

D. Pengangkatan Hasab Bin Ali dan Amul Jamaah ................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 14

B. Kritik dan Saran ................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

17 ii

Page 18: BAB I

MAKALAHSEJARAH PERADABAN ISLAM

Ali Bin Abi Thalib

Oleh Vety Yunita

Novita Wulandari

DosenDr. Munawaratul Ardi

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRISPRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BENGKULU

2013

18

Page 19: BAB I

19