bab i

31
BAB I PENDAHULUAN Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan .1,2 Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar. 1,3 Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlangsung lama (kronis). Biasanya laringitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun. Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi konservatif. Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai laringitis kronik. 6,7 . 1

Upload: opialeta-putri

Post on 22-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ooo

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak

digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang

terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari

batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua buah membran

mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.1,2

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara

melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan

meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,

menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui

celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus

laringitis, suara  akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.1,3

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlangsung lama

(kronis). Biasanya laringitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun.

Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi konservatif. Jika

pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai

laringitis kronik.6,7

.

1

Page 2: BAB I

BAB II

TNJAUAN PUSTAKA

2. 1 Anatomi Laring

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya

menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari bagian

bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah bidang

yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan

belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua

belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah

membran kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago

krikoid, sedangkan batas belakang ialah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago

krikoid. 1,2,3

Gambar 2.1 Anatomi Laring

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikukaris

(pita suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis,

sedangkan diantara kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan

plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring,

glotik dan subglotik. Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plika

ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika

ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring Morgagni. 1,2,3

2

Page 3: BAB I

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian

interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak

di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak

kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterior. 2,3

Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah plika vokalis.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid

(anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid

posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum

hiotiroid lateral, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum

vokale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan

ligamentum tiroepiglotika.1,2

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan

beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan

atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tenggorok oleh tendo dan otot-otot.

Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas,

sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan

membantu menggerakkan lidah. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago

epiglotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago komikulata,

kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan

kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan

belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi

krikoaritenoid. Sepasang kartilago kornikulata melekat pada kartilago aritenoid di

daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat di dalam lipatan

ariepiglotik, dan kartilago tritisea di dalam ligamentum hiotiroid lateral. Pada laring

terdapat 2 buah sendi yaitu, artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid.2

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-

ototinstrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,

sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring tertentu yang

berhubungan dengan gerakan pita suara. Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di

atas tulang hioid (suprahioid), seperti m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan

m.milohioid. Sedangkan otot-otot ekstrinsik laring yang terletak di bawah tulang hioid

(infrahioid) ialah m.sternohioid, m.omohoid dan m.tirohioid. Otot-otot ekstrinsik

suprahioid berfungsi untuk menarik laring ke bawah, sedangkan otot-otot ekstrinsik

3

Page 4: BAB I

infrahioid menarik laring ke atas. Otot-otot instrinsik yang terletak di bagian lateral

laring ialah m.krikoaritenoidlateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis, m.tiroaritenoid,

m.ariepiglotika dan m.krikotiroid. Sedangkan otot-otot instrinsik yang terletak di bagian

posterior laring adalah m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik, m.krikoaritenoid

posterior.2.3

Sebagian besar otot-otot instrinsik adalah otot-otot aduktor (kontraksinya akan

mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior yang

merupakan otot abduktor (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral).1,2

Gambar 2.2 Anatomi Laring

a. Anatomi Laring Bagian Dalam1,2,3

Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Supraglotis (vestibulum superior),

yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring.

2. Glotis (pars media),

yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta

membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.

3. Infraglotis (pars inferior),

yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea. Beberapa

bagian penting dari dalam laring :

4

Page 5: BAB I

Aditus Laringeus

Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plica

ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.

Rima Vestibuli.

Merupakan celah antara pita suara palsu.

Rima glottis

Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vocalis

dan basis kartilago aritenoidea.

Vallecula

Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plica

glossoepiglotica medial dan lateral.

Plika Ariepiglotika

Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago

epiglotica ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.

Sinus Pyriformis (Hipofaring)

Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroidea.

Incisura Interaritenoidea

Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.

Vestibulum Laring

Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago aritenoid,

permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan m.interaritenoidea.

Plika Ventrikularis (pita suara palsu)

Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk

menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir

dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.

Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)

Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel

terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu dan

permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan

beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati,

disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring.

5

Page 6: BAB I

Plika Vokalis (pita suara sejati)

Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum

vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima belakang

dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut intercartilagenous

portion.

A. Perdarahan Laring

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan a.laringis

inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laringis

superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohyoid bersama-sama

dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran ini untuk

berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk

memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.1,3

Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a.tiroid inferior dan bersama-sama dengan

n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir

bawah dari m.konstriktor dari faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-cabang,

memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior. Pada daerah

setinggi membran krikotiroid, a.tiroid superior juga memberikan cabang yang berjalan

mendatari sepanjang membran itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini

mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid untuk mengadakan anastomosis

dengan a.laringis superior. Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar

dengan a.laringis superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior

dan inferior.3

B. Persarafan Laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis superior dan

n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf sensorik dan motorik. Nervus

laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa

laring di bawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m.konstriksor faring medial, di

sebelah medial a.karotis interna dan eksterna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hioid,

dan setelah menerima hunungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam 2

cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus. Ramus eksternus berjalan pada permukaan

luar m.konstriksor faring inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus

6

Page 7: BAB I

tertutup oleh m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran

hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringis superior menuju ke mukosa laring.1,2

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu memberikan

cabangnya menjadi ramus kardia inferior. N.rekuren merupakan cabang dari n.vagus. Nervus

rekuren kanan akan akan menyilang a.subklavia kanan di bawahnya, sedangkan n.rekuren kiri

akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior berjalan diantara cabang-cabang a.tiroid

inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada permukaan

medial m.krikofaring. Di sebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang 2

menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot

instrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot instrinsik

laring bagian superior dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis superior ramus

internus.3

C. Pembuluh Limfa

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali daerah lipatan vokal. Disini mukosanya

tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vocal pembuluh limfa

dibagi dalam golongan superior dan inferior. Pembuluh eferen dari golongan superior

berjalan lewat lantai sinus piriformis dan a.laringis superior, kemudian ke atas dan bergabung

dengan kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan

inferior berjalan kebawah dengan a.laringis inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal

dalam, dan beberapa diantaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.1,3

Gambar 2.3 Perdarahan dan persarafan laring

7

Page 8: BAB I

D. Histologi Laring

Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali pada

daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara sel-sel

bersilia terdapat sel goblet.2

E. Laryngeal Mucosa

Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita

suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea.

Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai

lapisan submukosa. Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago

hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda

sedangkan pita suara berwarna keputihan.2

2. 2 Fisiologi Laring

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, sirkulasi, respirasi, menelan, emosi dan fonasi.

Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk

kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan.

Terjadi penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring keatas akibat kontraksi otot

– otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak kedepan akibat kontraksi

m. tiroaritenoid dan m. aritenoid. Selanjutnya m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.

Fungsi respirasi laring dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Selain itu dengan refleks

batu, benda asing yang telah masuk kedalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga

dengan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan. Dengan terjadinya perubahan

tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi

darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi

darah.3

Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring

bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke

hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk

mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan

dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya

nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam

aduksi, maka m. krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan ke depan ,

menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m. krikoaritenoid posterior akan

8

Page 9: BAB I

menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis ini dalam keadaan yang

efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. krikoaritenoid akan mengendor.

Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.3

2. 3 Laringitis

A. Definisi

Laringitis adalah suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus dan dapat

pula disebabkan oleh bakteri.1,3

B. Klasifikasi Laringitis

Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi laringitis akut dan

kronis.

1. Laringitis Akut

a. Definisi

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri

yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi

virus Influenza (tipe A dan B), Parainfluenza (tipe 1,2,3), Rhinovirus dan

Adenovirus.3

b. Etiologi

Penyakit ini sering disebabkan oleh virus. Biasanya merupakan perluasan

radang saluran nafas bagian atas oleh karena bakteri Haemophilus Influenzae,

Staphylococcus, streptococcus, atau  pneumococcus. Timbulnya penyakit ini sering

dihubungkan dengan perubahan cuaca atau suhu, gizi yang kurang/malnutrisi,

imunisasi yang tidak lengkap dan pemakaian suara yang berlebihan. Penyakit ini

dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca.3

Menurut Rahul K shah etiologi dari laringitis akut adalah :5

1. Infeksi (biasanya infeksi virus dari saluran pernafasan atas)

o Rhinovirus

o Parainfluenza virus

o Respiratory syncytial virus

o Adenovirus

o Influenza virus

o Measles virus

9

Page 10: BAB I

o Mumps virus

o Bordetella pertusis

o Varicella-zooster virus

2. Gastroesophageal reflukx disease

3.Environmental insults (polusi)

4.Vocal trauma

5.Konsumsi alkohol berlebihan

6. Alergi

7.Penggunaan suara yang berlebihan

8. Iritasi bahan kimia atau bahan lainnya

c. Patofisiologi

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin

sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi

mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi

diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin

dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari

host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya di dahului oleh

faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan

iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi

mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan

merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan

memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan

nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang

peningkatan suhu tubuh.1,3

d. Gejala Klinis

Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara

yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari

suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam

pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi

parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).3

10

Page 11: BAB I

Sesak nafas dan stridor.

Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.

Gejala radang umum seperti demam, malaise.

Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam

dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 380C.

e. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,

membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda

radang akut di hidung atau sinus paranasal atau paru. Pada pemeriksaan laringoskopi

indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa

membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat

pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.3,4

Gambar 2.4. Laringitis Akut.

Gambar 2.5. Laringitis Akut

11

Page 12: BAB I

f. Pemeriksaan Penunjang

Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis

(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.

Gambar 2.6. Gambaran rontgen laringitis akut, gambaran steeple sign

(panah)

Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi

sekunder, leukosit dapat meningkat.

g. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

h. Diagnosis Banding

Benda asing pada laring

Faringitis

Bronkiolitis

Bronkitis

Pnemonia

12

Page 13: BAB I

i. Penatalaksanaan

Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada

indikasi masuk rumah sakit apabila :

Usia penderita dibawah 3 tahun

Tampak toksik, sianosis, dehidrasi

Diagnosis penderita masih belum jelas

Perawatan dirumah kurang memadai

Terapi:

Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 L/ menit

Menghirup udara lembab

Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghindari iritasi faring

dan laring, misalnya merokok , makanan pedas, atau minum es.

Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada

demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik,

hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti

fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan

dalam bentuk oral ataupun spray. Pemberian antibiotika apabila perdangan

berasal dari paru.  Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi edema laring.

Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak

berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah

terjadi obstruksi jalan nafas.

j. Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya

selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini

dapat menyebabkan oedem laring dan oedem subglotis sehingga dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal

atau trakeostomi.5,7

13

Page 14: BAB I

2. Laringitis Kronik

a. Definisi

Radang kronis laring yang disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum

yang berat, polip hidung atau bronkhitis kronis.3

b. Etiologi

Penyebab dari laringitis kronik sering disebabkan oleh sinusitis kronis,

deviasi septum yang berat, polip hidung, bronkhitis kronik atau tuberkulosis

paru. Penyebab tersering pada orang dewasa antara lain yaitu : 3,4

Merokok; merokok dapat mengiritasi laring, dapat menyebabkan

peradangan dan penebalan pita suara

Alkoholik; alkohol dapat menyebabkan iritasi kimia pada laring.

Gastroesophageal reflux disease (GERD)

Pekerjaan yang terus menerus terpapar oleh debu dan bahan kimia;

banyak pekerja-pekerja pabrik yang menderita laringitis kronik seperti

pada pekerja pabrik pupuk, pestisida.

Penggunaan suara yang berlebih.

c. Klasifikasi

Laringitis kronik dapat dibedakan menjadi laringitis kronik non spesifik dan

laringitis kronik spesifik ( laringitis tuberkulosa dan laringitis luetika)

1) Laringitis Kronik Spesifik

a) Laringitis Tuberkulosa

Definisi

Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat tuberkulosis paru. Sering

kali setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi

laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur

mukosa laring yang sangat lekat pada cartilago serta vaskularisasi

yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai

kartilago, pengobatannya lebih lama. 3.6

14

Page 15: BAB I

Patogenesis

Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernapasan,

sputum yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran

darah atau limfa. Tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan

sirkulasi. Edema dapat timbul di fossa interaritenoid, kemudian ke

aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglottis, serta terakhir

ialah dengan subglotik.3,6

Gambaran Klinis

Secara klinis, Laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium : 1,3,6

1. Stadium Infiltrasi :

Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan hiperemis

ialah mukosa laring bagian posterior. Kadang-kadang pita suara

terkena juga. Pada stadium ini mukosa laring bewarna pucat.

Kemudian di daerah submukosa terbentuk tuberkel, sehingga

mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan.

Tuberkel itu makin membesar, serta beberapa tuberkel yang berdekatan

bersatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Pada suatu saat, karena

sangat meregang maka akan pecah dan timbul ulkus.

2. Stadium ulserasi ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi

membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan,

serta sangat dirasakan nyeri oleh pasien.

3. Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan

paling sering terkena adalah kartilago aritenoid dan epiglotis.

Dengan demikian terjadi kerusakan tulang rawan sehingga terbentuk

nanah yang berbau. Proses ini akan berlanjut dan terbentuk sekuester. Pada

keadaan ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat meninggal dunia.

Bila pasien dapat bertahan maka proses ini berlanjut dan masuk dalam

stadium terakhir yaitu stadium fibrotuberkulosis.

4. Stadium fibrotuberkulosis

15

Page 16: BAB I

Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding

posterior, pita suara dan subglotik

Gejala klinis tergantung pada stadiumnya, disamping itu terdapat

gejala sebagai berikut:

-Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring

-Suara parau yang berlangsung berminggu-minggu dan pada

stadium lanjut dapat timbul afoni

-Hemoptisis

-Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan

nyeri karena radang lainnya, merupakan tanda yang khas

-Tanda sistemik TB paru

-Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologik) terdapat

proses aktif (biasanya pada stadium eksudatif atau pada

pembentukan kaverne)

Diagnosis

Dapat ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan klinis

3. Laboratorium : LED, BTA

4. Laringoskopi langsung atau tak langsung

- Aritenoid, plica vocalis, epiglottis merah, bengkak

- Nodul kekuningan pada interaritenoid & epiglotis

-Kombinasi ulserasi, edema,granulasi, pembentukan tuberkuloma

5. Foto rontgen toraks

6. Pemeriksaan patologi anatomi: biopsi

Diagnosis Banding

1. Laringitis Leutika

2. Karsinoma Laring

3. Aktinomikosis Laring

4. Lupus Vulgaris Laring

16

Page 17: BAB I

Penatalaksanaan

1. Obat anti tuberculosis

2. Istirahatkan suara

Tabel 2.1 OAT

Kategori Kasus Jenis Obat

1 TB paru (kasus baru), BTA positif

BTA negatif , pada foto toraks: lesi luas (+)

TB Ekstra pulmonal

2 RHZE / 4 RH atau

2 RHZE / 4R3H3 atau

2 RHZE/ 6HE

2 TB paru kasus kambuh

TB Paru kasus gagal pengobatan

2RHZES / 1 RHZE / 5

RHE

2RHZES/1 RHZE/5

H3R3E3 (P2TB)

3 TB paru baru, sputum BTA negative, rontgen

positif dengan kelainan paru tidak luas

2 RHZ / 4RH

2 RHZ / 4 R3H3

2RHZ / 6 HE

4 TB Paru kronik H seumur hidup

Bila mampu H lini ke 2

Prognosis

Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien , kebiasaan hidup

sehat serta ketekunan berobat.

b) Laringitis Leutika

Etiologi

Treponema pallidum, bakteri yang berasal dari family

spirochaetaceae

Gambaran Klinik

17

Page 18: BAB I

Dalam hubungan penyakit dilaring yang perlu dibicarakan ialah

luas stadium tertier ( ketiga) yaitu pada stadium pembentukan

guma. Bentuk ini kadang – kadang menyerupai keganasan laring.

Apabila guma pecah maka timbul ulkus. Ulkus ini mempunyai

sifat yang khas yaitu sangat dalam bertepi dengan dasar yg keras.

Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan menjalar dengan cepat.

1. Stadium Primer

Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah , palatum mole,

tonsil dan dinding posterior faring seperti juga penyakit luas

diorgan lain. Gambaran kliniknya tergantung pada penyakit

primer, sekunder, atau tersier.

2. Stadium Sekunder

Jarang ditemukan . terdapat eritema pada dinding faring yang

menjalar kearah laring.

3. Stadium Tersier

Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan

palatum. Jarang pada dinding posterior faring. Guma pada dinding

posterior pharing dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah

dapat menyebabkan kematian., bila sembuh terbentuk jaringan

parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara

permanen.

Gejala Klinik

Suara Parau dan batuk kronik. Disfagia timbul bila ada gumma

dekat introitus osepagus. Diagnosis ditegakkan selain pemeriksaan

laringoskopik juga dengan pemeriksaan serologik.

Pemeriksaan Diagnosis sifilis

-Pemeriksaan Treponema pallidum

-Tes Serologik Sifilis (STS)

Komplikasi

18

Page 19: BAB I

Stenosis laring karena terbentuk jaringan parut

Terapi

1. Penisilin dosis tinggi

Benzatin penisilin G dengan dosis tergantung stadium 

    − Std I dan II : 4,8 juta unit 

    − Std laten : 7,2 juta unit 

Cara : injeksi intramuskular 2,4 juta unit/ kali dengan interval 1

minggu

2. Pengangkatan skuester

3. Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan

Trakeostomi

19

Page 20: BAB I

BAB III

KESIMPULAN

Laringitis adalah suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus dan dapat

pula disebabkan oleh bakteri. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi

saluran nafas seperti influenza atau common cold. Menurut Rahul K shah etiologi dari

laringitis akut adalah : Infeksi (biasanya infeksi virus dari saluran pernafasan atas):

Rhinovirus, Parainfluenza virus, Respiratory syncytial virus, Adenovirus, Influenza virus,

Measles virus, Mumps virus, Bordetella pertusis, Varicella-zooster virus,

Gastroesophageal reflukx disease, Environmental insults (polusi), Vocal trauma,

konsumsi alkohol berlebihan, alergi, penggunaan suara yang berlebihan, iritasi bahan

kimia atau bahan lainnya. 1,3,4

Penyebab dari laringitis kronik sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum

yang berat, polip hidung, bronkhitis kronik atau tuberkulosis paru. Penyebab tersering

pada orang dewasa antara lain yaitu merokok, alkoholik, Gastroesophageal reflux disease

(GERD). Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi : Laringitis

akut, Laringitis kronik (Non Spesifik), Laringitis Kronik Spesifik (Laringitis Tuberkulosa

&Laringitis Leutika).5,6,7

20

Page 21: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam: Soepardi EA. Buku

Ajar llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta.

Balai Penerbit FKUI . 2007.h. 237-242

2. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher.Dalam:Soepardi EA. Buku Ajar llmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI .

2007. h. 174-177.

3. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES- Buku Ajar THT . Edisi 6.

Jakarta: EGC, 1997.

4. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed. Appleton & Lange

Stamfort,Connecticut P.

5. Brandwein-Gensler, Majorie. Laryngeal Pathology. In:Van De Water Thomas R. ,

Staecker H. Otolaryngology Clinical review. New York:Thieme. 2008. Hal. 574-591

6. Berlliti S, Omidi M. Chronic Laryngitis, Infectious or Allergic.

http://www.emedicine.com/ent/topics354.htm

7. Lalwani AK : Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology – Head & Neck

Surgery, 2nd Edition. New York:The McGraw-Hill.2007.

21