bab i
TRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.Asmani / Perempuan /52 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : Tanjung Raden RT.07 RW.04 N0.02
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara : -
c. Status ekonomi keluarga
1) Mampu : +
2) Miskin : -
d. KB : -
e. Kondisi Rumah : Baik
Pasien tinggal di rumah dengan bangunan berbahan batu bata dan sedikit di
ruang dapur berbahan kayu. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2
kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Setiap ruangan terlihat rapi dan bersih
dengan perabotan yang bertatanan rapi. Setiap ruangan memiliki ventilasi sehingga
sirkulasi udara dan pencahayaan setiap ruangan baik. Setiap ruang kamar tidur
memiliki ventilasi yang cukup dan satu tempat tidur.
Sumber air bersih keluarga diperoleh dari Air PAM. Air ini digunakan untuk
mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, memasak dan air minum, dengan
memanfaatkan sedikit luas tanah belakang rumah.
Saluran pembuangan limbah sekitar rumah baik. Tidak terlihat air yang
tergenang di belakang dan di samping rumah. Di rumah tidak memiliki tempat
pembuangan sampah sementara, biasanya pasien dan keluarga membuang sampah
dengan memasukkan sampah ke kantong plastik, yang nantinya dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga:
Pasien dan keluarganya tinggal di pinggir jalan dan padat penghuni, namun
setiap rumah memiliki jarak. Bangunan setiap rumah pasien terlihat baik. Saluran
pembuangan air limbah terawat, tidak tampak air tergenang, dan tidak terlihat sampah.
Untuk pencahayaan setiap rumah juga tampak baik.
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik
Pasien tinggal bersama ibu dan saudaranya. Hubungan satu sama lain cukup
harmonis, tetapi ibu pasien sering kali menasehati pasien untuk segera menikah
kondisi ini membuat pasien stres sehingga menyebabakan tensi pasien meningkat,
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat hipertensi diakui, diketahui sejak + 6 bulan yang lalu, mengkonsumsi obat
anti hipertensi tidak rutin.
- Riwayat diabetes melitus disangkal.
- Riwayat stroke disangkal.
- Riwayat keluarga hipertensi ayah dan ibu pasein mengalami penyakit yg sama.
V. Keluhan Utama :
Sakit kepala sejak + 3 hari sebelum datang ke Puskesmas.
VI. Keluhan tambahan :
Pasien juga sering megeluh susah tidur
VII. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala berdenyut sejak + 3 hari
yang lalu. Tetapi pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Sebelumnya pasien memang sering merasakan keluhan yang sama, dan derajat beratnya sakit
kepala dirasakan pasien sama saja tiap kali serangan. Keluhan juga disertai sulit tidur.
Keluhan adanya penglihatan kabur disangkal. Tidak ada keluhan jantung berdebar, nyeri
dada, ataupun sesak nafas dan riwayat sakit maag ada.
Pasien juga sering berobat ke Puskesmas untuk mengobati penyakit hipertensi yang
sudah sejak + 6 bulan yang lalu diketahui pasien. Pasien rutin mengkonsumsi captopril,
namun tidak setiap hari dikonsumsi oleh pasien. Makanan yang mengandung garam tinggi
(seperti : ikan asin, telur asin) sudah jarang dikonsumsi pasien, tetapi pasien membenarkan
jika dulu sebelum menderita tekanan darah tinggi sering mengkonsumsi makanan yang
bersantan dan berlemak (berkolesterol), serta mengandung garam tinggi.
VIII.Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,6 °C
4. Tekanan darah : 190/100 mmHg
5. Nadi : 80 x/menit
6. Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : abdominalthorakal
7. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
8. Berat badan : 58 Kg
9. Tinggi badan : 158 cm
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan KiriInspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetrisPalpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normalPerkusi Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI kanan
Sonor
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :Atas : ICS II kiriKanan : linea sternalis kananKiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), ,hepatomegali (-), splenomegali (-).
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas Atas dan bawah
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5
IX. Diagnosis :
Hipertensi grade II
X. Pemeriksaan Anjuran
- Pemeriksaan Kimia darah lengkap (Kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida,GDS),
Pemeriksaan Faal Ginjal (Protein urin)
- EKG.
XI. Manajemen
a. Preventif :
- Menyarankan agar pasien diet rendah garam, berolahraga ringan namun rutin,
dan mengurangi stress, menurunkan berat badan.
- Mengatur pola makan dan menu makan yang benar. Makan makanan seperti
makan ikan, daging, sayur, tahu, tempe serta buah-buahan. Dan menghindari
bahan makanan yang berpengawet, bahan makanan yang berlemak jenuh tingggi
dan bahan yang diolah dengan menggunakan garam natrium.
b. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol.
- Memotivasi pasien dan keluarga dalam menjalankan pengobatan.
- Lakukan olah raga secara teratur.
- Mengkonsumsi obat secara rutin.
- Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan
komplikasinya.
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Istirahat
Diet tinggi serat,dan rendah kolesterol
Olahraga teratur minimal 1-2x seminggu
Medikamentosa
Captopril tablet 2 x 25 mg
Furosemide tablet 1x1 pagi hari
Paracetamol 3 x 500 mg
Pengobatan tradisional untuk hipertensi
1. Bahan
Daun seledri (Apium graveolens) secukupnya
Air bersih secukupnya
Cara Membuat :
a. Ambil daun seledri, lalu cuci sampai bersih, tambahkan air bersih
secukupnya.
b. Setelah itu remas-remaslah dengan tangan, kemudian diperas dan saring
untuk diambil airnya.
c. Minum ramuan secara rutin sehari tiga kali sebanyak dua sendok makan.
2. Bahan
Buah timun (Cucumis sativuz) segar 2 buah
Air bersih
Cara membuat :
a. Cuci sampai bersih buah timun, lalu parut, peras dan saring untuk diambil
airnya.
b. Minum ramuan sehari dua sampai tiga kali.
c. Ramuan ini diminum sekali habis.
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas : Ola Kemang
Dokter : Kharisma Handayani
Tanggal : 22 Januari 2014
R/ Captopril tab mg 25 no. X
s 2 d d tab I
R/ Paracetamol tab mg 500 no. X
s 3 dd tab I
R/ Furosemid tab mg 40 no.V
s1dd tab I
Pro : ny. A Umur : 52 tahun
Alamat : TJ. Raden RT.07 RW.04
d. Rehabilitatif
memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan kerja
sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang secara
berkala
XII. Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang
berada di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Maksudnya, bila tekanan drah sistoliknya
mencapai nilai 120 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastoliknya mencapai nilai 80
mmHg atau lebih tinggi.1,2,3,4
2.2 Jenis Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder.1
1) Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang
tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.
Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resisitensi perifer.
Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.
Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskular
dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular (terhadap vasokontriktor), dan
resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi,
yakni makan garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas.
2) Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi ssekunder ini hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit
endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain.
2.3 Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi faktor-
faktor diet, asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetik, system saraf simpatis,
keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin
setempat yang berpengaruh pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Faktor-faktor
risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :1,4
1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas merokok, genetis
2. Sistem saraf simpatis
. tonus simpatis
. variasi diumal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh
darah berperan utama, terap: endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan
kontribusi akhir.
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem angiotensin dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan
darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer
Factor-faktor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah dapat digambarkan seperti beriku
2.4 Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:1,5
1. Jantung
. hipertrofi ventrikel kiri
. angina atau infark miokardium
. gagal jantung
2. Otak
. strok atau transient ischemic attack
3. Ginjal
. penyakit ginjal kronis
4. penyakit arteri perifer
5. Mata
. retinopati
Beberapa penelitian rnenemukan bahwa penyebab kerusakan organ tersebut dapat
melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATl angiotensin II. Stres
oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas garam berperan besar dalam
timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya
ekspresi growth factor-β (TGF-β). Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan
pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi terutama disebabkan oleh
timbulnya penyakit kardiobaskular.1
2.5 Gejala Klinis
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal, yaitu:1,2
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memilikigejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang
berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyairisiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke,serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajahkemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi,maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,mata,
jantung dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkankoma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Menurut JNC 7 ( The Seventh of The Join National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi :1,2
Klasifiksasi tekanan
darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
< 120
120-139
140-159
≥160
Dan
Atau
Atau
Atau
< 80
80-89
90-99
≥100
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri
dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan darah, yang diukur baik
itu saat berbaring dan berdiri. Selain itu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah untuk
mencari kegagalan target organ diantaranya adalah:6
a. Pemeriksaan kepala dan leher : pada mata dilakukan funduskopi untuk mengetahui
perdarahan dan papil edema.
b. Pemeriksaan jantung meliputi auskultasi untuk mencari kelainan bunyi jantung seperti
murmur. Murmur diastolic dengan insufiensi aorta untuk menunjang diagnosis diseksi
aorta. Tanda-tanda gagal jantung seperti peningkatan vena jugularis, bunyi jantung
gallop (S3)
c. Pemeriksaan neorologi harus lengkap untuk menemukan ada atau tidaknya gejala
stroke hemoragik dan non hemoragik. Delirium dan flapping tremor menunjukkan
diagnosis ke hipertensi enselopati.( turner)
d. Pemeriksaan abdomen : pada penilaian gastrointestinal apakah ada mual-muntah.
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :1,7
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah : darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, GDS
b. Urine : untuk menunjukkan proteinuria, hematuria dan silinder
c. EKG : melihat tanda iskemi, melihat hipertrofi ventrikel kiri atau gangguan
koroner.
d. Foto roentgen thorax : apakah ada edema paru
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. sangkaan kelainan renal : IVP, USG, Renald angiography, biopsi renal.
b. menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
2.7 Obat Antihipertensi
2.7.1 Penanganan Non farmakologis3
Ada beberapa patokan pola makan sehat yang dapat dijadikan panduan bagi para
penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari kita, jika sudah menderita
tekanan darah tinggi sebaiknya kita menghindari makanan yang mengandung
garam. Pergunakan garam sedikit mungkin atau lebih baik hindari sama sekali.
2. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, dan kalisium. Kalium,
magnesium, dan kalsium mampu mengurangi hipertensi.
3. Kurangi minum minuman beralkohol. Jika kita menderita tekanan darah tinggi
sebaiknya hindari konsumsi alcohol secara berlebihan. Untuk laki-laki yang
menderita hipertensi, jumlah alcohol yang diizinkan maksimal 30 ml alcohol per
hari dan untuk perempuan 15 ml per hari.
4. Makanan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi seperti sayuran hijau,
pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.
5. Kendalikan kadar kolesterol kita. Kurangi makanan yang mengandung lemak
jenuh. Tingginya kolesterol dalam tubuh kita akan menyebabkan terjadinya plak-
plak yang menyumbat aliran darah, sehingga tekanan darah makin tinggi.
6. Kendalikan diabetes bila ternyata kita juga menderita diabetes. Konsumsilah
makanan yang sehat. Jangan menggunakan obat-obatan pengendali diabetes yang
memicu komplikasi penyakit lainnya. Kalu menggunakan obat-obat tertentu,
haruslah dengan pengawasan dokter.
7. Hindari konsumsi obat yang bias meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke
dokter jika kita menerima pengobatan untuk penyakit tertentu. Mintalah resep
obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.
8. Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam setiap hari. Kondisi tubuh yang
kurang istirahat akan menyebabkan tekanan darah naik dan memicu terjadinya
hipertensi.
9. Kurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan perbanyak aktivitas
fisik untuk mengurangi berat badan.
10. Konsumsi minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak
ikan yang mengandung asam lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah
secara signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.
11. Suplai kalsium. Meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tetapi kalsium
juga cukup membantu mengendalikan tekanan darah.
12. Puasa secara rutin juga sangat baik untuk mengendalikan tekanan darah.
13. Menghentikan merokok.
2.7.2 Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas
yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai
target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah
resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi
autonomik,dan lansia.6,7
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada:- orang
kulit putih- usia muda- penderita gagal jantung - penderita dengan protein dalam air
kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik-
pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-
bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
mirip dengan ACE-inhibitor.
Diuretik
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah. Diuretik juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium
melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan
kalium.
Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-
blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon
terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan
adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang
pernah mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat- angina
pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.
Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 71
Klasifikasi TD TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
Perbaikan
Pola Hidup
Terapi Obat Awal
Tanpa Indikasi yg
Memaksa
Dg Indikasi yg
Memaksa
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
< 120
120-139
140-159
≥160
Dan < 80
Atau 80-89
Atau 90-99
Atau ≥ 100
Dianjurkan
Ya
Ya
ya
Tidak indikasi
obat
1 jenis OAH
Kombinasi 2OAH
Obat2 u/ idikasi
memaksa
2.8 Prognosis
Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang efektif survival penderita hanyalah
20% dalam 1 tahun.Kematian sebabkan oleh uremia (19%), payah jantung kongestif (13%),
cerebro vascular accident (20%),payah jantung kongestif disertai uremia (48%), infrak
miokard (1%), diseksi aorta (1%). Prognose menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat
yang efektif dan penaggulangan penderita gagal ginjal dengan analysis dan transplanta
ginjal.6
BAB III
ANALISA KASUS
Diagnosa hipertensi grade II ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
tekanan darah yang berdasarkan klasifikasi derajat hipertensi menurut JNC VII. Pada kasus
ini didapatkan ,pasien datang dengan keluhan sakit kepala, berulang, intesitas sama, tidak
progresif, riwayat hipertensi, dengan pemeriksaan tekanan darah didapatkan 190/100 mmHg.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain yaitu faktor yang dapat
dimodifikasi atau dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Pada kasus ini
hipertensi yang diderita pasien cenderung disebabkan oleh faktor yang dapat dimodifikasi
yaitu, kurang olah raga dan pola makan yang salah. Tekanan darah pasien tidak
stabil/terkontrol dikarenakan faktor risiko hipertensi belum dapat dikendalikan dan ketidak
patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dan faktor keturunan keluarga.
Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang guna pengobatan yang
komprehensif pada kasus ini. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah kimia darah lengkap untuk
mengetahui kadar kolesterol dan fraksi-fraksinya di dalam darah karena hiperkolesterolemia
merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. EKG untuk mengetahui adanya abnormalitas
pada sistem kardiovaskularnya. Protein urin untuk mengetahui keterlibatan fungsi ginjal,
mengigat hipertensi yang diderita pasien sudah lama dan tidak terkontrol.
Pilihan terapi pada pasien hipertensi grade I menurut JNC VII adalah terapi 1 jenis
obat antihipertensi yaitu golongan diuretik tiazid atau ACEi / CCB / ARB. Pada kasus ini
dipilih captopril yang merupakan golongan ACEi dan diuretik HCT. Selain terapi OAH
pengaturan pola hidup (olah raga) dan pola makan juga diterapkan pada pasien ini. Untuk
terapi promotif, dan rehabilitatif pada pasien diharapkan pasien dapat berobat secara teratur,
mengikuti pola diet yang telah ditentukan dan melakukan latihan fisik, isitrahat.
a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat disimpulkan
bahwa keadaan/ kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang
diderita oleh Os saat ini.
Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis penyakit
pada Os ini tidak ada pengaruhnya terhadap lingkungan disekitarnya, karena penyakit Os
ini bukan merupakan penyakit berbasis lingkungan.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien tinggal bersama ibu dan keluarganya. Hubungan satu sama lain harmonis,
tetapi ibu pasien sering kali menasehati pasien untuk segera menikah kondisi ini
membuat pasien stres sehingga menyebabakan tensi pasien meningkat.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penyakit yang di derita pasien ada
hubungannya dengan kebiasaannya mengkomsumsi makanan asin dan mengkomsumsi
makanan berlemak serta tidak pernah olahraga dan faktor keturunan.
Prilaku kesehatan yang kurang yakni pola makan yang tidak tertaur dengan sering
mengkonsumsi makanan asin dan berlemak, memicu kadar tekanan darah dalam tubuh
meningkat.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit
Riwayat keluarga pasien ini mengalami hipertensi sehingga faktor resiko dari
genetik unsur utama pasien mengalami hipertensi. Ini terjadi karena kesalahan dari pola
makan pasien sendiri, banyak mengkonsumsi asin, makanan berlemak, serta tidak adanya
olahraga yang teratur.
e. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi
Usaha yang perlu dilakukan pasien adalah terutama mengatur pola makan yang
benar dengan dit rendah garam dan makan berlemak. Pasien juga rutin untuk mengecek
tekanan darah dan selalu meminum obat penurun tensi tujuannya mengurangi resiko
terjadinya komplikasi seperti kerusakan pada jantung dan ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roesma Jose. Krisis Hipertensi. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009. Hal
599-603.
2. Hendraswari DE. Beberapa Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Hipertensi di
Kelurahan Jagakarsa tahun 2007. 2008. Diunduh dari URL : http://.
www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123490... Beberapa %20 faktor HA.pdf
3. Susilo Yekti, Wulandari Ari. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi). ANDI
Yogyakarta. Yogyakarta. 2011. Hal : 3-11.
4. Price SA, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, EGC, 1995 :
1206
5. Sugiyanto E. Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. 2007. Diunduh dari URL:
http:// www.kalbe.co.id/cdk
6. Vaidya CK, Oullette JR. Hypertensie Urgency and Emergency. 2007. Diunduh dari
URL: http://www.turnerwhite,com
7. Setiawati A, Bustami Z.S. farmakologi dan terapi edisi IV. Jakarta : bagian
farmakologi FKUI. 2000. Hal 315