bab i

Upload: endang-rahayu-fuji-lestary

Post on 09-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kasus mola

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang cukup bulan dan tidak cacat. Namun, hal ini tidak selalu terjadi. Kadang-kadang terjadi kegagalan kehamilan (reproductive failure), tergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. Kegagalan ini bias berupa abortus, kehamilan ektopik, prematuritas, kehamilan janin dalam rahim, atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi, termasuk juga penyakit trofoblas.1Mola hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas. Adalah suatu kehamilan yang berkembeng tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik menjadi massa gelembung-gelembung bening. Dalam hal demikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila perubahan mola hanya fokal dan tidak berlanjut disertai janin atau bagian dari janin disebut Mola parsialis atau Partial mole.3Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai satu atau dua sentimeter. Gambaran histopatologik yang khas dari mola adalah: edema, stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili dan proliferasi sel-sel epitel trofoblas, sedangkan gambaran sitogenik-nya pada umumnya dapat berupa X 46.4Molahidatidosa yang khas merupa-kan massa besar dari vili khorionik yang mengalami pembengkakan. Kadang-kadang mengalami dilatasi kistik yang dilapisi oleh epitel korion dalam jumlah yang berbeda-beda dari jinak sampai yang atipik. Akhir-akhir ini mola dibagi dalam 2 subtipe yang berbeda yaitu mola hidatidosa komplet dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplet, tidak pernah mengandung janin, umbilicus atau selaput amnion. Semua jonjot korion dalam bentuk abnormal dan sel epitel korion biasanya memiliki kariotip 46 XX. Mola hidatidosa parsial, mengandung janin, umbilicus, dan selaput amnion, memiliki jonjot korion yang normal dan hampir selalu tripoid.7

BAB IILAPORAN KASUS

I. IDENTITASNama: Ny. MTUsia: 23 tahunSuku: JawaJenis kelamin: PerempuanPekerjaan: WiraswastaPendidikan Terakhir: SMUStatus: MenikahAgama: IslamAlamat: Pandeyan 3/3 Jetis SukoharjoNo RM: 216xxxTanggal MRS: 01 Agustus 2014, Pkl. 12.41 WIB

II. ANAMNESISA. Keluhan UtamaKeluar darah dari kemaluan sejak 2 hari yang lalu.B. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh keluar darah dari kemaluan 2 hari SMRS berupa flek-flek kecokelatan yang semakin lama semakin banyak. Perdarahan pertama dialami pukul 15.00 WIB dua hari sebelum masuk RS. Kemudian perdarahan kedua dialami pukul 20.00 WIB sehari sebelum masuk RS. Pasien mengganti pembalut 2x ganti pembalut, riwayat keluar gelembung seperti mata ikan (+). Pasien mengaku sedang hamil 15 minggu dan sudah pernah mengecek pp test pada bulan Juli dan hasilnya positif. Pasien mengatakan sering mual dan muntah sampai 5 x/hari, perutnya terasa nyeri dibagian bawah saat darah keluar dari kemaluannya, namun kini menurut pasien ia tidak merasakan nyeri lagi, pasien juga tidak merasakan gerakan janinnya. Riwayat jantung berdegup kencang(-), keringat dingin (-), sesak nafas (-)

C. Riwayat penyakit dahulu Riwayat Hipertensi: Disangkal Riwayat Diabetes mellitus: (+) Riwayat TBC: Disangkal Riwayat pengobatan dengan OAT: Disangkal Riwayat asma: Disangkal Riwayat batuk lama: Disangkal Riwayat alergi: Disangkal Riwayat opname: Disangkal Riwayat operasi: Disangkal

D. Riwayat Pribadi Riwayat merokok: Disangkal Minum-minuman beralkohol: Disangkal Minum jamu: Disangkal

E. Riwayat Keluarga Riwayat Hipertensi: Disangkal Riwayat Diabetes mellitus: Disangkal Riwayat TBC: Disangkal Riwayat pengobatan dengan OAT: Disangkal Riwayat alergi: Disangkal Riwayat asma: Disangkal Riwayat batuk lama: Disangkal Riwayat alergi: Disangkal Riwayat menderita kanker: Disangkal

F. Riwayat ObstetriKehamilan keTempatPenolongCara KehamilanCara PersalinanBB LahirJenis KelaminUsiaKeadaan H/M

HAMIL SAAT INI

G. Riwayat Perkawinan :Status : Menikah

H. HaidHPHT : 16 Mei 2014Siklus haid: Tidak teraturLama haid: 7 hariBanyaknya: Biasa Dismenorea: (-)Menarche usia: 14 tahun I. Riwayat kontrasepsiKontrasepsi terakhir : Tidak Pernah

J. Prenatal Care :Pasien tidak pernah melakukan prenatal care

K. Keluhan selama kehamilanTidak merasakan keluhan apapun selama hamil

III. PEMERIKSAAN FISIKA. Vital signsTekanan darah: 110/70Nadi: 80 x/menitRespirasi rate: 18 x/menitSuhu: 36,8 C

B. Pemeriksaan fisikKepala: Konjungtiva anemis (-/-)sklera ikterik (-/-)nafas cuping hidung (-)Leher: Retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar linfe (-)Thorax: Paru-paruInspeksi: Dada simetris, tidak ada benjolan, tidak ditemukan ketinggalan gerak pada dada sebelah kiri, tidak ditemukan retraksi intercostae, inspirasi sama dengan ekspirasiPalpasi: Ketinggalan gerak ( -/-) Fremitus raba ( +/+)Perkusi : SonorAuskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+) Suara tambahan : wheezing (-/-), rhonki(-/-)Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, bising jantung tidak ditemukan.Abdomen: Peristaltik usus normal, perkusi : timpaniTidak ada nyeri tekan pada seluruh regio abdomenEkstremitas: Akral hangat pada ke empat extremitasClubbing finger tidak ditemukan, edema tidak ditemukan.Urogenital: BAK : dalam batas normalBAB : dalam batas normalGenitalia : dalam batas normalPerdarahan Per Vaginam : (+)C. Status ObstetriPemeriksaan LuarHPMT: 16 Mei 2014Usia Kehamilan: 15 MingguTFU: Belum teraba, Tidak teraba gerakan janinDJJ: (-)Pemeriksaan InspekuloTidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium darah lengkap dan kimia darahDilakukan pada tanggal 07 Juli 2014 LaboratoriumTesHasilNilai Normal

Leukosit8,3 x 10^3/uL3.8 10.6

Eritrosit4.0 x 10^6/uL4.40 - 5.90

Hemoglobin10.4 g/dL13.2 17.3

Hematokrit31%40 52

Trombosit316 x10^3/uL150 - 450

NRBC0.00 %0 - 1

Neutrofil70 %53 -75

Limfosit18.50 %25 - 40

Monosit4,70 %2 - 8

Eosinofil0.20 %2.00 4.00

BasofilIGWaktu PerdarahanWaktu Pembekuan0.10 %0.20 %3 menit3 menit0 1

Golongan DarahB

KIMIA KLINIKGula darah SewaktuSGOTSGPT

SERO IMUNOLOGI Hbs Ag191 md/dL19,09 U/L15,8 U/L

Negatif70 -1200 350 35

Negatif

2. USG Abdomen

V. RESUME/DAFTAR MASALAH (yang ditemukan positif)A. AnamnesisSeorang perempuan usia 23 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina selama kurang lebih 2 hari SMRS, cairan yang keluar dari vaginanya merupakan darah , darah yang keluar berwarna kemerahan disertai dengan gelembung-gelembung. Pasien mengaku sebelum keluar darah darah, pasien memang mengerjakan banyak aktivitas berat sehingga pasien merasa sedikit kelelahan. Pasien juga merasakan nyeri di bagian perut bagian bawah kanannya saat keluar cairan darah dari vagina. Pasien juga mengeluhkan nafsu makannya menurun disertai penurunan berat badan.

B. Diagnosis fisikPada pemeriksaan fisik diperoleh TFU tidak teraba. Didapatkan juga abdomen cembung dan lunak dan tidak terdengarnya denyut jantung janin. Perdarahan pervaginam (+) disertai dengan gelembung (+).

VI. DiagnosaMola Hidatidosa Komplit

VII. Follow Up Bangsal

Tanggal 01 September 2014 Pasien mengeluh mengalami pendarahan disertai dengan gelembung. Pasien mengganti pembalutnya 2x sehari. Pasien merasakan nyeri perut bagian bawah disertai dengan mual namun tidak muntah. Keadaan umum compos mentis dengan vital sign :Tekanan darah : 110/70 mmHgNadi: 78 x/menitRespirasi: 20 x/menitSuhu: 36,8CKepala : CA (-/-), SI (-/-). Leher tidak ada pembesaran limfonodi, tiroid tidak teraba. Thoraks : pulmo simetris, fremitus (+/+), SDV (+/+), ST (-/-). Suara jantung I-II reguler, bising jantung (-). Abdomen : supel, peristaltik (+), NT (-). Genitalia : Perdarahan pervaginam (+). Ekstremitas : superior edem (-), inferior edem(-).Status obstetri : G1P0A0, UK 15 minggu. TFU belum teraba.Diagnosis : Mola HidatidosaTerapi : Infus Ringer Laktat 20 tpm, persiapan untuk kuretase : pasang Laminaria. Tanggal 02 September 2014 Pasien mengeluh perut terasa kencang. Perdarahan pervaginam (-) Keadaan umum compos mentis dengan vital sign :Tekanan darah : 110/70 mmHgNadi: 80 x/menitRespirasi: 20 x/menitSuhu: 36,9CKepala : CA (-/-), SI (-/-). Leher tidak ada pembesaran limfonodi, tiroid tidak teraba. Thoraks : pulmo simetris fremitus (+/+), SDV (+/+), ST (-/-). Suara jantung I-II reguler, bising jantung (-). Abdomen : supel, peristaltik (+), NT (-). Genitalia : Perdarahan pervaginam (-). Ekstremitas : superior edem (-), inferior edem (-).Status obstetri : G1P0A0, UK 15 minggu. TFU belum teraba.Diagnosis : Mola HidatidosaTerapi : Infus Ringer Laktat 20 tpm, konsul penyakit dalam karena GDS tinggi, pasang laminaria pre kuretase.Tanggal 03 September 2014(06.00 WIB)Pasien mengeluh perut terasa kencang. Perdarahan pervaginam (-) Keadaan umum compos mentis dengan vital sign :Tekanan darah : 130/80 mmHgNadi: 78 x/menitRespirasi: 20 x/menitSuhu: 36,8CKepala : CA (-/-), SI (-/-). Leher tidak ada pembesaran limfonodi, tiroid tidak teraba. Thoraks : pulmo simetris fremitus (+/+), SDV (+/+), ST (-/-). Suara jantung I-II reguler, bising jantung (-). Abdomen : supel, peristaltik (+), NT (-). Genitalia : Perdarahan pervaginam (-). Ekstremitas : superior edem (-), inferior edem (-).Status obstetri : G1P0A0, UK 15 minggu. TFU belum teraba.Diagnosis : Mola HidatidosaTerapi : Rencana kuretase hari ini.

LAPORAN KURETASEKuretaseTanggal kuretase: 03 September 2014Jam kuretase: 10.00 mulai kuretaseOperator: dr Ali Samhur, Sp.OGAhli Anestesi: dr Chendra, Sp.AnDiagnosa Pra Kuret: Mola hidatidosa Diagnosa Post Kuret: Mola hidatidosa Indikasi Operasi: Mola HidatidosaJenis Tindakan: Kuretase Jenis Anestesi: NuDesinfeksi kulit: Povidone iodine 10%Jaringan dikirim ke PA

Laporan Operasi Lengkap1) penderita diletakkan dalam posisi lithotomi. 2) Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya, dipasang spekulum bawah yang dipegang oleh asisten. 3) Dengan pertolongan spekulum atas, bibir depan prtio dijepit dengan fenster klem. Sonde masuk sedalam 10 cm uterus. 4) Dilakukan kuretase secara sistematis dan hati-hati sampai cavum uteri bersih dengan vakum kuret dan sendok kuret nomor 10. 5) Berhasil dikeluarkan jaringan mola hidatidosa sebanyak 100gr. 6) Perdarahan 40 ccTanggal 03 September 2014Pasien post kuretase I a/i mola hidatidosa. Perdarahan pervaginam (+), perdarahan berwarna merah segar. Pasien ganti pembalut 2-3x sehari. Nyeri perut (+). Keadaan umum compos mentis dengan vital sign :Tekanan darah : 110/70 mmHgNadi: 80 x/menitRespirasi: 20 x/menitSuhu: 36,8CKepala : CA (-/-), SI (-/-). Leher tidak ada pembesaran limfonodi, tiroid tidak teraba. Thoraks : pulmo simetris fremitus (+/+), SDV (+/+), ST (-/-). Suara jantung I-II reguler, bising jantung (-). Abdomen : supel, peristaltik (+), NT (-). Genitalia : Perdarahan pervaginam (+). Ekstremitas : superior edem (-), inferior edem (-).Diagnosis : Post Kuretase I atas indikasi mola hidatidosa hari ke-1Terapi : Cefadroxil 2x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg.Pasien boleh pulang untuk kuretase ke II tanggal 10 September 2014, dengan obat-obatan yang boleh dilanjutkan : Cefadroxil 2x500 mg, Metergin 3x1, Vitamin B Complex 3x1.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

1. DefinisiMola hidatidosa IDC-10 (001,D39.2) adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung yang menyerupai anggur.1Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestational yang secara histologik ditandai dengan proliferasi sel trofoblas, vili korialis yang avaskular dan mengalami degenerasi hidrofik, yang secara klinis tampak sebagai gelembung-gelembung. Proliferasi sel trofoblas pada molahidatidosa dapat berupa proliferasi sitotrofoblas, sinsiotrofoblas ataupun intramediate trofoblas dengan proporsi yang berbeda pada tiap kasus.32. Etiologi dan Faktor ResikoSampai saat ini Mola Hidatidosa belum diketahui, namun beberapa faktor resiko dapat menjadi penyebab Mola Hidatidosa yaitu2 :a. UsiaFaktor resiko untuk mola hidatidosa komplit tertinggi pada wanita usia di atas 35 tahun dan dibawah 20 tahun. Resiko bahkan lebih tinggi pada wanita diatas usia 45 tahun.b. Riwayat Kehamilan dengan Mola sebelumnyac. Riwayat abortusd. Golongan darahWanita dengan golongan darah A dan AB beresiko lebih tinggi dibanding dengan wanita dengan golongan darah B atau O.e. Penggunan Kontrasepsi pilf. Riwayat Penyakit serupa dalam keluarga.2

3. InsidensiFrekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120 kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan).1 Di Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan).5Secara umum dikatakan bahwa insidensi Mola Hidatidosa di negara barat lebih daripada negara di Asia dan beberapa negara Amerika Latin, tetapi angkanya lebih sukar diperbandingkan karena umumnya menggunakan data populasi, sedangkan di negara berkembang menggunakan data rumah sakit.3Insidensi Mola Hidatidosa di beberapa negara :Amerika Serikat1 : 1000-1500 persalinanKorea Selatan1 : 429 1 : 488 persalinanMalaysia1 : 357 persalinanJepang1 : 538 persalinan hidupBeberapa kota di Indonesia 1 : 51- 141 kehamilan34. Klasifikasia. Molahidatidosa komplitMerupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.3Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 X dan 23 Y (dispermi) sehingga terjadi 46 XX atau 46 XY. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.4Secara makroskopis MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista atau gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai 2-3cm, berdinding tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau edema. Kalau ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai. Oleh karena itu MHK disebut juga kehamilan anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium. 1Umumnya seluruh endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah perdarahan. Kadang-kadang gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah atau coklat tua yang sudah mengering. Sebelum ditemukan USG, MHK dapat mencapai ukuran besar sekali dengan jumlah gelembung melebihi 2.000 cc.3Gambar: Molahidatidosa komplitb. Molahidatidosa parsialisMHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan yang mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun gambaran PA-nya.3Pada MHP hanya sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang kasus MHP yang janinnya hidup sampai aterm.3Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak mengetahui dengan tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya dan bagaimana penyebaran penyakitnya.4

Gambar : Mola Hidatidosa Parsialis

5. PatogenesisAda beberapa teori yang diajukan menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast6 :a. Teori missed abortion : Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Karena itu terjadi gangguan peredaran darah, sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah disebabkan kekurangan gizi berupa asam folat dan histidin pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini kemudian menyebabkan gangguan dalam angiogenesis.b. Teori neoplasma dari Park : Yang abnormal adalah sel-sel trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal pula, dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi paternal dari 1 sperma atau fertilisasi disperma).66. Manifestasi KlinisDapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu3 :a. Keluhan utamaAmenorea dan perdarahan pervaginamb. Perubahan yang menyertai Uterus lebih besar dari usia kehamilan Kadar HcG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar HcG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada mola hidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L Adanya kistik lutein, baik unilateral maupun bilateralc. Adanya penyulit Pre eklampsia Tiroksikosis Emboli paruDi samping hal-hal yang tersebut mola hidatidosa juga menunjukkan gambaran klinik, seperti kehamilan lain, misalnya mual, muntah, dan makan kurang. Mola Hidatidosa Komplit mempunyai keluhan dan penyulit lebih besar dibanding Mola Hidatidosa Parsial.37. Diagnosisa. AnamnesisWanita mengeluh : terlambat haid (amenorea) mual dan muntah yang berlebihan adanya perdarahan pervaginam perut merasa lebih besar dari lamanya amenorea walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anakb. Klinis Ginekologi : uterus lebih besar dari tuanya kehamilan tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, seperti detak jantung anak, balotemen atau gerakan anakc. LaboratoriumKadar B-hCG lebih tinggi dari kehamilan normal. Pada penyakit trofoblas gestasional kadar hCG serum berlipat ganda lebih tinggi dari pada kadar hCG pada kehamilan normal. Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk diagnosis maupun untuk melakukan pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. Human chosionic gonadotropin adalah hormon glycoprotein yang dihasilkan oleh placenta yang mempunyai aktifitas biologis yang mirip LH. Sebagian besar hCG di produksi di plasenta namun sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Molekul Human chorionic gonadotropin memiliki 2 rantai asam amino yakni rantai hCG terdiri atas 92 asam amino dan rantai hCG terdiri atas 145 asam amino yang satu sama lain berikatan secara nonkovalen.6Rantai hCG mirip dengan rantai dari FSH , LH dan TSH yang merupakan hormon hormon glycoprotein yang dihasilkan oleh lobus anterior hypophysis. Pada kehamilan normal pemeriksaan terhadap hCG dengan pereaksi yang menggunakan antibodi monoklonal terhadap hCG cukup dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan urine sebagai spesimen. Pemeriksaan hCG serum secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan bahwa kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester pertama kehamilan, yakni pada hari ke 60-70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola hidatidosa dan pada tumor trofoblas`gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi dari pada`kadar puncak hCG pada kehamilan normal.7Pemantauan kadar hCG pada penderita penyakit trofoblas gestasional dianjurkan dengan cara RIA/IRMA sedangkan bila menggunakan EIA/ ELISA harus dipilih dengan hati-hati karena pada penyakit trofoblas gestasional molekul hCG yang utuh ( intact hCG ) dapat terurai menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil seperti free - hCG ,nicked - hCG , nicked - hCG without CTP dan core hCG, sehingga bila pereaksi yang dipakai hanya dapat mendeteksi rantai hCG saja maka kadar hCG yang terukur lebih rendah dari kadar total hCG yang sebenarnya akibat adanya hook effect7 d. USG Molahidatidosa komplit: tidak tampak kantung janin maupun bagian dari janin. Seluruh cavum uteri berisi gambaran vesikuler. Molahidatidosa parsial: tampak gambaran vesikuler di plasenta dengan IUFD.4

8. Diagnosis Bandinga. Abortus b. Hidramnionc. Kehamilan dengan mioma 9. PenatalaksanaanTerapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu: a) perbaiki keadaan umum; b) pengeluaran jaringan mola; c) terapi profilaksis dengan sitostatika; d) pemeriksaan tindak lanjut (follow up). 3,6a. Perbaikan keadaan umum. Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila anemia (Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dengan protocol penanganannya. Sedang-kan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam. b. Pengeluaran jaringan mola. Ada 2 cara yaitu: 1) kuretase; 2) Histerektomi. 1) Kuretase Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar -hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan. Bila kanalis servikalis belum ter-buka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian. Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan infus dengan tetesan oxytocin 10 UI dalam 500 cc Dextrose 5%/. Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1 minggu. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA. 2) Histerektomi: tindakan ini dilaku-kan pada wanita yang telah cukup (> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang). c. Terapi profilaksis dengan sitostatika Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapat-kan metotreksat sekitar 14%, sedangkan yang tidak mendapat sekitar 47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan pemberian kemoterai untuk tujuan trapi definitive memberi-kan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis diberikan apabila. apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah: Metotreksat 20 mg/ hari IM selama 5 hari. d. Pemeriksaan tindak lanjut Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun Setelah pengawasan penderita dianjur-kan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol Pemeriksaan kadar -hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar -hCG normal tiga kali berturut-turut Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar -hCG normal selama 6 kali berturut-turut Bila terjadi remisi spontan (kadar -hCG, pemeriksaan fisis, dan foto thoraks setelah saru tahun semua-nya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi. Bila selama masa observasi kadar -hCG tetap atau bahkan meningkat taua pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. 10. Komplikasia. Perdarahan yang hebat sampai syok; kalau tidak segera ditolong akan berakibat fatalb. Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemiac. Infeki sekunderd. Perforasi karena keganasan dan karena tindakane. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20 kasus, akan menjadi mola destruens atau khoriokarsinoma.8

11. Prognosisa. Prognosis quo ad vitam pada pasien ini ad bonam b. Prognosa Quo ad functionam pasien ini ad bonamc. Prognosa Quo ad sanationam pasien ini ad bonam

BAB IIIKESIMPULAN

Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestational yang secara histologik ditandai dengan proliferasi sel trofoblas, vili korialis yang avaskular dan mengalami degenerasi hidrofik, yang secara klinis tampak sebagai gelembung-gelembung.Sampai saat ini Mola Hidatidosa belum diketahui, namun beberapa faktor resiko dapat menjadi penyebab Mola Hidatidosa yaitu usia, riwayat kehamilan dengan mola sebelumnya, Riwayat abortus, Golongan darah, Penggunan Kontrasepsi pil, Riwayat Penyakit serupa dalam keluarga.Mola Hidatidosa diklasifikasikan menjadi Mola Hidatidosa Komplit dan Mola Hidatidosa Parsialis.Manifestasi klinis Mola Hidatidosa terdiri atas keluhan utama, perubahan yang menyertai dan adanya penyulit.Diagnosis Mola Hidatidosa dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan HcG dan USG Abdomen.Penatalaksanaan dari Mola Hidatidosa memiliki 4 tahap yaitu: a) perbaiki keadaan umum; b) pengeluaran jaringan mola; c) terapi profilaksis dengan sitostatika; d) pemeriksaan tindak lanjut (follow up).