bab i

Upload: alfiatuz

Post on 09-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIdentifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orang tuanya. Identitas seseorang yang dapat dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan) (Gani, 2002). Tugas utama dari para ahli kedokteran gigi forensik atau dokter gigi forensik adalah melakukan identifikasi terhadap jasad individu yang sudah rusak, mengalami dekomposisi, atau sudah tidak dalam keadaan itu. Identifikasi gigi yang utama adalah membandingkan data gigi postmortem dengan data gigi antemortem individu, melalui deskripsi struktur gigi dan restorasi, studi model, atau radiografi (Abdul, 2009).Forensik odontologi merupakan salah satu metode penentuan identitas individu. Keunggulan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar (Atmadja, 2004).

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang diatas rumusan masalah makalah ini adalah apakah peran odontologi forensik dalam identifikasi korban.

1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui ilmu odontologi forensik dasar.2. Mengetahui peran dokter gigi dalam forensik.3. Mengetahui perbedaan gigi sulung dan gigi permanen.4. Mengetahui dasar-dasar penamaan gigi.

1.4 Manfaat PenulisanManfaat penulisan makalah ini adalah agar Mahasiswa Kedokteran Gigi Institul Ilmu Kesehatan memahami tentang odontologi forensik.

1.5 HipotesisOdontologi forensik berperan dalam identifikasi dengan pembuatan data post mortem dan data antemortem yang membantu penyidikan.

BAB IITINJUAN PUSTAKA

2.1 Forensik Ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis (pengujian) barang bukti merupakan utama dalam penyidikan tersebut (Made, 2012).

2.1.1 Identifikasi Forensik Secara umumIdentifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi juga diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan (Dr. Amri, 2000).

2.1.2 Macam Cara Identifikasi Munurut Dr. Amri (2000) Objek identifikasi dapat berupa orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia adalah sebagai berikut:1. Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masih hidup Penampilan umum (general appearance) yaitu tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, umur, warna kulit, rambut dan mata. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya. Tugas melakukan identifikasi pada orang hidup tersebut menjadi tugas pihak kepolisian. Dalam hal-hal tertentu dapat dimintakan bantuan dokter, misalnya pada kasus pemalsuan identitas di bidang keimigrasian atau kasus penyamaran oleh pelaku kejahatan.2. Sedangkan identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal dunia dapat dilakukan terhadap: Jenazah yang masih baru dan utuh Jenazah yang sudah membusuk dan utuh Bagian-bagian dari tubuh jenazahDigunakan dua motode dalam identifikasi korban adalah sebagai berikut: Identifikasi komparatif, yaitu apabila tersedia data post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal, mengenai ciri-ciri fisik, pakaian, identitas khusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll), dalam suatu komunitas yang terbatas. Identifikasi rekonstruktif, yaitu apabila tidak tersedia data ante-mortem dan dalam komunitas yang tidak terbatas/plural.

2.2 Odontologi ForensikForensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut dimana mempelajari tentang identifikasi korban / barang bukti melalui data gigi nya baik itu data ante mortem maupun post mortem untuk kepentingan peradilan (Djohansyah, 2006).

2.2.1 Ruang Lingkup Odontologi ForensikRuang lingkup odontologi forensik sangat luas meliputi semua bidang keahlian kedokteran gigi. Menurut Djohansyah (2006) Batasan dari forensik odontologi terdiri dari:1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.2. Penentuan umur dari gigi.3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).4. Penentuan ras dari gigi.5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.6. Dental jurisprudenceberupa keterangan saksi ahli.7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.8. Peran dokter gigi forensik dalam kecelanaan massal.

2.3 Identifikasi Melalui Gigi GeligiMenurut Sulistiyowati (2010) Identifikasi melalui gigi geligi dapat untuk menentukan hal berikut:a) Umur Pada anak-anak perkiraan umur dapat dilihat dari jumlah gigi susu yang tumbuh dan yang tanggal, dan pada dewasa pengamatan terhadap gigi orang dewasa berdasarkan 6 hal, yaitu: keausan gigi (attrition), dentin sekunder , penurunan tepi gusi (gingival recession), penebalan cementum pada lapis luar gigi, penyusutan akar, dan transparasi dentin.b) Jenis KelaminUkuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Identifikasi jenis kelamin melalui gigi geligi ,antara pria dan wanita dapat dibuat tabel sebagai berikut:Gigi-GeligiWanitaPria

Outline bentuk gigiRelatif lebih kecilRelatif lebih besar

Lapisan email dan dentinRelatif lebih tipisRelatif lebih tebal

Bentuk lengkung gigiCenderung ovalTapered

Ukuran cervico incicial mesio distal caninus bawahLebih kecilLebih besar

Outline incisive pertama atasLebih bulatLebih persegi

Lengkung gigiRelatif lebih kecilRelatif lebih besar

Identifikasi jenis kelamin melalui lengkung rahang (Lukman, 2006):1. Identifikasi jenis kelamin melalui lengkung rahang atasPada pria, lengkung rahang lebih besar daripada wanita karena relatif gigi geligi pria jarak mesio distal lebih panjang dibandingkan dengan wanita.Sedangkan palatum pada wanita lebih kecil dan berbentuk parabol.Dan pada pria, palatum lebih luas serta berbentuk U(Lukman, 2006).2. Identifikasi jenis kelamin melalui lengkung rahang bawahLengkung rahang pria lebih besar dari wanita karena gigi-geligi wanita jarak mesio distalnya lebih kecil daripada pria (Lukman, 2006).c) Golongan DarahPada orang yang mempunyai sifat secretor (80% manusia bersifat secretor), maka golongan darahnya dapat diperiksa melalui gigi selain rambut, tulang, kuku, air liur, dan sperma/cairan vagina. Selain pada gigi, golongan darah juga dapat diketahui dari saliva. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur atau saliva haruslah dibuat sediaan ulas pada TKP maupun pada korban yang masih terdapat air liur baik masih basah maupun sudah kering. Identifikasi golongan darah ini haruslah di Cross Check atau pemeriksaan silang dengan keluarga yang sedarah semenda yaitu saudara kandung, ayah dan ibu.Identifikasi ini disebut pula sebagai Pembuktian dari tracing air liur atau Salivary Trace Evidence.d) RasSetiap kelompok ras (Mongoloid, Caucasoid, Negroid) memiliki cirri-ciri fisik yang berbeda, termasuk pada struktur tulang tengkorak dan gigi-geliginya. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah kelompok ras mongoloid.e) KebiasaanIdentifikasi umur melalui gigi berdasarkan kebiasaan menggigit benda-benda keras baik pada gigi seri maupun gigi premolar ataupun gigi-gigi lain yang mempunyai interdigitasi gigi atas dengan gigi bawah. Identifikasi ini antara lain (Julianti, dkk., 2008):

f) Ciri KhususJika pada korban dapat ditemukan ciri-ciri yang khas/spesifik, maka penentuan identitas korban akan lebih mudah lagi. Beberapa cirri khas ini antara lain misalnya: adanya gigi palsu terbungkus emas pada gigi depan, ompong pada gigi depan, susunan gigi yang tidak teratur, gigi yang terlalu maju dan rahang baeah yang terlalu lebih ke depan dari pada rahang atas.

2.4 BitemarkBite mark adalahk bekas yang ditinggalkan pada korban berupa suatu jejak sampai suatu kehilangan oleh suatu susunan gigi geligi (gambar, letak, bentuk ujung, susunan gigi geligi).Klasifikasi bitemark adalah sebagai berikut :1. Kelas I, Pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus. 2. Kelas II, Pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola gigitan cusp buccalis dan palatalis maupun cusp buccalis dan cusp lingualis tetapi derajata pola gigitannya sedikit.3. Kelas III, Pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II. 4. Kelas IV, Pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan irreguler.5. Kelas V, Pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisive, kaninus, dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.

2.5 Keuntungan Gigi Sebagai Objek Pemeriksaan Menurut Lukman (2012) keuntungan gigi dijadikan sebagai objek pemeriksaan pada identifikasi jenazah adalah sebagai berikut :a) Gigi-geligi merupakan rangkaian lengkungan secara anatomis, antropologis dan morfologis mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila trauma mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.b) Gigi-geligi sukar untuk membusuk kecuali gigi tersebut sudah mengalami nekrotik atau gangren, biarpun dikubur, umumnya organ-organ tubuh lain bahkan tulang telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh).c) Gigi-geligi di dunia ini tidak ada yang sama karena menurut SIMS dan Furnes bahwa gigi manusia kemungkinan sama adalah 1:1000000000.d) Gigi-geligi mempunyai ciri-ciri yang khusus apabila ciri-ciri gigi tersebut rusak atau berubah maka sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan menggunakan gigi bahkan setiap ras mempunyai ciri yang berbeda.e) Gigi-geligi tahan asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang dibunuh dan direndam di dalam drum berisi asam pekat, jaringan ikatnya hancur sedangkan giginya masih utuh.f) Gigi-geligi tahan panas, apabila terbakar sampai dengan suhu 4000C gigi tidak akan hancur, kecuali dikremasi karena suhunya diatas 10000C. Gigi menjadi abu sekitar suhu lebih dari 6490C. Apabila gigi tersebut ditambal menggunakan amalgam maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu lebih dari 8710C, sedangkan bila gigi tersebut memakai mahkota logam atau inlay alloy emas maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu 871-10930C.g) Gigi-geligi dan tulang rahang secara roentgenografis, biarpun terdapat pecahan-pecahan rahang pada roentgenogramnya dapat diinterpretasi kadang-kadang terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang yang khas.h) Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya ia memakai gigi palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat ditelusuri atau diidentifikasi. Gigi palsu akrilik akan terbakar menjadi abu pada suhu 5380C-6490C. Bridge dari porselen akan menjadi abu pada suhu 10930C.i) Gigi-geligi merupakan sarana terakhir dalam identifikasi apabila sarana-sarana lain atau organ lain tidak ditemukan.

2.6 Keterbatasan Odontologi ForensikMenurut Rai (2013) keterbatasan odontologi forensik adalah sebagai berikut:a) Rugae palatal tidak bisa digunakan pada kasus edentulus, ketika tidak ada data antemortem, ketika ada patologi di palatal, dan jika korban terbakar, mengalami dekomposisi, dan skeletonisasi karena rugae sering hancur.b) Sidik bibir tidak bisa digunakan 20 jam setelah kematian, jika ada patologi di bibir seperti mukokel, dan cleft, atau jika ada perubahan postoperaso dari bibir, ada scar, dan lain-lain.c) Bite mark tidak bisa digunakan 3 hari setelah kematian atau jika sudah dekomposisi atau jika korban terbakar.d) Bisa terjadi kesalahan ketika mengambil foto dan radiograf. Kesalahan dapat terjadi saat pengambilan sampel, proses, dan interpretasi. Kontaminasi bakteri dan DNA orang lain dapat mengubah interpretasi.

2.7 Nomeklartur GigiMenurut Ijhiningsing (2013) Nomenklatur adalah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa cara nomenklatur yaitu:1. Cara Universal

Contoh: M3 atas kiri permanen = 16 c bawah kanan sulung = R

2. Cara Zsigmondy

Contoh: P2 atas kanan = 5m2 atas kiri = V3. Cara PalmersCara penulisan sama dengan cara Zsigmondy.

4. Cara Applegate

Contoh: P2 atas kanan permanen = 13c bawah kanan = XIII

5. Cara Amerika

6. Cara Haderup

Contoh : P2 atas kanan permanen = 5 +M2 bawah kiri = - 057. Cara G.B denton

Contoh: P2 atas kanan permanen = 2.5c bawah kanan sulung = a.5

8. Cara FDI/WHO

9. Cara Utrecht / Belanda Dengan menggunakan tanda-tanda:S : Superior/atasI : Inferior/bawahd : dexter/kanans : sinister/kiri

Gigi tetap (pakai huruf besar)Contoh: P2 atas kanan = P2 SdI1 bawah kiri = I1 IsGigi sulung (pakai huruf kecil)Contoh: c bawah kanan = c Id

2.8 Jenis Data Odontologi ForensikA. Data AntemortemMenurut Lukman (2006) Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya, biasanya berisikan:- Identitas pasien.- Keadaan umum pasien.- Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan).- Data perawatan kedokteran gigi.- Nama dokter gigi yang merawat.- Informed consent (hanya sedikit sekali dokter gigi di Indonesia yang membuat informed consent baik di praktik pribadi maupun di rumah sakit).B. Data PostmortemMenurut Lukaman (2006) mekanisme adalah sebagai berikut:1. Pencatatan data postmortem menurut formulir DEPKES berwarna merah dengan catatan victim identification pada mayat. Yang pertama dilakukan adalah fotografi kemudian proses pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut, lalu dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Bila terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas untuk dilakukan pencetakan. Studi model rahang korban juga merupakan barang bukti.2. Dilakukan pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainan-kelainan di rongga mulut dicatat pada kolom tertentu. Catatan ini adalah lampiran dari visum et repertum korban. Lalu dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional, lalu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratorium dengan formulir baku mutu nasional pula.3. Setelah diperoleh hasil laboratorium maka dilakukan pencatatan ke dalam formulir lengkap baru dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai KUHAP demi proses peradilan. Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran-lampirannya serta barang buktu dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum pidana.

2.9 Syarat Menjadi Dokter Gigi ForensikMenurut Harvey (2006) seorang dokter gigi forensik harus memiliki beberapa kualifikasi aatau syarat sebagai berikut :1. Kualifikasi terpenting yang harus dimiliki oleh seorang dokter gigi forensik adalah latar belakang kedokteran gigi umum yang luas, meliputi semua spesialisasi kedokteran gigi. 2. Pengetahuan tentang bidang forensik terkait. Seorang dokter gigi forensik harus mengerti sedikit banyak tentang kualifikasi dan bidang keahlian forensik lainnya yang berkaitan dengan tugasnya, seperti penguasaan akan konsep peran dokter spesialis forensik, cara otopsi, dsb. 3. Pengetahuan tentang hukum. Seorang dokter gigi forensik harus memiliki pengetahuan tentang aspek legal dari odontologi forensik, karena ia akan banyak berhubungan dengan para petugas penegak hukum, dokter forensik dan juga pengadilan.

2.10 Aspek Hukum Odontologi Forensik1. Dasar Pengadaan VeR Pasal 133 KUHAP Pasal 216 KUHP Pasal 22 KUHP2. Permintaan Sebagai Saksi Ahli Pasal 179 (1) KUHP Pasal 224 KUHP3. VeR bagi tersangka Pasal 120 KUHAP Pasal 180 KUHAP Pasal 55 Undang-Undang Kesehatan4. Keterangan Ahli Pasal 1 Butir 28 KUHAP5. Alat Bukti Sah Pasal 183 KUHAP Pasal 184 KUHAP Keterang ahli diberikaan secara tertulis Pasal 184 KUHAP

2.11 Perbedaan Gigi Sulung dan PermanenMenurut Idjiningsih (2013) perbedaan gigi sulung dan permanen adalah sebagai berikut:1. Pada gigi susu tidak ada gigi premolar atau gigi yang menyerupai premolar.2. Akar gigi susu mengalami responsi.3. Pada gigi susu tidak terbentuk sekunder dentin.4. Permukaan fasial gigi susu lebih licin dari pada gigi permanen.5. Gigi geligi susu lebih putih dari pada gigi geligi permanen.6. Permukaan bukal dan lingual dari gigi molar susu lebih datar dari pada gigi molar permanen.7. Ukuran mesio distal lebih lebar dari pada ukuran serviko insisalnya dibandingkan dengan gigi permanen.8. Ukuran mesio distal akar akar gigi susu anterior sempit.9. Bentuknya menyerupai bentuk elemen yang bersangkutan pada gigi geligi permanen tetapi lebih kecil.10. Servikal ridge pada pandangan bukal dan lingual dari gigi molar susu lebih tegas dari pada molar tetap.11. Ruang pulpa gigi susu lebih besar daripada rung pulpa gigi permanen.12. Secara keseluruhan ukuran gigi susu lebih kecil daripada gigi permanen

BAB IIICONCEPTUAL MAPPING

Syarat drg melakukan Odontologi forensikHukum Odontologi forensik

BAB VPEMBAHASAN

Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam padangan ilmu alam sesuatu sesuatu dianggap ilmiah jika didasarkan pada fakta atau pengalaman (empirisme), kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui indranya (positivesme), analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal, baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang mempunyai makna (logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakatluas dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu). Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. Pencatatan data postmortem menurut formulis DEPKES berwarna merah dengan catatan victim identification pada mayat. fotografi kemudian proses pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut, lalu dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Bila terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas untuk dilakukan pencetakan. Studi model rahang korban juga merupakan barang bukti.Dilakukan pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainan-kelainan di rongga mulut dicatat pada kolom tertentu. Catatan ini adalah lampiran dari visum et repertum korban. Lalu dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional, lalu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratorium dengan formulir baku mutu nasional pula. Setelah diperoleh hasil laboratorium maka dilakukan pencatatan ke dalam formulir lengkap baru dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai KUHAP demi proses peradilan. Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran-lampirannya serta barang buktu dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum pidana.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanForensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut dimana mempelajari tentang identifikasi korban / barang bukti melalui data gigi nya baik itu data ante mortem maupun post mortem untuk kepentingan peradilan. Identifikasi pada gigi geligi dapat digunakan untuk menentukan umur, jenis kelamin, golongan darah, ras, kebiasaan, dan ciri-ciri khusus gigi seseorang sehingga dapat diketahui identitasnya.

5.2 SaranDiharapkan kepada dokter gigi untuk lebih memperhatikan penulisan dalam pengisian rekam medis ataupun odontogram sehingga data yang tersajikan merupakan data yang akurat agar tidak ada masalah dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Djohansyah.Lukman. 2006. Ilmukedokterangigi forensic jilid 1. Jakarta :sagungsetoHarvey, W. 2006.Dental Identification and Forensic Odontology. London: Henry Kimpton Pub.Itjingingsih, ny.drg. 2013. Anatomi Gigi. Jakarta:EGCJulianti, dkk. 2008. PerananForensikOdontologiDalamBencanaMasal. Diunduhdarihttp://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=5133task=viewpadatanggal 27 Maret 2014.Lukman D. Buku Ajar IlmuKedokteran Gigi Forensik.Jilid 1.CV SagungSeto. Jakarta: 2006Moeljatno. 1996. KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana). Cetakan XIX.Jakarta : Bumi Aksara.Siswanto.2010. PerananBiologiForensikdalamMengungkapSuatuTindakPidana. Yogyakarta: Seminar UGMSulistiyowati, Endang. 2010. AspekHukumCatatan Gigi GeligidalamPemenuhanPerlindunganHakbagiPasien.Semarang: Univ. KatolikSoegijapranata