bab i

38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat dan dapat menimbulkan kejadian endemis di suatu daerah. Penyakit ini ditemukan pertama kali tahun 1968, sejak saat itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 1980 seluruh provinsi indonesia sudah pernah terjangkit DBD. Penyakit tersebut tidak hanya menyerang anak-anak tetapi juga usia yang lebih tua (Depkes, 2011). Di berbagai daerah tropis dan subtropis dunia, Aedes aegypti merupakan vektor primer dari penyakit seperti demam dengue, cikungunya dan yellow fever. Nyamuk aktif menggigit

Upload: m-isyhaduul-islam

Post on 25-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Re

TRANSCRIPT

19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat dan dapat menimbulkan kejadian endemis di suatu daerah. Penyakit ini ditemukan pertama kali tahun 1968, sejak saat itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 1980 seluruh provinsi indonesia sudah pernah terjangkit DBD. Penyakit tersebut tidak hanya menyerang anak-anak tetapi juga usia yang lebih tua (Depkes, 2011). Di berbagai daerah tropis dan subtropis dunia, Aedes aegypti merupakan vektor primer dari penyakit seperti demam dengue, cikungunya dan yellow fever. Nyamuk aktif menggigit sekitar 2 jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam (CDC, 2012).

Penularan DBD sangat di pengaruhi oleh faktor iklim. Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, dan angin (Majidah, 2010). Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian di seluruh Indonesia (Depkes, 2011). Tingginya morbiditas dan mortalitas penyakit ini memacu masyarakat untuk menanggulanginya. Berbagai cara telah dilakukan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan cara membersihkan sarang nyamuk, melakukan pengasapan (fogging) untuk membunuh nyamuk dewasa, dan pembunuhan larva dengan temephos (WHO, 2009). Sebagai upaya pencegahan, masyarakat biasanya menggunakan kelambu, obat nyamuk bakar atau listrik, bahan kimia permethrin, maupun repelan yang dioleskan ke permukaan kulit. Repelan merupakan bahan yang mempunyai kemampuan untuk mencegah gigitan nyamuk maupun serangga lainnya (Depkes, 2003).

Repelan yang beredar saat ini memiliki bahan aktif DEET ( N,N-diethyl-metatoluamiden) sebagai standar baku. DEET memiliki efektifitas menolak nyamuk berbagai spesies dalam waktu yang cukup lama. Walaupun begitu DEET telah dilaporkan menyebabkan toksisitas terhadap manusia (Siriporn and Mayura, 2010). DEET dapat menyebabkan iritasi pada mukosa membran, dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada bungkus plastik (AMNH, 2009). Peningkatan konsentrasi DEET tidak dapat meningkatkan proteksi tetapi dapat memperpanjang durasi. DEET 6,65% melindungi sekitar 2 jam sedangkan 23,8% dapat melindungi sekitar 5 jam (Zachary, 2005). Pemberian DEET tidak dianjurkan untuk anak usia di bawah 2 bulan. Penggunaan untuk anak-anak di atas 2 bulan dengan konsentrasi antara 10%-30% (APP, 2003).

Kondisi di atas mendorong beberapa peneliti untuk meneliti tanaman tradisional yang ada di sekitar dan mudah didapat sebagai repelan botani. Dan juga hal ini diharapkan dapat mengurangi efek toksik terhadap manusia dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Pestisida kimia sintetik akhir-akhir ini sudah mulai ditinggalkan (Ndione et al, 2007).

Pengganti dari dari pestisida sintetik adalah pestisida organik yang diperoleh dari tanaman. Jeruk merupakan tanaman terbesar kedua di dunia sehingga mudah untuk didapatkan (Moore and Ferreira, 2011). Dari hasil uji fitokimia tanaman jeruk purut (Citrus hystrix) pada kulit buah mengandung flavanoid, limonoida, fenolik, terpenoid dan kumarin (Manjang et al, 2013). Kandungan flavanoida dan limonoida dapat digunakan sebagai proteksi dari Aedes aegypti (Moore and Ferreira, 2011).

Seperti yang dijelaskan dalam Alquran, Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS. Annahl 16). Ayat tesebut menjelaskan bahwa buah-buahan yang ada di alam ini sangat bermanfaat dan perlu pemikiran (penelitian) untuk mendalami manfaat yang lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah ekstrak kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix) dalam sediaan losion memiliki aktivitas sebagai repelan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) efektif sebagai repelan nyamuk Aedes aegypti.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui RT50 yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menolak 50% nyamuk Aedes aegypti.

b. Untuk mengetahui RC50 yaitu konsentrasi yang paling efektif menolak nyamuk Aedes aegypti.

c. Untuk mengetahui perbedaan persentase nyamuk Aedes aegypti yang tidak menempel antar kelompok perlakuan.

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi di bidang ilmu kesehatan tentang repelan organik terhadap nyamuk Aedes aegypti dari ekstrak kulit jeruk purut (citrus hystrix)

2. Masyarakat Umum

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah bagi masyarakat umum tentang bahan alami yang ada di lingkungan rumah dan mudah didapat sebagai penolak nyamuk Aedes aegypti.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah :

1. Tesaviani (2009) meneliti tentang daya repelan ekstrak jeruk nipis (citrus aurantifolia swingle) dalam sediaan losion terhadap nyamuk Aedes aegypti. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang digunakan 45%, 50% dan 55%. Waktu penolakan paling lama pada konsentrasi 55% dalam waktu 2161 detik.

2. Agustin (2011) meneliti tentang uji efektivitas ekstrak kulit buah jeruk purut (citrus hystrix) sebagai biolarvasida nyamuk Aedes aegypti. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak kulit buah jeruk purut (citrus hystrix) dengan konsentrasi 90% dapat menyebabkan kematian larva instrar III nyamuk Aedes aegypti dalam waktu 8 jam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorhagic Fever)

a. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Terdapat 4 serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2. DEN-3 dan DEN-4 yang dapat menyebabkan demam berdarah. Vektor penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti (Daniel, 2008).

b. Epidemiologi

Demam berdarah banyak tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Di Indonesia, insiden demam berdarah cukup tinggi dan semakin meluas yang ditandai dengan bebrapa kejadian luar biasa (KLB) dengan siklus 5-10 tahun. Serangan KLB terjadi tahun 1973 (10.189 kasus), tahun 1983 (13.668 kasus), tahun 1988 (57.573 kasus), tahun 1998 (72.133 kasus) dan tahun 2004 (58.861 kasus) (Depkes, 2011).

c. Gejala Umum

2. Aedes aegypti

a. Taksonomi

Nyamuk Aedes aegypti dalam taksonomi termasuk :

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Sub kelas : Pterygota

Familia : Culicidae

Sub familia : Culicinae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti (Ishartadiati, 2009)

b. Morfologi

Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong seperti kapal boat dengan panjang + 1 mm dan berwarna gelap. Telur ini tumbuh dengan semakin besarnya ukuran tetapi tetap berwarna gelap sebelum berganti bulu. Telur ini biasanya diletakkan oleh induknya satu per satu pada permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak + 2 cm (Bar and Andrew, 2013).

Instar nyamuk Aedes aegypti berwarna gelap dan akan berubah menjadi larva yang berwarna transparan. Larva ini akan bertambah ukurannya selama berkembang. Ukuran panjang larva I, II, II dan IV adalah 1.745, 2.935, 4.343, and 7.201 mm ( Damiens et al, 2013 ). Larva nyamuk genus Aedes dapat dibedakan dari genus lain yaitu dengan ciri sifon yang lebih pendek. Larva muda memiliki sifon yang lembut dan pada larva dewasa menjadi lebih hitam dan keras. Bagian dalam sifon terdapat saluran trakea dan otot fibra, ukuran respirasi sifon meningkat seiring dengan pertumbuhan larva dari tingkatan instar IIV. Panjang 0.2170.792 mm dan lebar 0.1270.389 mm (Bar and Andrew, 2013).

Pupa nyamuk Aedes aegypti memiliki sepasang corong pernapasan dengan bentuk segitiga. Kaki pengunyah lurus, runcing dan terletak di belakang abdomen. Stadium pupa nyamuk Aedes aegypti sangat mirip dengan stadium pupa spesies lain sehingga sukar untuk dibedakan (Alto et al, 2008).

Nyamuk dewasa berwarna hitam dengan corak garis garis putih keperakan. Di kepala terdapat probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina proboscis digunakan sebagai alat tusuk dan penghisap darah sedangkan pada nyamuk jantan dipakai sebgai alat penggisap caitan tumbuh tumbuhan. Nyamuk memiliki sayap yang panjang dan langsin, pada pinggir sayap terdapat deretan rambut (Safar, 2009).

Gambar 1. Morfologi nyamuk Aedes aegypti (ICPMR, 2010).

c. Habitat

Nyamuk Aedes aegypti banyak ditemukan di tempat yang gelap, seperti semak semak, rerumputan dan juga bendabenda yang tergantung di dalam kamar (Sitanto et al, 2009). Tempat perindukan (breeding) Aedes aegypti adalah di tempat yang berisi air yang bersih. Nyamuk ini akan cepat berkembang biak terutama pada musim hujan yang tentu banyak juga air yang menggenang sebagai tempat untuk meletakkan telur (Braks et al, 2007).

d. Siklus Hidup

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna: telurlarvapupadewasa. Satu skilus lamanya +1421 hari, tergantung pada temperatur dan ketersediaan makanan. Hanya pada stadium telur, larva dan pupa hidup di dalam air. Telur diletakkan satu per satu secara terpisah di dinding wadah air dan akan menetas setelah 12 hari (Bar and Andrew, 2013).

Setelah menetas dilanjutkan dengan stadium larva yang terdiri dari empat instar. Pertumbuhan larva stadium I sampai IV berlangsung selama 68 hari. Lamanya siklus pada waktu stadium larva tergantung dari suhu, kelembaban dan makanan. Setelah berganti kulit, maka larva akan berlanjut ke stadium pupa. Pupa tidak memerlukan makanan tapi masih memerlukan oksigen. Pupa jantan akan menetas terlebih dahulu. Setelah 24 jam, nyamuk Aedes aegypti betina telah memiliki kemampuan untuk menghisap darah (Sutanto et al, 2009).

e. Perilaku Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti memiliki sifat antropofilik yang senang menghisap darah manusia. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu yang singkat. Karena itu Aedes aegypti merupakan vektor utama dalam penyebaran virus dengue (Sutanto et al, 2009).

Nyamuk betina memperoleh asupan protein untuk memproduksi telur dengan menghisap darah manusia. Nyamuk Aedes aegypti memiliki aktivitas menghisap darah pada pagi hari (09.0011.00) dan petang (15.0017.00). Nyamuk Aedes aegypti betina mempunyai jarak terbang lebih jauh daripada nyamuk jantan yaitu 50100 m (Philbert and Ijumba, 2013)

f. Epidemiologi

Secara geografis nyamuk ini tersebar di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Biasanya antara garis lintang 40o LU dan 40o LS. Nyamuk ini tidak dapat hidup dengan suhu yang rendah yaitu kurang dari 7oC dan tidak dapat bertahan lama dengan suhu lebih dari 37oC. Nyamuk ini biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 m diatas permukaan laut (Trpis, 2005).

g. Penyebaran Virus Dengue

Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Proses ini diawali dengan nyamuk yang menghisap darah manusia yang terinfeksi virus dengue. Virus yang terhisap memerlukan 811 hari untuk menjadi infektif dan dapat ditularkan kembali melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Focks et al, 2006).

Sebelum menghisap darah manusia, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap tidak membeku. Virus dengue dipindakan dari nyamuk ke manusia bersama denga air liurnya (Gubler and Clark, 2009).

h. Pengendalian

Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu lingkungan, kimia dan biologi. Perlindungan secara lingkungan dapat dilakukan dengan memberantas sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk yaitu dengan menguras semua tampungan air, menutup rapat tampungan air dan mengubur barang bekas. Perlindungan secara kimia biasanya untuk melindungi secara personal dengan bahan kimia. Untuk perlindungan secara pribadi dilakukan dengan menggunakan repelan atau obat nyamuk bakar, sedangkan untuk perlindungan masyarakat yang telah dilakukan yaitu dengan pengasapan dan pemberian temephos untuk membunuh jentikjentik nyamuk. Sedangkan perlindungan secara biologi dengan menghadirkan predator pemakan nyamuk (Depkes, 2003). Baru-baru ini sedang dikembangkan mengenai pencegahan secara genetik melalui wolbachia. Wolbachia adalah bakteri intraseluler yang ditemukan pada nematoda dan antropoda. Bakteri ini dapat menyebabkan umur nyamuk menjadi lebih singkat (Werren, 2008).

i. Repelan

Repelan merupakan bahan yang memiliki daya penolak terhadap gigitan nyamuk, tungau, kutu dan serangga lainnya. Repelan digunakan dengan cara mengoleskan ke permukaan kulit sehingga memberikan perlindungan secara individual (Peterson and Coats, 2011).

Hingga saat ini repelan terbagi menjadi dua jenis yaitu repelan kimia sintetik dan repelan botani. Repelan kimia sintetik antara lain DEET (N,N diethyl m toluamide), pertama kali di produksi pada tahun 1956, merupakan repelan kimia yang digunakan sebagai gold standard karena paling efektif. Biasa digunakan dengan konsentrasi 7% sampai 20%. Saat ini sudah laporkan bahwa DEET dapat menyebabkan toksik pada manusia, termasuk enselopati anak, sindrom urtikaria, anafilaksis, hipotensi dan penurunan denyut jantung sehingga sangat hatihati penggunaan untuk anakanak (Adenira and Fabiyi, 2012).

Selain DEET ada repelan kimia lain yaitu Ethylhexanediol dan permethrin. Ethylhexanediol merupakan repelan kimia yang agak sedikit berminyak, bening dan sedikit kental. Tidak iritatif terhadap kulit tetapi dapat menyebabkan konjungtivitis bila terkena mata. Sedangkan permethrin tidak digunakan dipermukaan kulit tetapi diresapkan di pakaian. Aktivitas insektisidalnya lebih mendominasi dan tidak toksis bagi mamalia (Jordan, 2012).

Beberapa repelan botani antara lain, alkaloid, terpenoid dan fenolik. Alkaloid merupakan repelan yang dapat memberikan efek pada konsentrasi yang rendah dan juga dapat memberikan efek penolak insekta bila dibakar. Terpenoid merupakan kandungan yang banyak terdapat pada minyak atsiri tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki kandungan terpenoid menghasilkan aroma yang khas dan mencolok sehingga berpotensi sebagai repelan. Fenolik merupakan komponen tumbuhan yang berfungsi sebagai penyusun dinding sel dan pewarna bunga. Flavonoid adalah salah satu kandungan dari fenolik (Patel et al, 2012).

Beberapa tanaman yang mampu memberikan efek sebagai penolak nyamuk antara lain, lavender, mint, geranium, tulsi, eucalyptus, serai (WHO, 2014).

3. Jeruk Purut ( Citrus hystrix )

a. Taksonomi

Jeruk purut (Citrus hystrix) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Divisio : Spermaophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rustaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus hystrix ( ITIS, 2014 )

Gambar 2. Jeruk purut (Citrus hystrix) (USDA, 2010).

b. Nama Tanaman

Nama ilmiah jeruk purut adalah Citrus hystrix, nama sinonim jeruk purut adalah C. Paeda Miq. Jeruk purut memiliki berbagai nama lain di berbagai negara, diantaranya Kaffir lime leaf dan zest (India), Bai magrut (Thailand), Kafara (Arab), Kabuyao, Percupin orange, dan Citron combara. Sedangkan di berbagai daerah di Indonesia jeruk purut biasa disebut dengan Unte mukur, Unte pangir (Batak), Lemau purut, Lemau sarakan (Lampung), Lemao puruik (Minangkabau), Dema kafalo (Nias), Limau purut, Jeruk wangi (Sunda), Jeruk linglang ( Bali ), Mude nelu ( Flores ), Ahusi lepea ( Sulawesi ), Lemo puru ( Bugis ), Munte kereng ( Maluku ), Usi ela ( Ambon ), dan Wama faleela (Halmahera) (Dalimarta, 2003).

c. Deskripsi Tanaman

Jeruk purut (Citrus hystrix) merupakan tanaman perdu dengan tinggi 36 m. Batangnya berkayu, bulat dan berwarna putih kehijauan. Daunnya berwarna merah tua saat masih muda, setelah tua akan berwarna hijau, majemuk, berbentuk oval seperti telur berukuran 58x2.54.5 cm lebih panjang dan 0.51 cm lebih lebar dibandingkan daun yang muda (Cheng, 2012). Bagian tepi daun bergerigi dan ujungnya tumpul membulat. Dikedua permukaan daun licin dengan bintik bintik kecil berwarna jernih, permukaan atasnya hijau tua agak mengkilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuningan (Dalimartha, 2003).

Bunganya majemuk berwarna putih dan bagian dalamnya sedikit berwarna merah dengan kelopak yang berbentuk seperti mangkok. Terletak pada ujung batang dengan diameter 23 cm. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur dengan diameter 3-6 cm, kulit buahnya berwarna hijau berkerut dan berbenjolbenjol. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih, berwarna putih kehijauan dan berjumlah banyak. Akar tanaman berwarna coklat dan termasuk akar tunggang (Cheng, 2012).

d. Habitat

Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 2001300 m diatas permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 10001500 mm/tahun. Kelembabannya tinggisedang, drainase baik dengan kedalaman air tanah 40170 cm dari permukaan tanah. Tanaman ini harus terkena paparan sinar matahari selama 8 jam. Paparan sinar matahari juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah. Jika ingin diletakkan di dalam ruangan harus dijaga temperaturnya 16oC29oC. Tanaman ini akan berbunga di saat musim semi (Logees, 2012).

e. Kandungan Jeruk Purut ( Citrus hystrix )

Kulit buah jeruk purut ( Citrus hystrix ) antara lain mengandung flavonoid, fenolik, terpenoid, kumarin, dan minyak atsiri (Manjang, 2013). Minyak atsiri kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix) mengandung bahan aktif sitronelal 81.48%, sitronelol 8,22%, linalol 3,69%, geraniol 0,31% dan komponen lain 6,29% (Safaatul, 2010).

Kandungan gizi satu buah jeruk purut ( Citrus hystrix ) dalam 67 gram adalah 20 kalori, 2 gram total dietari serat, 1 gram gula, 7 gram karbohidrat, 20 mg kalsium, 1 mg sodium, 0.36 mg besi, 5 mg vitamin A dan 19.2 mg vitamin C. Selain itu jeruk purut (Citrus hystrix) juga mengandung enzim antioksidan, hydroxyl radikal dan lipid peroxidasi (Laohavechvanich et al, 2010).

f. Kegunaan

Jeruk purut sebagai obat tradisional sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit, antara lain; influenza, kulit bersisik dan mengelupas, mewangikan rambut kepala, badan lelah setelah bekerja. Selain itu jeruk purut (Citrus hystrix) sering digunakan dalam masakan, pembuatan kue dan dibuat manisan (Dalimartha, 2003). Karena baunya yang menyengat dan segar sering digunakan masyarakat sebagai aromaterapi dan biopestisida.

g. Losion

Losion merupakan preparat dalam bentuk cair yang pemakaiannya dioleskan pada kulit. Keenceran losion akan memudahkan untuk meratakan bahan aktif di permukaan kulit. Losion mengandung satu atau lebih bahan aktif yang terdispersi dalam medium cair. Setelah losion dipakai dan didiamkan, maka losion akan mengering dan meningggalkan lapisan tipis yang mengandung bahan aktif. Losion yang baik adalah mengandung bahan pendispersi yang mudah melekat pada permukaan kulit dan mudah dibilas dengan air (Reifenrath, 2009).

h. Kerangka Konsep

(Repelan)

(Persen hinggap nyamuk rendah, waktu penolakan nyamuk lama dan konsentrasi yang sesuai.) (Botani) (Kimiawi)

(DEET(N, N-dietil-m-tolumide)) (Ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix))

(Bahan aktif :LimonenSitronelalLinalol)

(Toksisitas tinggi) (Toksisitas rendah)

Keterangan :

Repelan berfungsi sebagai penolak nyamuk dengan cara menurunkan persen hinggap yang rendah dan waktu penolakan yang lama. Repelan saat ini yang paling sering digunakan adalah repelan kimiawi dengan kandungan aktif DEET. DEET sudah menjadi gold standard repelan penggunaannya di masyarakat. DEET aktif dalam menolak nyamuk tetapi sudah dilaporkan bahwa DEET memiliki toksisitas yang tinggi. Hal ini memacu bebrapa peneliti untuk memanfaatkan tanaman yang ada di lingkungan masyarakat, contohnya : jeruk purut (Citrus hystrix). Jeruk purut (Citrus hystrix) yang mengandung minyak atsiri dengan bahan aktif limonen, citronelal dan linalol yang secara teori memberikan efek repelan. Repelan botani yang berasal dari ekstrak tumbuhan memiliki toksisitas yang rendah.

i. Hipotesis

Dalam penelitian ini diajukan suatu hipotesis yakni, ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystix) memiliki daya repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental laboratori sederhana (posttest only control group design). Gambaran design penelitian, sebagai berikut:

(O4) (O1) (O2) (O3) (O4)

(K+)

(K1-) (O1) (O2) (O3) (O4)

(K2-) (O1) (O2) (O3) (O4)

(P1) (R) (O4) (O3) (O2) (O1)

(P2) (O4) (O3) (O2) (O1)

(O4) (O3) (O1) (P3)

(O2)

(O4) (O3) (O2) (O1) (P4)

(O4) (O3) (O2) (O1) (P5)

Keterangan :

R : Random sampling

O0 : Observasi pertama selama 10 menit pada jam ke-nol

O1 : Observasi kedua selama 10 menit pada jam pertama

O2 : Observasi ketiga selama 10 menit pada jam kedua

O3 : Observasi keempat selama 10 menit pada jam ketiga

O4 : Observasi kelima selama 10 menit pada jam keempat

O5 : Observasi keenam selama 10 menit pada jam kelima

O6 : Observasi ketujuh selama 10 menit pada jam kelima

K+ : Kontrol positif menggunakan DEET*)

K1- : Kontrol negatif I tanpa intervensi

K2- : Kontrol negatif II menggunakan bahan dasar pembuatan losion, tanpa penambahan ekstrak

P1 : Kelompok perlakuan dengan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) kosentrasi 3%

P2 : Kelompok perlakuan dengan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) konsentrasi 10%

P3 : Kelompok perlakuan dengan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) konsentrasi 30%

P4 : Kelompok perlakuan dengan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) konsentrasi 50%

P5 : Kelompok perlakuan dengan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) konsentrasi 70%

1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti. Sample diambil secara random. Sampel penelitian adalah nyamuk Aedes aegypti betina dewasa, dengan usia 3-5 hari dan telah dilaparkan selama 24 jam sebelum percobaan dilakukan. Jumlah nyamuk yang digunakan dalam setiap sangkar adalah 30 ekor.

Banyaknya replikasi yang akan dilakukan, di hitung dalam rumus Federer berikut;

(n-1) (p-1) > 15

(n-1) (8-1) > 15

(n-1) 7 > 15

7n-7 > 15

7n > 22

n > 22/7

n > 3

Jadi n = 4

Keterangan :

n : jumlah replikasi

p : jumlah kelompok perlakuan

Di penelitian ini akan dilakukan replikasi setiap kelompok perlakuan sebanyak empat kali.

B. Variabel dan Definisi Operasional

a. Variabel

1. Variabel bebas : ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) dengan konsentrasi 3%, 10%, 30%,50% dan70%.

2. Variabel tergantung : presentase nyamuk Aedes aegypti yang tidak menempel (RT50) dan konsentrasi yang paling efektif sebagai repelan nyamuk Aedes aegypti (RC50).

3. Variabel penggangu terkendali : a)variabel subyek penelitian, yaitu subyek penelitian yang digunakan telah dilaparkan selama 24 jam; b) variabel bahan coba, yaitu jeruk purut (Citrus hystrix) yang berasal dari satu kebun.

4. Variabel pengganggu tak terkendali : temperatur dan kelembaban udara merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini.

b. Definisi Operasional

Ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) adalah kulit jeruk yang diambil ekstraknya dengan pelarut etanol.

C. Instrumen Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

a. DEET

b. Ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

c. Bahan pembuatan losion : CMC (Carboxymethyl Cellulose), propilen glikol, akuades.

d. Nyamuk Aedes aegypti

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Sangkar nyamuk ukuran 20x20x30 cm

b. Nampan berukuran 28x15x5 cm3 untuk menetaskan telur

c. Pelet untuk makanan larva

d. Larutan gula 10% untuk makanan nyamuk.

e. Pipet larva dan gelas ukur

f. Tabung reaksi untuk tempat pembuatan losion.

g. Temperatur ruangan untuk menukur suhu ruangan sebelum perlakuan diberikan

h. Higrometer untuk mengukur kelembaban udara di ruangan yang akan digunakan untuk perlakuan.

D. Cara Pengumpulan Bahan

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan instrumen

Mempersiapan semua instrumen yang sudah disebutkan di atas.

b. Penyediaan koloni nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti diperoleh dari daerah di Yogyakarta yang kemudian dikoloni di Laboratorium Parasitologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Telur Aedes aegypti diletakkan ke dalam panci yang berisi air selama 1-2 hari sehingga telur menetas menjadi larva. Perlu diberikan makanan larva, yaitu pelet supaya stadium larva dapat berkembang menjadi pupa dan juga perlu dilakukan pergantian air yang ada di dalam panci tiga hari sekali. Setelah berkembang menjadi pupa, pupa dipindahkan ke dalam sangkar nyamuk. Kira-kira 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa dan diberi makanan, yaitu larutan gula 10% (Gerberg, 1971).

c. Pembuatan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

Ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix) dibuat di Laboratorium Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan pencampuran simplisia halus dengan cairan penyari, kemudian ditutup dan dibiarkan hingga 5 hari terlindung dari cahaya. Setelah 5 hari, ampas diperas. Ampas di tambah cairan penyari, diaduk dan dibiarkan selama 2 hari (Depkes, 1986). Hasil perasan ampas diangin-anginkan dibawah kipas angin agar bahan pelarut menguap dan didapatkan ekstrak kental kulit jeruk purut (Citrus hystrix).

d. Pembuatan formula losion

Losion dibuat dengan bahan cmc 1,5%, propilen glikol 17,5% dan akuades 10 ml. Formula dengan bahan pendispersi cmc dan propilen glikol adalah formula yang memiliki stabilitas, homogenisitas dan daya lekat yang baik.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pembagian Kelompok Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 8 kelompok . kelompok 1-5 adalah kelompok perlakuan dengan ekstrak jeruk purut (Citrushystrix) dengan konsentrasi 3%, 10%, 30%, 50%, dan 70% . Kelompok 6 adalah kelompok kontrol positif (K+) dengan menggunakan DEET. Kelompok 7 adalah kelompok kontrol negatif I (K1-) tanpa adanya intervensi dari bahan apapun. Dan kelompok 8 adalah kelompok kontrol negatif II (K2-) dengan menggunakan bahan pembuat losion.

b. Uji repelan losion ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengukuran uji repelan dilakukan dengan memasukkan tangan naracoba kedalam sangkar nyamuk. Tangan yang digunakan adalah dari pergelangan tangan hingga ujung jari. Waktu penolakan dihitung dari jangka waktu intervensi hingga gigitan pertama terjadi. Untuk meninggkatkan reliabilitas, setiap percobaan diulang 4 kali. Validitas ditingkatkan dengan digunakannya nyamuk betina dengan umur sama (3-5 hari) dan telah dilaparkan selama 24 jam sebelum percobaan.

F. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan probit untuk mengetahui RT50 dan RC50 dari hasil perlakuan. Untuk mengetahui presentase nyamuk Aedes aegypti yang tidak menempel antar kelompok perlakuan menggunakan two way annova.

G. Etika Penelitian