bab i

17
 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan salah satu ciri khas pada masa anak. Mengenal mas alah per tumbuh an pad a bay i dan ana k mer upa kan tan tangan bag i semua dokter, terutama dokter anak. Gagal tumbuh merupakan suatu kondisi dengan etiologi yang bervariasi dan berhubungan dengan komplikasi di kemudian hari, oleh karenanya setiap dokter harus dapat mengenal dan menangani gagal tumbuh secara tepat untuk menurunkan risiko atau komplikasi jangka panjang. Sampai saat ini, gagal tumbuh sering ditemukan pada anak, namun belum ada satu antropometrik yang s pesifik untuk mendefinisikan gagal tumbuh. Adanya gagal tumbuh merupakan pertanda bahwa anak tidak tumbuh dengan baik. Gagal tumbuh bukanlah suatu penyakit tertentu tetapi dapat merupakan bagian dari suatu  penyakit tertentu sehingga perlu dicari penyebab gagal tumbuh, baik yang terkait dengan masalah medis, psikososial, maupun lingkungan. Penyebab gagal tumbuh di ba gi atas seba b or ganik dan no n or ganik. Ga ga l tumbuh no n or ga ni k didef inisik an sebaga i gagal tumbh bukan akiba t diseba bkan oleh masal ah medis, sedangkan gagal tumbuh organik didefinisikan sebagai gagal tumbuh bukan akibat dis eba bka n mas alah med is, sedang kan gag al tumbuh org ani k did efi nis ika n sebagai gagalnya pertumbuhan akibat suatu penyakit spesifik. Prevalensi gagal tumbuh berkisar antara ,! " #$,% &, tergantung definisi dan kondisi demografis populasi sampel. 'elapan puluh persen anak dengan gagal tumbuh berusia kurang dari ( bulan. Prevalensi anak gagal tumbuh yang harus dirawat di rumah sakit mencapai )* & kasus. Gag al tumbuh pal ing seri ng did iagnot is ( bul an per tama keh idu pan karena penambahan berat badan maupun panjang badan yang tidak sesuai dengan  potensi genetiknya. Pada ( bulan pertama kehidupan, tinggi badan anak masih  boleh memotong garis persentil untuk mencari potensi genetikny a, atau yang lebih sering disebut dengan kanalisasi. +ika terdapat pergeseran persentil yang tidak sesuai dengan faktor potensi genetiknya atau menetap setelah usia ( bulan, maka  perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk men getahi penyebabnya.

Upload: ola-dwi-nanda

Post on 05-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tumbuh kembang

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan salah satu ciri khas pada masa anak. Mengenal masalah pertumbuhan pada bayi dan anak merupakan tantangan bagi semua dokter, terutama dokter anak. Gagal tumbuh merupakan suatu kondisi dengan etiologi yang bervariasi dan berhubungan dengan komplikasi di kemudian hari, oleh karenanya setiap dokter harus dapat mengenal dan menangani gagal tumbuh secara tepat untuk menurunkan risiko atau komplikasi jangka panjang.

Sampai saat ini, gagal tumbuh sering ditemukan pada anak, namun belum ada satu antropometrik yang spesifik untuk mendefinisikan gagal tumbuh. Adanya gagal tumbuh merupakan pertanda bahwa anak tidak tumbuh dengan baik. Gagal tumbuh bukanlah suatu penyakit tertentu tetapi dapat merupakan bagian dari suatu penyakit tertentu sehingga perlu dicari penyebab gagal tumbuh, baik yang terkait dengan masalah medis, psikososial, maupun lingkungan. Penyebab gagal tumbuh dibagi atas sebab organik dan non organik. Gagal tumbuh non organik didefinisikan sebagai gagal tumbh bukan akibat disebabkan oleh masalah medis, sedangkan gagal tumbuh organik didefinisikan sebagai gagal tumbuh bukan akibat disebabkan masalah medis, sedangkan gagal tumbuh organik didefinisikan sebagai gagalnya pertumbuhan akibat suatu penyakit spesifik.

Prevalensi gagal tumbuh berkisar antara 1,3 20,9 %, tergantung definisi dan kondisi demografis populasi sampel. Delapan puluh persen anak dengan gagal tumbuh berusia kurang dari 18 bulan. Prevalensi anak gagal tumbuh yang harus dirawat di rumah sakit mencapai 1-5 % kasus.

Gagal tumbuh paling sering didiagnotis 18 bulan pertama kehidupan karena penambahan berat badan maupun panjang badan yang tidak sesuai dengan potensi genetiknya. Pada 18 bulan pertama kehidupan, tinggi badan anak masih boleh memotong garis persentil untuk mencari potensi genetiknya, atau yang lebih sering disebut dengan kanalisasi. Jika terdapat pergeseran persentil yang tidak sesuai dengan faktor potensi genetiknya atau menetap setelah usia 18 bulan, maka perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahi penyebabnya.1I.2 Tujuan Penulisan Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti program studi kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di departemen Kesehatan Anak Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui, mengerti, memahami definisi, etiologi, klasifikasi, gejala klinis, serta penatalaksanaan pada anak dengan gagal tumbuhBAB II

TINJAUAN PUSTAKAII.1 Definisi

Gagal tumbuh bukan merupakan suatu diagnosis tersendiri, akan tetapi menggambarkan bahwa seorang anak yang tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan sesuai usianya. Meskipun sering ditemukan pada usia dibawah 2 tahun, tetapi gagal tumbuh dapat terjadi kapan saja pada masa anak anak.

Berbagai rekomendasi telah dikemukakan oleh para ahli untuk mendefinisikan seorang anak dengan gagal tumbuh. Ada tiga kriteria umum untuk menentukan gagal tumbuh dengan menggunakan kurva pertumbuhan NCHS / CDC-2000 :

1. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan di bawah persentil ke-3 sesuai usianya pada lebih dari satu kali pengukuran.

2. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan per umur (WFA) kurang dari 80 %.

3. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan penurunan berat badan memotong 2 persentil mayor atau lebih pada kuva pertumbuhanKita harus berhati-hati untuk mengaplikasikan definisi tersebut tanpa data-data longitudinal karena pertumbuhan adalah sesuatu peristiwa yang berlangsung secara dinamis dan kontinu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kriteria tersebut diatas, antara lain anak dengan perawakan pendek, bayi kecil masa kehamilan, dan bayi prematur. Selama pertumbuhan anak mengikuti/pararel garis kurva pertumbuhan normal maka tidak dapat disebut sebagai gagal tumbuh1II.2 PrevalensiPrevalensi gagal tumbuh berkisar antara 1,3 20,9 %, tergantung definisi dan kondisi demografis populasi sampel. Delapan puluh persen anak dengan gagal tumbuh berusia kurang dari 18 bulan. Prevalens anak gagal tumbuh yang harus dirawat di rumah sakit mencapai 1-5 % kasus.1II.3 EtiologiII.3.1 Gagal tumbuh disebabkan oleh faktor non organik ( Nonorganik Failure to Thrive,NOFTT) Gagal tumbuh dapat disebabkan oleh berbagai faktor, non organik maupun organik. Gagal tumbuh karena faktor non organik umumnya terjadi akibat faktor lingkungan dan psikososial dan sering dihubungkan dengan interaksi yang buruk antara ibu dan bayi, baik selama dalam kandungan maupun setelah lahir. Keadaan ini menyebabkan asupan makanan yang tidak adekuat. Gagal tumbuh akibat faktor organik umumnya disebabkan oleh masalah medis. Gagal tumbuh juga dapat disebabkan oleh kombinasi factor organik dan non organik. Sekitar separuh kasus gagal tumbuh dengan penyebab organik memiliki latar belakang faktor psikososial yang dapat mempereart faktor organik tersebut. 1Masalah non-organik mencakup faktor psikososial dan nutrisi, berbagai masalah psikososial yang melatarbelakangi antara lain:

Berasal dari keluarga miskin.

Kehamilan yang tidak direncanakan (contoh : gagal KB, kehamilan diluar nikah)

Jarak dengan saudara kandung kurang dari 18 bulan.

Berasal dari ibu yang terlalu muda, lahir tanpa ayah (single-mother), atau ibu mengalami depresi.

Komplikasi saat kehamilan (namun ini sangat jarang) Tidak adanya ikatan kasih sayang yang kuat antara ibu dan anak.

Anak diberi makan susu formula yang tidak disiapkan dengan baik (kebersihan botolnya, jumlah susu, frekuensi pemberian tidak diperhatikan).

Anak sering mengalami infeksi-infeksi ringan.

Anak mengalami kekerasan dalam rumah

Penatalaksanaan yang berkaitan dengan sosial ekonomi ini sangat rumit dan memerlukan campur tangan pihak ketiga seperti tempat penitipan anak, rumah sakit dan lembaga sosial lainnya. Perbaikan pertumbuhan yang signifikan terjadi saat anak diberikan pengasuhan dan nutrisi yang baik.

Faktor pemberian nutrisi seperti :

- Kandungan nutrisi yang diberikan kurang

- Perilaku anak yang suka memilih makanan

Diagnosis gagal tumbuh non-organik bisa ditegakkan dengan mengevaluasi seluruh faktor psikososial dan tetap dilakukan pemeriksaan penunjang sederhana seperti pemeriksaan darah rutin, foto rontgen dada dan urinalisa.

NOFTT terutama terjadi bila anak, biasanya tidak diberi makan cukup kalori. Ibu mungkin mengabaikan pemberian makan yang pantas karena ia dilibatkan dengan kebutuhan eksternal dan perawatan yang lain, dipenuhi dengan masalah-masalah dalam, ketidaktahuan mengenai pemberian makan yang tepat, penyalahgunaan bahan, atau tidak menyukai bayinya. Kehilangan emosional dan keibuan selalu terjadi bersama-sama dengan kehilangan nutrisi. Ibu-ibu ini sering merasa kehilangan dan tidak mencintai dirinya sendiri dan mungkin depresi secara akut atau kronik. Berkali-kali dan terus-menerus krisis, sering ditambah dengan tidak adanya ayah secara fisik, mungkin meliputi ibu yang melalaikan bayinya. Orang tua yang retardasi dan secara emosional terganggu mungkin tidak mmempunyai kemampuan untuk memberikan perawatan yang benar.2II.3.2Gagal tumbuh disebabkan faktor organik2,31. Kesulitan makan :

1. Cacat bawaan seperti bibir sumbing, micrognatia (rahang kecil).

2. Sesak nafas seperti pada penyakit jantung bawaan, gagal jantung, asma yang tidak tertangani dengan baik, cystic fibrosis yang tidak teratasi dengan baik.

3. Kelainan saraf seperti cerebral palsy, kelainan koordinasi kerongkongan (pharyngeal incoordination), kerusakan otak saat kelahiran.4. Kelainan saluran cerna seperti : stenosis pylorus (penyempitan ujung lambung), GERD (penyakit refluks), kelainan struktur esophagus, sumbatan saluan cerna (hirchsprung, malrotasi usus).

5. Kelainan ginjal seperti gagal ginjal, infeksi saluran kemih,

2. Pengeluaran yang berlebihan:

1. Muntah misalnya pada keracunan logam berat dalam waktu lama

2. Buang air besar seperti diare kronik, steatorea (tinja berlemak).

3. Pengeluaran melalui urin seperti pada diabetes mellitus, gagal ginjal kronik, defek tubular ginjal.

3. Kegagalan pembangunan dalam tubuh

1. Infeksi kronik seperti pada tuberculosis, HIV.

2. Kelainan metabolisme seperti pada phenylketonuria, galactosemia, dll.

3. Kelainan hormone seperti hypotiroid, defisiensi hormone pertumbuhan.

4. Kelainan bawaan, seperti pertumbuhan janin terhambat selama kehamilan, kelainan kromosom , seperti syndrome down, infeksi selama kehamilan, kelainan pembentukan tulang (bone dysplasia).Evaluasi laboratorium anak dengan FTT seringkali tidak terlalu membantu,dan karenanya harus digunakan secara bijaksana. Penilaian hitung darah komplit, kadar timah hitam, analisis urin, dan kelompok harga s seperti, pemeriksaan fungsi tiroid, uji untuk refluks gastroesofagus dan malabsorbsi, asam amino dan organik, atau uji keringat, harus dilakukan jika terindikasi oleh riwayat dan/atau pemeriksaan fisik.II.4. Manifestasi klinikManifestasi klinis gagal tumbuh berkisar dari:2 kegagalan memenuhi norma tinggi badan dan berat badan menurut umur yang diharapkan

alopesia

kehilangan lemak subkutan

penurunan massa otot

dermatitis

infeksi berulang

marasmus

kwashiorkor

Di negara-negara maju tanda yang paling umum adalah pertumbuhan

buruk yang terdeteksi dalam kelompok rawat jalan.

Di negara-negara yang sedang berkembang lebih banyak ditemukan tanda infeksi berulang, marasmus, dan kwashiorkor.II.5 Diagnosis

II.5.1 Anamnesis

Dapat diketahui penyebab dari FTT pada masa neonatal, yaitu:

manajemen ASI yang salah, cara pemberian susu formula yang salah, kelainan metabolik, kelainan kromosom dan kelainan anatomis. Pada usia 3-6 bulan terdapat kemungkinan penyebab antara lain underfeeding (karena kemiskinan), intoleransi protein susu, disfungsi motorik oral, refluks gastroesofagus dan penyakit jantung bawaan. Pada usia 7-12 bulan, yaitu keterlambatan pemberian makanan padat, intoleransi makanan, dan orang tua yang overprotektif. Di atas usia 12 bulan yaitu masalah-masalah di atas ditambah dengan masalah psikososial. Diperlukan pula anamnesis mengenai faktor prenatal dan postnatal yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk di antaranya perawatan ketika kehamilan, penyakit ibu ketika kehamilan, adanya pertumbuhan janin yang kurang, prematuritas, ukuran bayi. Diperlukan pula indikator dari penyakit-penyakit.5Pendekatan dapat dilakukan untuk menilai :

Menilai penanganan diet, pemberian makan atau kebiasaan makan, respon anak terhadap pemberian makanan

Riwayat kelahiran (berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat lahir, data riwayat kehamilan ibu)

Data tinggi badan orangtua untuk menilai tinggi potensi genetic anak

Data pertumbuhan sebelumnya, riwayat perkembangan, gambaran pola tidur anak, riwayat kesehatan anak untuk mengetahui apakah terdapat penyakit kronis, penyakit genetik, alergi atau adanya suatu sindrom atau adanya gangguan gizi sebagai penyebab dari gagal tumbuh

Riwayat pengobatan sebelumnya maupun pengobatan yang saat ini didapat

Faktor sosial keluarga, interaksi ibu dan anak, serta lingkungan tempat anak disebarkan.1II.5.2Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisis yang lengkap ditujukan untuk :

(1) Mengidentifikasi adanya gambaran dismorfik untuk melihat kemungkinan adanya kelainan bawaan, kelainan endoktrin, atau suatu sindrom tertentu. Hal ini dilakukan dengan mengukur tinggi atau panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala. Pengukuran ini harus dilakukan 2-3 kali untuk meningkatkan akurasi hasil pengukuran sebelumnya. Untuk melihat proporsi tubuh dilakukan dengan inspeksi dan pengukuran tentang lengan, segmen atas (SA) dan segmen bawah (SB) tubuh, serta rasio SA/SB. Pada saat lahir rasio SA/SB sekitar 1,7 dan berkurang menjadi 1,0 pada umur 10 tahun dan rasio ini menetap sampai dewasa. Bila hasil pemeriksaan ditemukan disproporsi tubuh, maka dipikirkan suatu dysplasia skeletal. Status pubertas diperiksa dengan menggunakan stadium Tanner. Disamping itu perlu dicari tanda-tanda spesifik suatu sindrom seperti webbek neck, wide carrying angle (cubitus valgus), low posterior hairline, high arched palate, short fourth metacarpal, multiple nevi. Perlu dicari kelainan endoktrin yang menyebabkan gagal tumbuh seperti hipotiroid, defisiensi growth hormone, dan insufiensi adrenal.

(2) Deteksi adalah tanda-tanda penyakit kronik atau penyakit sistemik seperti :

Penyakit susunan saraf pusat: mikrosefali, sindrom diensefali

Penyakit jantung: sianosis, jari tabuh

Gangguan gastrointestinal dan penyakit hati seperti colitis ulseratif, enteropati gluten, atau penyakit Crohn.

Gagal ginjal kronik, asidosis tubular renal

Penyakit paru kronik, misalnya cystic fibrosis

Penyakit jaringan ikat seperti dermatomiositis

(3) Penilaian kemungkinan adanya tanda-tanda kekerasan pada anak

(4) Penilaian tanda-tanda malnutrisi.1Pengukuran secara tepat dengan memplot berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala pada kurva pertumbuhan sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya sangat penting mengevaluasi kemunkinan terjadinya gagal tumbuh pada seorang anak. Jika hasil pengukuran tersebut dibawah persentil ketiga maka harus dicari kemungkinan penyakit organik yang mendasarinya. Jika berat badan per umur kurang dari tinggi badan per umur maka anak tersebut kurang gizi. Anak dengan constitutional delay umumnya pendek dan kurus, sedangkan jika terdapat kelainan endoktrin maka anak tampak pendek dan gemuk.Dari pemeriksaan fisik harus dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkaran kepala, serta status gizi anak tersebut. Pada pasien yang gizinya masih cukup, tidak ditemukan gejala yang khas, sedangkan anak dengan gizi kurang anak tampak kurus tanpa disertai kelainan fisis lainnya. Pasien yang mengalami gizi buruk terlihat cengeng, kurus sekali, ditemukan wasting, ekstremitas hipo/ atrofi, crazy pavement dermatosis. Pada pasien FTT akibat kelainan kromosom atau genetik dapat terlihat dismorfik. Pada anak juga harus diperhatikan kemungkinan adanya child abuse.

Pada pemeriksaan fisik juga dicari tanda-tanda penyakit yang dapat membuat anak menjadi gagal tumbuh seperti tanda-tanda infeksi, kelainan kongenital, jantung, paru dan sebagainya. Tingkat pertumbuhan biasanya diukur dengan cara menghitung parameter pertumbuhan masing-masing, Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.

Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.

Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997) dan Narendra (2003) macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:

1) Pengukuran Berat Badan (BB)Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)

Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.

3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)

PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar. 5,7II.5.2Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboraturium tidak digunakan untuk menentukan adanya gagal tumbuh pada anak, akan tetapi digunakan untuk melakukan evaluasi kemungkinan penyebab gagal tumbuh. Pemeriksaan laboraturium dibutuhkan untuk menunjang temuan klinis yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisis 1. Darah lengkap serta laju endap darah

2. Urinalisis

3. Analisis feses rutin

4. Tes tuberculin

5. Analisis gas darah dan elektrolit serum

6. Fungsi ginjal

7. Fungsi hati

8. Scereening HIV

9. TSH dan T4 bebas untuk menyingkirkan hipotiroid dan panhipotuitarisme sebagai penyebab dari perawakan pendek dan gagal tumbuh

10. Atas indikasi :

Hormon gondatropin (FSH, LH, sex steroid), 17-OHP

IGF -1 dan IGFP-3 GH

Test metabolic

Analisis kromosom

Antiendomesial antibodies dan sweat chloride pada pasien yang mempunyai riwayat steatore

Pemeriksaan pencitraan yang diperlukan dalam membantu menentukan etiologi gagal tumbuh meliputi :

1. Bone Age

2. Bone Survey

3. Ultrasonografi, MRI, ekokardiografi (atas indikasi) 1II.6 Diagnosis Banding

Parameter pertumbuhan anak merupakan dasar pendekatan sistematik untuk melakukan diagnosis banding. Tiga kategori gambaran pertumbuhan digunakan untuk membantu klinisi dalam memikirkan diagnosis banding.

1. Gagal tumbuh dengan mikrosefali. Anak dengan mikrosefali dibagi atas ada tidaknya kelainan neurologis. Anak dengan mikrosefali tetapi tidak menunjukkan kelainan neurolis, kemungkinan pertumbuhan kepala terhambat akibat malnutrisi berat. Anak dengan mikrosefali dengan gejala neurolis yang menonjol perlu dicari adanya infeksi TORCH, kondisi teratogenik, genetic, serta trauma otak.

2. Gagal tumbuh dengan perawakan pendek tanpa mikrosefali perlu diavaluasi apakah perawakan pendek itu bersifat primer atau terjadi akibat pertambahan berat badan yang tidak adekuat. Pada anak perawakan pendek primer perlu dievaluasi kemungkinan adanya sindrom genetic yang berhubungan dengan perawakan pendek demikian juga keadaan teratogenik dan endokrinologik.

3. Gagal tumbuh dengan tinggi badan terhadap umur dan lingkar kepala yang normal. Evaluasi penyebab sebaiknya dimulai dari menilai apakah nutrisi yang masuk telah adekuat. Jika nutrisinya belum adekuat, maka dokter harus menentukan apakah keadaan ini karena kelalaian atau tidak sengaja. Sering ditemukan anak yang tidak mampu atau tidak ingin menerima makanan yang diberikan. Pada kasus ini, anak mempunyai selera makan yang kurang, malas, tidak menghendaki jenis makanan tertentu, atau terdapat disfungsi oromotor (gangguan neurologis untuk menghisap, mengunyah dan menelan).

Selera makan yang jelek menjadi kebiasaan pada anak yang pernah sakit atau kurang gizi. Mereka terbiasa dengan masukan kalori yang tidak adekuat. Kondisi lain yang perlu dipertimbangkan pada anak dengan berat badan rendah tetapi tinggi badan dan lingkar kepalanyan normal adalah kehilangan kalori lewat muntah, malabsorpsi, atau keadaan hipermetabolik. Suatu kondisi yang jarang tapi sangat penting adalah sindrom Russel diensafalik yang dihubungkan dengan sindrom diensafalik (anak sangat kurus, tinggi badan dan lingkar kepala normal, terjadi akibat tumor pada kiasma optikum).

II.7 Tata Laksana

Tata laksana utama pada gagal tumbuh adalah mengetahui penyebab yang mendasarinya dan memperbaiki keadaan tersebut. Hal ini membutuhkan pendekatan bertahap sesuai klinis dan respon pengobatan sehingga diperlukan kerja sama yang komprehensif antara dokter, perawat, ahli, pekerja sosial, dan ahli rehabilitasi medik. Sebagian besar kasus membutuhkan intervensi nutrisi dan modifiadi perilaku yang bermakna. Edukasi keluarga mengenai kebutuhan gizi dan cara pemberian makan pada anak sangat penting dalam tata laksana anak dengan gagal tumbuh. Anak yang tidak respon terhadap modifikasi nutrisi dan perilaku membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Ada dua hal utama yang dibutuhkan anak dengan gagal tumbuh yaitu kebutuhan akan diet tinggi kalori untuk tumbuh kejar dan pemantauan minimal satu kali sebulan sampai tercapai pertumbuhan yang normal. Perawatan di rumah sakit jarang dibutuhkan kecuali jika gagal dengan tata laksana rawat jalan, pada gagal tumbuh yang berat atau gagal tumbuh yang disertai penyakit berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Gagal tumbuh pada bayi dan anak harus diintervensi sesegera mungkin terutama jika kurva pertumbuhan berat badan berdasarkan panjang badan dibawah 70 %. Malnutrisi yang terjadi pada usia yang lebih dini dapat berakibat buruk pada perkembangan otak. Setelah diatasi kedaruratannya, prioritas penanganan selanjutnya adalah observasi selama beberapa minggu untuk memonitor asupan, keluaran, pertumbuhan, pola makan, interaksi dan ciri bayi dan anak. Dahulu observasi ini dilakukan di rumah sakit, tetapi saat ini akan lebih baik dilakukan di lingkungannya sendiri (missal: Rumah) sampai penyebab gagal tumbuh dapat diidentifikasikan.

Terapi ditujukan pada penyebab yang mendasari terjadinya gagal tumbuh dasar. Terapi substitusi hormone tiroid perlu diberikan jika gagal tumbuh disebabkan oleh hipotiroid, demikian juga apabila disebabkan karena penyakit sistemik maka diatasi penyakitnya tersebut. Tetapi gagal tumbuh bersifat multifaktorial dan secara umum dibagi menjadi pengobatan jangka panjang dan jangka pendek, melibatkan ibu dan lingkungan serta interaksi ibu dan bayi. Pengobatan pada bayi termasuk nutrisi, terapi perkembangandan tingkah laku, serta mengatasi komplikasi yang terjadi. Pendekatan tata laksana pada ibu dan lingkungan memrlukan identifikadi dan modifikasi stressor lingkungan dan perbaikan system perlindungan. Perbaikan interaksi ibu anak dibutuhkan jika keberhasilan perawatan di RS akan dilanjutkan di rumah.1II.8 Prognosis Untuk mencapai pertumbuhan dewasa yang normal, maka prognosis gagal tumbuh tergantung dari penyebab gagal tumbuh itu sendiri. Intervensi dini sangat penting untuk mengurangi risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan atau mengurangi resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan atau menetap. Gangguan pertumbuhan dalam 6 bulan pertama berhubungan dengan gangguan mental dan psikomotor pada tahun kedua. Makin cepat timbulnya gangguan tumbuh dan makin berat penyakit yang mendasarinya maka prognosisnya makin yang kurang baik, gagal tumbuh jangka panjang sering disertai penyakit kronik yang berat atau malnutrisi sejak dini. Banyak anak, terutama di Negara berkembang yang menderita malnutrisi ringan atau sedang dan anak-anak cenderung memiliki prognosis yang lebih baik, terutama jika dilakukan intervensi sejak dini. Terdapat kondisi spesifik mempengaruhi hasil keluaran intervensi yang dilakukan pada anak-anak cenderung memiliki prognosis yang lebih baik, terutama jika dilakukan pada anak dengan gagal tumbuh. Sebagai contoh, bayi prematur atau bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat asimetris sering memperlihatkan pacu tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat simetris. Perlu diingat bahwa faktor genetik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan seorang anak.

Dampak terhambatnya pertumbuhan terhadap perkembangan intelektual dan tingkah laku tergantung dari penyebabnya. Malnutrisi berat yang lama dan timbul dini berhubungan dengan gangguan perkembangan system saraf, cenderung bersifat permanen. Defisiensi mikronutrien (contohnya, anemia defisiensi besi) berhubungan dengan gangguan tingkah laku. Gangguan pertumbuhan selama bayi dan anak merupakan faktor risiko potensial untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Prognosisnya baik jika kebutuhan medis, nutrisi dan psikososial anak dan keluarga tercukupi.1BAB III

KESIMPULAN Gagal tumbuh merupakan tanda atau gejala dari suatu masalah pada pasien dan bukan merupakan suatu diagnosis pasti atau derajat suatu penyakit. Seorang pasien dinyatakan gagal tumbuh bila berat badan menurut umur berada di bawah persentil 3 atau berat badan menurut tinggi badan menurut umur di bawah persentil 10 kurva CDC 2000 Etiologi gagal tumbuh bisa karena faktor organik ataupun faktor anorganik Gangguan pertumbuhan selama bayi dan anak merupakan faktor risiko potensial untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Prognosisnya baik jika kebutuhan medis, nutrisi dan psikososial anak dan keluarga tercukupiPAGE 5