bab i
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dilakukannya
penelitian, pengidentifikasian masalah yang ada, rumusan masalah, batasan masalah,
asumsi, tujuan dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan akan mulai berlakunya pasar bebas tahun 2015 mendatang yang
diprediksi akan membuat persaingan bisnis dalam negeri semakin ketat, industri di
Indonesia akan dihadapkan pada persaingan global. Persaingan bisnis juga terjadi pada
industri karoseri di Indonesia, sejak tahun 2012 sejumlah industri karoseri di Indonesia
mulai menambah kapasitas produksi sampai dengan 15%. Untuk dapat memenuhi
kapasitas produksi yang meningkat, industri karoseri harus mampu untuk lebih
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerjanya. Peningkatan kapasitas produksi ini tidak
lepas dari peranan mesin produksi sebagai aset utama suatu perusahaan. Said (1980)
dalam Fachrurrozi (2002) menyatakan bahwa mesin-mesin produksi merupakan faktor
produksi yang berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau
barang jadi pada perusahaan. Pentingnya peranan mesin produksi mengharuskan suatu
perusahaan menjaga performansi mesin produksi yang dimilikinya agar selalu optimal
dengan cara perawatan mesin.
Perawatan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk
menjaga suatu barang dalam, atau untuk memperbaiki sampai suatu kondisi yang bisa
diterima (Corder, 1988:4). Perawatan mesin merupakan suatu permasalahan yang masih
tergolong rumit karena di dalamnya terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan,
diantaranya seperti tenaga kerja/karyawan, mesin-mesin, penjadwalan, sparepart, serta
jenis perawatan/tugas yang dilakukan. Berkaitan dengan meningkatnya kapasitas
produksi, maka rutinitas produksi setiap mesin juga akan bertambah. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya performansi mesin dan mesin mudah rusak apabila tidak
dilakukan perawatan mesin secara rutin. Di sisi lain ketika performansi mesin mengalami
penurunan, kapasitas produksi yang dijadwalkan tidak dapat dipenuhi tepat waktu
sehingga dapat menyebabkan pengurangan tingkat produktifitas suatu perusahaan yang
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
-
2
PT. Adi Putro Wirasejati (PT. APW) merupakan salah satu karoseri yang bergerak
dalam bidang pembentukan body kendaraan bus dan minibus. Minibus kecil berkapasitas
9-17 orang adalah jenis minibus yang paling banyak dibuat oleh pabrik karoseri ini,
sedangkan untuk jenis bus yang paling banyak dikerjakan adalah bus-bus kelas eksekutif
yang berkapasitas 20-40 orang. Beberapa produk otomotif seperti Isuzu, Elf, bus Hino,
Scania dan bus Mercedez-Benz membuatkan body untuk kendaraan mereka di PT. APW.
Sistem produksi yang diterapkan PT. APW adalah make to order, yang artinya
perusahaan melakukan produksi ketika mendapat order saja. PT. APW mempunyai target
produksi dengan rata-rata 5 unit bus dan 3 minibus setiap harinya. Banyaknya permintaan
yang masuk menyebabkan produksi yang terus berjalan setiap harinya di PT. APW
sehingga harus diimbangi dengan perawatan mesin. Oleh karena itu, departemen
maintenance ditugaskan melakukan perawatan mesin secara untuk mengurangi
kerusakan mesin secara tiba-tiba saat produksi sedang berlangsung.
PT. APW menetapkan dua bagian mesin produksi, mesin mekanik dan mesin
elektronika. Mesin mekanik merupakan mesin produksi utama yang berukuran besar
untuk membuat komponen utama rangka dan body kendaraan seperti mesin press, mesin
cutting, vacoom forming dan sebagainya. Sedangkan mesin elektronika merupakan mesin
yang berukuran kecil daripada mesin mekanik yang berfungsi untuk assembly komponen-
komponen yang telah dibuat oleh mesin mekanik seperti mesin las. Departemen
maintenance menangani kerusakan pada dua bagian mesin produksi tersebut, namun
jadwal perawatan preventif mesin hanya dilakukan pada mesin mekanik. Sedangkan
perawatan yang dilakukan pada mesin elektronika adalah perawatan korektif yaitu
perawatan dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan. Perbedaan tindakan perawatan
yang diterapkan pada kedua mesin produksi ini disebabkan kerusakan mesin mekanik
lebih fatal daripada kerusakan mesin elektronika. Jika mesin mekanik mengalami
kerusakan maka mesin berhenti beroperasi hingga kerusakan tersebut dapat diatasi,
sedangkan ketika mesin elektronika mengalami kerusakan maka mesin elektronika yang
rusak digantikan dengan mesin elektronika cadangan atau yang baru. Oleh karena itu,
penelitian ini akan membahas pada mesin produksi mekanik dimana jadwal preventif
yang dijadwalkan sering mengalami keterlambatan.
Selama ini sistem manajemen perawatan preventif mesin mekanik pada departemen
maintenance PT. APW sering tidak sesuai dengan rencana yang dijadwalkan. Berikut
data sample perbedaan tanggal perencanaan dan tanggal aktual tindakan perawatan mesin
yang dilakukan periode Januari-Juli 2013 pada Tabel 1.1.
-
3
Tabel 1.1 Tanggal Perencaan dan Tanggal Aktual Tindakan Perawatan Mesin
Tanggal
Perencanaan Nama Tindakan Nama Mesin Tanggal Aktual
20 Januari 2013 Pasang Current Transformer (CT) panel 690 kVA
Crane Nippon 24 Februari 2013
17 Februari 2013 Setting mesin Crane Nippon 14 April 2013
10 Maret 2013 Balik pisau Cutting Edward 31 Maret 2013
17 Maret 2013 Ganti filter Oven Blowtherm 31 Maret 2013
21 April 2013 Kuras tagrak Tagrak Hildebrand 05 Mei 2013
25 Mei 2013 Kuras tagrak Tagrak Hildebrand 09 Juni 2013
16 Juni 2013 Perbaikan radial bor Drilling DPRK 30 Juni 2013
07 Juli 2013 Bersihkan primair booth bus Oven Adi Putro 15 September 2013
28 Juli 2013 Ganti filter Oven Guang Lie 15 September 2013
Sumber: PT. Adiputro Wirasejati
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa selama ini tindakan perawatan mesin yang
direncanakan oleh departemen maintenance PT. APW sering mengalami keterlambatan.
Keterlamatan jadwal perawatan mesin disebabkan karena departemen maintenance PT.
APW tidak mempunyai sistem penyajian informasi yang baik dan sistem masih dilakukan
secara manual. Data mesin, history kerusakan mesin dan jadwal perawatan mesin yang
saling terkait tidak terkomputerisasi dengan baik menyebabkan informasi menjadi tidak
akurat. Selain itu, belum ada tindakan pengingat untuk tindakan perawatan yang belum
dilakukan. Keterlambatan perawatan mesin ini dapat mengakibatkan beberapa mesin
shutdown secara tiba-tiba ketika produksi berlangsung, sedangkan untuk memperbaiki
mesin dapat memakan waktu yang lama. Mesin yang secara tiba-tiba mengalami
shutdown saat produksi berlangsung dapat merugikan PT.APW karena target produksi
perusahaan tidak dapat terpenuhi dengan tepat.
Selain permasalahan diatas, adapun permasalahan lainnya yang sering terjadi pada
departemen maintenance PT. APW adalah ketersediaan sparepart mesin yang sering
tidak ada saat dibutuhkan dan pencarian sparepart yang dibutuhkan memerlukan waktu
lama. Dalam hal ini, sistem informasi manajemen inventory sparepart yang ada di PT.
APW masih belum terotomasi dengan komputer. Sistem pencatatan yang dilakukan
secara manual di atas kertas pada data sparepart yang masuk ataupun keluar
menyababkan informasi stok sparepart tidak akurat sehingga sparepart sering tidak ada
ketersediaannya. Permasalahan lainnya adalah belum adanya kodefikasi pada mesin,
komponen dan sparepart yang terintegrasi menyebabkan perlunya waktu yang lama
dalam pencarian sparepart yang akan digunakan.
Secara ringkas dan jelas, untuk mengetahui kelemahan-kelamahan sistem yang ada
di PT. APW digunakan analisa PIECES (Performance-Information-Economy-Control-
-
4
Efficiency-Service) yang dikemukakan oleh Wetherbe (1994). Berikut analisa PIECES
pada sistem di departemen maintenance PT. APW yang dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Analisa PIECES Terhadap Sistem Lama di Departemen Maintenance
Jenis analisis Kelemahan Sistem Lama
Performance
Belum adanya pengolahan kompleksitas data serta pengkodean mesin,
komponen dan sparepart yang menyebabakan pengumpulan informasi
data untuk tidakan perawatan mesin memerlukan waktu lama.
Sulitnya menelusuri informasi yang dibutuhkan oleh SPV tentang data semua mesin, jadwal perawatan mesin dan kerusakan mesin.
Information
Sistem informasi yang ada tidak mudah diakses oleh SPV dan karyawan
maintenance karena pencarian data mesin, karyawan, sparepart
maupun jadwal perawatan mesin masih manual dan tidak terorganisir dengan baik.
Sistem yang ada belum menyediakan informasi tindakan harian
perawatan mesin yang harus dilakukan oleh karyawan.
Penyimpanan data yang masih manual menyebabkan beberapa data
dapat hilang dan tidak lengkap ketika dibutuhkan.
Data belum terintegrasi antara data yang satu dengan yang lainnya
menyebabkan terjadinya redudansi data.
Proses pencatatan data masih manual sehingga memakan waktu lama
dan rentan terjadinya kesalahan akibat human error.
Economy
Biaya operasional dan waktu yang dibutuhkan besar karena terdapat
biaya administrasi untuk pembuatan dokumen dengan kertas dan
penyimpanan secara manual.
Control
Sistem yang lama belum bisa mengontrol tindakan perawatan mesin,
apakah sudah dilakukan oleh karyawan atau belum.
Sistem yang lama belum dapat mengontrol jumlah sparepart agar jumlah sparepart tidak kurang dari batas jumlah minimal.
Belum adanya sistem yang mengatur data sehingga kemungkinan besar
dapat terjadinya kesalahan informasi tentang pengambilan keputusan
tindakan perawatan mesin.
Karyawan dapat mengakses semua data pada departemen maintenance
karena data tidak dilengkapi sistem keamanan.
Efficiency
Belum memanfaatkan teknologi yang ada, data masih dicatat secara
manual dan penyimpanan data secara manual membutuhkan tempat penyimpanan.
Sering terjadi redudansi data pada saat pencatatan dan pemrosesan data
sehingga menimbulkan waste pada waktu dan material.
Belum ada klasifikasi pengelompokkan sparepart menyebabkan waktu pencarian sparepart lama yang berakibat memperlambat kinerja
proses.
Services Pelayanan akan kebutuhan informasi dari beberapa data berlangsung lama karena data belum terintegrasi menjadi satu sehingga sistem tidak
fleksibel.
Berdasarkan Tabel 1.2, analisa PIECES yang telah dilakukan terhadap sistem lama
menunjukan bahwa sistem lama pada departemen maintenance PT. APW yaitu sistem
manual belum dapat mengolah kompleksitas data secara baik. Data yang ada belum
terintegrasi satu sama lain sehingga dapat menyebabkan redudansi data pada saat
-
5
pencatatan dan pemrosesan data. Accessibility data pada sistem lama masih sulit
dilakukan begitu pula dengan permintaan laporan untuk pihak manajerial secara cepat,
tepat dan akurat karena data belum terorganisasi dengan baik. Sistem manual yang ada
juga belum bisa melakukan kontrol terhadap tindakan perawatan mesin yang terlambat.
Selain itu, belum ada klasifikasi pengelompokkan sparepart pada departemen
maintenance menyebabkan waktu pencarian sparepart lama.
Kondisi yang terjadi pada departemen maintenance PT. APW ini kemudian
mendasari perlunya perancangan sistem informasi manajemen perawatan mesin untuk
departemen maintenance. Sistem informasi manajemen perawatan mesin ini akan
dibangun dengan didukung sistem database yang baik. Database merupakan suatu
koleksi data yang terorganisasi untuk melayani beragam aplikasi secara efisien dengan
mensentralisasi data dan meminimalisasi data berlebih (Laudon, 2011:313). Dengan
adanya sistem informasi manajemen perawatan mesin, maka aliran data manajemen
perawatan mesin dapat diakses kapanpun, lebih cepat, murah, serta mampu menurunkan
biaya atas kebutuhan penyimpanan informasi.
Salah satu prinsip pengelompokkan yang bisa dikembangkan dalam mendukung
perancangan database sistem manajemen informasi ini adalah Group Technology (GT),
yang merupakan suatu filosofi dalam manufaktur dimana komponen yang memiliki
kesamaan dapat dikelompokkan menjadi satu yang bertujuan untuk efisiensi. Dengan GT,
mesin dan sparepart yang ada akan diklasifikasikan dan dikodekan menurut kriteria dan
parameter yang ditentukan. Dari klasifikasi kode yang telah dibuat inilah, GT akan
berperan sebagai pendukung pembuatan database sistem informasi manajemen
perawatan mesin sehingga nantinya informasi mengenai data sparepart dapat langsung
ditelusuri berdasarkan kode yang telah dirancang. Klasifikasi pengkodean yang dirancang
pada penelitian ini nantinya bersifat universal agar dapat digunakan di perusahaan
karoseri lain yang mempunyai spesifikasi sistem yang serupa dengan PT.APW.
Selain itu, manfaat dan keuntungan dari konsep GT yang diterapkan untuk
membangun sistem database dengan membuat klasifikasi dan pengkodean dapat dilihat
dari keberhasilan beberapa peneliti sebelumnya yang menggunakan konsep ini. Yudistiro
(2012) mengembangkan sistem kodefikasi untuk memudahkan dalam mengidentifikasi
lokasi simpan part dan family part. Billo, dkk. (1987) juga mengembangkan integrasi
klasifikasi GT dan sistem database dengan teknik koding untuk mengodekan dan
mengklasifikasi produk berdasarkan kategori dari part, material dan konfigurasi serta
informasi yang dihubungkan dengan relasi database. Berdasarkan kedua penelitian
-
6
tersebut, kodefikasi menggunakan GT dapat membantu menyelesaikan permasalahan
kalsifikasi part berdasarkan kategori dari part dan GT dapat diintegrasikan dengan
database sehingga pengkodean dapat dilakukan lebih mudah.
Dengan mempertimbangkan semua faktor diatas, maka dirasa perlu dilakukan
penelitian pengembangan sistem informasi manajemen perawatan mesin pada
departemen maintenance PT. APW untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
manajemen perawatan mesin.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, permasalahan yang terdapat di
departemen maintenance PT. APW antara lain:
1. Penerapan sistem informasi manajemen perawatan mesin seperti data history mesin,
komponen mesin, data karyawan dan sparepart yang masih secara manual
menyebabkan accesibility data dan penyajian data menjadi tidak efisien.
2. Belum memanfaatkan aplikasi perangkat lunak database untuk mengolah data
kegiatan yang ada di departemen maintenance seperti manajemen penjadwalan
perawatan mesin dan penjagaan inventory sparepart.
3. Sering terjadi keterlambatan jadwal perawatan mesin dan tidak akuratnya informasi
ketersediaan jumlah sparepart yang kurang dari batas minimal.
4. Belum ada sistem pengelompokkan sparepart yang dapat mempermudah pencarian
informasi data sparepart dari suatu komponen mesin.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka
masalah yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mendesain database dan pengelompokan sparepart berbasis group
technology yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendukung manajemen
perawatan mesin pada departemen maintenance?
2. Bagaimana merancang prototype sistem informasi perawatan mesin menggunakan
software database yang di dalamnya mencakup data mengenai beberapa faktor
penunjang kegiatan manajemen perwatan mesin?
3. Bagaimana melakukan uji coba terhadap prototype sistem manajemen perawatan
mesin yang dirancang dengan uji verifikasi, validasi dan uji prototype?
-
7
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan pada penelitian supaya lebih terarah, maka batasan-batasan yang
terdapat pada penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada mesin-mesin produksi mekanik yang masih beroperasi.
2. Perancangan sistem informasi manajemen perawatan mesin dibatasi dalam level
prototype dengan menggunakan software database.
3. Hanya membahas sistem informasi mengenai kegiatan di departemen maintenance.
4. Data sparepart yang digunakan terbatas pada sparepart yang pernah dipesan oleh
PT. Adi Putro Wirasejati.
5. Tidak membahas penentuan jadwal perawatan mesin dan biaya perawatan mesin.
6. Tidak membahas sistem keamanan.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari perancangan sistem informasi manajemen perawatan mesin yang
dibuat antara lain:
1. Mendesain database dan pengelompokan sparepart berbasis group technology yang
dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendukung manajemen perawatan mesin pada
departemen maintenance.
2. Merancang prototype sistem informasi perawatan mesin menggunakan software
database yang di dalamnya mencakup data mengenai beberapa faktor penunjang
kegiatan manajemen perwatan mesin.
3. Melakukan uji coba terhadap prototype sistem manajemen perawatan mesin yang
dirancang dengan uji verifikasi, validasi dan uji prototype.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah sistem informasi
manajemen perawatan mesin yang dikembangkan dapat menjadi alternatif yang lebih
baik bagi perusahaan dari sistem manual yang dipakai sekarang ini sehingga dapat
mempermudah perusahaan dalam melakukan manajemen perawatan mesin dan dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam manajemen perawatan mesin.