bab i
TRANSCRIPT
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam sejarah perkembangannya, bangsa Indonesia pernah
menciptakan puncak-puncak kreasi dan karya yang sampai sekarang
masih dikagumi. Kreasi dan karya budaya tersebut merupakan hasil
akal, budi, dan pikiran manusia sebagai makhluk paling sempurna yang
tak ternilai harganya.
Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa dengan masyarakatnya
yang pluralistic mempunyai berbagai macam, bentuk, dan variasi dari
kesenian budaya. Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh peradaban
budayanya. Kesenian Wayang adalah salah satu dari sekian banyak
kesenian khas Indonesia. Di mata para pengamat budaya, kesenian
wayang memiliki nilai lebih dibandingkan seni lainnya, karena
kesenian wayang merupakan kesenian yang komprehensif yang dalam
pertunjukannya memadukan unsur-unsur kesenian, diantaranya seni
karawitan, seni rupa (tatah sungging), seni pentas (pedalangan), dan
seni tari (wayang orang). Disamping fungsinya sebagai hiburan,
kesenian wayang juga memiliki fungsi estetika dan sarat dengan
kandungan nilai yang bersifat sacral. Setiap alur cerita, falsafah
dan perwatakan tokohnya, sampai bentuk wayang mengandung makna yang
sangat dalam.
Wayang memiliki pengaruh yang kuat pada masyarakat Indonesia,
di hampir seluruh propinsi di Indonesia mengenal wayang. Wayang
adalah budaya yang essensial bagi masyarakat Indonesia dan telah
menjadi bagian dari warisan sejarah budaya bangsa. Dapat dipahami
bahwa wayang sebagai budaya yang demokratis adaptif dan telah
mengalami perkembangan dan berintegrasi dengan budaya dan cita rasa
local. Sehingga kemudian berkembang dengan sendirinya mulai dari
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 2
bentuk, variasi, dan pagelaran wayang sedemikian rupa agar menarik
dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Wayang Indonesia terdiri dari banyak jenis dan variasinya. Di
Indonesia sendiri dapat ditemukan lebih dari 100 jenis variasi dari
wayang, yang tersebar ke berbagai pulau Jawa, Bali, Lombok,
Kalimantan, Sumatra, dan lainnya. Wayang-wayang tersebut memiliki
keunikan dan kekhasan sesuai dengan kultur budaya masyarakat
setempat. Diantaranya masih banyak dijumpai dan dipamerkan dimuseum,
namun beberapa sudah langka dan terancam punah.
Seiring perkembangan jaman dan globalisasi, semakin banyak
kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Generasi muda bangsa kita
semakin lupa akan budaya bangsanya sendiri, mereka seakan-akan
tertelan arus globalisasi yang lebih mengandalkan teknologi dan
melupakan akar budayanya. Kebudayaan asli seakan-akan hampir punah
karena tidak dilestarikan dan semakin tertelan arus perubahan jaman.
Oleh karenanya, maka warisan sejarah budaya perlu dipelihara
dan dilestarikan, dalam hal ini kesenian wayang agar tidak tergerus
oleh perkembangan jaman maupun kebudayaan asing yang masuk. Salah
satu cara melestarikan kebudayaan wayang adalah dengan adanya museum
yang representative yang mampu menampung seluruh warisan koleksi
budaya wayang dengan seluruh jenis dan variasinya di Indonesia
berikut seluk beluknya. Sehingga diharapkan dengan adanya Museum
Wayang Nasional yang representative, masyarakat dapat lebih mengenal
dan memahami budaya wayang yang sebenarnya sangat menarik dan unik.
Kondisi sarana dan prasarana pelestarian wayang yang ada pada
saat ini belum memadai dan belum memenuhi kebutuhan yang diinginkan
serta belum mencapai sasaran yang dituju. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, diperlukan suatu wadah berupa Museum Wayang Nasional yang
dapat memenuhi persyaratan sehingga mencapai sasaran yang
diinginkan.
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 3
Kota Surakarta, sebagai salah satu kota pariwisata dan pusat
kebudayaan Jawa di Indonesia, dianggap cocok sebagai kota pusat
kebudayaan wayang. Ciri masyarakat Kota Surakarta dengan budaya Jawa
yang kental namun adaptif membuat kota ini memiliki potensi untuk
melestarikan dan mengenalkan kesenian wayang pada masyarakat
nasional maupun internasional, melalui museum wayang. Sekaligus
sebagai penggerak dan menumbuhkan sektor pariwisata.
Ciri masyarakat kota Surakarta yang paling menonjol adalah
budaya Jawa yang sudah berkembang, sehingga kebudayaan Jawa
berkembang secara menyeluruh. Hasil-hasil budaya yang timbul
merupakan perpaduan antara kebudayaan local yakni Hindu dan Budha,
serta kebudayaan Islam. Masuknya Belanda sebagai penjajah
mempengaruhi kehidupan masyarakat Jawa maupun Kraton di kota
Surakarta, konsekuensinya budaya Jawa terpengaruh oleh budaya barat.
Di kota Surakarta keberadaan sejarah yang demikian bagi masyarakat
Surakarta yang bersifat adaptif, berakibat pada terjadinya keragaman
hasil budaya saat ini. Hasil budaya tersebut menjadi ciri khas kota
Surakarta dan merupakan andalan untuk pengembangan obyek
pariwisatanya.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan itulah, maka museum ini
direncanakan didirikan di kota Surakarta. Dengan didirikannya Museum
Wayang Nasional di Surakarta, diharapkan agar seluruh dokumen
mengenai kesenian wayang berikut sarana dan prasarananya yang ada di
Indonesia dan beberapa di Luar negeri dapat dikumpulkan,
didokumentasikan, dipelihara, diteliti, diidentifikasi serta
dipamerkan untuk tujuan penelitian, edukasi, dan rekreasi.
Museum Wayang Nasional yang akan direncanakan diusahakan dapat
memenuhi kebutuhan akan wadah pelestarian kesenian wayang yang ada
di seluruh Indonesia dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh
seluruh lapisan masyarakat, dengan sasaran utama untuk menarik minat
masyarakat pada kesenian wayang.
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 4
1.2. PERMASALAHAN
1.2.1. PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang Museum Wayang ini menarik bagi
pengunjung, dan lingkungan disekitarnya.
1.2.2. PERMASALAHAN KHUSUS
Permasalahan yang ada pada Museum Wayang yaitu berkaitan
dengan proses pelayanan pameran, bagaimana mewujudkan ruang-
ruang yang memungkinkan pergerakan manusia dan barang dengan
tepat sehingga proses pelayanan dapat berjalan dengan lancar.
1.3. TUJUAN DAN SASARAN
1.3.1. TUJUAN
Merencanakan sebuah Museum Wayang Nasional dengan segala
fasilitas dan materi koleksinya sedemikian rupa sehingga dapat
menjadi sebuah tempat penyelenggaraan kegiatan edukasi dan wisata
budaya sekaligus tempat pelestarian warisan budaya wayang. Hal itu
ditempuh dengan cara mengidentifikasi permasalahan yang ada dan
menemukan memecahannya yang berkaitan dengan Museum Wayang
Nasional.
1.3.2. SASARAN
Memperoleh konsep perencanaan dan perancangan Museum Wayang
Nasional di kota Surakarta, dengan berdasarkan pada aspek
perencanaan dan perancangan arsitektur.
1.4. MANFAAT
1.4.1. SECARA SUBYEKTIF
Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Besar di
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UNNES. Sebagai
pegangan dan acuan selanjutnya, dalam penyusunan LP3A yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Tugas Besar.
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 5
1.4.2. SECARA OBYEKTIF
Sebagai sumbangan terhadap perencanaan pembangunan saran
aktifitas seni dan permuseuman di Indonesia, serta dapat memberi
sumbangan kepada perkembangan ilmu dan pengetahuan Arsitektur pada
khususnya.
1.5. LINGKUP PEMBAHASAN
1.5.1. RUANG LINGKUP SUBSTANSIAL
Perencanaan dan perancangan Museum Wayang di Kota Surakarta
sebagai suatu bangunan banyak massa yang diharapkan menjadi landmark
baru Kota Surakarta dan memenuhi kebutuhan fasilitas, sarana, dan
prasarana bagi kegiatan koleksi dan eksebisi dari perwayangan di
Kota Surakarta.
1.5.2. RUANG LINGKUP SPASIAL
Secara administratif daerah perencanaan terletak di Kota
Surakarta, yang memiliki potensi bagi perkembangan kebudayaan dan
film indonesia.
1.6. METODE PEMBAHASAN
Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program
dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul
Museum Wayang ini adalah metode deskriptif. Metode ini memaparkan,
menguraikan, dan menjelaskan mengenai design requirement
(persyaratan desain) dan design determinant (ketentuan desain)
terhadap perencanaan dan perancangan Museum Wayang.
Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah
nantinya akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul
kemudian akan dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang
akan dibahas. Dari hasil penganalisaan inilah nantinya akan didapat
suatu kesimpulan, batasan dan juga anggapan secara jelas mengenai
perencanaan dan perancangan Museum Wayang di kota Surakarta.
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 6
Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar
yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Museum Wayang di
kota Surakarta sebagai landasan dalam Desain Grafis Arsitektur.
Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan
dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:
a. Data Primer
- Observasi Lapangan
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan
tapak perencanaan dan perancangan Museum wayang di kota Surakarta
dan studi banding.
- Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola sertai berbagai
pihak-pihak yang terkait dalam perencanaan dan perancangan Museum
Wayang di Kota Surakarta, baik pihak pemerintah Kota Kota surakarta,
instansi, atau dinas terkait.
b. Data Sekunder
Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai
perencanaan dan perancangan Museum, serta peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan Museum
Wayang di Kota Surakarta.
Berikut ini akan dibahas design requirement dan design
determinant yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Museum
Wayang.
1. PEMILIHAN LOKASI DAN TAPAK
Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan
terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan
suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan
perancangan Museum Wayang di kota Surakarta, adapun data yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah
perencanaan dan perancangan Museum Wayang di Kota Surakarta.
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 7
b) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan
bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan
juga terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang terhadap
perencanaan dan perancangan sebuah Museum Wayang di Kota
Surakarta nantinya.
Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak,
kemudian dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria
lokasi dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian memberi
scoring terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang terpilih
diambil dari nilai yang terbesar.
2. PROGRAM RUANG
Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih
dahulu mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan
perancangan Museum Wayang di Kota Surakarta, yaitu dilakukan dengan
pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta
kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi kasus
maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau literatur
perencanaan dan perancangan Museum Wayang.
Persyaratan ruang yang didapat melalui studi banding dengan
standar perencanaan dan perancangan Museum Wayang, sehingga dari
hasil analisa terhadap kebutuhan dan persyaratan ruang akan
diperoleh program ruang yang akan digunakan pada perencanaan dan
perancangan Museum Wayang di Kota Surakarta.
3. PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Perancangan Museum Wayang di Kota Surakarta ini ditujukan bagi
masyarakat segala golongan sebagai salah satu objek pariwisata dan
pendidikan yang bersifat non formal sehingga memberikan alternatif
pemecahan arsitekturalnya.
Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan dengan
observasi lapangan melalui studi banding pada Museum Wayang lain
serta dengan standar atau literatur mengenai perencanaan dan
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 8
perancangan Museum wayang kaitannya dengan persyaratan bangunan
tersebut.
Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Aspek konstektual pada lokasi dan tapak terpilih dengan
pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.
b) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan Museum.
Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisa antara
data yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan
dan perancangan Museum sehingga akan diperoleh pendekatan
arsitektural yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan
Museum Wayang di Kota Surakarta.
1.7. SISTEMATIKA DAN PEMBAHASAN
Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan
Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Museum Wayang di
Kota surakarta ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran,
manfaat, ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan,
serta alur bahasan dan alur pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tinjauan mengenai Museum, kaitannya dengan sejarah,
perkembangan, pengertian, peraturan perundangan, klasifikasi, sistem
pengelolaan, dan persyaratan teknis. Selain itu, juga membahas
tentang tinjauan lifestyle, culture, dan studi banding
BAB III TINJAUAN LOKASI
Membahas tentang gambaran umum Kota Surakarta berupa data
fisik dan non fisik Kota Surakarta, potensi dan kebijakan tata ruang
-
MMUUSSEEUUMM WWAAYYAANNGG
SSTTUUDDIIOO PPEERRAANNCCAANNGGAANN AARRSSIITTEEKKTTUURR 66 9
Kota surakarta, gambaran khusus di berupa data tentang batas
wilayah, karakteristik, Beberapa kawasan di kota surakarta dan
potensi wilayah, serta gambaran umum perkembangan Museum di Kota
Surakarta dan tapak terpilih.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep
perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan
fungsional, pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan
kelompok ruang, sirkulasi, pendekatan kebutuhan Museum, pendekatan
kontekstual, optimaliasi lahan, pendekatan tipe hunian, pendekatan
besaran ruang, serta analisa pendekatan konsep perancangan secara
kinerja, teknis dan arsitektural.