bab i

Upload: dona-so-sweet

Post on 17-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 BAB I

    1/14

    TUGAS

    UJIAN TENGAH SEMESTER

    BIOFARMASETIKA

    Materi

    GRISEOFULVIN

    Dosen Pengampu

    Andhi Fahrurroji, M.Sc.,Apt

    Nama : Fransiska marselina dona

    NIM : I21110003

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    PONTIANAK

    2014

  • 5/27/2018 BAB I

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Infeksi jamur merupakan suatu kondisi infeksi baik lokal maupun sistemik yang

    disebabkan oleh jamur yang menginfeksi tubuh. Prevalensi infeksi jamur menunjukkan baik

    peningkatan maupun penurunan dari waktu ke waktu. Peningkatan disebabkan oleh

    bertambahnya jumlah orang dengan kondisi immunocompromised, serta banyaknya

    penggunaan obat-obatan antijamur serta profilaksis yang menyebabkan resistensi. Semetara

    itu, penurunannya disebabkan salah satunya oleh kemajuan teknologi dan taraf hidup

    masyarakat, sehingga lebih mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan dan kesehatan

    diri dan lingkungan yang baik. Jika dilihat dari faktor iklim, prevalensi infeksi jamur lebih

    banyak terjadi di negara beriklim tropis karena suhu dan kelembabannya yang relatif stabil.

    Griseofulvin merupakan antibiotik fungistatik yang secara oral digunakan pada

    pengobatan dermatophitosis(Hainer BI,2003). Sifat fisikokimia griseofulvin sebagai molekul

    lipofilik yang praktis tidak larut dalam air ( 15 g/ml, 37C ).Bagi obatobat yang sukar

    larut atau praktis tidak larut dalam air laju pelarutan seringkali merupakan tahap yang paling

    lambat sehingga merupakan tahap penentu dalam bioavailabilitas obat ( dissolution rate

    limited step)

    Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya

    mengalami absorbsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan

    menimbulkan efek. Kemudian, dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresikan dari

    dalam tubuh. Seluruh proses ini adalah farmakokinetik. Di tubuh manusia, obat harus

    menembus sawar (Barrier) sel di berbagai jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel

    ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah antara sel, kecuali pada endotel

  • 5/27/2018 BAB I

    3/14

    kapiler. Karena itu peristiwa terpenting dalam farmakokinetik ialah transport lintas

    membran. Membran sel terdiri dari dua lapisan lemak yang membentuk fase hidrofilik di

    kedua sisi membran dan fase hidrofobik di antaranya. Molekul protein yang tertanam di

    kedua sisi membran atau menembus membran berupa mozaik pada membran. Molekul ini

    membentuk kanal hidrofilik untuk mentransport air dan molekul kecil lainnya yang larut

    dalam air.

    Cara transport obat lintas membran adalah dengan cara difusi pasif dan transport

    aktif., yang akhirnya melibatkan komponen membran sel dan energi. Sifat fisiko kimia obat

    yang menentukan cara transport ialah bentuk dan ukuran molekul, kelarutan dalam air,

    derajat ionisasi dan kelarutan dalam lemak.

    Berdasarkan urain di atas kita dapat melihat bagai mana mekanisme obat mulai dari

    dikonsumsi sampai di absobsi

    II.2. Rumusan Masalah

    1. Apakah mekaniksme obat di absorbsi dengan baik didalam tubuh?II.3.Tujuan

    1. Untuk mengetahui mekanisme absorbsi obat didalam tubuh

  • 5/27/2018 BAB I

    4/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Pengertian Obat

    Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan

    dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan

    penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau

    hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat

    menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan

    obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga

    bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam

    pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah

    digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan

    keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).

    Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, lebih sering merupakan suatu formula

    yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat yang bukan obat yang bermanfaat untuk

    kegunaan farmasi. Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan beragam. Bentuk yang

    populer adalah tablet, kapsul, kaplet, suspense dan berbagai larutan sediaan farmasi (Ansel,

    1989).

    II.2 Kaplet

    Kaplet merupakan tablet berbentuk kapsul yang berisi bahan obat yang biasanya

    dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-

    beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek

    lainnya tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet

  • 5/27/2018 BAB I

    5/14

    digunakan secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna,

    zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989).

    Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan

    tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk

    sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan

    tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet cetak dibuat dengan cara

    menekan massa lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Kepadatan tablet

    tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan dan tidak tergantung

    pada kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).

    II.3. Kualitas Kaplet

    Syarat-syarat kaplet menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah sebagai berikut:

    1. Keseragaman ukuran.

    2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali

    tablet.

    3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.

    Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian

    terbesar dari tablet yang cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan

    merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika tablet bersalut gula. Oleh

    karena itu, umumnya Farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung

    zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus

    memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.

    4. Waktu hancur

    Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang

    harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas

  • 5/27/2018 BAB I

    6/14

    waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak

    menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna

    5. Disolusi

    Disolusi adalah suatu proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam

    larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut

    dan memberikan efek terapi didalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada cara

    pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.

    6. Penetapan kadar zat aktif

    Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang

    terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi

    syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi

    syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk

    dikonsumsi.

    II.4. Infeksi

    Infeksi dapat dikatakan terjadi apabila mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh

    menyebabkan berbagai gangguan fisiologis normal tubuh, sehingga timbul penyakit infeksi.

    Salah satu infeksi tersebut adalah infeksi kulit (Laich,F:F.FIERRO &J.F.Martin ,2001).

    Infeksi kulit dapat dibagi menjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur

    dan parasit. Infeksi jammur merupakan penyebab penyakit kulit paling umum di Amerika

    Serikat. Selama beberapa tahun terakhir yang banyak obat anti jamur topical dan oral yang

    telah dikembangkan. Diantaranya adalah Griseofulvin (Goodman dan Gilman, 2007).

    II.5. Griseofulvin

    Griseofulvin merupakan antibiotik antijamur yang bersaldari spesises penicillium

    mold. Pertama kali di teliti di gunakan sebagai antijamur pada tumbuhan dan kemudian

    dikembangkan untuk pengobatan infeksi dermatofita pada hewan. Pada Tahun 1959 diketahui

  • 5/27/2018 BAB I

    7/14

    efektif sabagai anti infeksi an efektif pada manusia. Grisefulfin merupakan antibiotik pertama

    yang di berikan secara oral. Mekanisme kerja obat Griseofulvin menghambat mitosis jamur

    dengan berkaitan dengan mikrotubulus dan menghambat polimerisasi tubulin menjadi

    mikrotubulus(Weintein,2002)

    II.5.1. Indikasi

    Griseofulvin memberikan hasil yang baik terhadap penyakit jamur dikulit, rambut dan

    kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif. Gejala pada kulit akan berkurang dalam 48-

    96 jam setelah pengobatan dengan griseofulvin. Sedangkan penyembuhan sempurna baru

    terjadi setelah beberapa minggu. Biakan jamur menjadi negatif dalam 1-2 minggu tetapi

    pengobatan sebaiknya dilanjutkan sampai 3-4 minggu. Infeksi pada telapak tangan dan

    telapak kaki lebih lambat bereaksi, karena biakan negatif selama 2-4 minggu dan pengobatan

    membutuhkan waktu sekitar 48 minggu. Infeksi kuku tangan membutuhkan waktu 4-6 bulan

    sedangkan infeksi kuku kaki membutuhkan waktu 6-12 bulan (Gan, et al., 2007).

    Secara garis besar penyakit yang disebabkan oleh jamur atau yang biasa disebut

    mikosis pada manusia dibagi atas 5 kelas yaitu mikosis superfisialis, mikosis kulit, mikosis

    subkutan, mikosis sistemik dan mikosis oportunistik. Griseofulvin termasuk ke dalam

    mikosis superfisialis yang melibatkan kulit tetapi juga dapat menembus kulit. Mikosis

    superfisialis adalah infeksi jamur yang terutama mengenai lapisan kulit, rambut dan kuku

    (Laich,F:F.FIERRO &J.F.Martin ,2001).

    II.5.2. Farmakologi

    Berdasarkan mekanisme kerjanya obat ini berakumulasi didaerah yang terinfeksi,

    disintesis kembali dalam jaringan yang mengandung keratin sehingga menyebabkan

    pertumbuhan jamur terganggu. Tetapi harus dilanjutkan sampai jaringan normal

    menggantikan jaringan yang terinfeksi dan biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu

    sampai bulan. Berdasarkan farmakokinetiknya, griseofulvin terdistribusi baik ke jaringan

  • 5/27/2018 BAB I

    8/14

    keratin yang terinfeks, karena itu obat ini cocok untuk pengobatan infeksi dermatofitik.

    Konsentrasinya dalam jaringan lain dan cairan tubuh lebih rendah. Efek samping griseofulvin

    yang biasa terjadi adalah alergi dengan gejala seperti ruam kulit, sakit kepala, letih, insomnia,

    bingung dan juga dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah,

    keluhan lambung dan diare (Azwar, 1995).

    II.5.3. Efek Samping

    Efek samping bersifat ringan dan sementara, misalnya: sakit kepala, rasa kering pada

    mulut, iritasi lambung dan rash kulit. Reaksi hipersensitivitas: urtikaria, edema angioneurotik.

    Proteinuria, hepatotoksisitas.

  • 5/27/2018 BAB I

    9/14

    BAB III

    PEMBAHASAN

    III.1.Mekanisme Absorpsi

    Mekanisme absobsi ada tujuh yaitu:

    1. Difusi PasifZat aktif dapat melarut dalam konstituen membraner pelaluan terjadi menurut suatu

    gradient atau perbedaan (konsentrasi atau elektrokimia-potensial kimia), tanpa

    menggunakan energi atau kekuatan sampai di suatu keadaan kesetimbangan di kedua

    sisi membrane. Obat harus larut dalam air dari pada tempat absorpsi melewati

    membrane semi permeable, obat tidak terionisir dan bukan metabolit (=obat tidak

    berubah ) ion tidak larut dalam lipid sehingga tidak dapat menembus membran.

    Gaya pendorong (driving force) untuk perpindahan solute kompartemen luar ke

    kompartemen dalam ialah gradient konsentrasi yaitu perbedaan konsentrasi di kedua

    sisi membran.

    Difusi pasif ditekankan pada: Proses difusi zat melalui membrane lipid, lalu masuk

    lagi ke fase cairan air.

    2. Transfer konvectifSuatu mekanisme positif, berkenaan dengan pelaluan zat melewati pori-pori

    membrane yang terjadi disebabkan gradient tekanan hidrostatik atau osmotic. Obat

    larut dalam medium air pada tempat absorpsi, bergerak melalui pori bersama

    pelarutnya. Untuk semua substansi ukuran kecil BM < 150, larut di dalam air melalui

    kanal-kanal membrane berukuran 4-7 Ao. Dalam hal absorpsi disebut juga absorpsi

    konvektif

    3. Transpor aktif

  • 5/27/2018 BAB I

    10/14

    Suatu cara pelaluan yang sangat berbeda dengan difusi pasif, diperlukan suatu carrier/

    transporter/ pengemban. Obat harus larut pada tempat absorpsi. Tiap obat

    memerlukan carrier spesifik. Sebelum diabsorpsi obat berikatan dengan carrier

    mengikuti teori pengikatan obat-reseptor. Carrier : suatu konstituen membrane, enzim

    atau setidak-tidaknya sebagai substansi proteik, mampu membentuk kompleks dengan

    zat aktif di permukaan membrane dan lalu memindahkannya dan di lepaskan disisi

    yang lain. Selanjutnya carrier kembali ke tempat semula. Transport aktif dengan

    carrier ini memerlukan energi dan ini di peroleh dari hasil hidrolisa ATP di bawah

    pengaruh ATP ase.

    1 ATP ADP + Energi Dalam hal ini setiap substansi yang menghalangi ataumencegah reaksi pembentukan energi ini akan berlawanan dengan transport aktif.

    Misal obat yang mempengaruhi metabolisme sel seperti CN -, F, ion iodium

    acetate menghambat transport aktif dengan cara non kompetitif Cara ini melawan

    gradient konsentrasi dalam hal ini ion-ion melawan potensial elektrokimia

    membran. Bila jumlah obat lebih besar dari pada carrien akan terjadi kejenuhan.

    Obat + carrier kompleks Obat-Carrier bergerak melintasi membrane

    menggunakan energi ATP di bagian dalam membrane obat dilepas, carrier

    kembali ke permukaan luar membran.

    4.Transport Fasilitatif

    Transport fasilitatif disebut juga difusi dipermudah. Pada dasarnya sama dengan

    transport aktif, perbedaannya tidak melawan gradient konsentrasi. Difusi dengan

    pertolongan carrier akan tetapi tidak membutuhkan energi luar dan berjalan sesuai

    engan gradient konsentrasi Contoh klasik vitamin B12, dimana vitamin B12

    membentuk kompleks dengan factor intrinsik yang di produksi lambung, kemudian

    bergabung dengan carrier membran.

  • 5/27/2018 BAB I

    11/14

    5.Ion-Pair ( Tranfer Pasangan Ion)

    Obat-obat yang terionisasi kuat pada pH fisiologis tidak dapat dijelaskan cara absorpsi

    lain. Ex : senyawa ammonium quarterner, senyawa asam sulfonat. Ammonium

    quarterner, asam sulfonat (bermuatan positif) + substansi endogen GIT (=kation

    organic seperti mucin) membentuk kompleks pasangan ion netral ( dapat

    menembus membrane) kemudian diabsorpsi secara difusi pasif disosiasi.

    Karena kompleks tersebut larut dalam air dan lipoid.

    6.Pinositosis

    Suatu proses yang memungkinkan pelaluan molekul-molekul besar melewati

    membrane, dikarenakan kemampuan membrane membalut mereka dengan

    membentuk sejenis vesicula (badan dibalut) yang menembus membran.

    Absorpsi tergantung juga pada tersedianya mekanisme transport di tempat kontak

    obat.

    Bermacam-macam mekanisme transport tersedia di organ-organ dan jaringan-jaringan:

    Dalam rongga mulut: difusi pasif + transport konvektif.

    Dalam lambung: difusi pasif + transport konvektif dan mungkin transport aktif

    Dalam usus kecil: Difusi pasif + transport konvektif + transport aktif + transport fasilitatif +

    ion pair + pinositosis.

    Dalam usus besar dan rectum : difusi pasif + transport konvectif + pinositosis Pada kulit :

    difusi pasif + transport konvektif.

    III.2. Farmakokinetika

  • 5/27/2018 BAB I

    12/14

    Griseofulvin sangat sedikit diabsopsi dalam keadaan perut kosong. Mengkonsumsi

    griseofulvin bersamaan makanan yang mengandung kadar lemak tinggi dapat meningkatkan

    absobsi mengakibatkan level griseofulvindalam dalam serum meningkat, ketika diabsorpsi

    griseofulvin pertama akan berikatan dengan serum albumin dan distribusi di jarin gan di

    tentukan dengan palsma free concentrasion. Selanjutnya menyebar melalui cairan

    taransdermal dan di deposit di perkusor keratinin kulit(startum korneum) dan terjadi ikatan

    yang kuat keringat dan menetap. Lapisan keratinin yang terinfeksi, akan di gantikan dengan

    lapisan keratinin yang baru yang lebih resisten terhadap serangan jamur.Pemberian

    griseofulvin secara oral akan mencapai startum korneum setelah 4-8 jam.

  • 5/27/2018 BAB I

    13/14

    BAB IV

    PENUTUP

    IV.I Kesimpulan

    Obat yang akan diabsorpsi di dalam tubuh mempunyai mekanisme tansport yang unik

    mulai dari obat masuk kedalam mulut sempai di absorpsi separti berikut ini:

    1 .Dalam rongga mulut : difusi pasif + transport konvektif.

    2.Dalam lambung : difusi pasif + transport konvektif dan mungkin transport aktif

    3.Dalam usus kecil : Difusi pasif + transport konvektif + transport aktif + transport fasilitatif

    + ion pair + pinositosis.

    4.Dalam usus besar dan rectum : difusi pasif + transport konvectif + pinositosis Pada kulit:

    difusi pasif + transport konvektif.

    IV.2.Saran

    Griseofulvin obat yang sukar larut dalam air cara mengatasinya bisa dibuat kedalam

    nano partikel dan bisa juga dikonsumsi secara besamaan dengan makanan yang mengandung

    lemak.

  • 5/27/2018 BAB I

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    1) Anief, M. 1991.Ilmu Meracik Obat. Edisi ke-3, Yogyakarta: Gajah MadaUniversity press.

    2) Ansel, Haward C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. F. Ibrahim,Edisi ke-4, Jakarta: UI. Press.

    3) Azwar Syarifudin.(1995) Sikap Manusia Teori dan pengukuranya. Edisi 2Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

    4) John A. dan Nancy J. 2005. Senyawa-senyawa Antihipertensi dan TerapiObatHipertensi, dalam Goodman dan Gillman, 2008,The Pharmacological Basis and

    Therapeutics, Penerjemah: Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit Buku

    Kedokteran EGC

    5) Gunawan, Sulisitia Gan et al,2007.Farmakologi Dan Terapi.Edisi 5. Jakarta6) Laich,F:F.FIERRO &J.F.Martin ,2001. Production of penicilin by fungi Growing in

    Penicillium Griseofuilum a Trucated custer verrucosum. Applied and Envionmental

    Microbilogi.

    7) Smith EB The Treatmen of dermatophytosis: Saferty considerations ..Journal Of theamerican acedemy OF Dermatology. November 2000.

    8) Weintein A,Burmbn B,Tropicat Treatmen Of Common Superficial Tinea Infection .May ,2002.

    9) .Hainer BI. Dermatology infection ,Particel Terapeutik. Januari 2003