bab i

24
 1 BAB I PENDAHULUAN 1. KONDISI WILAYAH 1.1. LETAK WILAYAH Secara geografis Kabupaten Kubu Raya berada diantara : 100’53,09” - 013’40,83” Lintang Selatan dan 109 02’19,32” - 10958’32,16” Bujur Timur dengan ibukota S ungai Raya. Batas Wilayah Kabupaten Kubu Raya di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Si antan Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak, Kecamatan Seba ngki dan Kecamatan Ngaban g Kabupaten Landak; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tayan Hilir Kabupat en Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu Kabupa ten Keta pang, di sebelah Se latan ber batasan dengan Kecama tan Seponti, Ke camatan T eluk Batang dan Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara dan Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna. 1.2. ADMINISTRASI WILAYAH Kabupa ten Kubu Ra ya merupak an hasil pemekaran Kabupaten Pontianak yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor : 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya di Provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya ± 695.822 Ha sesuai dengan UU No. 35 tahun 2007 terdiri dari 9 (sembil an) kecamatan, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan peta digital 881.322,41 Ha dengan rincian l uas masing-masing Kecamatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 .

Upload: see-at-match-civil

Post on 14-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BABI

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 BAB I

    1/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.KONDISI WILAYAH

    1.1.LETAK WILAYAH

    Secara geografis Kabupaten Kubu Raya berada diantara :

    10053,09 - 01340,83 Lintang Selatan dan 1090219,32 -

    1095832,16 Bujur Timur dengan ibukota Sungai Raya.

    Batas Wilayah Kabupaten Kubu Raya di sebelah Utara

    berbatasan dengan Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak,

    Kota Pontianak, Kecamatan Sebangki dan Kecamatan Ngabang

    Kabupaten Landak; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

    Tayan Hilir Kabupaten Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu

    Kabupaten Ketapang, di sebelah Selatan berbatasan dengan

    Kecamatan Seponti, Kecamatan Teluk Batang dan Kecamatan

    Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara dan Sebelah Barat

    berbatasan dengan Laut Natuna.

    1.2. ADMINISTRASI WILAYAH

    Kabupaten Kubu Raya merupakan hasil pemekaran

    Kabupaten Pontianak yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang

    Nomor : 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu

    Raya di Provinsi Kalimantan Barat.

    Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya 695.822 Ha sesuai

    dengan UU No. 35 tahun 2007 terdiri dari 9 (sembilan)

    kecamatan, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan peta digital

    881.322,41 Ha dengan rincian luas masing-masing Kecamatan

    sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.

  • 5/24/2018 BAB I

    2/24

    2

    Tabel 1 : LUAS WILAYAH KABUPATEN KUBU RAYA

    No Kecamatan1) Luas berdasar

    UU No. 35 Th 20072) Luas Aktual berdasarPerhitungan Peta dasar

    (Ha) % ( Ha )

    1. Batu Ampar 252.600 28,66

    2. Kuala Mandor B 43.553 4,94

    3. K u b u 134.122 15,22

    4. Rasau Jaya 20.010 2,27

    5. Sungai Ambawang 93.279 10,58

    6. Sungai Kakap 52.996 6,01

    7. Sungai Raya 129.565 14,70

    8. Teluk Pakedai 51.890 5,89

    9. Terentang 103.307 11,72

    Jumlah/Total 695.822 881.322 100,00

    Keterangan : 1) UU No. 35 Th. 2007 tentang PembentukanKabupaten Kubu Raya Tidak tercantum luasan perKecamatan

    2) Luas Aktual berdasarkan perhitungan luas terhadapPeta Dasar yang Dipergunakan

    Pembagian wilayah administrasiyang tidak merata seperti

    terlihat dari tabel tersebut diatas sehingga akan mempengaruhi

    perkembangan dan pembangunan wilayah tersebut.

    Dapat dilihat wilayah Kecamatan yang paling luas adalah

    Kecamatan Batu Ampar dengan luas 252.600 Ha atau 28,66%

    dari luas Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan kecamatan yang

    luas wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Rasau Jaya, yaitu

    20.010 Ha atau 2,27% dari luas Kabupaten Kubu Raya.

    Kabupaten Kubu Raya yang terbagi dalam 9 ( sembilan ) wilayah

    Kecamaan terdiri dari 106 desa yang terbagi dalam 392 dusun.

    Jumlah desa dan dusun yang ada seperti terlihat pada tabel : 2

  • 5/24/2018 BAB I

    3/24

    3

    Tabel 2 :JUMLAH DESA / KELURAHAN DAN DUSUN.

    No Kecamatan Desa Dusun Keterangan

    1 Batu Ampar 14 502 Kuala Mandor B 5 21

    3 K u b u 19 66

    4 Rasau Jaya 6 25

    5 Sungai Ambawang 13 59

    6 Sungai Kakap 12 48

    7Sungai Raya

    14 54Tahun 2011 ada 2Desa Pemekaran

    8 Teluk Pakedai 14 45

    9 Terentang 9 24

    Jumlah 106 392

    1.3. KEPENDUDUKAN

    Kabupaten Kubu Raya yang merupakan Pemekaran dari

    Kabupaten Pontianak dengan luas wilayah 881.322 Ha atau 84,22

    % dari luas daerah Kabupaten Pontianak lama atau 4,74 % dari

    luas daerah Provinsi Kalimantan Barat.

    Jumlah penduduk Kabupaten Kubu Raya sebanyak 488.479

    jiwa pada tahun 2004, bila dibandingkan dengan luas wilayah

    881.322 Ha maka tingkat kepadatannya masih relatif sedang

    dibanding Kabupaten / kota lainnya , yaitu 70 jiwa per km

    yang menyebar di 9 kecamatan. Berdasarkan hasil sensus 2004

    jumlah penduduk kabupaten Kubu Raya 488.479 jiwa, pada tahun

    2006 jumlah penduduk kabupaten Kubu Raya 488.199 jiwa.

    Berarti penurunan pertumbuhan penduduk sekitar 0,28 persen

    setiap tahunnya. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat laki-laki

    249.183 jiwa (51,00 %) dan perempuan sejumlah 239.016 jiwa

    (49,00 %). Kondisi demikian menunjukan bahwa sex ratio

    penduduk kabupaten Kubu Raya sebesar 105,00 berarti bahwa

    setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 orang penduduk

    laki-laki.

  • 5/24/2018 BAB I

    4/24

    4

    Dilihat dari penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten

    Kubu Raya, Kecamatan Sungai Raya yang terletak di Ibukota

    Kabupaten Kubu Raya menduduki urutan pertama terbesar

    dengan jumlah penduduk 196.518 jiwa (40,86%) sedangkankecamatan Terentang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu

    7.680 jiwa (1,60%).

    Secara garis besar penduduk dalam hubungan kerja

    dengan kegiatan ekonomi dapat digolongkan 2 macam, yaitu :

    - Usia kurang dari 16 tahun dan

    - Usia 16 tahun keatas

    Penduduk yang berusia 16 tahun keatas merupakan usia kerja,

    dimana pada usia ini dianggap sebagai tenaga kerja potensial

    yang merupakan sumber tenaga kerja penduduk yang dapat

    dimanfaatkan di semua sektor ekonomi untuk menggerakkan

    sumber-sumber produksi yang ada dalam menghasilkan barang

    dan jasa.

    Sebagian besar penduduk usia kerja diatas usia 16 tahun yang

    terdapat di wilayah kabepaten Kubu Raya terserap atau bekerja

    pada sektor pertanian.

    Penduduk usia 16 tahun keatas dibedakan atas angkatan kerja

    dan bukan angkatan kerja :

    - Angkatan kerja adalah penduduk yang telah dan sedang

    bekerja maupun sedang mencari pekerjaan

    - Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang kegiatannya

    mengurus rumah tangga, bekerja tetapi tidak produktif,

    sedang atau masih usia sekolah dan lainnya.

  • 5/24/2018 BAB I

    5/24

    5

    Tabel 3 : JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

    No KECAMATANJENIS KELAMIN

    LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

    1. Batu Ampar 16.898 16.170 33.0682. Kuala Mandor B 12.059 11.762 23.8213. K u b u 18.431 18.045 36.4764. Rasau Jaya 11.882 11.607 23.4895. Sungai Ambawang 33.194 31.256 64.4506. Sungai Kakap 50.993 50.201 101.1947. Sungai Raya 94.925 92.072 186.9978. Teluk Pakedai 9.580 9.190 18.7709. Terentang 5.346 4.848 33.068

    Jumlah/Total 253.308 245.151 498.459

    Sumber Data : BPS (Sensus Penduduk Tahun 2010 Kab. Kubu Raya)

    1.4. KLIMATOLOGI

    Kabuapten Kubu Raya yang merupakan bagian dari

    Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan iklim

    tropis. Faktor yang merupakan Penciri bagi suatu daerah yang

    beriklim tropis adalah adanya daerah dataran rendah dan

    daerah hutan hujan tropis, dimana suhu udaranya relatif panas.

    Untuk Kabupaten Kubu Raya suhu yang tinggi tersebut diikuti

    pula dengan kelembaban udara yang tinggi. Berdasarkan

    catatan yang terdapat di Stasiun Meteorologi dan Geofisika

    Supadio yang dihimpun selama 10 tahun ( dari tahun 1990

    sampai dengan tahun 2000 ) temperatur udara rata rata

    umumnya menunjukkan suhu udara yang normal namun

    bervariasi, yaitu rata-rata berkisar 26,1 C sampai 26,9 C.

    Kelembaban udara menurut data yang ada menunjukkan

    bahwa Kabupaten Kubu Raya memiliki kelembaban udara yang

    cukup tinggi yaitu diatas 80 %, yang tertinggi pada bulan Maret

    sebesar 87 % dan terendah pada bulan Agustus dan September

    sebesar 83 %.

  • 5/24/2018 BAB I

    6/24

    6

    Kecepatan angin berdasarkan data-data yang ada berkisar

    antara 3 Km/Jam sampai 5 Km / Jam. Kecepatan angin

    tertinggi pada bulan Maret yaitu 5,4 Km / jam, sedangkan yang

    terendah pada bulan Desember sebesar 3,4 Km / Jam. Arahangin yang dominan adalah arah Timur dan Tenggara.

    Data Curah hujan selama 10 tahun , menunjukkan rata-

    rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Juli yang

    mencapai 287 mm dan terendah terjadi pada bulan Januari

    yang mencapai 170 mm.

    Rata rata jumlah hari hujan tertinggi pada bulan

    Desember sebesar 14,4 hari hujan dan terendah pada bulan

    Agustus yang tercatat hanya 6,8 hari hujan. Untuk jelasnya

    dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

    Tabel 4. Data Iklim Rata-Rata Tahunan

    B U L A N

    CurahHujan (mm)

    HariHujan

    (hari)

    Suhu Udara(T)

    0C

    Kelembaban

    ( % )

    Kecepatan Angin

    (Km/jam)

    Arah Angin

    Januari

    Februari

    Maret

    April

    Mei

    Juni

    Juli

    Agustus

    September

    Oktober

    November

    Desember

    281

    92

    203

    314

    462

    438

    312

    142

    215

    591

    250

    366/305,5

    21

    15

    14

    22

    24

    19

    20

    15

    11

    24

    23

    24/19

    26,7

    26,7

    27,7

    27,4

    27,1

    26,7

    26,7

    26,9

    27.1

    26,5

    26,1

    26,2/26,7

    89

    86

    87

    88

    88

    86

    86

    83

    84

    89

    90

    90/87

    5,0

    5,0

    5,0

    5,0

    5,0

    5,0

    5,0

    5,0

    6,0

    5,0

    5,0

    5,0/5,1

    E

    S

    E

    E

    E

    SE

    SE

    SE

    SE

    E

    E

    E

    Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Supadio ,2007

  • 5/24/2018 BAB I

    7/24

    7

    1.5. FISIOGRAFI

    Kabupaten Kubu Raya yang merupakan Hilir dari

    Kabupaten - kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Barat

    secara umum merupakan dataran rendah yang memiliki

    puluhan sungai besar dan ratusan sungai - sungai kecil. Sungai

    besar yang ada dapat dilayari oleh kapal motor yang cukup

    besar dan merupakan alat transportasi yang sangat vital dan

    dominan untuk menghubungkan kecamatan kecamatan

    maupun desa - desa yang berada di wilayah kabupaten Kubu

    Raya. Sungai sungai yang besar maupun yang kecil - kecil

    merupakan sumber air untuk kebutuhan hidup masyarakat

    yang sebagian besar berada di tepi sungai sungai tersebut.

    Wilayah dataran rendah, terutama yang terdapat di daerah

    pesisir pantai yang berawa-rawa dan daerah bergambut,

    umumnya ditumbuhi semak belukar dan di pesisir pantai

    ditumbuhi hutan mangrove. Untuk mengetahui nama-nama

    sungai besar menurut panjangnya dapat dilihat pada Tabel 5 di

    bawah ini dan Gambar 3.

    Tabel 5Nama Sungai Besar dan Panjang SungaiSerta wilayah Kecamatan yang Dilalui

    No Nama SungaiPanjang Sungai

    (Km)Wilayah Kabupaten yg dilalui

    1 Kapuas 1.086

    Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Sanggau, Kab.

    Sekadau, Kab. Sintang dan Kab. Kapuas Hulu

    2 Landak 178 Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Landak dan Kab.

    3 Batu Ampar 100 Kab. Kubu Raya

    4 Punggur 73 Kab. Kubu Raya

    5 Ambawang 52 Kab. Kubu Raya

    Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

    Ditinjau dari bentuk wilayah atau Fisiografi Wilayah

    Kabupaten Kuburaya sebagian besar berupa dataran rendah

    dengan topografi datar, landai, bergelombang dan berbukit.

  • 5/24/2018 BAB I

    8/24

    8

    Daerah daratannya terletak di sebelah utara dan timur bagian

    utara yang berbatasan dengan Kabupaten Sanggau serta pada

    kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang. Untuk mengetahui

    luas lereng pada masing-masing kecamatan dapat dilihat padatabel 6 di bawah ini dan Gambar 4.

    Tabel 6Luas Lereng berdasarkan Kelas Lerengpada Wilayah Kabupaten kubu Raya

    (dalam Hektar)

    KlasifikasiNo Kecamatan

    40%JUMLAH

    1 Batu Ampar

    2 Kuala Mandor B

    3 K u b u

    4 Rasau Jaya

    5 S. Ambawang

    6 Sungai Kakap

    7 Sungai Raya

    8 Teluk Pakedai

    9 Terentang

    JUMLAH 881.322

    Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

    1.6 JENIS TANAH

    Di Kabupaten Kubu Raya terdapat beberapa jenis tanah.

    Untuk di daerah yang bergelombang, berbukit dan miring

    dijumpai jenis tanah PMK (Podsolid Merah Kuning) dan daerah

    dataran rendah terutama di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)

    dan di pesisir pantai yang ditumbuhi hutan mangrove, dijumpai

    jenis tanah Aluvial, sedangkan pada daerah pedalaman

    dijumpai Tanah Gambut (Orgonosol, Gley dan Humus) dan

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini dan

    Gambar 5.

  • 5/24/2018 BAB I

    9/24

    9

    Tabel 7Luas Jenis Tanah

    pada Wilayah Kabupaten kubu Raya(dalam Hektar)

    Klasifikasi

    No Kecamatan Gambut Aluvial Regosol P M K JUMLAH

    1 Batu Ampar -

    2 Kuala Mandor B -

    3 K u b u -

    4 Rasau Jaya -

    5 S. Ambawang -

    6 Sungai Kakap -

    7 Sungai Raya -

    8 Teluk Pakedai -

    9 Terentang -

    JUMLAH 144.314 485.770 - 21.135 881.322

    Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

    Berdasarkan presentase dari jenis tanah tersebut di atas,

    Tanah jenis Aluvial merupakan tanah uang paling luas

    hamparannya yaitu 485.770 Ha atau sebesar 10,76% , Tanah

    Gambut (Orgonosol, Gley dan Humus) seluas 144.314 Ha atau

    sebesar 63,81% dan yang terkecil adalah jenis tanah P M K (

    Podsolid Merah Kuning ) sebesar 0,30% dari luas Kabupaten

    Kubu Raya.

    1.7. KEMAMPUAN TANAH

    Kemampuan tanah wilayah Kabupaten Kubu Raya terdiri

    dari daerah tergenang dan tidak tergenang yang merupakan

    akibat dari fisiografi yang relative datar dan curah hujan yang

    tinggi pada bulan bulan tertentu sehingga terjadi daerah

    genangan pada tempat tertentu, tekstur tanahnya terdiri dari

    tanah yang bertekstur halus, sedang dan kasar, juga terdapat

    daerah bergambut dan daerah berawa, banyak dijumpai

    kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan juga dijumpai

    adanya daerah yang tererosi dan tidak tererosi dapat dilihat

    pada Tabel 8 dan 9 di bawah ini.

  • 5/24/2018 BAB I

    10/24

    10

    Tabel 8Luas Daerah Tergenang dan Tidak Tergenang

    menurut Kecamatan (dalam Hektar)

    Klasifikasi JUMLAHNo Kecamatan

    TergenangTidak

    Tergenang

    Rawa

    1Batu Ampar

    2 Kuala Mandor B

    3 K u b u

    4 Rasau Jaya

    5 S. Ambawang

    6 Sungai Kakap

    7 Sungai Raya

    8 Teluk Pakedai

    9 Terentang

    JUMLAH 579.096 72.124 180.000 881.322

    Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

    Tabel 9Luas Tekstur Tanah

    menurut Kecamatan (dalam Hektar)

    KlasifikasiNo Kecamatan

    Halus Sedang Kasar Gambut

    JUMLAH

    1 Batu Ampar

    2 Kuala Mandor B

    3 K u b u

    4 Rasau Jaya

    5 S. Ambawang

    6 Sungai Kakap

    7 Sungai Raya

    8 Teluk Pakedai

    9 Terentang

    JUMLAH 250.484 85.366 5.122 130.248 881.322

    Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

    1.8. PENGGUNAAN TANAH

    Sebagian besar Penggunaan Tanah di Kabupaten Kubu

    Raya didominasi oleh hutan belukar yaitu seluas 247.565,02

    Ha atau 28,09 % dari luas Kabupaten Kubu Raya, kemudian

    disusul oleh Penggunaan Tanah berupa Hutan Lebat seluas

    202,291,27 Ha atau 22,95 %, perkebunan Rakyat seluas

  • 5/24/2018 BAB I

    11/24

    11

    110.628,54 Ha atau 12,55 %. Pada daerah Pesisir pantai yang

    terdapat di wilayah Kabupaten Kubu Raya penggunaan tanah

    yang dominan adalah hutan sejenis yang berupa beberapa jenis

    tanaman mangrove yang kondisinya cukup baik seluas100.914,63 Ha atau 11,45 %. Perkebunan Besar yang ada

    dengan Komoditi Kelapa Sawit yang ada seluas 6.156,06 Ha

    atau 0,70 Ha. Untuk mengetahui lebih jelas tentang luas

    Penggunaan Tanah di Kabupaten Kubu Raya dapat dilihat pada

    Tabel 10 di bawah ini dan Gambar 6.

    Tabel. 10

    Luas Penggunaan Tanah ( dalan Hektar )

    Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya

    1.9. RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH.

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu Raya yangsampai saat ini masih dalam proses pembuatannya sehingga

    No. Fungsi / Status KawasanL u a s

    Hektar %

    1. Emplasement 46,60 0,01

    2. Hutan Belukar 247.565,02 28,09

    3. Hutan Lebat 202.291,27 22,95

    4. Hutan Sejenis 100.914,63 11,45

    5. Industri 172,09 0,02

    6. Kebun Campuran 13.553,77 1,54

    7. Kolam 4,85 0,00

    8. Kuburan 89,60 0,01

    9. Lapangan Olah Raga 25,03 0,00

    10 Padang Rumput 830,95 0,09

    11 Perkampungan 3.943,61 0,45

    12 Perkebunan Besar 6.156,06 0,70

    13 Perkebunan Rakyat 110.628,54 121,55

    14 Perkampungan 4.507,47 0,51

    15 Rawa 333,45 0,04

    16 Sawah 29.787,69 3,38

    17 Semak 61.245,27 6,95

    18 Tambak 360,01 0,0419 Tanah Terbuka 2.154,74 0,24

    20 Tegalan / Ladang 38.473,03 4,37

    21 Sungai dan Danau 58.238,74 6,61

    Jumlah 881.322,41 100,00

  • 5/24/2018 BAB I

    12/24

    12

    yang dipakai sebagai acuan dalam Perencanaan Pembangunan

    pada saat ini masih mengacu pata Perda NO. 1 tahun 1999

    sesuai dengan Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan

    Kesepakatan yang dipertegas dengan SK Menhutbun No.259/Kpts-II/2000. Supaya pemanfaatan ruang wilayah secara

    berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan

    berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat, diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten segera terealisir. Untuk mengetahui pembagian

    ruang atau Fungsi / Status Kawasan tersebut dapat dilihat

    pada Tabel 11, 12, di bawah ini dan Gambar 7.

    Tabel. 11Luas Fungsi / Status Kawasan

    Berdasarkan Paduserasi RTRWP dengan TGHK( dalam Hektar )

    Sumber : Perhitungan Peta digital

    Tabel. 12Luas Penguasaan Tanah ( dalam Hektar )

    No. Jenis Penguasaan TanahL u a s

    Hektar %

    1. Tanah Milik Adat / Sertifikat 229.559,10 26,05

    2. Tanah Negara Dikuasai 381.062,45 43,24

    3. Tanah Negara Belum dilekati Hak 212.773,25 24,14

    4. Sungai 57.927,61 6,57

    Jumlah 881.322,41 100,00

    Sumber : Perhitungan Peta digital

    No. Fungsi / Status KawasanL u a s

    Hektar %

    1. Hutan Lindung 13.204,12 1,50

    2. Hutan Lindung Bakau 60.659,44 6,883. Hutan Lindung Gambut 69.772,12 7,91

    4. Hutan Produksi 121.227,87 13,76

    5. Hutan Produksi Konversi 52.027,81 5,90

    6. Hutan Produksi Terbatas 65.071,66 7,38

    7. Pertanian Lahan Basah 128.600,68 14,59

    8. Pertanian Lahan Kering 312.881,30 35,50

    9. Sungai dan Danau 57.927,41 6,57

    Jumlah 881.322,41 100,00

  • 5/24/2018 BAB I

    13/24

    13

    1.10.VISI DAN MISI BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI

    Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006, dimana Badan

    Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas dan

    melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara

    nasional, regional dan sektoral. Dalam melaksanakan tugas

    dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsi mengenai:

    1. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;

    2. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;

    3. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang

    pertanahan;

    4. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

    pertanahan;

    5. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan

    pemetaan di bidang pertanahan;

    6. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin

    kepastian hukum;

    7. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;

    8. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan

    penataan wilayah-wilayah khusus;

    9. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau

    milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen

    Keuangan;

    10. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan

    tanah;11. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;

    12. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan

    dan program di bidang pertanahan;

    13. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;

    14. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara

    dan konflik di bidang pertanahan;

    15. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;

  • 5/24/2018 BAB I

    14/24

    14

    16. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;

    17. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya

    manusia di bidang pertanahan;

    18. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;19. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan

    dengan bidang pertanahan;

    20. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara

    orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    21. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, agar

    mencapai tujuan dan sasaran, maka diperlukan adanya visi dan

    misi sebagai berikut:

    Visi merupakan pandangan atau wawasan ke depan atau cita-

    cita yang ingin diwujudkan 5 tahun ke depan. Visi Badan

    Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah Menjadi

    lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk

    sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan

    keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan

    Republik Indonesia.

    Misi merupakan pernyataan mengenai cara-cara yang harus

    dicapai oleh organisasi. Misi Badan Pertanahan Nasional

    Republik Indonesia adalah Mengembangkan dan

    menyelenggarakan polit ik dan kebijakan pertanahan untuk:

    peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber

    baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan

    kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan;

  • 5/24/2018 BAB I

    15/24

    15

    peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan

    dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan,

    pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T);

    perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan

    mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di

    seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem

    pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa,

    konfli k dan perkara di kemudian hari;

    keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan

    kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-

    luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah

    sebagai sumber kesejahteraan masyarakat;

    Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat,

    prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi

    rakyat secara luas.

    2. KAJIAN WILAYAH

    2.1. KAWASAN BUDIDAYA

    Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan

    dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi

    dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan

    sumberdaya buatan. Kawasan budidaya sesuai dengan

    Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan yang

    dipertegas dengan SK Menhutbun No. 259/Kpts-II/2000 yang

    berada di Kabupaten Kubu seluas 737.7373,33 Ha (83,71 %)

    terdiri atas 2 (dua) kelompok yaitu :

    - Kawasan Budidaya Kehutanan

    Kawasan budidaya kehutanan antara lain: Hutan Produksi,

    Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Konversi,

    seluas 238.327,34 Ha (27,04 %).

  • 5/24/2018 BAB I

    16/24

    16

    - Kawasan Budidaya non Kehutanan.

    Kawasan budidaya non kehutanan seluas 441.481,98 Ha

    (50,09 %) yang terdiri dari Pertanian Lahan Kering dan

    Pertanian Lahan Basah.

    Sehubungan dengan investasi yang memerlukan lahan

    luas, diperlukan arahan lahan yang sesuai dengan fungsi

    kawasan tersebut. Untuk kegiatan di bidang perkebunan,

    transmigrasi, perikanan, dan pertanian lainnya, maka kawasan

    Pertanian Lahan Basah (PLB) dan Pertanian Lahan Kering (PLK)

    yang disarankan, dan masih dimungkinkan kawasan Hutan

    Produksi Konversi (HPK) untuk perluasannya melalui pelepasan

    kawasan hutan.

    Sedangkan investasi untuk sektor kehutanan dan

    pertambangan dicadangkan pada kawasan Hutan Produksi (HP)

    dan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

    2.2.KAWASAN NON BUDIDAYA

    Luas kawasan hutan di Kabupaten Kubu Raya sesuai

    dengan Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan

    yang dipertegas dengan SK Menhutbun No. 259/Kpts-II/2000

    adalah seluas 381.913,02 Ha atau sebesar 43,33 % dari luas

    wilayah Kabupaten Kubu Raya.

    Dan kawasan hutan yang dimaksud di atas adalah hutan

    yang berada di Kawasan Budidaya Kehutanan seperti : Hutan

    Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi Biasa,

    Hutan Produksi Konversi. Sehingga hutan pada Kawasan

    Budidaya seluas 238.327,34 Ha (27,04 %). Sedangkan hutan

    yang berada dalam Kawasan non Budidaya (Kawasan Lindung )

    terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Lindung Gambut dan Hutan

    Lindung Bakau seluas 143.585,68 Ha (16,29 %).

  • 5/24/2018 BAB I

    17/24

    17

    2.3.KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

    Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah yang

    mempunyai beberapa sungai besar, yang tergabung dalam

    kelompok besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas dan

    beberapa Sub DAS , yaitu :

    1. DAS KAPUAS

    Yang merupakan sungai terpanjang di Provinsi Kalimantan

    Barat yang terbagi dala beberapa Sub DAS.

    2. Sub DAS LANDAK

    Yang terdiri dari beberapa Sub sub DAS yang merupakan

    anak Sungai Landak.

    3. Sub DAS PUNGGUR

    Yang terdiri dari beberapa Sub sub DAS yang merupakan

    anak Sungai Landak.

    Pola aliran dari semua DAS tersebut merupakan Sub Sub

    DAS dari Sungai Kapuas yang muaranya menuju ke Laut

    Natuna.

    2.4.KAWASAN RAWAN BENCANA (BANJIR DAN KEBAKARAN)

    Topografi Wilayah Kabupaten Kuburaya sebagian besar

    berupa dataran rendah dengan topografi datar, landai,

    bergelombang dan berbukit. Daerah daratannya terletak di

    sebelah utara dan timur bagian utara yang berbatasan dengan

    Kabupaten Sanggau serta pada kawasan Hutan Lindung

    Gunung Ambawang. Secara umum Kabupaten Kubu Raya

    merupakan dataran rendah dan mempunyai ratusan sungai

    yang aman bila dilayari, merupakan daerah rawan banjir dan

    genangan di musim hujan, yang meliputi wilayah Kecamatan

    Kuala Mandor B , kecamatan Sungai Ambawang bagian utara,

    kecamatan Terentang dan kecamatan Kubu.

  • 5/24/2018 BAB I

    18/24

    18

    Bahaya kebakaran di musim kemarau sering terjadi yaitu

    disebabkan oleh adanya pembukaan lahan gambut untuk

    pertanian, baik oleh perusahaan atau masyarakat. Daerah

    rawan bencana kebakaran terdapat di beberapa wilayahkecamatan di Kabupaten Kubu Raya. Hal ini karena adanya

    budaya masyarakat untuk menanam padi dengan cara ladang

    berpindah dan membakar. Kabut asap timbul apabila lahan

    yang terbakar berasal dari tanah gambut. Penyebaran lahan

    gambut seperti yang terjadi di wilayah kecamatan Rasau Jaya ,

    kecamatan Terentang dan Kecamatan Kubu.

    2.5.RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH

    Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu

    Raya yang merupakan bagian dari Rencana Umum Tata Ruang

    Wilayah Provinsi Kalimantan Barat disusun tahun 1995 yang

    ditetapkan dengan PERDA No. 1 Tahun 1995 tentang Rencana

    Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Kemudian

    tahun 1999 diadakan revisi dengan Peta Tata Guna Hutan

    Kesepakatan (TGHK) tahun 982 yang dikeluarkan berdasarkan

    SK Gubernur No. 316 Tahun 1999 dan dikuatkan dengan

    Peraturan Daerah Kalimantan Barat No. 1 Tahun 1999 tentang

    Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dengan Peta

    Tata Guna Hutan Kesepakatan.

    Pada Tahun 2000 dikeluarkan Keputusan Menteri

    Kehutanan dan Perkebunan Nomor 259/Kpts-II/2000 tanggal

    20 Agustus 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan

    Perairan di Provinsi Kalimantan Barat sebagai tindak lanjut dari

    paduserasi yang terdahulu.

    Kemudian tahun 2004 dikeluarkan Peraturan Daerah

    Provinsi Kalimantan Barat Nomor 2 Tahun 2004 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat tanggal

  • 5/24/2018 BAB I

    19/24

    19

    1 Juli 2004 (Lembaran Daerah Nomor 9 Tahun 2004 seri D

    Nomor 7), yang masih belum dapat diberlakukan secara

    definitif karena belum mendapat persetujuan dari Menteri

    Kehutanan. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah KabupatenKubu Raya sampai saat ini belum di Perda kan.

    2.6.PENGUASAAN TANAH PEMERINTAH DAN BADAN USAHA

    Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menguasai tanah, ada

    yang belum terdaftar dan ada yang sudah terdaftar.

    Berdasarkan data yang ada di Perwakilan Kantor Pertanahan

    Kubu Raya, ada bebrapa tanah yang dikuasai oleh Pemerintah

    Kabupaten Kubu Raya yang berstatus HPL (Hak Pengelolaan).

    Pada umumnya Hak Pengelolaan di atasnya sebagian

    dibebani hak lain seperti Hak Guna Bangunan, oleh pihak ke

    tiga, ruko-ruko yang banyak dimiliki oleh para pedagang itu,

    kalau kita teliti atau kita periksa sertipikatnya, dipastikan Hak

    Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan. Setelah jangka waktu

    HGB jatuh tempo, tentulah kembali lagi ke status tanah awal

    yaitu HPL, kalau tidak diperpanjang lagi oleh pemegang HGB,

    atau perpanjangannya ditolak oleh Pemerintah Kabupaten.

    Penguasaan tanah oleh Badan Usaha hanya dipergunakan

    untuk usaha komoditi perkebunan seperti Perkebunan Kelapa

    Sawit, yang sudah diterbitkan HGU nya.

    2.7.INFORMASI DAN ESTIMASI TANAH TERLANTAR

    Sebelum memberikan informasi dan estimasi tanah

    terlentar di wilayah Kabupaten Kubu Raya, terlebih dahulu apa

    definisi dan kriteria tanah terlantar. Menurut Peraturan

    Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998, tanah terlantar ialah tanah

    yang diterlantarkan oleh pemegang hak atas tanah.Pemegang

  • 5/24/2018 BAB I

    20/24

    20

    Hak Pengelolaan atau pihak yang telah memperoleh dasar

    penguasaan atas tanah tetapi belum memperoleh hak atas

    tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Kriteria tanah terlantar menurut Peraturan Pemerintah

    Nomor 36 Tahun 1998 mencakup Tanah Hak Milik, Hak Guna

    Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai dapat dinyatakan

    sebagai tanah terlantar apabila tanah tersebut dengan sengaja

    tidak dipergunakan oleh pemegang haknya sesuai dengan

    keadaannya atau sifat dan tujuan haknya atau tidak dipelihara

    dengan baik.

    Sedangkan yang menjadi ruang lingkup tanah terlantar

    menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 adalah

    mengatur tanah terlantar yang dikuasai dengan Hak Milik, Hak

    Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, tanah Hak

    Pengelolaan dan tanah yang sudah diperoleh dasar

    penguasaannya tetapi belum diperoleh hak atas tanahnyasesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Ada fenomena yang bertolak belakang antara pemilikan

    dan penguasaan tanah di tangan rakyat khususnya tanah

    pertanian kaum tani luasnya terus menyempit, sementara

    kecenderungannya tanah yang diterlantarkan dari waktu ke

    waktu terus meningkat, sementara pula pemilikan tanah

    pertanian petani semakin menyusut, kondisi ini menjadi

    persoalan tersendiri yang cukup pelik dalam realitas konflik

    agraria (sengketa tanah) di masyarakat.

    Permasalahannnya adalah apakah penelantaran tanah

    oleh pihak tertentu mempunyai motif spekulasi untuk

    memperoleh keuntungan mudah atas selisih jual beli tanah,atau mungkin faktor alam yang antara lain faktor kesuburan

  • 5/24/2018 BAB I

    21/24

    21

    tanah. Namun yang jelas akan menimbulkan persoalan di

    masyarakat, bahwa masyarakat tidak bisa begitu saja masuk

    mengolah/menggarap tanah yang secara fisik terlantar,

    walaupun hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup.Sudah barang tentu secara legal formal dianggap salah karena

    menggarap tanah yang secara hukum masih menjadi hak pihak

    lain.

    Penggarapan tanah oleh masyarakat terhadap tanah

    pihak lain yang diterlantarkan yang dapat memicu persoalan

    hukum, tentunya perlu disikapi secara arif dan bijaksana.

    Karena akan dihadapkan kepada persoalan yang dilematis,

    masyarakat tidak dapat dipersalahkan begitu saja, dasar-dasar

    yuridis formal semata juga tidak akan dapat menjawab

    persoalan ini. Oleh sebab itu perlu adanya pertimbangan dari

    pemerintah secara sosio historis dan sosio ekonomis dalam

    penanganan sengketa di atas tanah terlantar. Ke depan

    penanganan tanah-tanah terlantar disamping akan dapat

    menyelesaikan sengketa, juga diharapkan dapat mengatasi

    sempitnya/kurangnya tanah-tanah pertanian bagi kaum petani,

    serta tanah-tanah terlantar dapat dijadikan sebagai salah satu

    obyek reforma agraria.

    Ada 2 (dua) kegiatan pembangunan di Kabupaten Kubu

    Raya yang memerlukan tanah/lahan berskala besar yaitu

    Pembangunan Perkebunan (Sektor Perkebunan) dan

    Pembangunan Transmigrasi (Sektor Transmigrasi). Sudah

    ribuan hektar areal yang telah dibuka, namun dampak

    positifnya belum begitu dapat dirasakan oleh masyarakat itu

    sendiri.

    Sebagai bahan informasi dan estimasi tanah terlantar

    berdasarkan Data Inventarisasi Tahun 2008 Kabupaten Kubu

  • 5/24/2018 BAB I

    22/24

    22

    Raya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah

    ini :

    Tabel 13Hak Guna Usaha yang Terindikasi Terlantar

    Di Kabupaten Kubu Raya

    Terindikasi RencanaLuas

    Terlantar PenggunaanNoKecamatan

    a. Nama Perusahaan

    b. No. HGU(Ha) (Ha) Tanah

    Keteranagan

    1 Terentang a. PT. Bumi Subur Lestari 2.300 150 Kelapa tidak ada kegiatan

    b. 28/HGU/BPN/1990

    2 S.Ambawanga. PT. Buana Menerando

    Pratama 300,5 300,5 Jahe tidak ada kegiatan

    b. 86/HGU/BPN/1994

    Sumber data : Kantah Kubu Raya

    2.8.KEPADATAN WILAYAH

    Berdasarkan data statistik Tahun 2006, penduduk

    Kabupaten Kubu Raya berjumlah 488.199jiwa yang terdiri dari

    laki-laki sebanyak 249.183 jiwa dan perempuan sebanyak

    239.016 jiwa, dengan luas wilayah 881.322 atau 881,322 Km2,

    luas kawasan budidaya menurut Rencana Tata Ruang Wilayah

    menyatakan bahwa luas Kawasan Budidaya sebesar

    441.481,98 Ha (50,09 %).

    Dari luasan Kabupaten Kubu Raya akan didapat

    kepadatan geografis, sedangkan dari luasan kawasan budidaya

    akan didapat kepadatan agraris

    2.8.1. Kepadatan Geografis

    Untuk mendapatkan kepadatan geografis adalah

    jumlah penduduk dibagi luas wilayah untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

  • 5/24/2018 BAB I

    23/24

    23

    Tabel 14Kepadatan Geografis berdasarkan Luas Wilayah

    Kecamatan se Kabupaten Kubu Raya

    No Kecamatan Luas Wilayah(Ha)

    Jumlah PendudukTahun 2010(jiwa)

    1 Batu Ampar 252.600 33.068

    2 Kuala Mandor B 43.553 23.821

    3 K u b u 134.122 36.476

    4 Rasau Jaya 20.010 23.489

    5 Sungai Ambawang 93.279 64.450

    6 Sungai Kakap 52.996 101.194

    7 Sungai Raya 129.565 186.997

    8 Teluk Pakedai 51.890 18.770

    9 Terentang 103.307 33.068JUMLAH 881.322 498.459

    Kecamatan yang memiliki rating tertinggi dan

    terpadat adalah Kecamatan Sungai Kakap dengan

    kepadatan 178 jiwa per Km2, kemudian Kecamatan

    Sungai Raya sebesar 152 jiwa per Km2 dan Kecamatan

    Rasau Jaya sebesar 106 jiwa per Km2. Sedangkan yang

    masih jarang penduduknya dengan tingkat kepadatan 10

    jiwa per Km2adalah Kecamatan Terentang.

    Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya

    tingkat kepadatan penduduk tersebut karena luasnya

    wilayah kecamatan yang bersangkutan, sedangkan

    jumlah penduduknya sedikit.

    2.8.2. Kepadatan Agraris

    Untuk mengetahui tingkat kepadatan agraris dapat

    kita lihat dari luasan kawasan budidaya yang ditetapkan

    berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Barat. Kawasan

    budidaya adalah kawasan yang dapat dimanfaatkan

    untuk kegiatan manusia seperti untuk bercocok tanam,

    membangun dan lain-lain. Sedangkan kawasan non

    budidaya seperti Hutan Lindung, Hutan Lindung Gambut,

  • 5/24/2018 BAB I

    24/24

    24

    Hutan Lindung Bakau, adalah kawasan yang dilarang

    untuk kegiatan apapun. Untuk lebih jelasnya, kepadatan

    agraris dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini.

    Tabel 15Kepadatan Agraris berdasarkan Luas Kawasan Budidaya

    Kabupaten/Kota Se-Kalimantan Barat

    No KecamatanLuas Kawasan

    Budidaya(Ha)

    Jumlah PendudukTahun 2006

    (jiwa)

    Kepadatan/Km

    1 Batu Ampar 33.068

    2 Kuala Mandor B 23.821

    3 K u b u 36.476

    4 Rasau Jaya 23.489

    5 Sungai Ambawang 64.450

    6 Sungai Kakap 101.194

    7 Sungai Raya 186.997

    8 Teluk Pakedai 18.770

    9 Terentang 33.068

    JUMLAH 441.481,98 498.459