bab i

5
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat di Indonesia di m depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan da dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayana kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republik Indonesia !enurut "ndang-"ndang #I No $% &ahun 200' (esehatan adalah keadaan sehat, baik secara )isik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produkti) secara sosial dan ekonomis (esehatan ji*a menurut "" No 1+ &ahun 201 adalah kondisi dimana seorang indi idu dapat berkembang secara )isik, mental, spiritual, dan sosial sehi indi idu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, da bekerja secara produkti), dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasn !enurut .rganisasi (esehatan /unia . 3 World Health Organitation4 masalah gangguan kesehatan ji*a di seluruh dunia sudah menjadi masalah yan sangat serius . menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di du mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 50 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan ji*a 3 rasetyo, 200'4

Upload: joe-irawan

Post on 04-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

epidemiologi

TRANSCRIPT

4

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangVisi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republik Indonesia.Menurut Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia / WHO (World Health Organitation), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2009).Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional untuk usia 15 tahun ke atas adalah sebesar 6%, sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat adalah 1,7 per 1000 penduduk, lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi penyakit kanker yang sebesar 1,4 per 1000 penduduk (DepKes RI, 2013).Berdasarkan data registrasi Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu jumlah kunjungan rawat inap pasien gangguan jiwa selama Tahun 2013 adalah sebanyak 1.098 orang dan 738 orang (67,21%) merupakan pasien lama/kambuhan, sementara Tahun 2014 jumlah kunjungan rawat inap pasien gangguan jiwa sebanyak 1.127 orang dan 742 orang (65,84%) merupakan pasien lama/kambuhan. Berdasarkan data diatas setiap tahunnya lebih dari 60% jumlah pasien gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu merupakan pasien kambuhan.Kambuh merupakan keadaan pasien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali. Periode kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa dimana pasien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (Andri, 2008).Menurut Keliat (2005) keluarga mempunyai peranan penting dalam pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa, bentuk dukungan keluarga tersebut dapat berupa dukungan sosial dan ekonomi. Bentuk dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga mengenai gangguan jiwa dan penanganannya.Berdasarkan uraian dan data di atas maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu.B. Rumusan MasalahDari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah tingginya jumlah kekambuhan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2014.C. Pertanyaan PenelitianApakah ada hubungan sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa ?D. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumTujuan umum penelitian ini adalah untuk diketahuinya hubungan sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2014.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. diketahuinya distribusi frekuensi sosial kepala keluarga pasien gangguan jiwa di RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2014.b. diketahuinya distribusi frekuensi ekonomi kepala keluarga pasien gangguan jiwa di RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2014.c. diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan kepala keluarga pasien gangguan jiwa di RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2014.d. diketahuinya hubungan sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2014.E. Manfaat Penelitian1. TeoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang Ilmu Kesehatan Jiwa.2. PraktisHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi bagi tenaga kesehatan, khususnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit Khusus Jiwa Seoprapto Bengkulu dalam melaksanakan tindakan keperawatan pasien gangguan jiwa, sehingga taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara maksimal.F. Keaslian PenelitianPenelitian serupa pernah dilakukan oleh Zaenudin (2012) dengan judul Hubungan Peran Serta Keluarga dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Ruang Rawat Inap RSJ Soeprapto Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara peran serta keluarga dengan kekambuhan klien gangguan jiwa dengan nilai p.value 0,021. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada variabel dependent dan lokasi penelitian. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu terdapat pada variabel independent, sampel dan waktu penelitian.