bab i

26
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.Asmani / Perempuan /52 tahun b. Pekerjaan : IRT c. Alamat : Tanjung Raden RT.07 RW.04 N0.02 II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan : Belum Menikah b. Jumlah anak/saudara : - c. Status ekonomi keluarga 1) Mampu :+ 2) Miskin :- d. KB : - e. Kondisi Rumah : Baik Pasien tinggal di rumah dengan bangunan berbahan batu bata dan sedikit di ruang dapur berbahan kayu. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Setiap ruangan terlihat rapi dan bersih dengan perabotan yang bertatanan rapi. Setiap ruangan memiliki ventilasi sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan setiap ruangan baik. Setiap ruang kamar tidur memiliki ventilasi yang cukup dan satu tempat tidur.

Upload: ima-larose

Post on 21-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.Asmani / Perempuan /52 tahun

b. Pekerjaan : IRT

c. Alamat : Tanjung Raden RT.07 RW.04 N0.02

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah anak/saudara : -

c. Status ekonomi keluarga

1) Mampu : +

2) Miskin : -

d. KB : -

e. Kondisi Rumah : Baik

Pasien tinggal di rumah dengan bangunan berbahan batu bata dan sedikit di

ruang dapur berbahan kayu. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2

kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Setiap ruangan terlihat rapi dan bersih

dengan perabotan yang bertatanan rapi. Setiap ruangan memiliki ventilasi sehingga

sirkulasi udara dan pencahayaan setiap ruangan baik. Setiap ruang kamar tidur

memiliki ventilasi yang cukup dan satu tempat tidur.

Sumber air bersih keluarga diperoleh dari Air PAM. Air ini digunakan untuk

mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, memasak dan air minum, dengan

memanfaatkan sedikit luas tanah belakang rumah.

Saluran pembuangan limbah sekitar rumah baik. Tidak terlihat air yang

tergenang di belakang dan di samping rumah. Di rumah tidak memiliki tempat

pembuangan sampah sementara, biasanya pasien dan keluarga membuang sampah

dengan memasukkan sampah ke kantong plastik, yang nantinya dibuang ke tempat

pembuangan sampah akhir.

Page 2: BAB I

f. Kondisi Lingkungan Keluarga:

Pasien dan keluarganya tinggal di pinggir jalan dan padat penghuni, namun

setiap rumah memiliki jarak. Bangunan setiap rumah pasien terlihat baik. Saluran

pembuangan air limbah terawat, tidak tampak air tergenang, dan tidak terlihat sampah.

Untuk pencahayaan setiap rumah juga tampak baik.

III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik

Pasien tinggal bersama ibu dan saudaranya. Hubungan satu sama lain cukup

harmonis, tetapi ibu pasien sering kali menasehati pasien untuk segera menikah

kondisi ini membuat pasien stres sehingga menyebabakan tensi pasien meningkat,

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

- Riwayat hipertensi diakui, diketahui sejak + 6 bulan yang lalu, mengkonsumsi obat

anti hipertensi tidak rutin.

- Riwayat diabetes melitus disangkal.

- Riwayat stroke disangkal.

- Riwayat keluarga hipertensi ayah dan ibu pasein mengalami penyakit yg sama.

V. Keluhan Utama :

Sakit kepala sejak + 3 hari sebelum datang ke Puskesmas.

VI. Keluhan tambahan :

Pasien juga sering megeluh susah tidur

VII. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)

Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala berdenyut sejak + 3 hari

yang lalu. Tetapi pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.

Sebelumnya pasien memang sering merasakan keluhan yang sama, dan derajat beratnya sakit

kepala dirasakan pasien sama saja tiap kali serangan. Keluhan juga disertai sulit tidur.

Keluhan adanya penglihatan kabur disangkal. Tidak ada keluhan jantung berdebar, nyeri

dada, ataupun sesak nafas dan riwayat sakit maag ada.

Pasien juga sering berobat ke Puskesmas untuk mengobati penyakit hipertensi yang

sudah sejak + 6 bulan yang lalu diketahui pasien. Pasien rutin mengkonsumsi captopril,

namun tidak setiap hari dikonsumsi oleh pasien. Makanan yang mengandung garam tinggi

Page 3: BAB I

(seperti : ikan asin, telur asin) sudah jarang dikonsumsi pasien, tetapi pasien membenarkan

jika dulu sebelum menderita tekanan darah tinggi sering mengkonsumsi makanan yang

bersantan dan berlemak (berkolesterol), serta mengandung garam tinggi.

VIII.Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. Suhu : 36,6 °C

4. Tekanan darah : 190/100 mmHg

5. Nadi : 80 x/menit

6. Pernafasan

- Frekuensi : 22 x/menit

- Irama : reguler

- Tipe : abdominalthorakal

7. Kulit

- Turgor : baik

- Lembab / kering : lembab

- Lapisan lemak : ada

8. Berat badan : 58 Kg

9. Tinggi badan : 158 cm

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

Simetri : simetris

2. Mata

Kelopak : normal

Conjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterik (-)

Kornea : normal

Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+

Lensa : normal, keruh (-)

Page 4: BAB I

Gerakan bola mata : baik

3. Hidung : tak ada kelainan

4. Telinga : tak ada kelainan

5. Mulut Bibir : lembab

Bau pernafasan : normal

Gigi geligi : lengkap

Palatum : deviasi (-)

Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)

Selaput Lendir : normal

Lidah : putih kotor, ulkus (-)

6. Leher KGB : tak ada pembengkakan

Kel.tiroid : tak ada pembesaran

JVP : 5 - 2 cmH2O

7. Thorax Bentuk : simetris

Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal

Pulmo

Pemeriksaan Kanan KiriInspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetrisPalpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normalPerkusi Sonor

Batas paru-hepar :ICS VI kanan

Sonor

Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :Atas : ICS II kiriKanan : linea sternalis kananKiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Page 5: BAB I

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), ,hepatomegali (-), splenomegali (-).

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas dan bawah

Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5

IX. Diagnosis :

Hipertensi grade II

X. Pemeriksaan Anjuran

- Pemeriksaan Kimia darah lengkap (Kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida,GDS),

Pemeriksaan Faal Ginjal (Protein urin)

- EKG.

XI. Manajemen

a. Preventif :

- Menyarankan agar pasien diet rendah garam, berolahraga ringan namun rutin,

dan mengurangi stress, menurunkan berat badan.

- Mengatur pola makan dan menu makan yang benar. Makan makanan seperti

makan ikan, daging, sayur, tahu, tempe serta buah-buahan. Dan menghindari

bahan makanan yang berpengawet, bahan makanan yang berlemak jenuh tingggi

dan bahan yang diolah dengan menggunakan garam natrium.

b. Promotif :

- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol.

- Memotivasi pasien dan keluarga dalam menjalankan pengobatan.

- Lakukan olah raga secara teratur.

- Mengkonsumsi obat secara rutin.

- Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan

komplikasinya.

c. Kuratif :

Non Medikamentosa

Page 6: BAB I

Istirahat

Diet tinggi serat,dan rendah kolesterol

Olahraga teratur minimal 1-2x seminggu

Medikamentosa

Captopril tablet 2 x 25 mg

Furosemide tablet 1x1 pagi hari

Paracetamol 3 x 500 mg

Pengobatan tradisional untuk hipertensi

1. Bahan

Daun seledri (Apium graveolens) secukupnya

Air bersih secukupnya

Cara Membuat :

a. Ambil daun seledri, lalu cuci sampai bersih, tambahkan air bersih

secukupnya.

b. Setelah itu remas-remaslah dengan tangan, kemudian diperas dan saring

untuk diambil airnya.

c. Minum ramuan secara rutin sehari tiga kali sebanyak dua sendok makan. 

2. Bahan

Buah timun (Cucumis sativuz) segar 2 buah

Air bersih

Cara membuat :

a. Cuci sampai bersih buah timun, lalu parut, peras dan saring untuk diambil

airnya.

b. Minum ramuan sehari dua sampai tiga kali.

c. Ramuan ini diminum sekali habis.

Page 7: BAB I

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Ola Kemang

Dokter : Kharisma Handayani

Tanggal : 22 Januari 2014

R/ Captopril tab mg 25 no. X

s 2 d d tab I

R/ Paracetamol tab mg 500 no. X

s 3 dd tab I

R/ Furosemid tab mg 40 no.V

s1dd tab I

Pro : ny. A Umur : 52 tahun

Alamat : TJ. Raden RT.07 RW.04

d. Rehabilitatif

memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan kerja

sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang secara

berkala

XII. Prognosa

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Page 8: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang

berada di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Maksudnya, bila tekanan drah sistoliknya

mencapai nilai 120 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastoliknya mencapai nilai 80

mmHg atau lebih tinggi.1,2,3,4

2.2 Jenis Hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi

sekunder.1

1) Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang

tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.

Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resisitensi perifer.

Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.

Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskular

dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium,

kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular (terhadap vasokontriktor), dan

resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi,

yakni makan garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas.

2) Hipertensi Sekunder

Prevalensi hipertensi ssekunder ini hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit

endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain.

2.3 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi faktor-

faktor diet, asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetik, system saraf simpatis,

keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin

Page 9: BAB I

setempat yang berpengaruh pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Faktor-faktor

risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :1,4

1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas merokok, genetis

2. Sistem saraf simpatis

. tonus simpatis

. variasi diumal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh

darah berperan utama, terap: endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan

kontribusi akhir.

4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem angiotensin dan aldosteron.

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan

darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer

Factor-faktor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah dapat digambarkan seperti beriku

2.4 Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi

adalah:1,5

Page 10: BAB I

1. Jantung

. hipertrofi ventrikel kiri

. angina atau infark miokardium

. gagal jantung

2. Otak

. strok atau transient ischemic attack

3. Ginjal

. penyakit ginjal kronis

4. penyakit arteri perifer

5. Mata

. retinopati

Beberapa penelitian rnenemukan bahwa penyebab kerusakan organ tersebut dapat

melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak

langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATl angiotensin II. Stres

oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain juga

membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas garam berperan besar dalam

timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya

ekspresi growth factor-β (TGF-β). Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan

pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi terutama disebabkan oleh

timbulnya penyakit kardiobaskular.1

2.5 Gejala Klinis

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius

dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer

karena dua hal, yaitu:1,2

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memilikigejala khusus.

Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang

berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan

mengukur tekanan darah secara teratur.

Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyairisiko

besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke,serangan

jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

Page 11: BAB I

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara

tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan

darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajahkemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik

pada penderita hipertensi,maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

Sakit kepala

Kelelahan

Mual

Muntah

Sesak nafas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,mata,

jantung dan ginjal.

Sering buang air kecil terutama di malam hari

Telinga berdenging.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkankoma

karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera.

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

Menurut JNC 7 ( The Seventh of The Join National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure klasifikasi tekanan darah pada

orang dewasa terbagi menjadi :1,2

Klasifiksasi tekanan

darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal

Prahipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

< 120

120-139

140-159

≥160

Dan

Atau

Atau

Atau

< 80

80-89

90-99

≥100

Page 12: BAB I

Anamnesis

a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya. 

b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.

d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )

f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri

dada).

g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan darah, yang diukur baik

itu saat berbaring dan berdiri. Selain itu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah untuk

mencari kegagalan target organ diantaranya adalah:6

a. Pemeriksaan kepala dan leher : pada mata dilakukan funduskopi untuk mengetahui

perdarahan dan papil edema.

b. Pemeriksaan jantung meliputi auskultasi untuk mencari kelainan bunyi jantung seperti

murmur. Murmur diastolic dengan insufiensi aorta untuk menunjang diagnosis diseksi

aorta. Tanda-tanda gagal jantung seperti peningkatan vena jugularis, bunyi jantung

gallop (S3)

c. Pemeriksaan neorologi harus lengkap untuk menemukan ada atau tidaknya gejala

stroke hemoragik dan non hemoragik. Delirium dan flapping tremor menunjukkan

diagnosis ke hipertensi enselopati.( turner)

d. Pemeriksaan abdomen : pada penilaian gastrointestinal apakah ada mual-muntah.

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :1,7

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

a. Darah : darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, GDS

b. Urine : untuk menunjukkan proteinuria, hematuria dan silinder

c. EKG : melihat tanda iskemi, melihat hipertrofi ventrikel kiri atau gangguan

koroner.

Page 13: BAB I

d. Foto roentgen thorax : apakah ada edema paru

2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang

pertama ) :

a. sangkaan kelainan renal : IVP, USG, Renald angiography, biopsi renal.

b. menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CT Scan.

c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine,

metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).

2.7 Obat Antihipertensi

2.7.1 Penanganan Non farmakologis3

Ada beberapa patokan pola makan sehat yang dapat dijadikan panduan bagi para

penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari kita, jika sudah menderita

tekanan darah tinggi sebaiknya kita menghindari makanan yang mengandung

garam. Pergunakan garam sedikit mungkin atau lebih baik hindari sama sekali.

2. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, dan kalisium. Kalium,

magnesium, dan kalsium mampu mengurangi hipertensi.

3. Kurangi minum minuman beralkohol. Jika kita menderita tekanan darah tinggi

sebaiknya hindari konsumsi alcohol secara berlebihan. Untuk laki-laki yang

menderita hipertensi, jumlah alcohol yang diizinkan maksimal 30 ml alcohol per

hari dan untuk perempuan 15 ml per hari.

4. Makanan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi seperti sayuran hijau,

pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.

5. Kendalikan kadar kolesterol kita. Kurangi makanan yang mengandung lemak

jenuh. Tingginya kolesterol dalam tubuh kita akan menyebabkan terjadinya plak-

plak yang menyumbat aliran darah, sehingga tekanan darah makin tinggi.

6. Kendalikan diabetes bila ternyata kita juga menderita diabetes. Konsumsilah

makanan yang sehat. Jangan menggunakan obat-obatan pengendali diabetes yang

memicu komplikasi penyakit lainnya. Kalu menggunakan obat-obat tertentu,

haruslah dengan pengawasan dokter.

7. Hindari konsumsi obat yang bias meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke

dokter jika kita menerima pengobatan untuk penyakit tertentu. Mintalah resep

obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.

Page 14: BAB I

8. Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam setiap hari. Kondisi tubuh yang

kurang istirahat akan menyebabkan tekanan darah naik dan memicu terjadinya

hipertensi.

9. Kurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan perbanyak aktivitas

fisik untuk mengurangi berat badan.

10. Konsumsi minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak

ikan yang mengandung asam lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah

secara signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

11. Suplai kalsium. Meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tetapi kalsium

juga cukup membantu mengendalikan tekanan darah.

12. Puasa secara rutin juga sangat baik untuk mengendalikan tekanan darah.

13. Menghentikan merokok.

2.7.2 Terapi farmakologi

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi

untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas

yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai

target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat

dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah

resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi

autonomik,dan lansia.6,7

Angiotensin converting enzyme inhibitor 

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan

tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada:- orang

kulit putih- usia muda- penderita gagal jantung - penderita dengan protein dalam air

kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik-

pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-

bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang

mirip dengan ACE-inhibitor.

Diuretik

Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi

volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah. Diuretik juga

menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium

Page 15: BAB I

melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan

kalium.

Penghambat adrenergik

Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-

blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon

terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan

adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang

pernah mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat- angina

pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.

Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 71

Klasifikasi TD TDS

(mmHg)

TDD

(mmHg)

Perbaikan

Pola Hidup

Terapi Obat Awal

Tanpa Indikasi yg

Memaksa

Dg Indikasi yg

Memaksa

Normal

Prehipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

< 120

120-139

140-159

≥160

Dan < 80

Atau 80-89

Atau 90-99

Atau ≥ 100

Dianjurkan

Ya

Ya

ya

Tidak indikasi

obat

1 jenis OAH

Kombinasi 2OAH

Obat2 u/ idikasi

memaksa

2.8 Prognosis

Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang efektif survival penderita hanyalah

20% dalam 1 tahun.Kematian sebabkan oleh uremia (19%), payah jantung kongestif (13%),

cerebro vascular accident (20%),payah jantung kongestif disertai uremia (48%), infrak

miokard (1%), diseksi aorta (1%). Prognose menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat

yang efektif dan penaggulangan penderita gagal ginjal dengan analysis dan transplanta

ginjal.6

Page 16: BAB I

BAB III

ANALISA KASUS

Diagnosa hipertensi grade II ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

tekanan darah yang berdasarkan klasifikasi derajat hipertensi menurut JNC VII. Pada kasus

ini didapatkan ,pasien datang dengan keluhan sakit kepala, berulang, intesitas sama, tidak

progresif, riwayat hipertensi, dengan pemeriksaan tekanan darah didapatkan 190/100 mmHg.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain yaitu faktor yang dapat

dimodifikasi atau dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Pada kasus ini

hipertensi yang diderita pasien cenderung disebabkan oleh faktor yang dapat dimodifikasi

yaitu, kurang olah raga dan pola makan yang salah. Tekanan darah pasien tidak

stabil/terkontrol dikarenakan faktor risiko hipertensi belum dapat dikendalikan dan ketidak

patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dan faktor keturunan keluarga.

Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang guna pengobatan yang

komprehensif pada kasus ini. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah kimia darah lengkap untuk

mengetahui kadar kolesterol dan fraksi-fraksinya di dalam darah karena hiperkolesterolemia

merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. EKG untuk mengetahui adanya abnormalitas

pada sistem kardiovaskularnya. Protein urin untuk mengetahui keterlibatan fungsi ginjal,

mengigat hipertensi yang diderita pasien sudah lama dan tidak terkontrol.

Pilihan terapi pada pasien hipertensi grade I menurut JNC VII adalah terapi 1 jenis

obat antihipertensi yaitu golongan diuretik tiazid atau ACEi / CCB / ARB. Pada kasus ini

dipilih captopril yang merupakan golongan ACEi dan diuretik HCT. Selain terapi OAH

pengaturan pola hidup (olah raga) dan pola makan juga diterapkan pada pasien ini. Untuk

terapi promotif, dan rehabilitatif pada pasien diharapkan pasien dapat berobat secara teratur,

mengikuti pola diet yang telah ditentukan dan melakukan latihan fisik, isitrahat.

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat disimpulkan

bahwa keadaan/ kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang

diderita oleh Os saat ini.

Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis penyakit

pada Os ini tidak ada pengaruhnya terhadap lingkungan disekitarnya, karena penyakit Os

ini bukan merupakan penyakit berbasis lingkungan.

Page 17: BAB I

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Pasien tinggal bersama ibu dan keluarganya. Hubungan satu sama lain harmonis,

tetapi ibu pasien sering kali menasehati pasien untuk segera menikah kondisi ini

membuat pasien stres sehingga menyebabakan tensi pasien meningkat.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan

sekitar

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penyakit yang di derita pasien ada

hubungannya dengan kebiasaannya mengkomsumsi makanan asin dan mengkomsumsi

makanan berlemak serta tidak pernah olahraga dan faktor keturunan.

Prilaku kesehatan yang kurang yakni pola makan yang tidak tertaur dengan sering

mengkonsumsi makanan asin dan berlemak, memicu kadar tekanan darah dalam tubuh

meningkat.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit

Riwayat keluarga pasien ini mengalami hipertensi sehingga faktor resiko dari

genetik unsur utama pasien mengalami hipertensi. Ini terjadi karena kesalahan dari pola

makan pasien sendiri, banyak mengkonsumsi asin, makanan berlemak, serta tidak adanya

olahraga yang teratur.

e. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi

Usaha yang perlu dilakukan pasien adalah terutama mengatur pola makan yang

benar dengan dit rendah garam dan makan berlemak. Pasien juga rutin untuk mengecek

tekanan darah dan selalu meminum obat penurun tensi tujuannya mengurangi resiko

terjadinya komplikasi seperti kerusakan pada jantung dan ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: BAB I

1. Roesma Jose. Krisis Hipertensi. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi

IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009. Hal

599-603.

2. Hendraswari DE. Beberapa Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Hipertensi di

Kelurahan Jagakarsa tahun 2007. 2008. Diunduh dari URL : http://.

www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123490... Beberapa %20 faktor HA.pdf

3. Susilo Yekti, Wulandari Ari. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi). ANDI

Yogyakarta. Yogyakarta. 2011. Hal : 3-11.

4. Price SA, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, EGC, 1995 :

1206

5. Sugiyanto E. Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. 2007. Diunduh dari URL:

http:// www.kalbe.co.id/cdk

6. Vaidya CK, Oullette JR. Hypertensie Urgency and Emergency. 2007. Diunduh dari

URL: http://www.turnerwhite,com

7. Setiawati A, Bustami Z.S. farmakologi dan terapi edisi IV. Jakarta : bagian

farmakologi FKUI. 2000. Hal 315