bab i

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi (Mochtar R 1998).Ditemukannya bedah sesar memang dapat mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bias melahirkan secara normal.namun faktanya menurut bensons dan pernolls,angka kematian pada operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukan resiko 25x lebih besar dibangdingkan dengan persalinan melalui pervaginaan.Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina. Seksio sesaria menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan menurut statistic tentang 3.509 kasus seksio sesaria yang disusun oleh pell dan chamberlain,indikasi untuk resiko sesaria adalah diproporsi janin panggul 21%,gawat janin 14%,plasenta previa 11% pernah seksio sesaria 11%,kelainan letak janin 10%,pre-eklamasi dan hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro,2005).

Upload: meriza-dahlia

Post on 26-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ujtjgnhyhtuyhgrtfb

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangSeksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi (Mochtar R 1998).Ditemukannya bedah sesar memang dapat mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bias melahirkan secara normal.namun faktanya menurut bensons dan pernolls,angka kematian pada operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukan resiko 25x lebih besar dibangdingkan dengan persalinan melalui pervaginaan.Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina. Seksio sesaria menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan menurut statistic tentang 3.509 kasus seksio sesaria yang disusun oleh pell dan chamberlain,indikasi untuk resiko sesaria adalah diproporsi janin panggul 21%,gawat janin 14%,plasenta previa 11% pernah seksio sesaria 11%,kelainan letak janin 10%,pre-eklamasi dan hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro,2005).

1.2Rumusan Masalah1. Apakah definisi dari post sc?2. Apakah etiologi dari post sc?3. Apakah klasifikasi dari post sc?4. Apa patofisiologi dari post sc?5. Bagaimana penatalaksanaan post sc?6. Apakah komplikasi dari post sc?7. Bagaimana asuhan keperawatan pada post sc?1.3 Tujuan1. Memahami definisi dari post sc2. Memahami etiologindari post sc3. Memahami klasifikasi dari post sc4. Memahami patofisiologi dari post sc5. Memahami penatalaksanaan post sc6. Memahami komplikasi dari post sc7. Memahami Asuhan Keperawatan pada post sc

1.3Manfaat1.Untuk mengetatahui definisi dari post sc2.Untuk mengetatahui etiologindari post sc3.Untuk mengetatahui klasifikasi dari post sc4.Untuk mengetatahui patofisiologi dari post sc5.Untuk mengetatahui penatalaksanaan post sc6.Untuk mengetatahui komplikasi dari post sc7.Untuk mengetatahui Asuhan Keperawatan pada post sc

BAB IIPEMBAHASAN2.1Definisi / PengertianSC (Sectio caesarea) adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dindina rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohadjo, 2002).Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Muchtar, 1998).Jadi sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

2.2 EtiologiOperasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).a.Pada Ibu :Disproporsi kepala panggul/CPD//FPDDisfungsi uterusDistosia jaringan lunakPlasenta previaHis lemah / melemahRiwayat sectio caesareab.Pada Anak :Janin besarGawat janinLetak lintangHydrocephalus2.3Klasifikasia.Abdomen (SC Abdominalis)1)Sectio Caesarea TransperitonealisSectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.Sectiocaesareaprofunda :denganinsisi pada segmenbawahuterus.2)Sectio caesarea ekstraperitonealisMerupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.b.Vagina (sectio caesarea vaginalis)Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :1)Sayatan memanjang (longitudinal)2)Sayatan melintang (tranversal)3)Sayatan huruf T (T Insisian)c.Sectio Caesarea Klasik (korporal)Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.Kelebihan :1)Mengeluarkan janin lebih memanjang2)Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik3)Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distalKekurangan :1)Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik.2)Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.d.Sectio Caesarea (Ismika Profunda)Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cmKelebihan :1)Penjahitan luka lebih mudah2)Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik3)Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga perineum4)Perdarahan kurang5)Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecilKekurangan :1)Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.2)Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

2.4PatofisiologiAdanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi

2.5 Pemeriksaan Diagnostik / Penunjanga.Test HCG Urine : sebagai Indikator kehamilan apakah Positif /Negatifb.Ultra Sonografi : untuk mengetahui Kondisi janin/cavum uteria apakah terdapat janin/sisa janin/-c.Kadar Hematocrit/Ht : sebagai Status Hemodinamika untuk mengetahui adanya Penurunan hematokrit (< 35 mg%)d.Kadar Hemoglobin : sebagai Status Hemodinamika untuk mengetahui adanya Penurunan hemoglobin atau tidak (< 10 mg%)e.Kadar SDP : untuk mengetahui adanya Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)f.Kultur : Untuk mengetahui adanya Kuman spesifik

2.6Terapi / Tindakan PenangananPenatalaksaan medis post-op Sectio Caesarea secara singkat :a.Awasi TTV sampai pasien sadarb.Pemberian cairan dan diitc.Atasi nyeri yang adad.Mobilisasi secara dini dan bertahape.Kateterisasif.Jaga kebersihan luka operasi dan Perawatan luka insisig.Berikan obat antibiotic dan analgetik (Mochtar, 1998).

2.7KomplikasiKemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :a.Infeksi puerperal ( Nifas )1)Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari2)Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung3)Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitikb.Perdarahan1)Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka2)Perdarahan pada plasenta bedc.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

BAB 3ASUHAN KEPERAWATANPOST SECTIO CAESAR (SC)

3.1 Pengkajiana.Identitas klien dan penanggung jab.Keluhan utama klien saat inic.Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multiparad.Riwayat penyakit keluargae.Keadaan klien meliputi :1)Sirkulasi Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL2)Integritas egoDapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.3)Makanan dan cairanAbdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).4)NeurosensoriKerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinalepidural.5)Nyeri / ketidaknyamananMungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.6)Pernapasan Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.7)KeamananBalutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.8)Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.3.2Diagnosa Keperawatana.Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)b.Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasic.Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi

3.3Rencana Asuhan KeperawatanDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan nyeri klien berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrolWajah tidak tampak meringisKlien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan1.Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.2.Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.3.Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)

4.Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi, sentuhan terapeutik.)5.Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)6.Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.1.Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi.

2.Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi / reaksi terhadap nyeri.

3.Mengetahui sejauh mana pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien.

4.Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan kontrol dan meningkatkan harga diri dan kemampuan koping

5.Memberikan ketenangan kepada pasien sehingga nyeri tidak bertambah

6.Analgetik dapat mengurangi pengikatan mediator kimiawi nyeri pada reseptor nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas operasi (SC)Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50C, frekuensi nadi = 60 - 100x/ menit)WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)1.Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya.Catat waktu pecah ketuban.

2.Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)

3.Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik

4.Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi

5.Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh luka6.Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel darah putih

7.Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan

8.Anjurkan intake nutrisi yang cukup9.Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi1.Kondisi dasar seperti diabetes / hemoragi menimbulkan potensial risiko infeksi / penyembuhan luka yang buruk. Pecah ketuban yang terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat menimbulkan koriamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka2.Mengetahui secara dini terjadinya infeksi sehingga dapat dilakukan pemilihan intervensi secara tepat dan cepat3.Meminimalisir adanya kontaminasi pada luka yang dapat menimbulkan infeksi

4.Balutan steril menutupi luka dan melindungi luka dari cedera / kontaminasi.Rembesan dapat menandakan terjadinya hematoma yang memerlukan intervensi lanjut5.Cuci tangan menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial

6.Peningkatan suhu, nadi, dan WBC merupakan salah satu data penunjang yang dapat mengidentifikasi adanya bakteri di dalam darah. Proses tubuh untuk melawan bakteri akan meningkatkan produksi panas dan frekuensi nadi. Sel darah putih akan meningkat sebagai kompensasi untuk melawan bakteri yang menginvasi tubuh.7.Risiko infeksi pasca melahirkan dan proses penyembuhan akan buruk bila kadar Hb rendah dan terjadi kehilangan darah berlebihan.

8.Mempertahankan keseimbangan nutrisi untuk mendukung perpusi jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan

9.Antibiotik dapat menghambat proses infeksi

Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasiSetelah diberikan asuhan keperawatan selama x 6 jam diharapkan ansietas klien berkurang dengan kriteria hasil :Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisahKlien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang1.Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung

2.Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati

3.Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas yang dirasakan

4.Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping

5.Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi6.Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu7.Evaluasiperubahanansietas yang dialamiklien secara verbal1.Keberadaansistempendukungklien (misalnyapasangan) dapatmemberikan dukungan secara psikologis dan membantukliendalammengungkapkanmasalahnya2.Keberadaanperawatdapatmemberikandukungan dan perhatian pada kliensehinggaklienmerasanyaman dan mengurangiansietas yang dirasakannya3.Ansietasseringkalitidakdilaporkan secara verbal namuntampak pada polaperilakuklien secara nonverbal

4.Mendukungmekanismekopingdasar, meningkatkan rasa percayadirikliensehinggamenurunkanansietas5.Kurangnya informasi dan misinterpretasi klien terhadap informasi yang dimiliki sebelumnya dapat mempengaruhi ansietas yang dirasakan

6.Klien dapat mengalami penyimpangan memori dari melahirkan. Masa lalu / persepsi yang tidak realistis dan abnormalitas mengenai proses persalinan SC akan meningkatkan ansietas.7.Identifikasi keefektifan intervensi yang telah diberikan

BAB 4PENUTUP

4.1 KesimpulanSectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

4.2 SaranDalam makalah ini, semoga dapat menjawab pertanyaan pembaca mengenai post sectio caesar dan dapat bermanfaan bagi pembaca. Kami sebagai penulis masih banyak memiliki kekurangan dalam makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-askep/askep-maternitas/askep-sectio-caesarea/www.google.comhttp://nswahyunc.blogspot.com/2012/12/lp-post-sectio-caesarea-dan-nifas.htmlhttp://wijar1212.blogspot.com/2013/07/laporan-pendahuluan-dan-asuhan.html