bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersamaan dengan peningkatan kegiatan ekonomi, maka meningkat
pula mobilitas manusia, barang dan jasa. Semua ini akan membutuhkan
tingkat pelayanan transportasi yang luar biasa berupa kebutuhan akan
prasarana dan sarana transportasi yang memadai baik di daerah perkotaan
maupun di pedesaan.
Salah satu sarana transportasi yang sering digunakan masyarakat adalah
jembatan. Jembatan di Indonesia saat ini banyak yang menggunakan rangka
baja dengan pondasi tiang pancang pipa baja. Jembatan-jembatan tersebut
berada di lingkungan tropis dengan curah hujan, kelembapan dan intensitas
sinar matahari yang tinggi. Beberapa jembatan yang berada pada lingkungan
tersebut telah menunjukkan adanya kerusakan yang dipengaruhi oleh
terjadinya korosi pada Tiang Pipa Baja Jembatan
Tiang Pipa Baja Jembatan umumnya sering berada pada lokasi air,
tanah basah, dan lumpur. Hal ini menyebabkan terjadinya korosi yang dapat
menurunkan kekuatan dan keutuhan struktur tersebut.
Kerusakan jembatan akibat korosi ini mengarah pada keruntuhan
jembatan yang merupakan sangat membahayakan pengguna jalan. Selain itu
menyebabkan kerugian besar akibat biaya perbaikan jembatan. Karena itu,
perlu dilakukan tindakan cepat sedini mungkin agar Tiang Pipa Baja
Jembatan tidak mudah terkorosi. Salah satunya dengan metode proteksi
katodik anoda korban.
Berdasarkan uraian di atas, sehingga makalah ini akan membahas
tentang penerapan metode proteksi katodik anoda korban pada tiang pipa baja
jembatan. Makalah ini akan membahas hal-hal mengenai prinsip dasar
proteksi katodik anoda korban untuk penanggulangan korosi tiang pancang
pipa baja jembatan
1
B. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. memahami salah satu contoh penanggulangan korosi pada kehidupan
sehari-hari
2. memahami prinsip-prinsip dasar proteksi katodik anoda tumbal pada
tiang pipa baja jembatan
C. Manfaat
1. Penulis dapat memahami salah satu contoh penanggulangan korosi pada
kehidupan sehari-hari
2. Penulis dapat memahami prinsip-prinsip proteksi katodik anoda tumbal
pada tiang pipa baja jembatan
D. Batasan Masalah
Mengingat betapa luas dan kompleknya permasalahan pada
penanggulangan korosi pada tiang pipa jembatan dengan metode proteksi
katodik anoda korban, maka batasan penyusunan makalah ini hanya
membahas tentang prinsip-prinsip dasar proteksi katodik anoda tumbal dan
perencanaannya pada tiang pipa baja jembatan.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah
ini yaitu metode browsing dimana dibutuhkan beberapa website dan blog
sebagai referensi.
2
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Korosi
Korosi didefinisikan sebagai proses kerusakan material, terutama
logam, karena berinteraksi dengan lingkungan. Dalam pembicaraan sehari-
hari dikenal istilah karat atau pengkaratan, yang tidak lain adalah proses
korosi dari besi atau baja. Seperti kita ketahui logam telah kita peroleh dari
alam dengan menghabiskan sejumlah energi. Oleh karena itu logam berada
dalam kedudukan energi tinggi, bersifat temporer, dan akan kembali ke
lingkungan alam sebagai mineral yang energinya lebih rendah. Proses
kembalinya logam ke alam inilah yang kita kenal sebagai proses korosi. Jadi
korosi adalah proses alam yang tak dapat dicegah, tetapi dengan teknologi
anti korosi kita dapat mengendalikan Sehingga kerugian-kerugian yang
timbul akibat korosi dapat kita kurangi.
Banyak teori korosi logam telah dikemukakan oleh para ahli, tetapi
rupanya teori elektrokimia telah diterima, karena teori ini telah dapat
menerangkan peristiwaperistiwa korosi dan dapat digunakan sebagai landasan
teknik penanggulangan korosi.
Gambar 2.1. Sel korosi
3
B. Mekanisme Korosi
Korosi dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa elektrokimia antara
logam dengan lingkungannya, dengan beberapa komponen sebagai syarat
terjadinya, yaitu:
1. Anoda
Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari
atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion yang bersangkutan.
Ion-ion ini mungkin tetap tinggal dalam larutan atau bereaksi membentuk
hasil korosi yang tidak larut. Reaksi pada anoda dapat dituliskan dengan
persamaan :
Dengan z adalah valensi logam dan umumnya z = 1, 2, atau 3
2. Katoda
Katoda merupakan tempat terjadi reaksi reduksi dimana ion positif
berkumpul. Katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin
menderita kerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu.
Reaksi yang terjadi pada katoda berupa reaksi reduksi. Reaksi pada
katoda tergantung pada pH larutan yang bersangkutan, seperti :
3. Media elektrolit
Elektrolit adalah larutan yang mempunyai sifat menghantarkan listrik.
Elektrolit dapat berupa larutan asam, basa dan larutan garam. Larutan
elektrolit mempunyai peranan penting dalam korosi logam karena larutan
ini dapat menjadikan kontak listrik antara anoda dan katoda
4. Anoda dan Katoda harus Terhubung secara Elektris
Antara anoda dan katoda harus ada hubungan listrik agar arus dalam sel
korosi dapat mengalir. Hubungan secara fisik tidak diperlukan jika anoda
dan katoda merupakan bagian dari logam yang sama.
4
C. Proteksi Katodik Dan Anodik
Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan
menghubungkan logam yang mempunyai potensial lebih tinggi ke struktur
logam sehingga tercipta suatu sel elektrokimia dengan logam berpotensial
rendah bersifat katodikdan terproteksi. Proteksi katodik dibagi dua metode :
1. Arus Tanding (Impressed Current)
Proteksi katodik dengan sistem arus tanding dilakukan dengan alat
sumber arus dari luar, anoda yang digunakan umumnya tidak habis,
umumnya digunakan saat kebutuhan arus tinggi dan lingkungan
resistivitas tinggi
Gambar 2.2. Proteksi Katodik Sistem Arus Tanding (Impressed Current)
2. Anoda Tumbal (Sacrificial Anode)
Proteksi katodik dilakukan dengan menghubungkan anoda tumbal
ke struktur, prinsipnya untuk membuat suatu sel galvanik dengan
mewakilkan anoda sebagai material kurang mulia yang akan habis saat
interaksi galvanik
Gambar 2.3. Proteksi Katodik dengan Anoda Tumbal
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Korosi tiang pancang pipa baja adalah menurunnya mutu tiang
pancang pipa baja akibat bereaksi dengan lingkungan secara elektrokimia.
Korosi akan terjadi apabila terdapat anoda, katoda, elektrolit, dan hubungan
listrik antara anoda dan katoda. Anoda dan katoda terjadi apabila terdapat dua
logam yang memiliki potensial listrik yang berbeda. Pada tiang pancang pipa
baja, anoda dan katoda dapat terbentuk akibat mutu baja yang tidak seragam
atau lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan potensial listrik
pada bagian-bagian tiang pancang pipa baja. Apabila pada anoda dan katoda
ini terdapat hubungan listrik (kontak satu sama lain) dan keduanya berada
pada lingkungan air atau tanah yang bersifat elektrolit dan memiliki tahanan
jenis yang rendah, maka akan terjadi proses korosi dimana bagian baja yang
berfungsi sebagai anoda akan rusak dan membentuk karat. Dengan demikian,
maka tebal baja pada tiang pancang pipa baja tersebut akan terus menerus
berkurang sejalan dengan laju korosinya.
Proteksi katodik adalah suatu teknik penanggulangan korosi
komponen baja jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja
yang berada dalam lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut
relatif sulit dilakukan teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih
murah yaitu pengecatan. Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran
elektron dari bagian tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan
perubahan logam menjadi ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa
baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi lingkungannya menjadi
katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja akibat aliran elektron
dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan pasokan elektron
secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan kata lain
menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan
6
elektron. Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam
dua cara, yaitu:
1. Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron
dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan
katoda pada suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus
searah dari luar, misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-
lain. Rangkaian dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 1. sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Proteksi Katodik Arus Terpasang
Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang
diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja,
Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari metoda arus terpasang
adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau anoda yang
tahan karat seperti platina dan karbon. Metode ini tidak disampaikan lebih
terperinci pada makalah ini.
2. Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron
dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan
logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah.
Pada cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang
lebih rendah ke tiang pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi.
7
Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari
korosi namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu
akan rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui.
Mengganti anoda lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding
mengganti tiang pancang pipa baja. Gambar 3.2 menunjukkan rangkaian
dari proses sistem ini.
Gambar 3.2. Proteksi Katodik Anoda Korban
Proteksi katodik dengan anoda korban inilah yang akan dipakai dan
dibahas pada makalah ini untuk menanggulangi korosi pada tiang pancang
pipa jembatan.
B. Bahan Dan Sifat Anoda Korban
Anoda korban harus terbuat dari logam yang mempunyai potensial
listrik lebih rendah dari logam yang diproteksi (Lihat Tabel 1). Logam yang
diproteksi dalam hal ini adalah tiang pancang pipa baja jembatan. Dengan
demikian maka akan terjadi aliran elektron (supley elektron) dari anoda ke
katoda yang berlangsung secara terus menerus sampai logam anoda yang
dikorbankan habis.
8
Tabel 3.1. Deret Nernst
Anoda yang digunakan pada proteksi katodik tiang pancang pipa baja
jembatan dengan metoda anoda korban biasanya digunakan logam paduan
dari Magnesium, Seng, dan Alumunium sebagaimana tampak pada Tabel 2
berikut.
Tabel 3.2. Bahan-Bahan Dan Sifat Anoda Korban
9
Di samping sifat anoda, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi
proses proteksi katodik yaitu :
1. Luas permukaan TPPB yang akan diproteksi. Makin luas permukaan
makin banyak anoda yang digunakan;
2. Beda potensial listrik antara anoda dan katoda. Makin besar perbedaan
makin besar arus proteksi dari anoda ke katoda;
3. Logam dan ukuran anoda. Makin kecil tahanan anoda berarti makin
sedikit penggunaan logam anoda. Makin kecil ukuran logam anoda makin
besar tahanan anoda, berarti makin banyak penggunaan logam anoda.
Bahan anoda korban yang umum untuk baja dalam air laut adalah
Seng. Humphrey Davy dalam tahun 1824 melaporkan keberhasilan
penggunaan anoda Seng untuk melindungi pelapis tembaga pada kapal
perang. Seng digunakan untuk proteksi katodik di air laut dan air tawar, Seng
khususnya sangat sesuai untuk proteksi katodik di kapal-kapal yang bergerak
antara air laut dan air sungai (muara sungai). Anoda Seng yang digunakan
untuk melindungi bantalan-bantalan tangki, pengubah panas, dan banyak
komponen-komponen mekanis pada kapal, pembangkit listrik pantai, dan
struktur-struktur di pantai. Anoda Magnesium adalah anoda korban yang
biasa dispesifikasikan untuk penggunaan ditanam di dalam tanah. Khusus
anoda Magnesium di Amerika Serikat tersedia dengan kemasan terbungkus
lempung bentonit di dalam kantong kain. Bungkus ini menjamin bahwa
anoda akan bersifat konduktif lingkungan dan mudah terkorosi. Beberapa
anoda Magnesium telah digunakan untuk struktur lepas pantai. Alumunium
juga digunakan pada struktur lepas pantai di mana beratnya yang ringan dan
menguntungkan, Alumunium tidak pasif di dalam air garam bila ada
tambahan logam paduan tertentu seperti Titanium, Antimon, dan Merkuri.
10
C. Perencanaan Proteksi Katodik Anoda Korban
Perencanaan proteksi katodik anoda korban meliputi beberapa tahap
kegiatan yaitu:
1. Pengukuran luas tiang pancang pipa baja yang terdiri dari luas dalam air
dan luas dalam tanah;
2. Pengukuran potensial tiang pancang baja;
3. Pengukuran tahanan jenis air dan tanah tempat tiang pancang dipasang;
4. Identifikasi karakteristik dan jenis anoda
5. Perhitungan tahanan anoda dalam air dan dalam tanah;
6. Perhitungan arus yang dihasilkan anoda dalam air dan dalam tanah;
7. Perhitungan umur proteksi dalam air dan dalam tanah;
8. Pengukuran rapat arus dan perhitungan arus proteksi yang diperoleh dari
pengukuran luas permukaan luar pipa baja dalam air dan dalam tanah
dikalikan dengan rapat arus dalam air dan dalam tanah;
9. Penghitungan kebutuhan minimum anoda diperoleh dari arus proteksi
dibagi dengan arus yang dihasilkan anoda.
Gambar 3.1. Posisi Anoda Korban 1 meter di bawah Muka Air Terendam
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu cara penangulangan korosi pada Tiang Pancang Pipa Baja
jembatan, khususnya untuk bagian yang berada di lingkungan air dan atau
tanah, adalah dengan Proteksi Katodik Anoda Korban. Cara ini dilakukan
karena cara lain yang umum dilakukan pada penanggulangan korosi, yaitu
dengan cara pengecatan, relatif sulit dilakukan di dalam media air dan atau
tanah. Proteksi katodik anoda korban adalah suatu teknik penanggulangan
korosi dengan cara menghubungkan logam yang akan diproteksi dengan
logam lain yang dikorbankan (anoda Seng, Magnesium, dan Alumunium)
dalam media elektrolit sehingga membentuk suatu sel listrik. Logam yang
dijadikan sebagai anoda korban harus mempunyai potensial listrik lebih
negatif dari logam yang diproteksi. Pada sel ini, katoda tidak akan terkorosi
karena memiliki cukup elektron sedangkan anoda akan terkorosi hangga habis
sesuai umur rencana dan harus diganti dengan anoda baru.
B. Saran
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah
korosi pada semester VII Program Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP
UNS. Penulis menyadari keterbatasan materi yang penulis kuasai, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran
semoga menjadi pembelajaran bagi penyusun untuk pembuatan makalah
lainnya ataupun dalam mendalami ilmu korosi.
12