bab i

Upload: marcell-thee

Post on 10-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 BAB I

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah bagian dari Mata Kuliah Keahlian

    Berkarya (MKB) dengan bobot SKS 3 (tiga) (SKS) Satuan Kredit Semester yang

    penyelenggaraannya dibawah koordinasi dan dikelola oleh bidang akademik

    (Ketua-ketua Bagian). Didalamnya merupakan kegiatan pengalaman lapangan

    atau praktek kerja bagi mahasiswa dalam bidang profesi Hukum dengan waktu

    tertentu disuatu tempat atau lembaga dan atau badan hukum tertentu guna

    mengaplikasikan kemampuan akadmik dalam bidang ILMU HUKUM.

    Manusia yang hidup pada era modern mempunyai kebutuhan yang terbagi

    menjadi tiga hal yang utama yaitu kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

    Kebutuhan sandang merupakan kebutuhan dalam hal pakaian yang dikenakan

    manusia setiap harinya. Kebutuhan pangan adalah kebutuhan dalam hal

    pemenuhan makanan atau konsumsi makanan yang penting bagi manusia dan

    harus terpenuhi. Kebutuhan yang berikutnya adalah kebutuhan papan dalam

    wujud sebuah tempat tinggal, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai tempat

    untuk berlindung dan terhindar dari bahaya-bahaya yang ada diluar. Ketiga

    kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan primer manusia yang pesat di era

    modern saat ini.

    Kebutuhan akan rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi

    manusia setelah sandang dan pangan. Setiap individu manusia akan

    mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar daripada kebutuhan sekundernya.

    Begitu pula dengan kebutuhan rumah, setiap orang akan berusaha memenuhi

  • 5/19/2018 BAB I

    2/21

    2

    kebutuhan akan rumah dalam setiap tingkat kehidupan masyarakat dengan

    memperhatikan selera dan kemampuan yang ada.

    Perlindungan Konsumen merupakan salah satu aspek penting yang

    senantiasa harus diperhatikan dalam menyikapi dinamika perkembangan ekonomi

    pasar. Di pasar bebas, secara klasik pelaku usaha selalu menawarkan produk-

    produknya, baik yang berupa barang maupun jasa, dengan tujuan untuk mencari

    keuntungan yang semaksimal mungkin. Namun dilain pihak, konsumen pun ingin

    memperoleh barang dan/atau jasa yang selain murah tetapi sesuai juga dengan

    kebutuhan dan keamanan. Namun pada kenyataannya, kedudukan antara pelaku

    usaha dengan konsumen tidak memiliki perimbangan kekuatan yang sama. Posisi

    pelaku usaha lazimnya jauh lebih kuat daripada (para) konsumen, khususnya

    konsumen-konsumen perorangan. Dominasi pelaku usaha tersebut merebak

    dimana salah satunya dikarenakan oleh penguasaan produk yang sepenuhnya

    berada pada produsen. Kondisi semacam ini menyebabkan rentannya eksploitasi

    konsumen oleh para pelaku usaha. Ketidakkondusifan situasi ini mendorong

    pemerintah untuk memberlakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

    Perlindungan Konsumen (UU-PK). Pemberlakuan UU-PK ini merupakan upaya

    pemerintah untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi para konsumen,

    yaitu berupa pemberian perlindungan atas hak-hak dasar konsumen.

    Disini penulis hendak memaparkan mengenai alasan pemilihan lokasi

    Praktek Kerja Lapangan, dimana lokasi yang penulis pilih adalah PT. Diyatama

    Persada Raya Kompleks Perumahan Villa Tamara Jalan. Abdul Wahab Syahranie

    Samarinda yang bergerak di bidang Property dan Developer.

  • 5/19/2018 BAB I

    3/21

    3

    B. Perumusan Masalah

    Perihal yang menjadi masalah,yang ditemukan oleh penulis pada saat

    mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Diyatama Persada Raya

    mengenai sistem pemesanan rumah (by order), dalam arti rumah baru akan

    dibangun setelah mendapat pesanan dari konsumen. Berdasarkan hal tersebut,

    penulis merumuskan permasalahan yang kemudian dituliskan kedalam laporan

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan untuk itu coba selesaikan serta dicari

    pemecahan masalahnya oleh penulis, adapun masalah-masalah yang dimaksud

    sebagai berikut:

    1.

    Faktor apa saja yang menyebabkan kerugian Konsumen dalam melakukan

    perjanjian terhadap PT. Diya Inti Persada Raya selaku pengembang kota

    Samarinda baru?

    2.

    Bagaimana sistem penyelesaian masalah bila terjadi pembatalan order

    antara konsumen dengan PT. Diya Inti Persada Raya selaku pengembang

    kota Samarinda baru?

    C. Tujuan Pelaksanaan PKL

    1.

    Untuk dapat memperkenalkan mahasiswa bagaimana dunia kerja nyata,

    sehingga diharapkan nantinya dapat langsung menyesuaikan diri ketika

    terjun dalam dunia kerja tersebut.

    2. Untuk mengimplementasikan terhadap teori - teori yang telah didapatkan

    ketika menghadapi suatu permasalahan hukum, baik dilingkungan tempat

    PKL maupun lingkungan masyarakat.

  • 5/19/2018 BAB I

    4/21

    4

    BAB II

    HASIL TEMUAN

    A. Deskripsi Lokasi PKL

    Sejarah Perusahaan PT. Diyatama Persada Raya yang bergerak dibidang

    Property dan Developer berisikan seluruh hal yang berhubungan dengan

    eksistensi perusahaan yang mencakup tentang Sejarah berdirinya Perusahaan,

    jajaran Dewan Direksi dan Komisaris, proyek - proyek yang telah atau sedang

    dikerjakan, hingga seluruh anak-anak perusahaan yang telah dikembangkan.

    PT. Diyatama Persada Raya Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang

    Property dan Developer yang berdiri Sejak tahun 2002, dengan nomor pendirian

    151. Notaris Achmad Dahlan,SH di Kota Samarinda,yang sebelumnya lebih kita

    kenal dengan Perumahan Villa Tamara.

    Perusahaan ini didirikan atas prakarsa dari Bapak. Drs. Susianto,Bapak

    Taufik, Bapak Sis Purwanto, MBA dan Bapak. Drs. Ipong Muchlissoni pada

    waktu itu. Pada saat itu belum banyak pengembang di Kota Samarinda ini,

    sehingga para pendiri perusahaan merasa yakin bahwa bisnis property dan

    developer ini sangat menjanjikan. Dan juga masih banyak lahan kosong yang

    berukuran relatif luas untuk dijadikan lokasi lokasi yang ideal bagi

    pembangunan sebuah perumahan, salah satunya adalah lahan kosong di Jl. A.

    Wahab Syahranie Samarinda yang dulunya berupa rawa rawa dan hutan namun

    kini telah berubah menjadi lingkungan perumahan kelas atas bernama Villa

    Tamara, dimana perumahan ini juga merupakan cikal bakal dari PT. DIYATAMA

    PERSADA RAYA.

  • 5/19/2018 BAB I

    5/21

    5

    B. Struktur Organisasi

    C. Mekanisme Kerja PT. Diyatama Persada Raya:

    Adapun mekanisme beban kerja pada PT. Diyatama Persada Raya yaitu

    a.

    Menyediakan produk - produk yang bermutu tinggi dengan layanan terbaik

    bagi pelanggannya

    b. Menghasilkan laba, membangun citra, mengembangkan profesionalisme

    usaha berdasarkan prinsip prinsip GCG ( Good Corporate Governance ),

    manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan pelestarian

    lingkungan

    c. Peduli kepada usaha kecil, menengah dan koperasi serta masyarakat sekitar.

    Chief Executive Officer

    Mirza Ananta

    General Manager

    Basuki Dwi Santoso

    Manager SDM & KEU

    1. Catur Kumala Dewi

    2. Muslikin

    Accounting

    1. Reza Ryanda

    2. Laila Selviani

    3. Noor Janah

    Staff Keuangan

    1. Windha Saputri

    2. Ade Elyana

    Kasie Legal & SDM

    1. Subakir Widodo

    2. Helmi Amnijar

    3. Bagus Utoyo Kertoprojo

    Staff SDM & Umum

    1. Nurul Amin

    2. A. Imam Royani

    3. Purnomo

    Manager Operasi

    Rizky Raditya

    Kasie Konstruksi I

    Sugeng Riadi

    Staff Konstruksi I

    1. Ken Elok

    2. Jaya Riansyah

    3. Edi Susilo

    Staff Konstruksi II

    Fahmi Rahman

    Manager Pemasaran

    Zuhdi

    Kasie Pemasaran

    Ramdan Fitrahubaib

    Staff Penjualan

    1. Iwan

    2. Junaid Noor

    3. M. Hatta

    Staff Promosi

    1. Mentari

    2. Jeni Uswatun Khasanah

  • 5/19/2018 BAB I

    6/21

    6

    d.

    membuka peluang usaha real estate, sebagai developer perumahan yang

    diyakini akan menyedot banyak tenaga kerja sebagai multi efek produk hulu

    sebagai pendukung pengembangan pembangunan perumahan.

    D. Temuan di Tempat PKL di PT. Diyatama Persada Raya

    Selama dilakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) PT. Diyatama

    Persada Raya (Villa Tamara) Samarinda, penulis menemukan beberapa masalah

    yang dihadapi yaitu antara lain :

    1.

    Perjanjian baku yang didalamnya turut memuat klausula baku berpotensi

    merugikan (para) konsumen. Indikasi kerugian bagi konsumen dikarenakan

    pembentukan suatu kondisi, di mana konsumen tidak diberikan adanya suatu

    alternatif pilihan selain hanya untuk menerima segala ketentuan dan prasyarat

    yang diberikan oleh pelaku usaha.

    2.

    Ketidaksesuaian antara apa yang telah dijanjikan oleh pengembang dengan

    realitas rumah yang diterima oleh konsumen. Beberapa masalah yang

    seringkali dikeluhkan oleh konsumen diantaranya adalah tidak diperolehnya

    informasi yang jelas (assimetric information) dan transparan dari

    pengembang, khususnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

    ketidaksesuaian kondisi sarana dan prasana pendukung yang dijanjikan

    dengan realitasnya, status tanah/bangunan yang tidak sesuai, kondisi hasil

    akhir fisik rumah tidak sama dengan kondisi yang dijanjikan.

    Yang menjadi permasalahan di atas adalah :

    1. Mengapa Perjanjian baku yang didalamnya turut memuat klausula baku

    berpotensi merugikan (para) konsumen.

  • 5/19/2018 BAB I

    7/21

    7

    2.

    Mengapa asas kebebasan berkontrak diantara pihak yang berkedudukan

    seimbang dan kesepakatan pihak-pihak cenderung merugikan pihak

    konsumen.

    E. Perjanjian secara Umum

    Perjanjian merupakan suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

    lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, sebagaimana

    dinyatakan dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Dalam ilmu hukum, definisi tersebut

    dikatakan pada satu sisi dianggap terlalu luas, namun pada sisi yang lain

    dianggap terlalu sempit. Dari perkataan perbuatan dalam definisi perjanjian

    menurut pasal 1313 KUH Perdata, dikatakan definisi perjanjian terlalu luas,

    karena dapat mencakup perbuatan melawan hukum dan pengurusan kepentingan

    orang lain secara sukarela. Seharusnya di dalam pasal 1313 KUH perdata

    perjanjian dirumuskan sebagai perbuatan hukum. Perkataan mengikatkan diri,

    diartikan melakukan kewajiban tertentu kepada pihak yang lain. Dalam hal ini,

    ilmu hukum berpendapat bahwa rumusan perjanjian tersebut terlalu sempit,

    karena hanya meliputi perjanjian sepihak saja. Perjanjian tidak hanya meliputi

    perjanjian sepihak, melainkan juga perjanjian timbal balik, di mana hak dan

    kewajiban ada pada kedua belah pihak.

    Pasal 1320 KUH Perdata menentukan syarat-syarat untuk sahnya

    perjanjian di mana pasal tersebut menyatakan untuk sahnya suatu perjanjian

    diperlukan empat syarat, yakni:

    a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya. Suatu perjanjian itu

    baru timbul apabila ada kata sepakat kedua belah pihak mengenai hal-hal yang

  • 5/19/2018 BAB I

    8/21

    8

    pokok dari apa yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat disini maksudnya adalah

    suatu persesuaian paham dan kehendak antara dua pihak tersebut.

    b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

    Pada dasarnya semua orang cakap untuk membuat suatu perjanjian. Yang

    dimaksud dengan cakap disini adalah cakap menurut hukum. Artinya setiap

    orang yang sudah dewasa dan sehat akal pikirannya, pada hakekatnya adalah

    cakap untuk membuat perjanjian.

    c.

    Adanya suatu hal tertentu.

    Maksud dari suatu hal tertentu secara umum adalah hal-hal yang diperjanjikan

    yang didalamnya meliputi hak - hak dan kewajiban kedua belah pihak jika

    dikemudian hari timbul sengketa, semisal objek dari persengketaan tersebut

    adalah berupa barang, maka sudah seharusnya barang yang dimaksudkan tersebut

    telah disebutkan dalam perjanjian dan setidaknya telah diketahui jenisnya.

    d. Adanya sebab yang halal dalam perjanjian

    Di dalam perjanjian tersebut harus memuat klausula atau sebab yang halal bahwa

    isi perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban

    umum dan kesusilaan.

    F. Klausula Baku Secara Umum

    Pada awal dimulainya sistem perjanjian, prinsip penting di dalam

    perjanjian itu adalah kebebasan berkontrak diantara pihak yang berkedudukan

    seimbang dan kesepakatan pihak - pihak. Namun berhubung dengan aspek - aspek

    ekonomi yang semakin berkembang, para pihak mencari cara - cara yang lebih

  • 5/19/2018 BAB I

    9/21

    9

    praktis. Salah satu pihak menyiapkan syarat - syarat yang sudah distandarkan pada

    suatu format pada perjanjian yang telah dicetak yang berupa formulir untuk

    kemudian diberikan kepada pihak lainnya untuk disetujui (ditandatangani). Inilah

    yang dimaksudkan dengan perjanjian standar atau perjanjian baku.

    Perjanjian baku diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan efisiensi

    kepastian dan lebih bersifat praktis meskipun kadang-kadang mengandung faktor

    negatif, karena dapat merugikan pihak lain yaitu pihak konsumen yang lemah.

    Dalam perjanjian baku, maka konsumen dalam hal ini, hanya mempunyai dua

    pilihan yaitu menerima atau menolak perjanjian yang disodorkan kepadanya, yang

    artinya tidak terjadi transaksi antara kedua pihak. Dalam bahasa Inggris perjanjian

    baku sering diungkapkan sebagai take it or leave it contract. Dalam kaitan ini,

    faktor yang menyebabkan perkembangan perjanjian baku antara lain adalah:

    a.

    Faktor hukum

    perjanjian baku lazim dipergunakan di dalam praktek, yakni karena adanya

    prinsip kebebasan berkontrak dalam perjanjian dan sebagai upaya

    menciptakan kepastian hukum bagi para pihak karena segala sesuatu

    persyaratan telah ditentukan dalam bentuk klausula - klausula perjanjian.

    b.

    Faktor ekonomi

    Sebabnya, perjanjian baku dapat dikatakan bersifat lebih efisien, lebih

    ekonomis sebagai upaya untuk menghemat biaya, waktu dan tenaga.

    c. Faktor perkembangan teknologi.

  • 5/19/2018 BAB I

    10/21

    10

    Teknologi dapat merupakan penyebab dilakukannya perjanjian dalam

    bentuk standar, yaitu perkembangan industri yang amat pesat dan semakin

    lancarnya arus transportasi dan komunikasi.

    A. Perlindungan Konsumen

    Sejak tahun 1999 telah diterbitkan UU-PK yang memberikan kewenangan

    bagi pemerintah dalam melakukan perlindungan terhadap konsumen. UU-PK ini

    memuat aturan-aturan hukum tentang perlindungan kepada konsumen yang

    berupa payung bagi perundang-undangan lainnya yang menyangkut konsumen,

    sekaligus mengintegrasikan perundang-undangan itu sehingga memperkuat

    penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen

    mempunyai cakupan yang luas meliputi perlindungan terhadap konsumen barang

    dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa

    hingga ke akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa itu. Cakupan

    perlindungan yang terdiri dari dua aspek tersebut, dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada konsumen barang

    dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau

    melanggar ketentuan undang-undang. Dalam kaitan ini, termasuk persoalan

    persoalan mengenai penggunaan bahan baku, proses produksi, proses

    distribusi, desain produk dan sebagainya, apakah telah sesuai dengan standar

    sehubungan dengan keamanan dan keselamatan konsumen, tetapi juga,

    persoalan tentang bagaimana konsumen mendapatkan penggantian jika timbul

    kerugian karena memakai atau mengkonsumsi produk yang tidak sesuai.

  • 5/19/2018 BAB I

    11/21

    11

    2.

    Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen syarat-syarat yang

    tidak adil. Dalam kaitan ini, termasuk persoalan-persoalan promosi dan

    periklanan, standar kontrak, harga, layanan purna jual dan sebagainya.

    Aspek yang pertama, mencakup persoalan barang atau jasa yang

    dihasilkan dan diperdagangkan, dimasukkan dalam cakupan tanggung jawab

    produk, yaitu tanggungjawab yang dibebankan kepada produsen karena barang

    yang diserahkan kepada konsumen itu mengandung cacat di dalamnya sehingga

    menimbulkan kerugian bagi konsumen. Sedangkan yang kedua, mencakup cara

    konsumen memperoleh barang dan jasa, yang dikelompokkan dalam cakupan

    standar kontrak yang mempersoalkan syaratsyarat perjanjian yang diberlakukan

    oleh produsen kepada konsumen pada waktu konsumen hendak mendapatkan

    barang dan/atau jasa kebutuhannya.

  • 5/19/2018 BAB I

    12/21

    12

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Temuan Masalah pada PT. Diyatama Persada Raya

    Dalam praktek pelaksanaan Surat Kesepakatan Bersama dalam bidang

    perumahan tidak sesuai dengan yang disampaikan oleh para pengembang kepada

    para konsumennya, tidak jarang justru yang terjadi bertolak belakang dengan

    kenyataan. Oleh karena itu, posisi tawar yang tidak seimbang dan keterbatasan

    pengetahuan konsumen dibidang hukum mengakibatkan adanya hal-hal yang

    diatur dalam Surat Kesepakatan Bersama yang sebenarnya sangat merugikan

    mereka. Untuk itu, sebaiknya konsumen sebelum menandatangani surat

    pemesanan yang dilanjutkan Surat Kesepakatan Bersama, meminta pengembang

    dan/atau agen pemasarannya untuk mencantumkan secara tertulis janji-janji

    tersebut pada surat pemesanan, lalu setelah itu menandatanganinya. Meskipun

    demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengembang sebagai

    pelaku usaha kedudukannya sangat dominan dan memiliki tim yang sangat

    mengerti dan paham tentang bagaimana untuk membuat sebuah Surat

    Kesepakatan Bersama sedemikian rupa, sehingga konsumen tidak mengetahui

    bahwa dokumen Surat Kesepakatan Bersama tersebut seolah - olah tidak terdapat

    suatu masalah apapun, tetapi didalamnya terdapat pasal - pasal yang tidak

    memberikan perlindungan kepada konsumen dalam bentuk pengabaian hak - hak

    konsumen.

    Ketidakkondusifan situasi yang terjadi dilapangan menuntut pihak

    regulator untuk melakukan evaluasi ulang dan langkah - langkah yang lebih maju

  • 5/19/2018 BAB I

    13/21

    13

    dalam rangka tegaknya peraturan perundang - undangan dibidang perlindungan

    konsumen. Pada perspektif tertentu, asumsinya tidak selalu dikarenakan oleh

    lemahnya peraturan perundang - undangan yang ada dan berlaku, tetapi juga patut

    diuji efektifitas keberlakukan peraturan perundang - undangan dimaksud. Sudah

    barang tentu perlu menilai, apakah memang telah terdapat suatu urgensi tersendiri

    untuk memberlakukan sebuah perangkat baru dibidang perlindungan konsumen.

    Konsumen perumahan di Indonesia seolah tak berdaya menghadapi

    pengembang (developer) yang merugikannya. Konsumen kerap kali dirugikan,

    misalnya karena penyerahan rumah yang tak sesuai jadwal atau spesifikasi rumah

    yang tak sesuai dengan janji.

    Perjanjian baku ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Seperti telah

    disebutkan di atas bahwa di antara kelebihan dari perjanjian baku adalah bahwa

    perjanjian baku tersebut lebih efisien, dapat membuat praktek bisnis menjadi lebih

    sederhana, serta dapat ditandatangani seketika oleh kedua pihak. Hal ini sangat

    menguntungkan terutama bagi perjanjian - perjanjian masal, yakni perjanjian yang

    dibuat dalam volume yang besar (mass production of contract). Sedangkan

    kelemahan - kelemahan dari suatu perjanjian baku adalah bahwa karena

    kurangnya kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasi atau mengubah

    klausula - klausula dalam perjanjian yang bersangkutan, sehingga perjanjian baku

    tersebut sangat berpotensi terhadap terjadinya klausula yang berat sebelah. Faktor

    - faktor penyebabnya sehingga sering kali perjanjian baku menjadi sangat berat

    sebelah adalah sebagai berikut:

  • 5/19/2018 BAB I

    14/21

    14

    a.

    Kurang adanya atau bahkan tidak adanya kesempatan bagi salah satu pihak

    untuk melakukan tawar-menawar, sehingga pihak yang kepadanya

    disodorkan perjanjian tidak banyak kesempatan untuk mengetahui isi

    perjanjian tersebut, apalagi terdapat perjanjian yang ditulis dengan huruf-

    huruf yang sangat kecil atau kurang dimengerti konsumen.

    b. Karena penyusunan perjanjian yang sepihak, maka pihak penyedia

    dokumen biasanya memiliki cukup banyak waktu untuk memikirkan

    mengenai klausula - klausula dalam dokumen tersebut, bahkan mungkin

    saja sudah berkonsultasi dengan para ahli atau dokumen tersebut justru

    dibuat oleh para ahli. Sedangkan pihak yang kepadanya disodorkan

    dokumen tidak banyak kesempatan dan sering kali tidak familiar dengan

    klausula-klausula tersebut.

    c.

    Pihak yang kepadanya disodorkan perjanjian baku menempati kedudukan

    yang sangat tertekan, sehingga hanya dapat bersikap take it or leave it.

    Sebenarnya, perjanjian baku itu sendiri tidak begitu menjadi persoalan secara

    hukum, mengingat perjanjian baku sudah merupakan kebutuhan dalam praktek

    dan sudah merupakan kebiasaan sehari - hari. Yang menjadi persoalan adalah

    manakala perjanjian baku tersebut mengandung unsur - unsur yang tidak adil

    (berat sebelah) bagi salah satu pihak, sehingga apabila hal yang demikian

    dibenarkan oleh hukum, akan sangat menyentuh rasa keadilan dalam masyarakat.

  • 5/19/2018 BAB I

    15/21

    15

    B. KewajibanKewajiban Pelaku Usaha

    Secara singkat kewajiban pelaku usaha yang terintegrasi dengan ketentuan Pasal

    18 UU-PK sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU-PK adalah:

    kewajiban pelaku usahaadalah:

    a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

    b. Memberkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

    jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

    perbaikan, dan pemeliharaan;

    c.

    Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

    tidak diskriminatif;

    d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

    diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

    yang berlaku;

    e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba

    barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

    barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;

    f. Memberi konpensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang

    dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai

    dengan perjanjian.

    Kewajiban Konsumen sebagaimana diatur dalam Penjelasan huruf c dan e Pasal

    5 UU-PK adalah:

    Huruf c

  • 5/19/2018 BAB I

    16/21

    16

    pelaku usaha dilarang membeda-bedakan konsumen dalam memberikan

    pelayanan. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan

    kepada konsumen.

    Huruf e

    yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa tertentu adalah barang yang

    dapat diuji atau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau kerugian.

    Dalam UU-PK pelaku usaha diwajibkan beritikad baik dalam melakukan kegiatan

    usahanya, sedangkan bagi konsumen, diwajibkan beritikad baik dalam melakukan

    transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Dalam UU-PK tampak bahwa itikad

    baik lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan dalam

    melakukan kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa kewajiban pelaku

    usaha untuk beritikad baik dimulai sejak barang dirancang/direduksi sampai pada

    tahap purna penjualan, sebaiknya konsep hanya diwajibkan beritikad baik dalam

    melakukan transaksi pembelian. barang dan/atau jasa. Hanya ini tentu saja

    disebabkan karena kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak

    barang dirancang/diproduksi oleh produsen (pelaku usaha), sedangkan bagi

    konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat

    melakukan transaksi dengan produsen.

  • 5/19/2018 BAB I

    17/21

    17

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisa pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut.

    1.

    Terdapat pelaku usaha yang ternyata menyisipkan klausula-klausula baku

    yang dilarang dalam Surat Kesepakatan Bersama rumah.

    2. Pencantuman klausula-klausula baku tersebut tidak selamanya berada

    dalam Surat Kesepakatan Bersama, melainkan juga dalam dokumen-

    dokumen lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan Surat

    Kesepakatan Bersama.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban konsumen dan pelaku

    usaha, terutama apabila terdapat hal-hal yang dilanggar disertai dengan

    penjabaran sanksi-sanksinya, termasuk kemungkinan dilakukannya pembatalan

    Kontrak.

    2. Aparat pelaksana perlindungan konsumen harus diberikan pembekalan tentang

    klausula baku yang dilarang beserta contohnya sebagai referensi dalam

    menjalankan fungsi dan tugasnya.

  • 5/19/2018 BAB I

    18/21

    18

    3. Prinsip kebebasan berkontrak tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya alasan

    yang dipergunakan sebagai dasar perjanjian karena masih terdapat parameter

    lainnya yang juga menentukan keabsahan sebuah perjanjian.

    DAFTAR HADIR

    MAHASISWI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    NAMA : BARUNA RATIH

    NPM : 10.11.107.74201.01016

    TEMPAT PKL : PT.DIYATAMA PERSADA RAYA (VILLA TAMARA) JL. A.W

    SYAHRANIE SAMARINDA.

  • 5/19/2018 BAB I

    19/21

    19

    NO HARI/TANGGAL KEGIATAN ABSENSI CATATANATASAN/INSTANSI

    1. Senin

    24 Februari 2014Perkenalan seluruh STAF dan

    Karyawan

    2. Selasa

    25 Februari 2014

    3. Rabu

    26 Februari 2014

    4. Kamis

    27 Februari 2O14

    5. Jumat

    27 Februari 20146. Senin

    3 Maret 2014

    7. Selasa

    4 Maret 2014SAKIT

    8. Rabu

    5 Maret 2014

    9. Kamis

    6 Maret 2014

    10. Jumat

    7 Maret 2014

    11. Senin10 Maret 2014

    12. Selasa

    11 Maret 2014

    13. Rabu

    12 Maret 2014

    14. Kamis

    13 Maret 2014

    15. Jumat

    14 Maret 2014

    16. Senin

    17 Maret 2014

    17. Selasa

    18 Maret 2014

    18. Rabu

    19 Maret 2014

    19. Kamis

    20 Maret 2014

    20. Jumat

    21 Maret 2014

    21. Senin

    24 Maret 2014

    22. Selasa

  • 5/19/2018 BAB I

    20/21

    20

    25 Maret 2014

    23. Rabu

    26 Maret 201424. Kamis

    27 Maret 2014

    25. Jumat

    28 Maret 2014

    26. Senin

    31 Maret 2014LIBUR

    27. Selasa

    1 April 2014

    28. Rabu

    2 April 2014

    29. Kamis3 April 2014

    30. Jumat

    4 April 2014

    31. Senin

    7 April 2014

    32. Selasa

    8 April 2014

    33. Rabu

    9 April 2014LIBUR

    34. Kamis

    10 April 2014

    35. Jumat

    11 April2014

    36. Senin

    14 April 2014

    37. Selasa

    15 April 2014SAKIT

    38. Rabu

    16 April 2014

    39. Kamis

    17 April 2014SAKIT

    40. Jumat

    18 April 2014LIBUR

    41. Senin

    21 April 2014

    42. Selasa

    22 April 2014

    43. Rabu

    23 April 2014

    44. Kamis

    24 April 2014

    45.Jumat

  • 5/19/2018 BAB I

    21/21

    21

    25 April 2014

    46. Senin

    28 April 201447. Selasa

    29 April 2014

    48. Rabu

    30 April 2014

    49. Kamis

    1 Mei 2014LIBUR

    50. Jumat

    2 Mei 2014

    51. Senin

    5 Mei 2014LIBUR

    52. Selasa6 Mei 2014

    53. Rabu

    7 Mei 2014

    54. Kamis

    8 Mei 2014

    55. Jumat

    9 Mei 2014

    56. Senin

    12 Mei 2014

    57. Selasa

    13 Mei 2014

    58. Rabu

    14 Mei 2014

    59. Kamis

    15 Mei 2014LIBUR

    60. Jumat

    16 Mei 2014

    61. Senin

    19 Mei 2014

    62. Selasa

    20 Mei 2014

    63. Rabu

    21 Mei 2014

    64. Kamis

    22 Mei 2014

    65. Jumat

    23 Mei 2014

    66. Sabtu

    24 Mei 2014