bab i

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan 1

Upload: adzhat-boysnurse

Post on 22-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis

obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang

cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical

errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai:

The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion)

or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya

kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah

direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan

tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan

perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near

Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius

tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi

tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan

diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),

dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini

lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian

yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),

dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau

keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan

cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil

pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur

pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan

merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak

1

memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau

pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system

yang lain.

Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan

mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse

event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung

tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient

safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-

capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya.

Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN,

Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat

inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse

Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World

Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang

Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk

tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan

memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan

mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan

pasien di rumah sakit.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah

sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya

terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang

mampu menjawab permasalahan yang ada.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

2

C. Metode Penulisan

- Study Lapangan

- Kepustakaan

D. Sistematika Penulisan

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT (PATIENT SAFETY)

Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga

elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam – macam konsep dasar,

program regulasi yang berwenang misalnya penerapan standar pelayanan rumah sakit,

penerapan Quality Assurance, Total Quality Manajement, Countinuos Quality Improvement,

Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medik, indicator klinis dan lain sebagainya.

Program – program tersebut telah dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada

aspek struktur, proses maupun outcome, akan tetapi harus diakui pada pelayanan yang

berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum.

Oleh karena itu diperlukan suatu program yang dikenal dengan istilah Keslematan Pasien

(patient Safety).

A.   Definisi

Suatu system dimana rumah sakit  membuat asuhan kepada pasien dengan aman. Patient

Safety adalah bebas bagi pasien dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis, social,

penderitaan, cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial,

terkait dengan pelayanan kesehatan. System tersebut meliputi : assessment risiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko. System tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya

cedera yang disebabkan  oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

1. Keselamatan/safety

Bebas dari bahaya atau risiko (hazard)

2. Hazard/bahaya

Adalah suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat meningkatkan risiko pada

pasien.

3. Haram / cedera

4

Dampak yang terjadi akibat ganguan struktur  atau penurunan pungsi tubuh dapat

berupa fisik, spikologis dan social. Yang termasuk harm/cedera adalah penyakit,

cedera fisik/psikologis/social, pendeitaan, cacat dan kematian.

a. Penyakit/disease

Disfungsi fisik/psikis

b. Cedera/injuring

Kerusakan jaringan yang disebabkan agent

c.       Penderitaan/suffering

Pengalaman atau gejala yang tidak menyenangkan, termasuk nyeri,malaise, mual, muntah,

depresi, agitasi, dan ketakutan.

d.       Cacad/disability

Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan atau restriksi

dalam pergaulan social yang berhubungan dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat

ini.

4.       Keselamatan Pasien/pasien safety

Bebas, bagi pasien dari harm/cedera (penyakit,cedera fisik, psikologis, social, penderitaan,

cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial, terkait dengan

pelayanan kesehatan

5.       Keselamatan Pasien di rumah sakit/hospital patient safety

Suatu system dimana rumah sakit memberikan asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk

assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien;

pelaporan dan analisa insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut seperti

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

6.       Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/ Patient Safety Incident

Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera

yang tidak seharusnya terjadi

7.       Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event

Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan

bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan

medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

8.       Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss

Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencedrai pasien, tetapi cedera

5

serius tidak terjadi, karena “keberuntungan” (mis, pasien  terima suatu obat kontra indikasi

tetapi tidak timbul reaksi obat.)

B.   Tujuan

1.    Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2.    Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3.    Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4.    Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian

tidak diharapkan

C.     Sembilan solusi keselamatan Pasie Di Rumah Sakit

WHO Colaborating Centre For Patient Safety pada tanggal 2 mei 2007 resmi menerbitkan

panduan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” , Sembilan topik yang diberikan

solusinya adalah sebagai berikut :

1.       Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication

Names)

2.       Pastikan identitas pasien

3.       Komunikasikan secara benar saat serah terima/pengoperan pasien

4.       Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

5.       Kendalikan cairan elektrolit pekat (concetrated)

6.       Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

7.       Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

8.       Gunakan alat injeksi sekali pakai

9.       Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial

D.  Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Standar keselamatan pasien di rumah sakit yang disusun mengacu pada “hospital patient

Safety Standars” yang dikeluarkan oleh  Joint Commision on Acreditation of healt

organizations, lllinois, USA, tahun 2001, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

perumahsakitan di Indonesia. Standar Keselamatan pasien wajib diterapkan oleh rumah sakit.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

6

1.       Hak pasien

2.       Mendidik pasien dan keluarga

3.       Keselamatan pasien dan kesimbungan pelayanan

4.       Penggunaan metode – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program

peningkatan keselamatan pasien.

5.       Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6.       Mendidik staff tentang keselamatan pasien

7.       Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak pasien

Standar

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan

hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.

Kriteria :

1.1   Harus ada dokter penangung jawab pelayanan

1.2   Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

1.3   Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar

kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan, atau

prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan

Standar II : Mendidik pasien dan keluarga

Standar :

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab

pasien dalam asuhan pasien

Kriteria :

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang

merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu, dirumah sakit harus ada system dan

mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tangung jawab pasien

dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :

1.1      Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur

1.2      Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga

1.3      Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

1.4      Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

1.5      Mematuhi intruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

7

1.6      Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

1.7      Memenuhi kewajiban financial yang disepakati

Standar III : Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar :

Rumah sakit menjamin kesinambiungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga

unit pelayanan.

Kriteria :

1.1      Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,

pemeriksaan, diagnose, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien

keluar dari rumah sakit

1.2      Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan

sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar

unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar

1.3      Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk

memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan

rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

1.4      Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat

tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif

Standar IV : Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan

Evaluasi dan program keselamatan pasien

Standar :

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif kejadian tidak

diharapkan. Dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien

Kriteria :

1.1       Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik mengacu pada visi,

misi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,

praktek bisnis yang sehat, factor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan tujuh

langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit

1.2      Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang lain terkait dengan :

pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utikisasi, mutu pelayanan, keuangan

1.3      Setiap rumah skait harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD, dan

secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi

8

1.4      Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisa untuk

menentukan perubahan system yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien

terjamin.

Standar V : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar :

1.1      Pimpinan ,mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara

terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah Menuju Keselamatan

Pasien Rumah Sakit”

1.2      Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko

keselamatan pasien dan program penekanan atau mengurangi KTD

1.3      Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan

individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien

1.4      Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,  dan

meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien

1.5      Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi dalam meningkatkan kinerja

rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :

1.1      Terdapat tim antar disiplin ilmu untuk mengelola program keselamatan pasien

1.2      Terdapat program proaktif untuk indetifikasi resiko identifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis – jenis kejadian yang memerlukan

perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak

Diharapkan” (Adverse event).

1.3      Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit

terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien

1.4      Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan keperawatan pasien

yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang

benar dan jelas untuk keperluan analisis.

1.5      Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk

penyediaan informasi dengan benar dan jelas tentang analisa akar masalah (RCA)

9

“KNC/Near miss”  dan “kejadian sentinel” pada saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan

1.6      Tersedia mekanisme untuk  menangani berbagai insiden, misalnya menangani kejadian

sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk

mendukung staff dala kaitannya dengan kejadian sentinel.

1.7      Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antara unit dan antara

pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan disiplin.

1.8      Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam perbaikan kinerja

rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien. Termasuk evaluasi berkala terhadap

kecukupan sumber daya tersebut

1.9      Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk

mengevalulasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk

rencana tindak lanjut dan implementasi

Standar VI : Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

1.          Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi  untuk setiap jabatan

mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

2.          Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatiihan yang berkelanjutan untuk

meningkatkan dan memelihara kompetensi staff serta pendekatan interdisipllin dalam

pelayanan pasien

Kriteria:

1.          Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan pelatihan dan orientasi bagi staff

baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai tugasnya masing – masing

2.          Setiap rumah sakit mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in –

service training dan member pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden

3.          Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok

teamwork guna mendukung pendekatan interdisplin dan kolaboratif dalam rangka melayani

pasien

Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai  keselamatan pasien

Standar :

1.          Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan

pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal

10

2.          Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria :

1.          Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk

memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait dengan keselamatan pasien

2.          Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi

manajemen informasi yang ada.

E.   Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Safety

Mengacu pada standar keselematan pasien,maka rumah sakit harus mendesaign proses baru

atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui

pengumpulan data, menganalisa secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut

harus disesuaikan dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Berkaitan

dengan hal tersebut maka perlu ada kejelasan perihal tujuah langkah keselamatan pasien

rumah sakit tersebut.

Uraian  Tujuh Langkah Menuju Keselamatan pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

1.       Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil

Langkah penerapannya :

a.    Bagi rumah sakit

Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang dilakukan staff segera

setelah terjadi insiden, bagaimana langkah – langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan

dukungan apa yang harus diberikan kepada staff, pasien dan keluarga.

1)       Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas

individual bilamana ada insiden

2)       Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit

3)       Lakukan asesmen dengan mengggunakan survey penilaian keselamatan pasien

b.    Bagi unit/tim

1)       Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka

dan berani melaporkan bilamana ada insiden

11

2)       Demonstrasikan kepada tim anda ukuran – ukuran yang dipakai di rumah sakit anda untuk

memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta

pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat

2.       Pimpin dan dukung staff anda

Bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di rumah

sakit anda.

a.    Untuk rumah sakit

1)          Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yagn bertanggung jawab atas keselamatan

pasien

2)          Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat diandalkan untuk

menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien

3)          Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/pimpinan maupun rapat –

rapat manajemen rumah sakit

4)          Masukan keselamatan pasien dalam semua program latihan staff rumah sakit anda dan

pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.

b.    Untuk unit/tim

1)          Nominasikan penggerakan dalam tim anda sendiri untuk memimpin gerakan keselamatan

pasien

2)          Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan

menjalankan gerakan keselamatan pasien

3)          Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

3.    Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Kembangkan system dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi assesmen hal

yang potensial masalah.

Langkah penerapan :

a.    Untuk rumah sakit

1)       Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan nonklinis,

serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staff

2)       Kembangkan indikator – indikator kinerja bagi system pengelolaan risiko yang dapat

dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit

3)       Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system pelaporan insiden dan

assemen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien

12

b.    Untuk unit/Tim

1)       Bentuk forum – forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu – isu keselamatan

pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait

2)       Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses assemen risiko rumah

sakit

3)       Lakukan proses assesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap

risiko dan ambilah langkah – langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut

4)       Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses assesmen dan

pencatatan risiko rumah sakit

4.       Kembangkan system pelaporan

Pastikan staff anda agar dengan mudah melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit

mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)

Langkah penerapan:

a.    Untuk Rumah sakit

Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden ke dalam maupun keluar, yang

harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI

b.    Untuk Unit/TIM

Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap insiden

yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung

bahan pelajaran yang penting

5.          Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien

a.       Untuk Rumah Sakit

1)             Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara – cara

           komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan   

          keluarga

2)             Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas  

          bilamana terjadi insiden

3)             Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu

terbuka

          kepada pasien dan keluarganya

13

b.       Untuk TIM/ Unit

1)             Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya

          jika terjadi insiden

2)             Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden

dan  

segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar – benar tepat

3)             Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukan empati kepada pasien dan  

          keluarganya

6.    Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

Dorong staff anda untuk melakukan analisa akar masalah untuk belajar bagaimana dan

mengapa kejadian itu timbul.

Langkah – langkah penerapan :

a.       Untuk Rumah sakit

1)       Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab

2)       Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan analisa akar

masalah (RCA)  yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali pertahun

melakukan falirue modes and effects analisis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

b.       Untuk unit/TIM

1)          Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari analisa insiden

2)          Identifikasi unit atau bagian yang lain yang mungkin terkena dampak dimasa depan dan

bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas

7.       Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada

system pelayanan

a.    Untuk Rumah sakit

1)       Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system pelaporan, assemen

risiko, kajian  insiden dan audit serta analisa untuk menentukan solusi setempat

14

2)       Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan proses),

penyesuaian pelatihan staff dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrument yang

menjamin keselamatan pasien

3)       Lakukan assesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan

4)       Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS – PERSI

5)       Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang

dilaporkan

b.    Untuk unit/TIM

1)    Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien

menjadi lebih baik dan lebih aman

2)    Telaah kembali perubahan – perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan pelaksanaannya

3)    Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden

yang dilaporkan

15

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Laporan insiden

1. Data penderita :

Nama inisial : Ny. i

Umur : 33 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 90 kg

2. Data perusahaan

Nama perusahaan : RSUD KARAWANG

Jenis perusahaan : Tipe B Non Pendidikan

Lokasi perusahaan: Galuh Mas

3. Jenis kejadian

Kejadian tidak diharapkan : Tidak ada

Kejadan nyaris cedera : Tidak ada

Akibat penggunaan alat : Tidak ada

Lain – lain, sebutkan :

1) Kenapa pakai blood sheet ? karena alasan dana kebanyakan menggunakan

jampersal.

2) Transfuse darah sudah habis 4 kolf.

Lab tanggal 11.

Hb 9,1

Leukosit 15, 86

Lab tanggal 19/11/2013

Albumin 1,85

Leukosit 17,69

16

Trombosit 253rb

Ht 27,1

Natrium 132

Kalium 4,2

Klorida 106

Nifas hari ke 7

3) Terdapat Catatan keperawatan dan catatan kebidanan .

4) Hari pertama di ruangan Rawat gabung mendapatkan MGSO4

5) Tidak terdapat tempat tidur bayi Ny. i .

6) Terdatapat nama bayi atau tanda pengenal di pergelangan kaki.

7) Posisi infuse menghambat pergerakan pada pasien.

8) Tidak ditemukan balance cairan.

9) Nifas hari ke 5.

4. Tanggal dan waktu kejadian

Tanggal : -

Waktu : -

5. Kejadian menyangkut

Karyawan operator : Tidak ada

Karyawan lain, sebutkan : Tidak ada

6. Tempat kejadian

Unit / kerja/ departemen : Tidak ada

Lokasi kejadian : tidak ada

7. Akibat kejadian terhadap penderita

Kematian : Tidak ada

Membahayakan jiwa : Tidak ada

Perlu perawatan RS : Tidak ada

Timbul cedera : Tidak ada

Timbul kecacatan : Tidak ada

Memerlukan tindakan : Tidak ada

8. Orang pertama yang melaporkan kejadian

Petugas kesehatan :

17

Penderita :

Karyawan lain :

9. Kronologi kejadian

Klien datang ke RSUD karawang usia kehamilan………. Dengan komplikasi

KPD, Pada minggu pagi pukul 10.00 wib lahirnya seorang anak perempuan.

Setelah itu terjadi perdarahan, dokter menyarankan untuk dilakukan histerektomi

subdural. Pada hari minggu itu juga di lakukan histerektomi, setelah dilakukan

histerektomi klien mengalami penurunan kesadaran dan klien di rawat di ICU

selama 2 hari. Kemudian setelah kesadaran klien kembali normal klien di bawa di

rawat gabung untuk di lakukan perawatan lanjut. Setelah dilakukan perawatan

pada balutan klien terdapat infeksi tanda-tandanya terdapat darah dan push di luka

pos operasi Caesar .

10. Tindakan yang di lakukan segera setelah kejadian, hasilnya

-

11. Factor-faktor yang berpengaruh (aspek system/staf/karyawan)

-

12. Kemungkinan tindakan pencegahan (pemikiran tentang kemungkinan pencegahan

yang dapat diambil )

-

13. Catatan petugas yang bertanggung jawab di lokasi pada saat kejadian :

-

14. Catatan kepala unit kerja

-

15. Apakah kejadian ini pernah terjadi di unit kerja yang sama ?

-

16. Apakah kejadian ini pernah terjadi di unit kerja lain

-

17. Hasil analisa

-

18. Solusi pemecahan masalah

B. 7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN

18

NO INSTRUMEN ADA/TIDAK KETERANGAN/AKAR MASALAH

SOLUSI

1 Sosialisasi hak dan kewajiban pasien

DPJP (dokter penanggung jawab pasien )

CP (clinical pathway)

Rencana Pelayanan Dr.DPJP

Penjelasan dr. DPJP

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Ada

Ada

Tidak ada sosialisasi dan hak dan kewajiban pasien

Ada, tapi tidak dicantumkan tanda tangan dokter.

Tidak ada clinical pathway yang diberlakukan di ruangan.

Harus dibentuk sosialisasi dalam bentuk lisan dan tulisan.Harus dicantumkan tanda tangan dari dokter.

Harus di adakan Clinical pathway.

2 Koordinasi antar tenaga/unit pelayanan

Ada

3 TIM KPRS (program s.d evaluasi)

Tidak ada Belum dibentuknya Tim KPRS

Harus dibentuk tim KPRS

4 Diklat seluruh staf tentang KP

Tidak ada

5 Orientasi karyawan baru Ada

NO INSTRUMEN ADA/TIDAK KETERANGAN/AKAR MASALAH

SOLUSI

1 Kebijakan /SK tim KPRS

Tupoksi

Program kerja

Sosialisasi

Prosedur

System pelaporan (internal/eksistensi)

evaluasi

Tidak ada Belum dibentuknya kebijakan / Tim KPRS.

Segera bentuk tim KPRS

2 Rapat tim dengan manajemen

Ada

3 Identifikasi risiko dan assesmen

Tidak ada Belum adanya sosialisasi Harus diadakan sosialisasi tentang identifikasi risiko

19

dan assesmen.4 SOP bila terjadi insiden Ada5 Analisis akar masalah semua

insidenAda

6 Mekanisme umpan balik Ada

BAB IV

20

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

21