bab i

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi,sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama.Namun sperti kita ketahui,respirasi lebih dari sekedar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-oksidasi,yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O,pati,fruktan,sukrosa atau gula yang lainnya,lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury & Ross,1995). Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerob maupun anaerob. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondioksida,seperti alkohol,asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum,respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut : C6H12O6 + O2 6CO2+ H2O+ energi Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel,dinding sel,sitoplasma, dan membran sel. Demikian juga halnya CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdisfusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan,diantaranya yaitu glikolisis,dekarboksilasi oksidatif,siklus krebs,dan transpor elektron.

Upload: manzil-wahyu

Post on 29-Sep-2015

25 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fisiologi tumbuhan

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi,sering menyerap O2

    dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama.Namun sperti kita

    ketahui,respirasi lebih dari sekedar pertukaran gas secara sederhana. Proses

    keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-oksidasi,yaitu senyawa dioksidasi

    menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi

    H2O,pati,fruktan,sukrosa atau gula yang lainnya,lemak, asam organik,

    bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury &

    Ross,1995).

    Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa

    organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan

    organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerob maupun

    anaerob. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan

    karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana

    oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain

    karbondioksida,seperti alkohol,asetaldehida atau asam asetat dan sedikit

    energi. Secara umum,respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut :

    C6H12O6 + O2 6CO2+ H2O+ energi

    Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari

    lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan

    berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk

    ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar

    sel,dinding sel,sitoplasma, dan membran sel. Demikian juga halnya CO2 yang

    dihasilkan respirasi akan berdisfusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang

    antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan

    sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara,

    O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa

    tahapan,diantaranya yaitu glikolisis,dekarboksilasi oksidatif,siklus krebs,dan

    transpor elektron.

  • 2

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dari praktikum ini

    adalah bagaimana pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata)?

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan latar belakang diatas,maka tujuan dari praktikum ini adalah

    untuk mendeskripsikan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata).

    1.4 Hipotesis

    Ha : ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata).

    Ho : tidak ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata).

  • 3

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Fabales

    Famili : Fabaceae

    Genus : Vigna

    Spesies : Vigna radiata

    Proses tumbuh merupakan salah satu aktivitas fisiologi. Pada proses

    pertumbuhan ini banyak dipengaruhi berbagai faktor lingkungannya salah satunya

    seperti suhu udara. Proses pertumbuhan memiliki keterkaitan fungsi dengan

    aktivitas fisiologi lain yang merupakan satu kesatuan fungsi. Aktivitas fisiologi

    yang terkait dengan proses tumbuh ini antara lain meliputi respirasi, transpirasi,

    absorbsi, transportasi bahan, fotosintesa, dan proses biosintesa lainnya.

    Semua sel hidup melakukan respirasi secara terus-menerus untuk mencukupi

    kebutuhan energinya. Pada umumnya respirasi merupakan proses oksidasi

    substrat glukosa, berlangsung dalam rangkaian proses pemecahan (katabolisme)

    yang melibatkan sistem enzim pada glikolisis (jalur EMP) dan daur Trikarboksilat

    (daur krebs). Respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa metabolisme

    berupa uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan panas sebagai entropi (energi

    panas yang tidak termanfaatkan). Bila respirasi berjalan sempurna, dari

    pembakaran substrat (karbohidrat, lipida, atau protein) akan menghasilkan rasio

  • 4

    CO2/O2 tertentu disebut Respiratory quotient [RQ]. Respirasi dengan substrat

    lipida akan diperoleh RQ

  • 5

    Respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa metabolisme berupa

    uap air, CO2 dan panas sebagai entropi (energi panas yang tidak termanfaatkan).

    Bila respirasi berjalan sempurna, dari pembakaram substrat (karbohidrat, lipida,

    atau protein) akan dihasilkan rasio CO2/O2 tertentu yang disebut dengan

    Respiratory quotient [RQ]. Respirasi dengan substrat lipida akan diperoleh

    RQ

  • 6

    menjadi ATP. Lebih lanjut, sejalan dengan berlangsungnya pemecahan, kerangka

    karbon-antara disediakan untuk menghasilkan berbagai produk esensial lainnya

    dari tumbuhan. Produk ini meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk

    asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen porfirin (seperti klorofil dan

    sitokrom). Tentu saja bila senyawa tersebut terbentuk, pengubahan substrat awal

    respirasi menjadi CO2 dan H2O tidaklah lengkap. Biasanya hanya beberapa

    substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O (proses

    katabolik/penguraian), sedangkan sisanya digunakan dalam proses sintesis

    (anabolisme/pembentukan) terutama di dalam sel yang sedang tumbuh. Energi

    yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat digunakan

    untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bila

    tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan

    pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reksi sintesis

    dan tidak pernah muncul sebagai CO2. (Salisbury & Ross, 1995).

    Berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju respirasi,

    diantaranya adalah sebagai berikut :

    1. Ketersediaan substrat

    Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang

    kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada

    laju yang rendah. Tumbuhan yang kahat gula sering melakukan respirasi

    lebih cepat bila gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih

    cepat segera setelah matahari tenggelam, saat kandungan gula tinggi

    dibandingkan dengan ketika matahari terbit, saat kandungan gulanya lebih

    rendah. Selain itu, daun yang ternaungi atau daun bagian bawah biasanya

    berespirasi lebih lambat daripada daun sebelah atas yang terkena cahaya

    lebih banyak. Bila hal ini tidak terjadi, maka daun sebelah bawah akan

    lebih cepat mati. Perbedaan kandungan gula akibat tak berimbangnya laju

    fotosintesis mungkin yang menyebabkan laju respirasi yang lebih rendah

    pada daun yang ternaungi. (Salisbury & Ross, 1995).

    2. Ketersediaan oksigen

  • 7

    Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya

    pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan

    berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal

    kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi,

    karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh

    lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

    3. Suhu

    Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan

    faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk

    setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada

    masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies

    tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan

    25C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35C, laju respirasi

    tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun. Penjelasan

    tentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini adalah bahwa laju

    penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai

    menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi

    O2 dan CO2 juga dipercepat dengan peningkatan suhu, tapi Q10 untuk

    proses fisika ini hanya 1,1, jadi suhu tidak mempercepat secara nyata

    difusi larutan lewat air. Peningkatan suhu sampai 40C atau lebih, laju

    respirasi malahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada

    keadaan ini dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang

    diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu yang

    tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya terjadi. Pada

    kecambah kacang kapri, peningkatan suhu dari 25C menjadi 45C mula-

    mula meningkatkan respirasi dengan cepat, tapi setelah dua jam lajunya

    mulai berkurang. Kemungkinan penjelasannya ialah jangka waktu dua jam

    sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim respirasi. (Salisbury &

    Ross, 1995).

    4. Jenis dan umur tumbuhan

    Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme,

    dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada

  • 8

    masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang

    lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ

    tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.

  • 9

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah percobaan eksperimental,hal ini dapat

    dilihat saat proses percobaan ini dilakukan di laboratorium dan

    menggunakan beberapa variabel,yaitu variabel kontrol,variabel manipulasi

    dan variabel respon.

    3.2 Waktu dan Tempat

    Hari/tanggal : Selasa,31 Maret 2015

    Jam : 09.00 WIB

    Tempat : Gedung C10 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam

    3.3 Variabel Penelitian

    1. Variabel manipulasi : Suhu

    2. Variabel kontrol : Massa kecambah,volume NaOH,Volume

    Bacl,waktu,jenis kecambah

    3. Variabel respon : Volume HCl (perubahan warna NaOH)

    3.4 Alat dan Bahan

    Bahan

    1. Kecambah kacang hijau (Vigna radiata) 30 gram

    2. HCl

    3. NaOH 30 ml

    4. BaCl2 2,5 ml

    5. PP ( Phenolftalin) 2 tetes

    Alat

    Pipet tetes 3 buah

    Gelas ukur 1 buah

    Tabung Erlenmeyer 6 buah

    Spet 1 buah

    Plastik 6 buah

    Karet gelang 6 buah

    Kasa 6 buah

    Tali kasur secukupnya

  • 10

    3.5 Prosedur Kerja

    1. Menyiapkan alat dan bahan

    2. Menyiapkan 6 tabung erlenmeyer,dan diisi 30 ml NaOH 0,5 M

    3. Menimbang 5 gram kecambang kacang hijau (Vigna radiata),bungkus

    dengan kasa dan diikat dan digantungkan dalam tabung erlenmeyer

    dengan menggunakan tali kasur,menutup tabung rapat-rapat dengan

    plastik

    4. Melakukan hal yang sama untuk tabung erlenmeyer 1 hingga 4

    5. Menyimpan 2 tabung yang berisi kecambah kacang hijau (Vigna

    radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

    sebagai kontrol kedalam inkubator dengan suhu 380C.

    6. Menyimpan 2 tabung yang berisi kecambah kacang hijau (Vigna

    radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

    sebagai kontrol kedalam ruangan dengan suhu 280C.

    7. Membiarkan selama 24 jam

    8. Mengambil 5ml NaOH dan di masukkan dalam tabung

    erlenmeyer,kemudiah menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes PP

    9. Melakukan titrasi dengan larutan HCl,hingga larutan berwarna

    putih.

    10. Mencatat volume HCl pada laporan sementara.

  • 11

    3.6 Rancangan Percobaan

    Menyiapkan 6 tabung erlenmeyer,dan diisi

    30 ml NaOH 0,5 M

    Melakukan hal yang sama untuk

    tabung erlenmeyer 1 hingga 4

    Menimbang 5 gram kecambang kacang

    hijau (Vigna radiata),bungkus dengan

    kasa dan diikat dan digantungkan

    dalam tabung erlenmeyer dengan

    menggunakan tali kasur,menutup

    tabung rapat-rapat dengan plastik

    Menyimpan 2 tabung yang berisi

    kecambah kacang hijau (Vigna

    radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata) sebagai

    kontrol kedalam inkubator dengan suhu

    380C.

    Menyimpan 2 tabung yang berisi

    kecambah kacang hijau (Vigna

    radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata) sebagai

    kontrol kedalam ruangan dengan

    suhu 280C.

    Menyiapkan alat dan bahan

    Membiarkan selama 24 jam

    Mengambil 5ml NaOH dan di masukkan

    dalam tabung erlenmeyer,kemudiah

    menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes

    PP

    Melakukan titrasi dengan larutan

    HCl,hingga larutan berwarna putih.

  • 12

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Setelah melakukan praktikum di dapatkan hasil sebagai berikut :

    1. Tabel

    Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

    Kacang Hijau (Vigna radiataI)

    Suhu Perlakuan Volume

    HCl (ml)

    CO2 yang

    dihasilkan

    (ml)

    Rata-rata CO2

    yang

    dihasilkan (ml)

    Kecepatan

    respirasi

    (ml/jam)

    280C

    Kecambah 1 0,4 27,6 27,3

    1,369

    Kecambah 2 0,5 27

    Tanpa

    Kecambah

    0,6 26,4 26,4

    1,32

    380C

    Kecambah 1 0,4 27,6 27,9

    1,395

    Kecambah 2 0,3 28,2

    Tanpa

    Kecambah

    0,6 26,4 26,4

    1,32

    2. Grafik

    Grafik 1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi pada kecambah kacang

    hijau (Vigna radiata)

    1,28

    1,3

    1,32

    1,34

    1,36

    1,38

    1,4

    2838

    1,32 1,32

    1,369

    1,395

    Ke

    cep

    atan

    Re

    spir

    asi (

    ml/

    jam

    )

    Suhu (0C)

    Tanpa Kecambah

    Rata-rata Kecambah

  • 13

    4.2 Analisis

    Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kecepatan

    respirasi pada kecambah kacang hijau (Vigna radiata) yang diperlakukan pada

    suhu 280C (ruangan)menghasilkan volume CO2 sebesar 27,6 dan 27 ml dengan

    volume rata-rata CO2 yang dihasilkan adalah 27,3 ml. Kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata) ini memiliki kecepatan respirasi sebesar 1,369 ml/jam,sedangkan

    pada tabung erlenmeyer yang menjadi kontrol atau tanpa kecambah kacang

    hijau (Vigna radiata) menghasilkan CO2 sebesar 26,4 ml dengan kecepatan

    respirasi sebesar 1,32 ml/jam.

    Pada tabung erlenmeyer yang berisi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

    yang diletakkan pada suhu 380C (inkubasi) menghasilkan CO2 sebesar 27,6 ml

    dan 28,2 ml dengan rata-rata volume CO2 sebesar 27,9 ml. Kecambah kacang

    hijau (Vigna radiata) ini memiliki kecepatan respirasi sebesar 1,395

    ml/jam,sedangkan pada tabung erlenmeyer yang menjadi kontrol (tidak ada

    kecambah kacang hijau (Vigna radiata) menghasilkan CO2 sebesar 26,4 ml dengan

    kecepatan respirasi 1,32 ml/jam.

    Dari data tersebut menunjukkan bahwa kecepatan respirasi kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata) yang diletakkan pada suhu 280C (ruangan) kecepatan

    reaksinya lebih rendah jika di bandingakan dengan kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata) yang dilekkan pada suhu 380C (inkubasi). Kemudian untuk 2

    tabung erlenmeyer tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata) atau yang

    dijadikan sebagai kontrol ternyata menghasilkan CO2 yang menandakan bahwa

    pada tabung erlenmeyer tersebut terjadi respirasi dengan kecepatan respirasi

    yang sama,yaitu 1,32 ml/jam.

    4.3 Pembahasan

    Pada praktikum ini,bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata) yang masih berumur 1 hari,karena pada kecambah yang masih

    berumur 1 hari ini kecambah masih aktif dalam melakukan metabolisme yang

    dapat menghasilkan energi yang digunakan untuk berkecambah. Selain itu

    dalam kotiledon mengandung cadangan makanan yang berupa pati. Pati

  • 14

    merupakan substrat dalam respirasi kecambah,sehingga sebagian besar pati akan

    hilang selama proses pertumbuhan berlangsung.

    Pada praktikum ini tabung erlenmeyer diisi dengan 30 ml NaOH yang

    berfungsi sebagai mengikat CO2 yang merupakan hasil respirasi dari kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata). Untuk mengamati hasil respirasi maka dibutuhkan

    waktu selama 24 jam. Setelah 24 jam NaOH direaksikan dengan BaCl2 yang

    kemudian dititrasi dengan HCl yang berguna untuk mengetahui banyaknya

    volume NaOH yang tidak mengikat CO2. Adapun beberapa reaksi yang terjadi

    sebagai berikut :

    Pengambilan NaOH

    CO2 + NaOH NaHCO3 + H2

    NaOH ditambahkan dengan BaCl2

    NaOH + BaCl2 NaCl2 + Ba(OH)2

    Ditambahkan PP dan dititrasi dengan HCl

    Ba(OH)2 + HCl 2H2O + BaCl2

    Tidak semua CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi dapat diikat oleh

    NaOH dan NaOH yang tidak mengikat CO2 tersebut tidak semuanya bereaksi

    dengan BaCl2 dan menghasilkan Ba(OH)2 yang berwarna bening. Ba(OH)2 dapat

    diuji dengan menggunakan PP,sehingga berubah warna menjadi merah muda.

    Warna merah muda menunjukkan bahwa Ba(OH)2 bersifat basa. Ketika Ba(OH)2

    sebanyak 5 ml dititrasi dengan HCl maka akan menghasilkan garam BaCl2

    dengan indikasi perubahan warna Ba(OH)2 yang asalnya berwarna merah muda

    berubah menjadi putih (warna merah muda tepat hilang),pada saat itulah

    volume HCl dihitung. Volume HCl tersebut sebanding dengan volume NaOH

    yang tidak mengikat CO2,sehingga dari volume HCl diketahui volume NaOH

    yang mengikat CO2.

    Berdasarkan hal tersebut diketahui volume total CO2 yang dilepaskan dari

    proses respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata) pada suhu 380C volume

    CO2 lebih besar jika dibandingkan dengan suhu 280C. Pada suhu 380C pada

    tabung erlenmeyer tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata) memiliki

    kecepatan respirasi sebesar 1,32 ml/jam hal ini di karenakan adanya kontaminasi

    NaOH,saat memasukkan NaOH dalam tabung erlenmeyer. Sedangkan pada

    tabung erlenmeyer yang terdapat kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

  • 15

    memiliki kecepatan respirasi sebesar 1,395 ml/jam. Pada suhu 280C pada tabung

    erlenmeyer tanpa kacang hijau (Vigna radiata) memiliki kecepatan respirasi

    sebesar 1,32 ml/jam hal ini di karenakan adanya kontaminasi NaOH,saat

    memasukkan NaOH dalam tabung erlenmeyer.Sedangkan pada tabung

    erlenmeyer yang terdapat kecambah kacang hijau (Vigna radiata) memiliki

    kecepatan respirasi sebesar 1,369 ml/jam.

  • 16

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Simpulan

    Ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata). Semakin optimal suhu maka kecepatan respirasi kecambah

    kacang hijau (Vigna radiata) akan semakin cepat,jika suhu tidak optimal (suhu

    tinggi atau rendah) maka kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Vigna

    radiata) akan menurun.

    5.2 Saran

    Saran untuk melakukan praktikum ini adalah gunakan kecambah kacang

    hijau (Vigna radiata) yang masih berumur 1 hari dan belum terlalu besar.

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjarbaru: FMIPA

    Universitas Lambung Mangkurat.

    Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.

    Jakarta: PT Gramedia.

    Salisbury, Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:

    Penerbit ITB.

    Simbolon, Hubu, dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

  • 18

    LAMPIRAN

    Gambar 1. Kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata)

    Gambar 2. Kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata) yang dibungkus dengan

    kasa

    Gambar 3. Kecambah kacang hijau

    (Vigna radiata) digantung di tabung

    erlenmeyer Gambar 4. HCl

    Gambar 5. Tabung kontrol ruang

    (sebelum titrasi)

    Gambar 6. Tabung kontrol ruang

    (setelah titrasi)

    Gambar 7. Kecambah 1 ruang (sebelum

    titrasi)

    Gambar 8. Kecambah 1 ruang (setelah

    titrasi)

  • 19

    Gambar 9. Kecambah 2 ruang (sebelum

    titrasi)

    Gambar 10. Kecambah 2 ruang (setelah

    titrasi)

    Gambar 11. Tabung kontrol inkubator

    (sebelum titrasi)

    Gambar 12. Kecambah 1 inkubator

    (sebelum titrasi)

    Gambar 13. Kecambah 1 inkubator

    (setelah titrasi)

    Gambar 14. Kecambah 2 inkubator

    (sebelum titrasi)