bab i
DESCRIPTION
BABITRANSCRIPT
-
5/24/2018 BAB I
1/24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.KONDISI WILAYAH
1.1.LETAK WILAYAH
Secara geografis Kabupaten Kubu Raya berada diantara :
10053,09 - 01340,83 Lintang Selatan dan 1090219,32 -
1095832,16 Bujur Timur dengan ibukota Sungai Raya.
Batas Wilayah Kabupaten Kubu Raya di sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak,
Kota Pontianak, Kecamatan Sebangki dan Kecamatan Ngabang
Kabupaten Landak; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Tayan Hilir Kabupaten Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu
Kabupaten Ketapang, di sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Seponti, Kecamatan Teluk Batang dan Kecamatan
Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Laut Natuna.
1.2. ADMINISTRASI WILAYAH
Kabupaten Kubu Raya merupakan hasil pemekaran
Kabupaten Pontianak yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor : 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu
Raya di Provinsi Kalimantan Barat.
Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya 695.822 Ha sesuai
dengan UU No. 35 tahun 2007 terdiri dari 9 (sembilan)
kecamatan, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan peta digital
881.322,41 Ha dengan rincian luas masing-masing Kecamatan
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.
-
5/24/2018 BAB I
2/24
2
Tabel 1 : LUAS WILAYAH KABUPATEN KUBU RAYA
No Kecamatan1) Luas berdasar
UU No. 35 Th 20072) Luas Aktual berdasarPerhitungan Peta dasar
(Ha) % ( Ha )
1. Batu Ampar 252.600 28,66
2. Kuala Mandor B 43.553 4,94
3. K u b u 134.122 15,22
4. Rasau Jaya 20.010 2,27
5. Sungai Ambawang 93.279 10,58
6. Sungai Kakap 52.996 6,01
7. Sungai Raya 129.565 14,70
8. Teluk Pakedai 51.890 5,89
9. Terentang 103.307 11,72
Jumlah/Total 695.822 881.322 100,00
Keterangan : 1) UU No. 35 Th. 2007 tentang PembentukanKabupaten Kubu Raya Tidak tercantum luasan perKecamatan
2) Luas Aktual berdasarkan perhitungan luas terhadapPeta Dasar yang Dipergunakan
Pembagian wilayah administrasiyang tidak merata seperti
terlihat dari tabel tersebut diatas sehingga akan mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan wilayah tersebut.
Dapat dilihat wilayah Kecamatan yang paling luas adalah
Kecamatan Batu Ampar dengan luas 252.600 Ha atau 28,66%
dari luas Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan kecamatan yang
luas wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Rasau Jaya, yaitu
20.010 Ha atau 2,27% dari luas Kabupaten Kubu Raya.
Kabupaten Kubu Raya yang terbagi dalam 9 ( sembilan ) wilayah
Kecamaan terdiri dari 106 desa yang terbagi dalam 392 dusun.
Jumlah desa dan dusun yang ada seperti terlihat pada tabel : 2
-
5/24/2018 BAB I
3/24
3
Tabel 2 :JUMLAH DESA / KELURAHAN DAN DUSUN.
No Kecamatan Desa Dusun Keterangan
1 Batu Ampar 14 502 Kuala Mandor B 5 21
3 K u b u 19 66
4 Rasau Jaya 6 25
5 Sungai Ambawang 13 59
6 Sungai Kakap 12 48
7Sungai Raya
14 54Tahun 2011 ada 2Desa Pemekaran
8 Teluk Pakedai 14 45
9 Terentang 9 24
Jumlah 106 392
1.3. KEPENDUDUKAN
Kabupaten Kubu Raya yang merupakan Pemekaran dari
Kabupaten Pontianak dengan luas wilayah 881.322 Ha atau 84,22
% dari luas daerah Kabupaten Pontianak lama atau 4,74 % dari
luas daerah Provinsi Kalimantan Barat.
Jumlah penduduk Kabupaten Kubu Raya sebanyak 488.479
jiwa pada tahun 2004, bila dibandingkan dengan luas wilayah
881.322 Ha maka tingkat kepadatannya masih relatif sedang
dibanding Kabupaten / kota lainnya , yaitu 70 jiwa per km
yang menyebar di 9 kecamatan. Berdasarkan hasil sensus 2004
jumlah penduduk kabupaten Kubu Raya 488.479 jiwa, pada tahun
2006 jumlah penduduk kabupaten Kubu Raya 488.199 jiwa.
Berarti penurunan pertumbuhan penduduk sekitar 0,28 persen
setiap tahunnya. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat laki-laki
249.183 jiwa (51,00 %) dan perempuan sejumlah 239.016 jiwa
(49,00 %). Kondisi demikian menunjukan bahwa sex ratio
penduduk kabupaten Kubu Raya sebesar 105,00 berarti bahwa
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 orang penduduk
laki-laki.
-
5/24/2018 BAB I
4/24
4
Dilihat dari penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten
Kubu Raya, Kecamatan Sungai Raya yang terletak di Ibukota
Kabupaten Kubu Raya menduduki urutan pertama terbesar
dengan jumlah penduduk 196.518 jiwa (40,86%) sedangkankecamatan Terentang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu
7.680 jiwa (1,60%).
Secara garis besar penduduk dalam hubungan kerja
dengan kegiatan ekonomi dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
- Usia kurang dari 16 tahun dan
- Usia 16 tahun keatas
Penduduk yang berusia 16 tahun keatas merupakan usia kerja,
dimana pada usia ini dianggap sebagai tenaga kerja potensial
yang merupakan sumber tenaga kerja penduduk yang dapat
dimanfaatkan di semua sektor ekonomi untuk menggerakkan
sumber-sumber produksi yang ada dalam menghasilkan barang
dan jasa.
Sebagian besar penduduk usia kerja diatas usia 16 tahun yang
terdapat di wilayah kabepaten Kubu Raya terserap atau bekerja
pada sektor pertanian.
Penduduk usia 16 tahun keatas dibedakan atas angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja :
- Angkatan kerja adalah penduduk yang telah dan sedang
bekerja maupun sedang mencari pekerjaan
- Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang kegiatannya
mengurus rumah tangga, bekerja tetapi tidak produktif,
sedang atau masih usia sekolah dan lainnya.
-
5/24/2018 BAB I
5/24
5
Tabel 3 : JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN
No KECAMATANJENIS KELAMIN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. Batu Ampar 16.898 16.170 33.0682. Kuala Mandor B 12.059 11.762 23.8213. K u b u 18.431 18.045 36.4764. Rasau Jaya 11.882 11.607 23.4895. Sungai Ambawang 33.194 31.256 64.4506. Sungai Kakap 50.993 50.201 101.1947. Sungai Raya 94.925 92.072 186.9978. Teluk Pakedai 9.580 9.190 18.7709. Terentang 5.346 4.848 33.068
Jumlah/Total 253.308 245.151 498.459
Sumber Data : BPS (Sensus Penduduk Tahun 2010 Kab. Kubu Raya)
1.4. KLIMATOLOGI
Kabuapten Kubu Raya yang merupakan bagian dari
Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah dengan iklim
tropis. Faktor yang merupakan Penciri bagi suatu daerah yang
beriklim tropis adalah adanya daerah dataran rendah dan
daerah hutan hujan tropis, dimana suhu udaranya relatif panas.
Untuk Kabupaten Kubu Raya suhu yang tinggi tersebut diikuti
pula dengan kelembaban udara yang tinggi. Berdasarkan
catatan yang terdapat di Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Supadio yang dihimpun selama 10 tahun ( dari tahun 1990
sampai dengan tahun 2000 ) temperatur udara rata rata
umumnya menunjukkan suhu udara yang normal namun
bervariasi, yaitu rata-rata berkisar 26,1 C sampai 26,9 C.
Kelembaban udara menurut data yang ada menunjukkan
bahwa Kabupaten Kubu Raya memiliki kelembaban udara yang
cukup tinggi yaitu diatas 80 %, yang tertinggi pada bulan Maret
sebesar 87 % dan terendah pada bulan Agustus dan September
sebesar 83 %.
-
5/24/2018 BAB I
6/24
6
Kecepatan angin berdasarkan data-data yang ada berkisar
antara 3 Km/Jam sampai 5 Km / Jam. Kecepatan angin
tertinggi pada bulan Maret yaitu 5,4 Km / jam, sedangkan yang
terendah pada bulan Desember sebesar 3,4 Km / Jam. Arahangin yang dominan adalah arah Timur dan Tenggara.
Data Curah hujan selama 10 tahun , menunjukkan rata-
rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Juli yang
mencapai 287 mm dan terendah terjadi pada bulan Januari
yang mencapai 170 mm.
Rata rata jumlah hari hujan tertinggi pada bulan
Desember sebesar 14,4 hari hujan dan terendah pada bulan
Agustus yang tercatat hanya 6,8 hari hujan. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Data Iklim Rata-Rata Tahunan
B U L A N
CurahHujan (mm)
HariHujan
(hari)
Suhu Udara(T)
0C
Kelembaban
( % )
Kecepatan Angin
(Km/jam)
Arah Angin
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
281
92
203
314
462
438
312
142
215
591
250
366/305,5
21
15
14
22
24
19
20
15
11
24
23
24/19
26,7
26,7
27,7
27,4
27,1
26,7
26,7
26,9
27.1
26,5
26,1
26,2/26,7
89
86
87
88
88
86
86
83
84
89
90
90/87
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
6,0
5,0
5,0
5,0/5,1
E
S
E
E
E
SE
SE
SE
SE
E
E
E
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Supadio ,2007
-
5/24/2018 BAB I
7/24
7
1.5. FISIOGRAFI
Kabupaten Kubu Raya yang merupakan Hilir dari
Kabupaten - kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Barat
secara umum merupakan dataran rendah yang memiliki
puluhan sungai besar dan ratusan sungai - sungai kecil. Sungai
besar yang ada dapat dilayari oleh kapal motor yang cukup
besar dan merupakan alat transportasi yang sangat vital dan
dominan untuk menghubungkan kecamatan kecamatan
maupun desa - desa yang berada di wilayah kabupaten Kubu
Raya. Sungai sungai yang besar maupun yang kecil - kecil
merupakan sumber air untuk kebutuhan hidup masyarakat
yang sebagian besar berada di tepi sungai sungai tersebut.
Wilayah dataran rendah, terutama yang terdapat di daerah
pesisir pantai yang berawa-rawa dan daerah bergambut,
umumnya ditumbuhi semak belukar dan di pesisir pantai
ditumbuhi hutan mangrove. Untuk mengetahui nama-nama
sungai besar menurut panjangnya dapat dilihat pada Tabel 5 di
bawah ini dan Gambar 3.
Tabel 5Nama Sungai Besar dan Panjang SungaiSerta wilayah Kecamatan yang Dilalui
No Nama SungaiPanjang Sungai
(Km)Wilayah Kabupaten yg dilalui
1 Kapuas 1.086
Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Sanggau, Kab.
Sekadau, Kab. Sintang dan Kab. Kapuas Hulu
2 Landak 178 Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Landak dan Kab.
3 Batu Ampar 100 Kab. Kubu Raya
4 Punggur 73 Kab. Kubu Raya
5 Ambawang 52 Kab. Kubu Raya
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya
Ditinjau dari bentuk wilayah atau Fisiografi Wilayah
Kabupaten Kuburaya sebagian besar berupa dataran rendah
dengan topografi datar, landai, bergelombang dan berbukit.
-
5/24/2018 BAB I
8/24
8
Daerah daratannya terletak di sebelah utara dan timur bagian
utara yang berbatasan dengan Kabupaten Sanggau serta pada
kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang. Untuk mengetahui
luas lereng pada masing-masing kecamatan dapat dilihat padatabel 6 di bawah ini dan Gambar 4.
Tabel 6Luas Lereng berdasarkan Kelas Lerengpada Wilayah Kabupaten kubu Raya
(dalam Hektar)
KlasifikasiNo Kecamatan
40%JUMLAH
1 Batu Ampar
2 Kuala Mandor B
3 K u b u
4 Rasau Jaya
5 S. Ambawang
6 Sungai Kakap
7 Sungai Raya
8 Teluk Pakedai
9 Terentang
JUMLAH 881.322
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya
1.6 JENIS TANAH
Di Kabupaten Kubu Raya terdapat beberapa jenis tanah.
Untuk di daerah yang bergelombang, berbukit dan miring
dijumpai jenis tanah PMK (Podsolid Merah Kuning) dan daerah
dataran rendah terutama di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)
dan di pesisir pantai yang ditumbuhi hutan mangrove, dijumpai
jenis tanah Aluvial, sedangkan pada daerah pedalaman
dijumpai Tanah Gambut (Orgonosol, Gley dan Humus) dan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini dan
Gambar 5.
-
5/24/2018 BAB I
9/24
9
Tabel 7Luas Jenis Tanah
pada Wilayah Kabupaten kubu Raya(dalam Hektar)
Klasifikasi
No Kecamatan Gambut Aluvial Regosol P M K JUMLAH
1 Batu Ampar -
2 Kuala Mandor B -
3 K u b u -
4 Rasau Jaya -
5 S. Ambawang -
6 Sungai Kakap -
7 Sungai Raya -
8 Teluk Pakedai -
9 Terentang -
JUMLAH 144.314 485.770 - 21.135 881.322
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya
Berdasarkan presentase dari jenis tanah tersebut di atas,
Tanah jenis Aluvial merupakan tanah uang paling luas
hamparannya yaitu 485.770 Ha atau sebesar 10,76% , Tanah
Gambut (Orgonosol, Gley dan Humus) seluas 144.314 Ha atau
sebesar 63,81% dan yang terkecil adalah jenis tanah P M K (
Podsolid Merah Kuning ) sebesar 0,30% dari luas Kabupaten
Kubu Raya.
1.7. KEMAMPUAN TANAH
Kemampuan tanah wilayah Kabupaten Kubu Raya terdiri
dari daerah tergenang dan tidak tergenang yang merupakan
akibat dari fisiografi yang relative datar dan curah hujan yang
tinggi pada bulan bulan tertentu sehingga terjadi daerah
genangan pada tempat tertentu, tekstur tanahnya terdiri dari
tanah yang bertekstur halus, sedang dan kasar, juga terdapat
daerah bergambut dan daerah berawa, banyak dijumpai
kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan juga dijumpai
adanya daerah yang tererosi dan tidak tererosi dapat dilihat
pada Tabel 8 dan 9 di bawah ini.
-
5/24/2018 BAB I
10/24
10
Tabel 8Luas Daerah Tergenang dan Tidak Tergenang
menurut Kecamatan (dalam Hektar)
Klasifikasi JUMLAHNo Kecamatan
TergenangTidak
Tergenang
Rawa
1Batu Ampar
2 Kuala Mandor B
3 K u b u
4 Rasau Jaya
5 S. Ambawang
6 Sungai Kakap
7 Sungai Raya
8 Teluk Pakedai
9 Terentang
JUMLAH 579.096 72.124 180.000 881.322
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya
Tabel 9Luas Tekstur Tanah
menurut Kecamatan (dalam Hektar)
KlasifikasiNo Kecamatan
Halus Sedang Kasar Gambut
JUMLAH
1 Batu Ampar
2 Kuala Mandor B
3 K u b u
4 Rasau Jaya
5 S. Ambawang
6 Sungai Kakap
7 Sungai Raya
8 Teluk Pakedai
9 Terentang
JUMLAH 250.484 85.366 5.122 130.248 881.322
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya
1.8. PENGGUNAAN TANAH
Sebagian besar Penggunaan Tanah di Kabupaten Kubu
Raya didominasi oleh hutan belukar yaitu seluas 247.565,02
Ha atau 28,09 % dari luas Kabupaten Kubu Raya, kemudian
disusul oleh Penggunaan Tanah berupa Hutan Lebat seluas
202,291,27 Ha atau 22,95 %, perkebunan Rakyat seluas
-
5/24/2018 BAB I
11/24
11
110.628,54 Ha atau 12,55 %. Pada daerah Pesisir pantai yang
terdapat di wilayah Kabupaten Kubu Raya penggunaan tanah
yang dominan adalah hutan sejenis yang berupa beberapa jenis
tanaman mangrove yang kondisinya cukup baik seluas100.914,63 Ha atau 11,45 %. Perkebunan Besar yang ada
dengan Komoditi Kelapa Sawit yang ada seluas 6.156,06 Ha
atau 0,70 Ha. Untuk mengetahui lebih jelas tentang luas
Penggunaan Tanah di Kabupaten Kubu Raya dapat dilihat pada
Tabel 10 di bawah ini dan Gambar 6.
Tabel. 10
Luas Penggunaan Tanah ( dalan Hektar )
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kubu Raya
1.9. RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu Raya yangsampai saat ini masih dalam proses pembuatannya sehingga
No. Fungsi / Status KawasanL u a s
Hektar %
1. Emplasement 46,60 0,01
2. Hutan Belukar 247.565,02 28,09
3. Hutan Lebat 202.291,27 22,95
4. Hutan Sejenis 100.914,63 11,45
5. Industri 172,09 0,02
6. Kebun Campuran 13.553,77 1,54
7. Kolam 4,85 0,00
8. Kuburan 89,60 0,01
9. Lapangan Olah Raga 25,03 0,00
10 Padang Rumput 830,95 0,09
11 Perkampungan 3.943,61 0,45
12 Perkebunan Besar 6.156,06 0,70
13 Perkebunan Rakyat 110.628,54 121,55
14 Perkampungan 4.507,47 0,51
15 Rawa 333,45 0,04
16 Sawah 29.787,69 3,38
17 Semak 61.245,27 6,95
18 Tambak 360,01 0,0419 Tanah Terbuka 2.154,74 0,24
20 Tegalan / Ladang 38.473,03 4,37
21 Sungai dan Danau 58.238,74 6,61
Jumlah 881.322,41 100,00
-
5/24/2018 BAB I
12/24
12
yang dipakai sebagai acuan dalam Perencanaan Pembangunan
pada saat ini masih mengacu pata Perda NO. 1 tahun 1999
sesuai dengan Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan
Kesepakatan yang dipertegas dengan SK Menhutbun No.259/Kpts-II/2000. Supaya pemanfaatan ruang wilayah secara
berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten segera terealisir. Untuk mengetahui pembagian
ruang atau Fungsi / Status Kawasan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 11, 12, di bawah ini dan Gambar 7.
Tabel. 11Luas Fungsi / Status Kawasan
Berdasarkan Paduserasi RTRWP dengan TGHK( dalam Hektar )
Sumber : Perhitungan Peta digital
Tabel. 12Luas Penguasaan Tanah ( dalam Hektar )
No. Jenis Penguasaan TanahL u a s
Hektar %
1. Tanah Milik Adat / Sertifikat 229.559,10 26,05
2. Tanah Negara Dikuasai 381.062,45 43,24
3. Tanah Negara Belum dilekati Hak 212.773,25 24,14
4. Sungai 57.927,61 6,57
Jumlah 881.322,41 100,00
Sumber : Perhitungan Peta digital
No. Fungsi / Status KawasanL u a s
Hektar %
1. Hutan Lindung 13.204,12 1,50
2. Hutan Lindung Bakau 60.659,44 6,883. Hutan Lindung Gambut 69.772,12 7,91
4. Hutan Produksi 121.227,87 13,76
5. Hutan Produksi Konversi 52.027,81 5,90
6. Hutan Produksi Terbatas 65.071,66 7,38
7. Pertanian Lahan Basah 128.600,68 14,59
8. Pertanian Lahan Kering 312.881,30 35,50
9. Sungai dan Danau 57.927,41 6,57
Jumlah 881.322,41 100,00
-
5/24/2018 BAB I
13/24
13
1.10.VISI DAN MISI BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI
Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006, dimana Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas dan
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara
nasional, regional dan sektoral. Dalam melaksanakan tugas
dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsi mengenai:
1. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
2. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
3. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang
pertanahan;
4. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
pertanahan;
5. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan
pemetaan di bidang pertanahan;
6. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin
kepastian hukum;
7. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
8. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan
penataan wilayah-wilayah khusus;
9. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau
milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen
Keuangan;
10. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan
tanah;11. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
12. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan
dan program di bidang pertanahan;
13. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
14. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara
dan konflik di bidang pertanahan;
15. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;
-
5/24/2018 BAB I
14/24
14
16. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
17. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya
manusia di bidang pertanahan;
18. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;19. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan
dengan bidang pertanahan;
20. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara
orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
21. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, agar
mencapai tujuan dan sasaran, maka diperlukan adanya visi dan
misi sebagai berikut:
Visi merupakan pandangan atau wawasan ke depan atau cita-
cita yang ingin diwujudkan 5 tahun ke depan. Visi Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah Menjadi
lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan
keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
Republik Indonesia.
Misi merupakan pernyataan mengenai cara-cara yang harus
dicapai oleh organisasi. Misi Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia adalah Mengembangkan dan
menyelenggarakan polit ik dan kebijakan pertanahan untuk:
peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber
baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan;
-
5/24/2018 BAB I
15/24
15
peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan
dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T);
perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan
mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di
seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa,
konfli k dan perkara di kemudian hari;
keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-
luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah
sebagai sumber kesejahteraan masyarakat;
Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat,
prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi
rakyat secara luas.
2. KAJIAN WILAYAH
2.1. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
sumberdaya buatan. Kawasan budidaya sesuai dengan
Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan yang
dipertegas dengan SK Menhutbun No. 259/Kpts-II/2000 yang
berada di Kabupaten Kubu seluas 737.7373,33 Ha (83,71 %)
terdiri atas 2 (dua) kelompok yaitu :
- Kawasan Budidaya Kehutanan
Kawasan budidaya kehutanan antara lain: Hutan Produksi,
Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Konversi,
seluas 238.327,34 Ha (27,04 %).
-
5/24/2018 BAB I
16/24
16
- Kawasan Budidaya non Kehutanan.
Kawasan budidaya non kehutanan seluas 441.481,98 Ha
(50,09 %) yang terdiri dari Pertanian Lahan Kering dan
Pertanian Lahan Basah.
Sehubungan dengan investasi yang memerlukan lahan
luas, diperlukan arahan lahan yang sesuai dengan fungsi
kawasan tersebut. Untuk kegiatan di bidang perkebunan,
transmigrasi, perikanan, dan pertanian lainnya, maka kawasan
Pertanian Lahan Basah (PLB) dan Pertanian Lahan Kering (PLK)
yang disarankan, dan masih dimungkinkan kawasan Hutan
Produksi Konversi (HPK) untuk perluasannya melalui pelepasan
kawasan hutan.
Sedangkan investasi untuk sektor kehutanan dan
pertambangan dicadangkan pada kawasan Hutan Produksi (HP)
dan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).
2.2.KAWASAN NON BUDIDAYA
Luas kawasan hutan di Kabupaten Kubu Raya sesuai
dengan Paduserasi RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan
yang dipertegas dengan SK Menhutbun No. 259/Kpts-II/2000
adalah seluas 381.913,02 Ha atau sebesar 43,33 % dari luas
wilayah Kabupaten Kubu Raya.
Dan kawasan hutan yang dimaksud di atas adalah hutan
yang berada di Kawasan Budidaya Kehutanan seperti : Hutan
Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi Biasa,
Hutan Produksi Konversi. Sehingga hutan pada Kawasan
Budidaya seluas 238.327,34 Ha (27,04 %). Sedangkan hutan
yang berada dalam Kawasan non Budidaya (Kawasan Lindung )
terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Lindung Gambut dan Hutan
Lindung Bakau seluas 143.585,68 Ha (16,29 %).
-
5/24/2018 BAB I
17/24
17
2.3.KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah yang
mempunyai beberapa sungai besar, yang tergabung dalam
kelompok besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas dan
beberapa Sub DAS , yaitu :
1. DAS KAPUAS
Yang merupakan sungai terpanjang di Provinsi Kalimantan
Barat yang terbagi dala beberapa Sub DAS.
2. Sub DAS LANDAK
Yang terdiri dari beberapa Sub sub DAS yang merupakan
anak Sungai Landak.
3. Sub DAS PUNGGUR
Yang terdiri dari beberapa Sub sub DAS yang merupakan
anak Sungai Landak.
Pola aliran dari semua DAS tersebut merupakan Sub Sub
DAS dari Sungai Kapuas yang muaranya menuju ke Laut
Natuna.
2.4.KAWASAN RAWAN BENCANA (BANJIR DAN KEBAKARAN)
Topografi Wilayah Kabupaten Kuburaya sebagian besar
berupa dataran rendah dengan topografi datar, landai,
bergelombang dan berbukit. Daerah daratannya terletak di
sebelah utara dan timur bagian utara yang berbatasan dengan
Kabupaten Sanggau serta pada kawasan Hutan Lindung
Gunung Ambawang. Secara umum Kabupaten Kubu Raya
merupakan dataran rendah dan mempunyai ratusan sungai
yang aman bila dilayari, merupakan daerah rawan banjir dan
genangan di musim hujan, yang meliputi wilayah Kecamatan
Kuala Mandor B , kecamatan Sungai Ambawang bagian utara,
kecamatan Terentang dan kecamatan Kubu.
-
5/24/2018 BAB I
18/24
18
Bahaya kebakaran di musim kemarau sering terjadi yaitu
disebabkan oleh adanya pembukaan lahan gambut untuk
pertanian, baik oleh perusahaan atau masyarakat. Daerah
rawan bencana kebakaran terdapat di beberapa wilayahkecamatan di Kabupaten Kubu Raya. Hal ini karena adanya
budaya masyarakat untuk menanam padi dengan cara ladang
berpindah dan membakar. Kabut asap timbul apabila lahan
yang terbakar berasal dari tanah gambut. Penyebaran lahan
gambut seperti yang terjadi di wilayah kecamatan Rasau Jaya ,
kecamatan Terentang dan Kecamatan Kubu.
2.5.RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu
Raya yang merupakan bagian dari Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat disusun tahun 1995 yang
ditetapkan dengan PERDA No. 1 Tahun 1995 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Kemudian
tahun 1999 diadakan revisi dengan Peta Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK) tahun 982 yang dikeluarkan berdasarkan
SK Gubernur No. 316 Tahun 1999 dan dikuatkan dengan
Peraturan Daerah Kalimantan Barat No. 1 Tahun 1999 tentang
Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dengan Peta
Tata Guna Hutan Kesepakatan.
Pada Tahun 2000 dikeluarkan Keputusan Menteri
Kehutanan dan Perkebunan Nomor 259/Kpts-II/2000 tanggal
20 Agustus 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan di Provinsi Kalimantan Barat sebagai tindak lanjut dari
paduserasi yang terdahulu.
Kemudian tahun 2004 dikeluarkan Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat tanggal
-
5/24/2018 BAB I
19/24
19
1 Juli 2004 (Lembaran Daerah Nomor 9 Tahun 2004 seri D
Nomor 7), yang masih belum dapat diberlakukan secara
definitif karena belum mendapat persetujuan dari Menteri
Kehutanan. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah KabupatenKubu Raya sampai saat ini belum di Perda kan.
2.6.PENGUASAAN TANAH PEMERINTAH DAN BADAN USAHA
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menguasai tanah, ada
yang belum terdaftar dan ada yang sudah terdaftar.
Berdasarkan data yang ada di Perwakilan Kantor Pertanahan
Kubu Raya, ada bebrapa tanah yang dikuasai oleh Pemerintah
Kabupaten Kubu Raya yang berstatus HPL (Hak Pengelolaan).
Pada umumnya Hak Pengelolaan di atasnya sebagian
dibebani hak lain seperti Hak Guna Bangunan, oleh pihak ke
tiga, ruko-ruko yang banyak dimiliki oleh para pedagang itu,
kalau kita teliti atau kita periksa sertipikatnya, dipastikan Hak
Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan. Setelah jangka waktu
HGB jatuh tempo, tentulah kembali lagi ke status tanah awal
yaitu HPL, kalau tidak diperpanjang lagi oleh pemegang HGB,
atau perpanjangannya ditolak oleh Pemerintah Kabupaten.
Penguasaan tanah oleh Badan Usaha hanya dipergunakan
untuk usaha komoditi perkebunan seperti Perkebunan Kelapa
Sawit, yang sudah diterbitkan HGU nya.
2.7.INFORMASI DAN ESTIMASI TANAH TERLANTAR
Sebelum memberikan informasi dan estimasi tanah
terlentar di wilayah Kabupaten Kubu Raya, terlebih dahulu apa
definisi dan kriteria tanah terlantar. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998, tanah terlantar ialah tanah
yang diterlantarkan oleh pemegang hak atas tanah.Pemegang
-
5/24/2018 BAB I
20/24
20
Hak Pengelolaan atau pihak yang telah memperoleh dasar
penguasaan atas tanah tetapi belum memperoleh hak atas
tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Kriteria tanah terlantar menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 1998 mencakup Tanah Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai dapat dinyatakan
sebagai tanah terlantar apabila tanah tersebut dengan sengaja
tidak dipergunakan oleh pemegang haknya sesuai dengan
keadaannya atau sifat dan tujuan haknya atau tidak dipelihara
dengan baik.
Sedangkan yang menjadi ruang lingkup tanah terlantar
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 adalah
mengatur tanah terlantar yang dikuasai dengan Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, tanah Hak
Pengelolaan dan tanah yang sudah diperoleh dasar
penguasaannya tetapi belum diperoleh hak atas tanahnyasesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ada fenomena yang bertolak belakang antara pemilikan
dan penguasaan tanah di tangan rakyat khususnya tanah
pertanian kaum tani luasnya terus menyempit, sementara
kecenderungannya tanah yang diterlantarkan dari waktu ke
waktu terus meningkat, sementara pula pemilikan tanah
pertanian petani semakin menyusut, kondisi ini menjadi
persoalan tersendiri yang cukup pelik dalam realitas konflik
agraria (sengketa tanah) di masyarakat.
Permasalahannnya adalah apakah penelantaran tanah
oleh pihak tertentu mempunyai motif spekulasi untuk
memperoleh keuntungan mudah atas selisih jual beli tanah,atau mungkin faktor alam yang antara lain faktor kesuburan
-
5/24/2018 BAB I
21/24
21
tanah. Namun yang jelas akan menimbulkan persoalan di
masyarakat, bahwa masyarakat tidak bisa begitu saja masuk
mengolah/menggarap tanah yang secara fisik terlantar,
walaupun hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup.Sudah barang tentu secara legal formal dianggap salah karena
menggarap tanah yang secara hukum masih menjadi hak pihak
lain.
Penggarapan tanah oleh masyarakat terhadap tanah
pihak lain yang diterlantarkan yang dapat memicu persoalan
hukum, tentunya perlu disikapi secara arif dan bijaksana.
Karena akan dihadapkan kepada persoalan yang dilematis,
masyarakat tidak dapat dipersalahkan begitu saja, dasar-dasar
yuridis formal semata juga tidak akan dapat menjawab
persoalan ini. Oleh sebab itu perlu adanya pertimbangan dari
pemerintah secara sosio historis dan sosio ekonomis dalam
penanganan sengketa di atas tanah terlantar. Ke depan
penanganan tanah-tanah terlantar disamping akan dapat
menyelesaikan sengketa, juga diharapkan dapat mengatasi
sempitnya/kurangnya tanah-tanah pertanian bagi kaum petani,
serta tanah-tanah terlantar dapat dijadikan sebagai salah satu
obyek reforma agraria.
Ada 2 (dua) kegiatan pembangunan di Kabupaten Kubu
Raya yang memerlukan tanah/lahan berskala besar yaitu
Pembangunan Perkebunan (Sektor Perkebunan) dan
Pembangunan Transmigrasi (Sektor Transmigrasi). Sudah
ribuan hektar areal yang telah dibuka, namun dampak
positifnya belum begitu dapat dirasakan oleh masyarakat itu
sendiri.
Sebagai bahan informasi dan estimasi tanah terlantar
berdasarkan Data Inventarisasi Tahun 2008 Kabupaten Kubu
-
5/24/2018 BAB I
22/24
22
Raya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah
ini :
Tabel 13Hak Guna Usaha yang Terindikasi Terlantar
Di Kabupaten Kubu Raya
Terindikasi RencanaLuas
Terlantar PenggunaanNoKecamatan
a. Nama Perusahaan
b. No. HGU(Ha) (Ha) Tanah
Keteranagan
1 Terentang a. PT. Bumi Subur Lestari 2.300 150 Kelapa tidak ada kegiatan
b. 28/HGU/BPN/1990
2 S.Ambawanga. PT. Buana Menerando
Pratama 300,5 300,5 Jahe tidak ada kegiatan
b. 86/HGU/BPN/1994
Sumber data : Kantah Kubu Raya
2.8.KEPADATAN WILAYAH
Berdasarkan data statistik Tahun 2006, penduduk
Kabupaten Kubu Raya berjumlah 488.199jiwa yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 249.183 jiwa dan perempuan sebanyak
239.016 jiwa, dengan luas wilayah 881.322 atau 881,322 Km2,
luas kawasan budidaya menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
menyatakan bahwa luas Kawasan Budidaya sebesar
441.481,98 Ha (50,09 %).
Dari luasan Kabupaten Kubu Raya akan didapat
kepadatan geografis, sedangkan dari luasan kawasan budidaya
akan didapat kepadatan agraris
2.8.1. Kepadatan Geografis
Untuk mendapatkan kepadatan geografis adalah
jumlah penduduk dibagi luas wilayah untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.
-
5/24/2018 BAB I
23/24
23
Tabel 14Kepadatan Geografis berdasarkan Luas Wilayah
Kecamatan se Kabupaten Kubu Raya
No Kecamatan Luas Wilayah(Ha)
Jumlah PendudukTahun 2010(jiwa)
1 Batu Ampar 252.600 33.068
2 Kuala Mandor B 43.553 23.821
3 K u b u 134.122 36.476
4 Rasau Jaya 20.010 23.489
5 Sungai Ambawang 93.279 64.450
6 Sungai Kakap 52.996 101.194
7 Sungai Raya 129.565 186.997
8 Teluk Pakedai 51.890 18.770
9 Terentang 103.307 33.068JUMLAH 881.322 498.459
Kecamatan yang memiliki rating tertinggi dan
terpadat adalah Kecamatan Sungai Kakap dengan
kepadatan 178 jiwa per Km2, kemudian Kecamatan
Sungai Raya sebesar 152 jiwa per Km2 dan Kecamatan
Rasau Jaya sebesar 106 jiwa per Km2. Sedangkan yang
masih jarang penduduknya dengan tingkat kepadatan 10
jiwa per Km2adalah Kecamatan Terentang.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
tingkat kepadatan penduduk tersebut karena luasnya
wilayah kecamatan yang bersangkutan, sedangkan
jumlah penduduknya sedikit.
2.8.2. Kepadatan Agraris
Untuk mengetahui tingkat kepadatan agraris dapat
kita lihat dari luasan kawasan budidaya yang ditetapkan
berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Barat. Kawasan
budidaya adalah kawasan yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan manusia seperti untuk bercocok tanam,
membangun dan lain-lain. Sedangkan kawasan non
budidaya seperti Hutan Lindung, Hutan Lindung Gambut,
-
5/24/2018 BAB I
24/24
24
Hutan Lindung Bakau, adalah kawasan yang dilarang
untuk kegiatan apapun. Untuk lebih jelasnya, kepadatan
agraris dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15Kepadatan Agraris berdasarkan Luas Kawasan Budidaya
Kabupaten/Kota Se-Kalimantan Barat
No KecamatanLuas Kawasan
Budidaya(Ha)
Jumlah PendudukTahun 2006
(jiwa)
Kepadatan/Km
1 Batu Ampar 33.068
2 Kuala Mandor B 23.821
3 K u b u 36.476
4 Rasau Jaya 23.489
5 Sungai Ambawang 64.450
6 Sungai Kakap 101.194
7 Sungai Raya 186.997
8 Teluk Pakedai 18.770
9 Terentang 33.068
JUMLAH 441.481,98 498.459