bab i

Upload: defa-ra

Post on 10-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan sumber daya manusia dalam sektor pendidikan merupakan salah satu isyu strategik yang sedang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Pengembangan sumber daya manusia dipandang sebagai kunci utama untuk mengembangkan mutu pendidikan. Upaya mewujudkan pengelolaan pendidikan yang bermutu, memerlukan keterpaduan dalam pengelolaan pendidikan mulai dari level sekolah, mengingat pendidikan tersebut merupakan sebuah sistem yang terintegrasi. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah. Batasan tersebut menempatkan pendidikan dalam konteks teknik operasional yang berindikasikan bahwa dalam prakteknya akan melibatkan berbagai pihak, sumber-sumber, dan jaringan kerja yang dibuat untuk menunjang pengelolaan pendidikan tersebut. Kerjasama yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam pengelolaan sekolah, akan berkontribusi terhadap terciptanya lingkungan yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar mengajar ke arah tercapainya suatu tujuan. Penulis berpendapat bahwa sekolah tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila Sumber daya Manusia yang ada di dalamnya tidak mempunyai kompetensi dan kreativitas dalam menjalankan kerjanya. Salah satunya adalah Tenaga administrasi sekolah, yaitu tenaga kependidikan yang bertugas memberikan dukungan layanan administrasi guna terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Mereka adalah non teaching staff yang bertugas di sekolah yang sering disebut dengan Tata Usaha (TU). Dalam Kepmendiknas No. 053/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa Tata Usaha (TU) Sekolah ialah sumberdaya manusia di sekolah yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar tetapi sangat mendukung keberhasilannya dalam kegiatan administrasi sekolah. Berdasarkan Permendiknas No. 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah.Tantangan dan tuntutan masyarakat terhadap sekolah semakin tinggi sehingga perlu pelayanaan yang lebih baik. Tata usaha sekolah harus mampu memberikan layanan dan menguasai pekerjaan teknis oprasional, sehingga kreatifitas kerja sangat dituntut dalam menjalankan layanan tersebut. Tata usaha juga harus mengikuti arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dinamis sehingga teknologi Informasi ini dikuasai dengan baik, karena dengan menguasai teknologi informasi tersebut maka tata usaha sekolah akan lebih baik dalam melakukan kreativitas kerjanya. Tuntutan profesional yang mana kreativitas dan kinerja sudah menjadi keharusan bagi tata usaha sekolah dalam menjalankan permendiknas No. 24 tahun 2008.Akan tetapi dari fenomena yang ada dimana menunjukan tingkat kreativitas dan kinerja pegawai tata usaha sekolah masih rendah,terlihat dari pelayanan yang diberikan pada tataran pendidikan dasar dan menengah belum memberikan kepuasan dan kelayakan yang diharapkan.[footnoteRef:2] Tentunya ini akan mempengaruhi kepada kelancaran proses pendidikan. [2: http://www.tutorial-mikrokontroler.com, kreativitas dan produktivitas tenaga administrasi sekolah/madrasah di jajaran pendidikan dan menengah. (diakses: Desember 2013)]

Mencermati pentingnya tata usaha sekolah/madrasah dalam konteks pengelolaan pendidikan, maka manajemen kreativitas dan kinerja tata usaha sekolah/madrasah harus benar-benar dilakukan secara terencana dan maksimal. Manajemen yang dilakukan tersebut antara lain dimaksudkan untuk membuat keputusan , strategi pengelolaan dan pengembangan, pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang proporsional, dan kesejahteraan. Tentunya juga dengan memperhatikan faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya kreativitas dan kinerja. Stigma santai yang menempel di tenaga administrasi sekolah/madrasah atau TU. Saya yakin banyak orang yang menganggap bahwa TU itu adalah pekerjaan santai. Dengan anggapan seperti ini maka orang-orang yang berminat bekerja sebagai TU pun berharap dapat bekerja dengan santai. Akibatnya mayoritas TU adalah orang-orang yang malas.[footnoteRef:3] [3: Ibid,h.2.]

Banyak pegawai tata usaha sekolah yang tidak (belum?) mempunyai kemampuan, kecakapan atau keahlian yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas mereka (yang wajib apalagi yang sunat) dengan performa yang baik dan memuaskan. Contoh paling sederhana ialah masih sangat banyaknya pegawai tata usaha sekolah (mungkin juga termasuk kepala tata usaha) yang belum bisa mengoperasikan komputer dengan baik untuk urusan administrasi tata usaha sekolah. Padahal hampir seluruh administrasi sekolah saat ini menggunakan komputer. Selain itu, di bidang-bidang lain juga terlihat masih banyak kesemerautan kerja tata usaha sekolah seperti pengarsipan surat yang tidak tertata rapi, surat masuk dan keluar sering hilang, data-data sekolah banyak yang tidak lengkap dan tidak ada, dan kalaupun ada banyak yang tidak up to date.[footnoteRef:4] [4: http://re-searchengines.com/0812junaidi.html - menyoal mutu pegawai TU Sekolah. (diakses: 7 Agustus 2012)]

Rendahnya disiplin, loyalitas dan tanggung jawab pegawai tata usaha sekolah dalam menjalankan tugas-tugas mereka sebagai pegawai tata usaha sekolah. Ketaatan sebagian mereka barulah sekedar ketika ada kepala sekolah. Bila kepala sekolah tidak ada atau keluar karena suatu keperluan, maka para pegawaipun juga akan menghilang satu persatu.[footnoteRef:5] [5: ibid,h.2]

Faktor-faktor permasalahan ini menggambarkan munculnya tingkat kreativitas dan kinerja tenaga administrasi sekolah/madrash yang rendah. Hal ini tentu saja akan menjadi hambatan sekaligus ancaman bagi keberlangsungan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencapaian kreativitas dan kinerja yang baik dapat dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan pemberdayaan dalam melaksanakan tugas sesuai tupoksinya dan dengan peningkatan kepercayaan diri atau efikasi diri dalam perannya untuk menghasilkan kreativitas yang baik. Disinyalir data lapangan berupa wawancara dengan pengawas sekolah SMP Kota Bekasi mengakui belum maksimal untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu sebagai tata usaha (TU) sekolah karena kurangnya pembinaan baik dari Kepala Sekolah maupun Kepala Tenaga Administrasi Sekolah.Dari fenomena tersebut peneliti tergelitik untuk mengetahui kreatifitas tenaga administrasi sekolah yang ada di SMP Negeri Kota Bekasi sehubungan dengan pemberdayaan dan tingkat kepercayaan diri atau efikasi diri. Penelitian ini juga untuk mempertegas hubungan pemberdayaan dan efikasi diri untuk menghasilkan kreativitas yang tinggi. Penulis mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberdayaan dan Efikasi Diri terhadap Kreatifitas, karena penulis melihat pemberdayaan dan tingkat kepercayaan diri atau efikasi diri tata usaha sekolah belum maksimal, hal ini yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian di wilayah tersebut.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang tersebut, beberapa masalah yang diduga berpengaruh terhadap kreativitas antara lain : Pemberdayaan, efikasi diri , kemampuan diri, disiplin dan motivasi.

C. Pembatasan MasalahKarena keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya dan tenaga serta agar penelitian lebih terarah maka perlu adanya pembatasan masalah. Dengan demikian, penelitian ini hanya membahas pada masalah pengaruh pemberdayaan dan efikasi diri terhadap kreativitas.

D. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:1. Apakah pemberdayaan berpengaruh langsung terhadap kreativitas ?2. Apakah efikasi diri berpengaruh langsung terhadap kreativitas ?3. Apakah Pemberdayaan berpengaruh langsung terhadap efikasi diri ?E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis. Secara teoritis , hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tentang peran pemberdayaan dan efikasi diri berkaitan dengan tingkat kreativitas. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan kreativitas. Lebih jauh lagi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang manajemen pendidikan.

12