bab i

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad adalah 3 sumber hukum dalam islam. Semuanya merupakan segala sesuatu yang menjadi dasar, acuan atau pedoman syariat islam. Al-Qur’an dan As-Sunnah melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi tegas dan nyata. Untuk itu sebagai seorang muslim kita perlu mempelajari, mengetahui dan menjadi Al-Qur’an, As- Sunnah dan Ijtihad sebagai pedoman dalam hidup. 1.2 Rumusan Permasalahan Adapun rumusan masalah dalam materi paparan kali ini, yaitu : 1. Apa misi dan tujuan Islam? 2. Apakah pengertian, nama-nama, sejarah, dan fungsi serta kandungan Al-Qur’an? 3. Apakah pengertian dan latar belakang, macam-macam, sanad, rawi, matan dan fungsi serta kandungan As- Sunnah? 4. Apakah pengertian dan latar belakang, ruang lingkup, kedudukan, metode dan contoh-contoh Ijtihad? Page 1 of 37

Upload: ira-maulani

Post on 24-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB I AIK

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAl-Quran, As-Sunnah dan Ijtihad adalah 3 sumber hukum dalam islam. Semuanya merupakan segala sesuatu yang menjadi dasar, acuan atau pedoman syariat islam. Al-Quran dan As-Sunnah melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi tegas dan nyata.Untuk itu sebagai seorang muslim kita perlu mempelajari, mengetahui dan menjadi Al-Quran, As-Sunnah dan Ijtihad sebagai pedoman dalam hidup.

1.2 Rumusan PermasalahanAdapun rumusan masalah dalam materi paparan kali ini, yaitu :1. Apa misi dan tujuan Islam?2. Apakah pengertian, nama-nama, sejarah, dan fungsi serta kandungan Al-Quran?3. Apakah pengertian dan latar belakang, macam-macam, sanad, rawi, matan dan fungsi serta kandungan As-Sunnah?4. Apakah pengertian dan latar belakang, ruang lingkup, kedudukan, metode dan contoh-contoh Ijtihad?

1.3 Maksud dan TujuanAdapun tujuan dari materi paparan ini, yaitu :1. Mengetahui misi dan tujuan Islam2. Mengetahui pengertian, nama-nama, sejarah, dan fungsi serta kandungan Al-Quran.3. Mengetahui pengertian dan latar belakang, macam-macam, sanad, rawi, matan dan fungsi serta kandungan As-Sunnah.4. Mengetahui pengertian dan latar belakang, ruang lingkup, kedudukan, metode dan contoh-contoh ijtihad.BAB IIISI2.1 Misi dan Tujuan Islam2.1.1 Misi IslamMisi Dari islam, yaitu:1. Menjadikan umatnya kaya ilmu pengetahuanIslam mengajak umatnya untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya dan banyak-banyaknya. Islam menganjurkan agar kaum muslimin menuntut ilmu, sejak dari ayunan hingga liang lahat. Demikian juga, terdapat anjuran, agar umat Islam mencari ilmu sekalipun ke tempat sejauh. Disebutkan, sekalipun ke negeri Cina. Penyebutan Cina, ketika itu menggambarkan tempat yang jauh. Betapa pentingnya mencari ilmu dapat direnungkan dari al Qurn. Ayat yang pertama kali diturunkan adalah perintah membaca. Selain itu salah satu asmal husna yang disebutkan pertamakali adalah al kholiq, ialah Yang Maha Pencipta. Demikian pula, misi Rasulullah yang pertama kali disebut adalah tilawah, yakni membaca. Memperhatikan dari itu semua, sebenarnya betapa Islam menempatkan ilmu pada posisi yang amat strategis, dan menganjurkan umatnya untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Menjadi pribadi unggulkehadiran Islam adalah membawa misi untuk membangun manusia unggul. Setelah menunjukkan betapa pentingnya ilmu, manusia diingatkan tentang pribadi yang kokoh. Pribadi yang kokoh adalah pribadi yang memiliki kharakter, yaitu (1) bertauhidan yang kuat, (2) menjadi orang yang bisa dipercaya, dan (3) menjadi pribadi yang bersih atau tazkiyatun nafs. Seseorang yang bertauhid secara kokoh, maka ia akan merasa merdeka di hadapan siapapun, kecuali di hadapan Allah swt. Ia tidak akan merasa rendah diri dan tergantung dengan siapapun. Seseorang yang bertaauhid hanya takut kepada Allah, dan tidak terikat dan tergantung dengan siapapun. Selain bertauhid, seorang yang memiliki pribadi unggul, adalah orang yang bisa dipercaya. Nabi Muhammad adalah seorang yang terpercaya, sehingga diberi sebutan al amien. Dengan demikian, menjadi Islam artinya adalah menjadi orang yang dapat dipercaya. Sedangkan ciri seorang unggul lainnya adalah memiliki jiwa, pikiran, perbuatan, dan bahkan raga yang bersih. Seorang muslim seharusnya selalu menjaga pikirannya, jiwanya, perkataannya dan raganya dari semua hal yang menjadikan dirinya kotor. Dalam hal mencari rizki misalnya, seorang muslim harus selektif, yaitu hanya mau menerima dan atau mendapatkan yang halal dan baik. 3. Berhasil membangun tanan sosial yang setara dan berkeadilanIslam hadir di muka bumi membawa misi untuk menawarkan tatanan sosial yang setara dan berkeadilan. Bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Arab terdiri atas berbagai kabilah. Di antara masing-masing kabilah mereka berkompetisi, berebut, dan bahkan juga konflik. Mereka berebut apa saja, harta benda, kehormatan, prestise, kekuasaan, untuk mendapatkan kemenangan atau yang terbanyak. Akibatnya, banyak orang yang dirugikan dan menderita. Mereka yang lemah, kalah, dan tersisih bukannya dibantu, melainkan dijadikan budak. Maka terjadilah penindasan dan bahkan juga perbudakan. Islam hadir untuk mengubah masyarakat yang demikian itu dan membangun tatanan sosial yang adil dan setara.

4. Menjalankan ritual untuk membangun kekuatan spiritualIslam memberikan tuntunan tentang bagaimana ritual dijalankan. Di antaranya Islam mengajarkan kepada umat manusia agar selalu berdzikir, yaitu ingat Allah pada setiap saat. Masih terkait dengan kegiatan ritual, Islam mengajarkan tentang shalat baik shalat wajib maupun sunnah, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Mestinya petunjuk dan perintah menjalankan ritual ini cukup segera dijalankan. Akan tetapi yang terjadi, justru banyak diperdebatkan. Banyak orang berdebat dan berselisih tentang pelaksanaan ritual. Akibatnya banyak perpecahan di kalangan umat Islam sebagai buah dari berdebat tentang ritual. Organisasi sosial keagamaan yang beraneka ragam dan berbeda-beda di mana-mana, lahir karena adanya perbedaan dalam mengintepretasi dan menjalankan ritual ini.

5. Selalu bekerja secara professional atau amal saleh, maka kaum muslimin akan meraih keunggulan dari umat lainnya.Islam memberikan konsep tentang amal shaleh. Pengertian amal shaleh adalah sedemikian luas dan indah. Amal artinya bekerja, sedangkan shaleh adalah benar, lurus, tepat, cocok, sehingga dengan demikian, amal shaleh akan lebih tepat jika dimaknai bekerja secara professional. Islam memberikan ajaran kepada kaum muslimin, agar tatkala bekerja harus dilakukan secara professional. Dikatakan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa jika amanah diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Maka dari sini tampak, bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme.

2.1.2 Tujuan IslamTujuan Islam adalah untuk kesejahteraan dan kemaslahatan manusia, khususnya umat Islam sendiri serta menghindarkan kerusakan dan bahaya dari seorang hamba baik dahulu, sekarang, dan yang akan datang. Sehingga akan tercapailah kebahagiaan mereka yang hakiki dimanapun berada. Imam al-Izz bin Abdussalam berkata, Sesungguhnya seluruh syariat yang ada merupakan kemaslahatan. baik dengan mengindarkan dari kerusakan, ataupun mendatangkan kebaikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata, Sesungguhnya Syariat Islam datang untuk mencapai kemaslahatan dan menyempurnakannya, serta menghilangkan kerusakan dan mengikisnya

2.2 Al-Quran2.2.1 Pengertian Al-Quran Menurut bahasa (etimologi), Al-Quran berasal dari kata Quranan dan merupakan masdar dari kata kerja dari kata kerja Qoro-a () yang bermakna Talaa () [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jamaa (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-a Qoran Wa Quraanan ( ) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( ). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Mafuul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa) maka ia adalah mashdar dari Ism Faail, artinya Jaami (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.Firman Allah SWT :

Artinya :Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiymah: 17-18).

Adapun Al-Quran menurut istilah ialah wahyu atau kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.Al-Quran diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sekalian manusia, agar manusia tidak tersesat hidupnya. Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.

2.2.2 Nama-Nama Al-QuranAl-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur'an adalah kitab samawy yang paling mulia.Nama-nama lain dari Al-Quran, sebagai berikut :a. Al-Kitab, artinya Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian tersusun dalam sebuah buku.b. Al-Furqon, artinya yang membedakan antara yang haq dan batal, serta baik dan buruk.c. Adz-Dzikru, artinya pemberi peringatan bagi manusia yang suka lupa dan khilaf.d. Al-Mauidoh, artinya sebuah anjuran, nasehat dan tuntunan.e. Al-Huda, artinya petunjuk dan bimbingan.f. Al-Burhan, artinya sebuah bukti yang meyakinkan.g. Al-Haq, artinya suatu kebenaran mutlak.h. An-Nur, artinya cahaya yang menerangi.i. Al-Hikmah, artinya suatu kebijaksanaan.

2.2.3 Sejarah turunnya Al-QuranPendapat yang terkenal mengenai sejarah turunnya Al-Quran ialah riwayat At-Tabari dari Ibnu Abbas, dikatakan bahwa Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus. Kemudian diturunkan ke dunia sedikit demi sedikit atau secara berangsur-angsur. Wahyu yang pertama diturunkan adalah Q.S Al-Alaq : 1-5 di Gua Hira melalui Malaikat Jibril.Wahyu terakhir adalah Q.S Al-Maidah : 3.Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yakni mulai tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahiran nabi atau tahun 610 Masehi sampai 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah atau tahun 633 Masehi.Hikmah Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah dihapal dan dapat diresapi dalam hati.Al-Quran terdiri atas 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz. Al-Quran diturunkan terdiri dua tahapan, yaitu :1. Saat Nabi tinggal di Mekah, ayatnya disebut ayat-ayat makkiyah, terdiri dari 91 surat atau kurang lebih 19/30 juz. Ciri-cirinya : pada umumnya surat pendek-pendek, isinya mengenai tauhid, keimanan, menerangkan surga dan neraka serata kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhannaas .2. Setelah nabi hijrah ke Madinah, ayatnya disebut ayat-ayat madaniyah, terdiri dari 23 surat atau kurang lebih 11/30 juz dari keseluruhan. Ciri-ciri : pada umumnya surat panjang-panjang, isinya mengenai hukum dan muamalah, kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhalladziina aamanuu .

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerinahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada.Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.

2.2.4 Fungsi dan Kandungan dalam Al-QuranAl-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya serta bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt. Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca nabi. Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu: a) Tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh. b) Tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik.

Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an.Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti: Beribadah langsung kepada Allah Berkeluarga Bermasyarakat Berdagang Utang-piutang Kewarisan Pendidikan dan pengajaran Pidana, dan Aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu.

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya. Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa. Melaksanakannya dinilai ibadah, memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati karenanya dinilai sebagai mati syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir.Sebagian korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:a) Tentang ajaran Trinitas b) Tntang Isac) Tentang penyaliban Nabi Isad) Tentang Nabi Luth e) Tentang Harun f) Tentang Sulaiman, dan lain-lain.Adapun isi yang terkandung dalam Al-Quran secara garis besar, sebagai berikut :1. Masalah tauhid2. Masalah ibadah3. Masalah muamalah4. Masalah janji dan ancaman5. Sejarah manusia masa lalu6. Kepercayaan terhadap yang gaib seperti malaikat, hari akhir, dan takdir7. Percaya adanya wahyu yang diturunkan8. Beriman kepada para nabi9. Mengucapkan dua kalimat syahadat10. Menegakkan sholat, melaksanakan puasa dan haji

2.3 As-Sunnah2.3.1Pengertian dan Latar Belakang As-SunnahAs-Sunnah secara bahasa (etimologi) berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara. As-Sunnah juga mempunyai arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela.As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam.Adapun As-Sunnah menurut bahasa ialah sesuatu yang baru. Secara istilah sama dengan As-Sunnah menurut Jumhur Ulama. Ada ulama yang menerangkan makna asal secara bahasa bahwa : Sunnah itu untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif (sinonim) dengan hadits. As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selain dari Al-Qur'an, baik perbuatan, perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syar'i.As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha) ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.

2.3.2Macam-macam As-SunnahAs-Sunnah terbagi atas 3 macam, yaitu:1. Hadits qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya".2. Hadits fi'li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya tentang wudhu, shalat, haji, dan selainnya.3. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.

2.3.3SanadSanad atau isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni Sahabat. Misalnya al-Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka al-Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan Shahabat yang meriwayatkan hadits itu dikatakan akhir sanad.Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan jika mempunyai sanad, mereka melakukan demikian sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syiah.

2.3.4 Rawi Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan hadis dari Nabi sampai ke penghimpun hadits.

2.3.5 MatanMatan secara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.

2.3.6 Fungsi dan Kedudukan As-SunnahAs-Sunnah merupakan sumber hokum ke-2 setelah Al-Quran. Adapun fungsi As-Sunnah, yaitu :a. Memperkuat dan mempertegas hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quranb. Menjelaskan, menafsirkan dan memberi rincian terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih globalc. Menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan oleh Al-Quran

Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an, yakni yang pertama, memiliki kedudukan yang sama sebagai sumber agama setelah Al-Qur'an dan yang kedua, memiliki kedudukan yang sama sebagai hujjah (argumen) yang wajib diikuti.Dan oleh karena itu pula lah gugur pendapat sebagian orang yang mengatakan hanya cukup dengan Al-Qur'an saja. Dan tidaklah mereka (para pengingkar Sunnah/Qur'aniyyun) mengatakan hal itu melainkan karena hawa nafsu belaka, karena bagi mereka As-Sunnah hanyalah alat untuk menguatkan pendapat mereka, apabila sesuai dengan hawa nafsu, mereka akan berpegang kepadanya, dan yang tidak sesuai dengan nafsu, mereka akan buang ke belakang punggung mereka.Dan hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih: "Salah seorang dari kalian benar-benar akan menjumpai seseorang yang sedang duduk di singgasananya, kemudian datang urusanku kepadanya dari apa yang aku perintahkan dan apa yang aku larang, lalu ia berkata: Saya tidak tahu itu! Semua yang kami dapatkan di dalam Kitab Allah itulah yang kami ikuti. Apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang diharamkan oleh Allah" (HR. Tirmidzi).

2.4 IJTIHAD2.4.1 Pengertian IjtihadMenurut Bahasa Ijtihad merupakan Al-jahd atau Al-juhd yang artinya lamasyakat (kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan). Ijtihad berarti Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit. Adapun menurut istilah yang telah digunakan para sahabat nabi, Ijtihad adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah yang terkenal dengan "mashlahat." Dan menurut rumusan Ushuliyyin dari kelompok mayoritas Ijtihad adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fxqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhanny terhadap sesuatu hukum syari (hukum Islam). 2.4.2 Syarat-syarat IjtihadSyarat-syarat terpenting bagi seseorang yang ingin mendudukan dirinya sebagai mujtahid:1. Memiliki ilmu penegtahuan yang luas tentang ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan pengertian ia mapu membahas ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum.2. Berilmu pengetahuan yang luas tentang hadits-hadits rasul yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas hadits-hadits tersebut untuk menggali hukum.3. Meguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma agar ia tidak berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma.4. Mengetahui secara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat mempergunakannya untuk menggali hokum.5. Menguasai bahasa Arab secara mendalam.6. Mengetahui secara mendalam tentang nasikh-mansukh dalam Al-quran dan hadits.7. Mengetahui latar belakang turunnya ayat(asbab-ul-nuzul) dan latar belakang suatu hadits (asbab-ul-wurud), agar ia mampu melakukan istinbath hukum secara tepat.8. Mengetahui sejarah para periwayat hadits, supaya ia dapat menilai sesuatu Hadist, apakah Hadits itu dapat diterima ataukah tidak. Sebab untuk menentukan derajad/nilai suatu Hadits sangat tergantung dengan ihwal perawi yang lazim disebut dengan istilah sanad Hadits.9. Mengetahui ilmu logika/mantiq agar ia dapat menghasilkan deduksi yang benar dalam menyatakan suatu pertimbangan hukum dan sanggup mempertahankannya.10. Menguasai kaidah-kaidah istinbath hukum/ushul fiqh, agar dengan kaidah-kaidah ini ia mampu mengolah dan menganalisa dalil-dalil hukum untuk menghasilkan hukum suatu permasalahan yang akan diketahuinya2.4.3 Ruang LingkupLingkup ijtihad hanya terbatas pada penggalian hukum syariat dari dalil-dalil Dzanni. Ijtihad tidak boleh memasuki wilayah yang sudah pasti(qathi), maupun masalah-masalah yang bisa diindera atau dipahami secara langsung oleh akal. Ijtihad hanya terjadi dan berlaku pada wilayah faru dan zhanni.

2.4.4 Kedudukan IjtihadBerbeda dengan Al-Quran dan as-Sunnah, Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:a. Ada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun adalah relatif.b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oelh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak berlaku pada masa/ tempat yang lain.c. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan as-Sunnah.e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat, kemaslahatan 2.4.5 Metode IjtihadAdapun metode-metode Ijtihad yaitu:1. Qiyas PengertianQiyas ialah memberlakukan hukum yang sudah berlaku sebelumnya pada kejadian baru yang belum jelas hukumnya. Qiyas ini dapat diterapkan apabila antara kejadian yang lama dan yang baru terdapat persamaan dari segi illat (sebab timbul hukumnya).Artinya, qiyas hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang mempunyai illat. Contoh QiyasContohnya mengqiyaskan padi kepada kurma dari segi wajib mengeluarkan zakatnya, karena persamaan illatnya yaitu sebagai bahan makanan pokok. Illat seperti itu terdapat pada beras. Sebab itu mereka menetapkan bahwa beras wajib dikeluarkan zakatnya, karena persamaan illat dengan kurma.2. Maslahah Mursalah dan Contoh-contoh

PengertianMaslahah mursalah ialah manfaat-manfaat yang seirama dengan tujuan Allah Taala (Pembuat hukum), akan tetapi tidak terdapat dalil (argumen) khusus yang menjelaskan bahwa manfaat tersebut diakui atau tidak diakui oleh Allah Taala (Pembuat hukum).

Landasasn hukum penerapan maslahah mursalah: Penelitian membuktikan bahwa Allah Taala dalam menetapkan hukum-hukum memperhatikan kemaslahatan manusia. Di antara buktinya ialah firman Allah Taala : ( : 107)Tiadalah Kami (Allah) mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al -Anbiyaa : 107) Ijtihad para sahabat dan para fuqaha sesudahnya tentang banyak kejadian tidak hanya perpegang pada asas qiyas, tetapi juga memperhatikan asas kemaslahatan. Di antara contohnya ialah : a) Abu Bakar Ash Shiddiq menghimpun Al Quran dalam sebuah Mushhaf sesuai dengan saran Umar bin Khaththab. Umar bin Khaththab mengatakan : Menhimpun Al Quran dalam satu Mushhaf adalah paling baik dan sesuai dengan kemaslahatan Islam. b) Umar bin Khaththab menjatuhkan hukuman mati atas sejumlah orang yang membunuh satu orang (pembunuhan masal), dengan alasan jika tidak dijatuhi sanksi qishash maka pembunuhan masal akan dijadikan alasan untuk menghindar dari qishash. c) Para sahabat sepakat tentang mewajibkan tukang agar menjamin barang orang lain yang rusak ditangannya, demi mencegah timbulnya sikap memandang enteng hak milik orang lain yang sedang berada di tangan mereka.

Contoh maslahah mursalah Munasib (kemaslahatan) yang diakui Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui dan tidak ditolak

3. Urf (Adat) PengertianUrf ialah kebiasaan masyarakat, baik perbuatan maupun ucapan (bahasa). Contoh-contohContoh urf perbuatan ialah kebiasaan masyarakat melakukan jual beli muathah yaitu kontrak jual beli tanpa ijab qabul dengan lisan, tetapi langsung saling memberi. Artinya, penjual memberikan barang yang dijual kepada pembeli dan pembeli menyerahkan uang kepada penjual. Ini disebut muathah (saling memberi).Contoh urf ucapan (bahasa) dalam masyarakat Arab ialah tidak menggunakan kata lahm (daging) pada ikan.

Macam-Macam Urf (Adat) a) Urf (adat) umum ialah yang berlaku pada kebanyakan penduduk suatu negeri dalam suatu waktu, seperti urf (adat) melakukan (akad istishna), menyewa kamar mandi tanpa memperhitungkan lama waktunya.b) Sedangkan urf (adat) khusus (terbatas) ialah yang berlaku pada kelompok tertentu dari penduduk suatu negeri. Dari segi lain urf (adat) terbagi kepada urf (adat) yang sohih (benar) dan urf (adat) tidak sohih (tidak benar).c) urf (adat) yang sohih ialah kebiasaan masyarakat yang tidak mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal atau menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram. Contohnya urf (adat) masyarakat memberikan urbun (uang muka) dalam akad istishna.d) urf (adat) yang tidak sohih ialah kebiasaan yang menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram atau mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal, seperti kebiasaan makan riba, menyajikan minuman memabukkan dalam jamuan tertentu, dan lain-lain.e) Para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang sahih, berlaku umum dan secara terus menerus sejak masa Sahabat dan sesudah mereka, tidak menyalahi nash (teks) Al Quran dan Sunnah serta prinsip asasi Syariat Islam asalah berlaku sebagai sumber hukum. Contohnya seperti akad istishna, ijarah (sewa menyewa), salam, jual beli dengan muathah, dan lain-lain.f) Dari segi lain, para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang tidak sahih tidak dapat dijadikan sumber hukum, seperti riba, minum khamar, judi, dan lain sebagainya.Penerapan urf (adat) dalam Islam mempunyai landasan yang kuat dari Islam itu sendiri. Ada dua dasar yang disebut-sebut fuqaha.1) Firman Allah Taala : ( : 199) Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Al Araaf : 199)2) Penjelasan seorang sahabat bernama Abdullah bin Masud r.a. , Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik juga di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh orang-orang Islam, maka buruk juga di sisi Allah. Sesuai dengan dasar di atas maka para fuqaha, terutama pendukung mazhab Maliki dan Hambali, memandang urf (adat) sebagai salah satu sumber penetapan hukum. Pandangan ini mereka simpulkan dalam sebuah asas yang berbunyi : Adat kebiasaan menjadi dasar penetapan hukum. Pandangan ini mereka ungkapkan pula dalam asas bahwa apa yang sudah berlaku sebagai adat kebiasaan adalah sama dengan yang ditetapkan oleh dalil (argumen) dari Syariat Islam. Asas-asas tersebut mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh urf (adat) dalam hukum Islam. 4. Istishhab Pengertian Menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar ada pada masa sebelumnya. Atau menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar tidak ada pada masa sebelumnya. Ringkasnya, istishhab ialah melanjutkan kenyataan sebelumnya, baik ada atau tidak ada. Macam-macam istishhab Asas : Apa yang terdapat di bumi halal dimanfaatkan. Asas ini tetap berlaku sampai terdapat bukti yang menunjukkan ia haram. Dasarnya ialah firman Allah Taala : ( : 29) Dialah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu. Asas : Apa yang ada dipandang tetap ada. Asas ini tetap berlaku sampai ada bukti yang menunjukkan ia telah tiada. Jadi apa yang ada harus dipandang seperti semula. Asas : Setiap orang tidak bertanggung jawab. Asas ini tetap berlaku pada setiap orang, kecuali ada bukti yang menunjukkan ia bertanggung jawab. Ketiga macam istishhab tersebut memberikan solusi yang mudah diterapkan bagi penyelesaian banyak persoalan muamalat. 5. Adz Dzariah PengertianArti adz dzariah ialah jalan (wasilah) menuju sesuatu. Jalan yang dimaksud di sini ialah jalan menuju hukum syariat Islam. Ringkasnya, dalam Syariat Islam terdapat dua segi, yaitu tujuan dan wasilah menuju tujuan. Hukum wasilah mengikut hukum tujuan. Apabila tujuan wajib, maka hukum wasilah menujunya wajib pula. Apabila hukum tujuan haram, maka hukum wasilah menujunya haram pula. Demikian juga hukum-hukum yang lain, baik makruh, sunnat dan mubah.

BAB IIIPENUTUP

3.1KesimpulanDari penjelasan dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:1. Al-Quran merupakan sumber hukum yang pertama dan utama bagi ummat islam, yang dimukjizatkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-Quran memilki nama-nama yang indah, dan dalam proses turunnya serta pengkodiikasiannya memiliki sejarah tersendiri serta memiliki fungsi dan kandungan yang bermanfaat bagi ummat islam.2. As-Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran dan berupa segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam. Terdapat berbagai macam bentuk As-Sunnah beserta fungsi dan kandungannya. Di samping itu kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sanad, rawi, dan matan.3. Ijtihad merupakan sumber hukum setelah Al-quran dan As-Sunnah yaitu penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah yang terkenal dengan "mashlahat." Disamping itu, kita juga mengetahui syarat-syarat ijtihad dan metode-metode ijtihad yaitu Qiyas, Maslahah Mursalah, Urf (Adat), Istishhab dan Adz Dzariah.

3.2SaranDari paparan sebelumnya, maka penulis menyampaikan beberapa saran, yaitu:1. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita mengetahui dan memahami sumber hukum islam yang telah ada.2. Sebagai seorang muslim, kita hendaknya mengamalkan peraturan-peraturan yang telah disusun dalam Al-Quran dan As-Sunnah sehingga kita tidak menjadi ummat yang kehilangan pedoman hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Nuryana, Cakra dkk. 2003. Cakap dan Rajin Pendidikan Agama Islam. Surakarta : Sinar Mandiri.Ismunajab. 2005. Kharisma Pendidikan Agama Islam. Solo : Haka MJ.Aufa, Abu. 2007. Pengertian Al-Quran. Online : www.wordpress.com, diakses 16 Oktober 2011.Shalih. 2007. Nama-nama Al-Quran. Online : www.alsofwah.or.id, diakses 16 oktober 2011.Islam, Pustaka. 2007. Ulumul Quran. Online : www.cybermq.com, diakses 17 oktober 2011.Irawan, Mohammad Bambang. 2008. Pemahaman Islam Lebih dalam. Online : www.nursyifa.net, diakses 17 oktober 2011. Assyaukanie, Luthfi. 2007. Sejarah Al-Quran. Online : www.seasite-indonesia.com, diakses 17 oktober 2011.Yazid. 2005. Pengertian As-Sunnah Menurut Syariat. Online : www.almanhaj.or.id, diakses 17 September 2011._____. 2005. As-Sunnah dan Kedudukannya. Online : opi.110mb.com, diakses 17 Oktober 2011.

Page 25 of 25